NGENTOT ABG BULE dan Tika Yang Montok

Author:

Cerita Sex Indonesiacerita bokep terbaru adalah cerita mesum yang berawal dari Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, video, games dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada banget,semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.  Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku dikagumi wanita-wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta kekayaanku.     Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan. Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung lotre tersebut dan jalan menuju pulang. waktu itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit-sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara “Excuse me, spare some change?” Aku lihat ke arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks cafe sambil tangannya di ulurkan ke arahku.

Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.  “Duh kasihan banget” pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2 helai $5. “Ini, silakan”, aku bilang. “Terima kasih Mas,” kata

gadis yang memegang uang.  “Terima kasih kembali” kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar, setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati. Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman pada pulang ke indonesia, aku nggak ada teman main…, gimana kalau aku undang saja tu cewek.     Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan McDonald’s, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang “Hi, lagi ngapain Mas?, Traktir kita dong?” sambil tertawa.  Aku senyum saja “Oke, Nich beli aja”. Si cewek yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota lain dengan cara hitchhike.

Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.  Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.  Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama Lily.     Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang

kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana pendek milik bekas pacarku. Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot chocolate dan cookies.  Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka.

Seperti mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang berwarna putih juga dan without bra.     Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas. “Mau Minum Champagne?” tanyanya. “Boleh”, kataku, “Tapi.., kamu kan masih anak-anak” kataku sambil tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.     Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat kakaknya, Lily. “Gile, dikirain becanda” pikirku.  Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan ngomongnya sedikit ngacau.  Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh, rezeki, pikirku. Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku hilang! hehehehe, mungkin karena pikiran kotor dan feeling bahwa aku akan score dengan mereka berdua. Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang

lumayan besar buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu banget Lama tidak dapat! Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily.

Bulu kemaluannyamasih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat…, sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas. Aku keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, “teknik meminum air”. Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata “do my sister” Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku sampai lianne orgasme dua kali juga. Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku. Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya dengan susah. Setelah kusuruh dia membasahi penisku

dengan ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku pelukLily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya menghadap dadaku. My favorite position.

Baca Juga Cerita Bokep Terbaru : MINUMAN KHAS MERTUA

Aku naik turun dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, “Aahh… fuck… shit! Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku. Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan, sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget, missionary style. Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan memainkan jari-jariku di kelentitnya. Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka. Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan liang surganya, entah sampai berapa lama. Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ternyata

mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang. Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.

TIKA YANG SEXY MONTOK

Entah bagaimana awalnya sepulang dari kantor aku tahu-tahu sudah berada di Stasiun Tanah Abang. Padahal rumahku di kawasan jakarta Timur. Waktu itu, 1994, Stasiun Tanah Abang lagi direnovasi. Kulihat seorang wanita sedang asyik menelepon dari telepon umum koin di dalam stasiun. Aku mendekat dengan tidak menyolok, seolah-olah aku antri mau menelpon. Kuamat-amati dari dekat wanita tadi. Wajahnya bulat, rambut ikal sebahu, kulit agak gelap tapi bersih, tidak terlalu cantik alias STD, badannya montok, kurasa sedikit overweight namun badannya kelihatan kencang, tinggi sekitar 163 cm, dada 34 B.  Satu koin telah habis dan dia memasukkan koin berikutnya. Ternyata sampai koin kedua habis dia masih belum selesai berbicara. Dia menatapku dan memberi isyarat apakah aku punya koin dan dia boleh minta koinku. Kuulurkan dua koin kembalian naik mikrolet tadi. Dia mengangguk dan dengan gerakan bibir dia katakan terima kasih. Belum habis satu koin dariku tadi dia sudah menutup pembicaraannya. Dikembalikannya satu koin kepadaku, tapi kutolak dengan isyarat tangan.  “Terima kasih koinnya” dia membuka percakapan, “Silakan kalau mau telpon” lanjutnya.  “Tadinya sih memang mau telpon, tapi tiba-tiba aku ingat kalau orang yang kutuju lagi keluar kota” jawabku cari alasan. Aku memang tidak ada niat telepon, hanya karena kulihat dia dari jauh agak OK makanya kudekati.  “Kelihatannya penting amat telponnya tadi, tapi sorry bukan aku mau tahu

urusan orang” kataku. “Iya, telpon ke adikku. Besok ada acara keluarga, rame-rame sebulan sekali” jawabnya ramah. “Ohh iya, aku Anto” kuulurkan tanganku. “Ina” sahutnya pendek menyambut tanganku. Busyet, keras amat jabatan tangannya. Jangan-jangan kuli angkat stasiun pikirku.

