MEMUASKAN TANTE KESEPIAN

Author:

Cerita Tante Girangcerita bokep ini memang lah cerita seks ku waktu itu.. kita coba mulai saja ya cerita mesum ini.. setelah aku menyelesaikan program mini marketnya, aku mengantarkannya ke rumahnya yang hanya berjarak sepuluh menit dari rumahku. tante Yeni tidak ada dirumah. Aku menunggunya sampai dia datang sambil ngobrol ditemani pembantunya.  Setelah hampir satu jam aku di sana, Tante Yeni pulang. Kulihat dia agak heran melihatku bermain-main dengan Cynthia dan mengobrol santai dengan mbak Ning.  “Kau bawa programnya ya? Ada petunjuk pemakaiannya kan?”  “Ada dong. Tapi untuk mempercepat, sebaiknya aku menerangkan langsung pada karyawanmu, Cie.”

Aku sengaja memanggil Tante Yeni dengan panggilan “Cie” karena dia masih terlihat sebagai wanita Chinese. Lagipula, panggilan “Cie” akan membuatnya merasa lebih muda.  Sejak hari itu, aku semakin akrab dengan keluarga Tante Yeni. Apalagi kemudian Tante Yeni memintaku untuk memberikan kursus privat komputer pada Edy dan Johan, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 6 SD. Sedangkan untuk Cynthia, aku memberikan privat piano klasik. Karena rumahnya dekat, aku mau saja. Lagi pula Tante Yeni setuju membayarku tinggi.  Aku dan Tante Yeni sering ber-SMS ria, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali aku bermaksud mengirim SMS ke Ria yang isinya, “Hai say.. Lg ngapain? I miz u. pengen deh sayang-sayangan ama u lagi.. Aku pengen kita bercinta lagi..”  Karena waktu itu aku juga baru saja ber-SMS dengan Tante Yeni, refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Yeni! Aku sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian report di HP-ku datang: Delivered to Ms. Yeni! Astaga! Aku langsung memikirkan alasan jika Tante Yeni menanyakan SMS itu. Benar! tak lama kemudian Tante Yeni membalas SMS salah sasaran itu.  “Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini..” Wah, untung aku dan

Tante Yeni sudah akrab. jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah.  “Maaf, Cie. Aku salah kirim. Pas lagi horny nih. :p Maaf ya Cie..” balasku. Aku sengaja berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Yeni.  “Wah.. Kamu ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”  “Bukan Cie. Itu TTH-ku. Teman Tapi Hot.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Cie..”  Beberapa menit kemudian, Tante Yeni tidak membalas SMS-ku. Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Yeni meneleponku. 

“Lagi dimana Boy?” Tanya Tante Yeni. Suaranya lebih akrab
daripada biasanya.  “Di kamar sendirian,
Cie. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim. Jadi ketahuan deh aku lagi pengen..”
jawabku. Kudengar Tante Yeni tertawa lepas. Baru kali ini aku mendengarnya
tertawa sebebas ini.  “Aku tadi kaget
sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan.
Ternyata.. Hot sekali!”  “Hm.. Tapi
memang aku alim lho, Cie..” kataku bercanda. 
“Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”  “Ya teman lama, Cie. Partner sex-ku yang
pertama.” Aku bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Aku rasa
Tante Yeni bisa mengerti aku.  “Wah.. Kok
dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran. Aku yang dulu juga sering
heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru
di jaman ini.  “Kami bersahabat baik,
Cie. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.  Aku tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan
kami berteman, aku baru satu kali bercinta dengan Ria. Jauh lebih banyak kami
saling bercerita, menasehati dan mendukung. 
“Wah.. Baru tahu aku ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian
memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?” 
“Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat
batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus
ditanggung. Dan kami belum menginginkan itu.” 
“Lalu, apa partnermu cuma si Ria dan partner Ria cuma kamu?” selidik
Tante

Yeni.  “Kalau tentang Ria aku tidak
tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan pria lain. Aku pun begitu.
Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati.

Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Cie.”  “Oh.. Safe Sex ya? “  “Yup! Oh ya dari tadi aku seperti obyek wawancara. Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” tanyaku melangkah lebih jauh. Kudengar Tante Yeni menarik nafas panjang. Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku.  “Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy.” Jawabnya.  Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Aku jadi ingin tahu lebih banyak lagi.  “Ko Fery Impotent ya Cie?”  “Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi padaku. Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan.”  “Lho, Cie Yeni berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Cie?” tanyaku.  “Aku sih pernah memberinya tanda bahwa aku sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Aku tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”  “Oh.. Kalau Boy sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Cie Yeni..” godaku asal saja. Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.  “Boy, kamu itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran aku? suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”  “Cie Yeni serius? Aku tidak menyangka lho Cie Yeni bisa bicara seperti ini.

Baca Juga Cerita Mesum dewasa : Tante Pengen Ngentot

Cie Yeni masih muda. 35 tahun. seksi dan modis. Kok
bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Cie Yeni terlihat sangat mandiri di
mataku..” aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah
SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang
sangat terang-terangan seperti ini. 
“Kamu lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya? Suamiku tidak
ada di rumah kok. Dia

masih di kantor.” 
Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat
cepat. Bahkan aku tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante
Yeni. Selama ini aku sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua
dari murid privatku.  Bergegas aku
mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Yeni. Di sepanjang jalan aku
masih tak habis pikir. Apakah benar nanti aku akan bercinta dengan Tante Yeni?
Rasanya mustahil. Ada Cynthia dan Mbak Ning di rumahnya. Belum lagi kalau
ternyata Edy dan Johan juga sudah pulang dijemput sopirnya.  Sampai di rumah Tante Yeni, ternyata rumahnya
sedang sepi. Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai
menonton televisi.  “Di tunggu ibu di
ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usiaku
masih lebih tua darinya.  “Oh iya..
Terima kasih, Ning. Ada urusan sedikit dengan programnya nih.” Kataku
memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa aku datang.  Aku masuk ke ruang computer yang di dalamnya
juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Yeni.  “Tutup saja pintunya, Boy.” Kata Tante Yeni.  Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras.
Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Ria dan Ita, aku merasa aneh
berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. .