Kami keluar dari ruangan stasiun dan berdiri di teras. Kembali basa-basi standar orang timur terjadi. Pertanyaan-pertanyaan baku seperti dari mana? Mau ke mana? Dengan siapa? Meluncur begitu saja. Kuamati sekali lagi dari atas ke bawah dengan cermat. Meskipun tidak terlalu cantik, kelihatannya OK juga kalau diajak bergumul di atas ranjang.  Kuberanikan diriku untuk mengajaknya ke wisma kecil di depan stasiun. Kupikir untung-untungan aja. Kalau dia marah, ya tinggal aja. Kalau mau, itu dia yang diharapkan.  “Tika mau ikut saya” tanyaku memancing. “Ke mana?” “Itu tuh ke depan situ ” sambil tanganku menunjuk ke arah wisma.  Wisma tersebut memang kelihatan bukan seperti tempat penginapan tapi lebih mirip kafe dengan belahan bambu yang disusun sebagai dinding depan. Kelihatannya cukup bersih bagi sebuah hotel melati. Dan aku sangat yakin bahwa wisma tersebut dipakai untuk lembur “short time” bagi pasangan selingkuh ataupun pasangan cinta kilat yang ada di sekitarnya.  “Boleh aja” akhirnya dia menjawab setelah sekilas melihat ke arah wisma.  Kami masuk ke wisma dan membayar di kasir. Ternyata betul dugaanku, kamar wisma ini disewakan per jam. Kami masuk ke dalam kamar. Tika terlihat agak kaget ketika melihat isi kamar, sebuah ranjang single bed dan sebuah almari pakaian.  “Lho, kita mau ngapain di sini? Jangan macam-macam padaku” tanyanya menatapku. “Lah, tadi katanya mau diajak ke sini, sekarang kok tanya lagi” sahutku tenang. “Kukira tadi ini kafe, kamu mau ngajak makan atau minum di sini. Ternyata.. ” Tika kelihatannya mau protes. “OK, aku nggak biasa maksa wanita. To the point saja, kita mau making love di sini, kalau keberatan ya kita cabut aja,” kataku.  Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil

mengatupkan bibirnya.  “Baiklah kalau begitu, saya juga tidak keberatan kalau kamu ngajak ml sekarang. Jadi apa sekarang?”  Tika merebahkan tubuhnya ke ranjang. Aku mengikuti menjatuhkan tubuhku di sampingnya.  “Tadinya kalau kamu mau macem-macem kuhajar kamu. Aku atlet Tae Kwon Do dan pernah ikut seleksi daerah” katanya datar.  Situasi sudah aman terkendali. Kulihat dari nada bicaranya dia udah jinak.  “Gak lah, kan tadi sudah kubilang aku nggak suka maksa orang”.  Tanganku mulai bergerilya. Pertama-tama kuselusupkan tanganku kiriku dari bawah badannya dan memeluk bahu kirinya. Kuremas lembut dan kuelus-elus. Tika kelihatan makin santai dan mulai menikmati.

“Yess.. ” sorakku dalam hati. Kami diam beberapa saat.  “Berapa umurmu?” tanyaku memecah kesunyian. “Kenapa emangnya?” “Nggak pa-pa, kalau nggak mau kasih tau”. “Tiga puluh, kamu berapa? Dua delapan?” tanyanya agak ragu. “Belum, baru dua lima kok”. “Wajahmu kelihatan lebih dewasa dibanding umurmu, tadinya kusangka malahan seumurku”. “Kamu punya suami In?” tanyaku. “Aku punya, tapi bukan suami resmi. Kami hidup bersama tanpa nikah. Dia kerja sebagai DJ di Mabes, aku waitress di tempat yang sama. Sekarang aku lagi ada masalah sama dia. Aku mau cari kontrakan sendiri “.  Kueratkan pelukanku seolah-olah ikut menanggung bebannya dan memberikan simpatiku. Ia melepaskan diri dari pelukanku dan bangkit berdiri.  “Sebentar To, aku ke kamar mandi dulu”.  Beberapa saat kemudian terdengar suara siraman air. Tika keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang. Kupeluk dia dari belakang, tanganku kulingkarkan di pinggangnya. Kusibakkan rambutnya, kucium dan kugigit tengkuknya dengan gigitan kecil. Berdasarkan pengalamanku dengan gigitan kecil di tengkuk, aku akan dapat menguasainya tanpa dia merasa tertekan.  “Sebentar, aku buka dulu bajuku ya,” Katanya sambil berdiri dan membuka kancing bajunya satu persatu.  Ia membuka baju dan kemudian celana panjangnya. Kini ia tinggal mengenalan pakaian dalam saja, semuanya berwarna hitam. Bra dan celana dalamnya dari bahan transparan sehingga dapat kulihat puting dan padang

rumput di bawah perutnya. Ada sedikit gumpalan lemak di perut dan pahanya.  “Ayo To, atau kamu cuma mau lihatin aku terus” tangannya menarik tanganku.  Aku berdiri dan kuangkat kedua tanganku ke atas. Ia mengumam ” Dasar manja”.

Baca Juga Cerita Hot Seks : MENYIKSA SPG dan DIPERKOSA KOK KEENAKAN

Tangannya kemudian membuka kancing bajuku dan menariknya hingga terlepas, lalu kemudian membuka ikat pinggangku dan akhirnya menarik ritsluiting dan dengan perlahan ia menarik celanaku ke bawah. Kini kami sama-sama hanya mengenakan pakaian dalam saja.  “Kamu sering ke sini ya?” tanyanya. Sebuah pertanyaan standar lagi, dan rasanya dia dan juga wanita lainnya pasti tahu jawabannya. “Ah nggak” kataku. “Nggak percaya, kok tahu ini sebuah wisma, padahal kelihatannya dari luar seperti kafe”. “Kamu nggak perhatikan sih. Ada kok papan namanya kecil di atas pintu masuk” “Kamu masih perjaka?” ia bertanya lagi. “Emangnya kenapa. Jujur saja aku nggak perjaka lagi?” “Eehhngng, .. ” Ia mendesah ketika lehernya kujilati dalam posisi berdiri.  Tika mendorongku ke ranjang dan menindihku. Tanganku bergerak kebelakang punggungnya membuka pengait bra-nya. Kini terbukalah dadanya di hadapanku. Buah dadanya besar dan kencang. Putingnya berwarna coklat dan keras.  Tika memainkan lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku. Bibirnya agak tebal dan kaku. Tika kurang mahir dalam berciuman bibir. Lidahnya memainkan lidahku. Aku tidak mau aktif, paling sesekali gantian mendorong lidahnya. Tangan kananku memilin puting serta meremas payudaranya.  Tika menggerakkan tubuhnya agak ke atas. Payudaranya pas sekali di depan mulutku. Segera kuterkam payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kugigit kecil.  “Aaacchh, Ayo Anto.. Teruskan Anto.. Teruskan”. Ia mengerang..  Kemaluanku mengeras. Tika menekankan selangkangannya pada selangkanganku. Kemaluanku agak sakit jika dia terlalu keras menekanku. Puting dan payudaranya semakin keras. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku, putingnya kumainkan dengan lidahku. Dadanya mulai naik turun dengan cepat pertanda nafsunya mulai naik. Napasnya terputus-putus.

Tangan Tika

menyusup di balik celana dalamku, kemudian mengelus, meremas, mengocok dan menggoyang-goyangkan meriamku. Ditariknya celana dalamku dan dilepaskannya ke bawah. Kini aku dalam keadaan bugil.  Tika menggerakkan bibirnya ke arah leherku, mengecup, menjilati leherku dan menggigit kecil daun telingaku. Hembusan napasnya terasa kuat. Dia mulai menjilati putingku dan tangannya bermain-main dengan bulu dadaku. Aku terangsang hebat sekali. Kugelengkan kepalaku untuk menahan rangsangan ini. Kupeluk pinggangnya kuat-kuat.  Tangannya lalu membuka celana dalamnya sendiri dan melemparkannya ke dekat kaki. Tangan kiriku bermain di antara selangkangannya. Rambut kemaluannya tidak lebat dan tidak panjang. Kubuka bibir luar dan bibir dalam vaginanya. Jari tengahku masuk sekitar 2 cm dan menekan bagian atas organ kewanitaannya menonjol seperti kacang. Setiap aku mengusapnya Tika mengerang tertahan. Aku tidak mau jariku terlalu masuk ke dalam, cukup hanya masuk satu ruas dan mengusap serta menekan dinding atas vaginanya. Aku pernah baca tentang G-Spot, tapi aku juga tidak terlalu berharap untuk menemukannya pada wanita yang kukencani. Aku percaya bahwa setiap wanita punya titik rangsangan yang unik.  “Oouuhh.. Aaauhh.. Ngngnggnghhk”  Kulepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya semakin ke bawah, menjilati bulu dada dan perutku. Tangannya masih bermain-main di kejantananku. Dengan bahasa tubuh kuisyaratkan agar dia mau menghisap meriamku. Entah kenapa kali ini dengan Tika aku ingin sekali melakukan oral sex. Biasanya aku menyerahkan pada inisiatif lawan mainku. Dia hanya menggeleng dan bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku.

Tika kembali bergerak ke atas, tangan kirinya memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri mengeras. Badannya kurasakan memang kencang dan keras, maklum atlet. Kugulingkan badannya sehingga aku berada di atas. Kembali kami berciuman. Tapi memang Tika kurang bisa bermain dengan bibirnya sehingga ciuman kami juga tidak terlalu nikmat. Kuisap-isap puting susunya sehingga dia mendesis dan memekik perlahan dengan suara sengau.  “SShh.. Ssshh .. Ngghh..  Perlahan lahan kuturunkan pantatku sambil memutar-mutarkannya. Penisku bagian ujung lebih besar daripada pangkalnya.

Kepala penisku digenggam dengan telapak tangannya, dan digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa hangat dan mulai berair. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Kuminta dia untuk melepaskan tangannya dari penisku. Aku ingin memasukkan tanpa bantuan tangan, hanya dengan daya ketegangan dan kekerasan penis. Tika merenggangkan kedua pahanya dan sedikit mengangkat pantatnya. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir luarnya sampai terasa keras sekali. Tika hanya merintih dan memohon padaku untuk segera memasukkannya semua.  “Ayolah Anto, please.. Pleasse.. ”  Aku mencoba untuk menusuk lebih dalam, tetapi ternyata masih agak sulit. Akhirnya kukencangkan otot Kundaliniku dan kali ini.. Blleessh. Usahaku berhasil.  “Ouhh.. Tika ouhh,” kini aku yang setengah berteriak.  Aku bergerak naik turun. Perlahan-lahan saja kugerakkan, sambil mencari posisi dan saat yang tepat. Tika mengimbangi dengan memutar pinggulnya. Kepalanya mendongak ke atas dan bergerak ke kanan kiri. Kedua tanganku bertumpu menahan berat badanku. Ketika lendirnya sudah membasahi vaginanya kupercepat gerakanku. Kadang-kadang kubuat tinggal kepala penisku saja yang menyentuh mulut vaginanya.  Kuhentikan gerakanku, kurebahkan tubuhku di atasnya. Kini penisku kukeraskan dengan cara seolah-olah menahan kencing hingga terasa mendesak dinding vaginanya. Kutunggu reaksinya. Aku mengharap agar ia juga melakukan kontraksi dinding vaginanya.

Ia hanya terpejam dan bola matanya memutih setiap penisku berkontraksi. Ternyata ia tidak terlatih untuk melakukan kontraksi otot kemaluannya. Beberapa saat kami dalam posisi itu tanpa menggerakkan tubuh, hanya otot kemaluanku saja yang bekerja sambil saling berciuman dan memagut bagian tubuh lawan main kami.  “Anto, .. Sedap.. Nikmat sekali.. Ooouuhh” desisnya sambil menciumi leherku.  Kuputar kaki kanannya melewati kepalaku sehingga aku berada di belakangnya. Kuputar tubuhnya lagi sampai aku menindihnya dalam posisi kami berdua tengkurap di ranjang. Dalam posisi ini gerakanku naik turunku menjadi bebas. Tangannya meremas-remas tepi ranjang. Kuciumi tengkuk dan lehernya. Ketika kucium lehernya di bagian samping, kepalanya terangkat dan mulutnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya

sebentar. Kuatur gerakanku dengan ritme pelan namun kutusukkan dengan dalam sampai kurasakan kepala penisku menyentuh mulut rahimnya. Ketika penisku menyentuh rahimnya Tika mengangkat pantatnya sehingga tubuh kami merapat.  Kupegang pinggulnya dan kutarik sehingga pantatnya terangkat ke belakang. Tika tahu keinginanku. Kepalanya ditaruh miring di atas bantal dan pantatnya menggantung dalam posisi nungging. Doggie Style!! Kupegang pinggulnya dengan kuat. Pantatku kugerakkan maju mundur dan terkadang memutar. Tika juga mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya maju mundur. Bunyi paha beradu memenuhi seluruh ruangan kamar. Kadang kujulurkan tanganku ke depan untuk memainkan payudaranya.  “Plok.. Plok plok plok.. ”  “Anto.. Ayo lebih cepat lagi.. Ayoo”  Kupercepat gerakanku dan Tika juga mengimbanginya. Kulirik jam dinding. Sudah setengah jam lebih kami bertempur.

Baca Juga Cerita Bokep Seks : MEMEKKU TERASA KEENAKAN DIENTOT KONTOL OM TETANGGA dan BU WIDI BIDAN DESA BERPAYUDARA BESAR

Kupikir sebentar lagi akan kutuntaskan permainan ini.  “Lebih cepat lagi, oohh.. Aku mau keluar aacchhkk.. ”  Akupun merasa ada yang mau terlepas dari laras meriamku. Aku selalu mau mencapai puncak dalam posisi konvensional. Kucabut meriamku dan kugulingkan lagi tubuhnya kembali dalam posisi konvensional. Tidak mungkin dalam posisi doggie style kembali ke konvensional tanpa mencabut penis. Kumasukkan kembali penisku dengan perlahan dan dengan ketegangan yang penuh. Tika memelukku erat. Kakinya membelit pahaku, matanya terpejam, kepalanya terangkat.  Kuubah gerakanku, kugerakkan dengan pelan dan ujung penisku saja yang masuk beberapa kali. Dan kemudian kutusukkan sekali dengan cepat sampai seluruh batang terbenam. Matanya semakin sayu dan gerakannya semakin ganas. Aku menghentikan gerakanku dengan tiba-tiba. Payudaranya sebelah kuremas dan sebelah lagi kuhisap kuat-kuat. Tubuh Ida bergetar “Ayo jangan berhenti, teruskan.. Teruskan lagi ” pintanya.  Aku merasa wanita ini hampir mencapai puncak. Kugerakkan lagi pantatku dengan gerakan yang cepat dan dalam. Bunyi seperti kaki yang berjalan di tanah becek makin keras bercampur dengan bunyi desah napas yang memburu  “Crrok crok crok.. “.

“Ayolah Anto, aku mau kelluu.. “.  Gerakan pantatku semakin cepat dan akhirnya  “Sekarang.. Sayang.. Sekarang..!!”  Tubuhnya menegang, dinding vaginanya berdenyut kuat, napasnya tersengal dan tangannya memukuli punggungku. Kukencangkan otot perut dan kutahan, terasa seperti ada aliran yang mau keluar. Aku berhenti sejenak dalam posisi kepala penis saja yang masuk vaginanya, kemudian kuhunjamkan cepat dan dalam.  Crot Crott.. Crott, beberapa kali spermaku kutembakkan. Kami saling berteriak tertahan untuk menyalurkan rasa kepuasan.

“Yess.. Achh.. Auuhhkk”.  Pantatnya naik menyambut hunjamanku dan tubuhnya gemetar, pelukan dan jepitan kakinya semakin erat sampai aku merasa sesak, denyutan di dalam vaginanya terasa kuat sekali meremas kejantananku. Beberapa saat kami berdiam untuk memulihkan tenaga. Kucabut meriamku dan kami membersihkan diri.  “Kamu OK In, hanya satu kekuranganmu. Kurang romantis dan kurang lihai bermain bibir” kataku memuji sekaligus mengkritik. “Yach, memang itulah kemampuanku” jawabnya. “Di dalam arena pertandingan mungkin aku babak belur kena tendanganmu, tapi di atas ranjang jangan coba-coba, kamu tahu sendiri hasilnya kan? Makanya jangan macam-macam denganku ” kataku bercanda.  Kami keluar dari hotel dan pulang bersama-sama karena kebetulan rumah kami searah. Setelah itu kami masih sering bikin janji untuk berkencan. Pernah sekali kukerjain dia di kamar kontrakannya di lantai II, sementara yang punya rumah tinggal di lantai I. Lucunya ketika masih dalam keadaan bugil dan berhimpitan dia dipanggil karena ada telepon buatnya. Kubilang terima dulu telponnya deh, tapi dia bilang biar saja, lagi tanggung katanya. Sampai akhirnya waktu kami berpisaHPun dia masih belum mahir untuk melakukan french kiss. Erangannya ketika kami bercinta selalu membuat adrenalinku berpacu. Satu hal keistimewaannya adalah kenikmatan yang luar biasa ketika doggie style.  Demikianlah cerita seks panas NGENTOT ABG BULE dan Tika Yang Montok oleh cerita sex hot