Setelah aku menutup pintu, belum sempat aku duduk, Tante
Yeni sudah melangkah menghampiriku.  Dia
memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir.
Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dadaku.  Aku tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah
pengalaman pertamaku dengan wanita yang usianya di atasku. Aku takut salah. Apa
aku harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja
mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide.  Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa
saat lamanya aku bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku
memilih tenang. Aku ingin tahu apa yang Tante Yeni inginkan. Aku akan
mengikutinya. Kali ini aku

main safe saja. No risk taking this time.  “Cie Yeni adalah masalah?” bisikku. Kurasakan
pelukan Tante Yeni semakin erat. Dia tidak menjawab. Aku juga diam. Benar-benar
situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan penisku tidak bergerak. Rupanya
pelukan Tante Yeni tidak membangkitkan gairahku.  “Aku cuma ingin memelukmu. Sudah lama aku
tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. Kamu tidak keberatan
kan aku memelukmu?” akhirnya Tante Yeni berbicara.  “Tentu saja aku tidak keberatan, Cie. Peluk
saja sepuas Cie Yeni.

Apapun yang Cie Yeni inginkan dariku, kalau aku mampu, aku
akan melakukannya.” Kurasakan tangannya mencubitku.  “Sok romantis kamu, Boy. Aku bukan gadis
remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu.. Wuih, apapun yang kau
inginkan dariku.. Aku akan melakukannya.. Hahaha.. Gak usah pakai begituan. Aku
sudah sangat senang kalau kamu mau kupeluk begini..”  Benar juga kata Cie Yeni. Hari itu aku
belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante
Yeni, kata-kata manis tidak diperlukan. Tapi tentu saja, aku tidak seratus
persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian
dengan tulus.  Perasaan wanita sangat
peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata pria. Apakah rayuan,
apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu. Dan
aku memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.  “Cie Yeni, aku beruntung bisa dipeluk wanita
sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?” candaku.
Memang benar aku merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan
aku yakin perasaan Cie Yeni akan menangkap ketulusanku.  “Yah.. Aku simpati denganmu yang bisa bergaul
akrab dengan anak-anakku. Kamu juga tidak merendahkan si Ning. Kulihat memang
pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy..” bisik tante Yeni lagi.

Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Aku jadi ingin menciumnya.  Di satu sisi aku tahu bahwa aku salah. Tante Yeni sudah berkeluarga

dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal aku menikmati pelukan itu. Bahkan aku ingin lebih dari sekedar pelukan. Aku ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Yeni sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin.  Pasti dia sangat haus sekarang. Aku mulai memperhitungkan situasi. Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat. Mbak Ning tidak mungkin masuk tanpa permisi. Satu-satunya kemungkinan gangguan adalah Cynthia.  Perlahan aku memberanikan diri menyentuh wajah Tante Yeni. Dengan dua buah jariku, aku membelai wajahnya lembut. Mataku menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Yeni gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya.  Aku menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Yeni menyandarkan kepalanya ke dadaku.  “Aku salah, Boy. Aku mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar.  Aku yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi aku sedang horny. Aku mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Aku tak berani menciumnya. Dan Tante Yeni menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara. 

Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Aku tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan aku juga membutuhkannya. Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat.  Aku segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini aku akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara.  Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya. Aku meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Yeni menggelinjang. Perlahan aku menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Yeni menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku.  Dasar cowok, aku mana tahan?

Sudah kepalang tanggung. Aku nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat aku berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Yeni bergetar hebat saat aku meremas payudaranya.  “Gila kamu, Boy. Aku tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk aku!” tegur Tante Yeni.  Aku tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak. Aku tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Yeni melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit.  Dengan mulutku aku membuka kancing-kancing kemejanya. Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan.

Baca Juga Cerita Hot Terbaru : pembantu vs majikan dan Nafsu Tante dengan Anaknya

Tapi berhasil juga. Tante Yeni tertawa melihat ulahku.  Kini aku bebas mencumbu payudaranya. Kujilat
dan kuhisap puting susunya. Tante Yeni melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram
kepalaku. Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telingaku,
sementara kepalaku, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya. Ugh, begitu
enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya
coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar.  Aku bermain cukup lama di putingnya.
Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras.
Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Yeni semakin
memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, aku lebih kuat darinya karena aku
rajin berolahraga menjaga stamina.  Tak
lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya
dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah. Tante Yeni merapatkan
kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap
matanya. Aku terus menatap matanya dan kembali mencumbunya.  Aku tidak akan memaksanya. Tetapi aku punya
cara lain. Aku akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan
persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.  “Ergh,” kudengar lenguhannya. Wah, lehernya
sensitif nih, pikirku. Dengan intensif aku mencumbunya di leher. Bergerak ke
tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu

telinganya.  “Boy..” rintihnya. Telinganya juga
sensitif.  Aku bersorak. Semakin banyak
titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya.

Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu
di punggungnya. Tante Yeni semakin bergairah. 
“Ka.. mu.. Na.. kal. Kamu pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..”
jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.  “Cie Yeni cantik sekali. Aku sangat
menginginkanmu, Cie.. Aku ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersamaku..”
bisikku sambil terus mencium telinganya. 
“Aku juga menginginkanmu Boy.. Tapi aku takut..” jawab tante Yeni.  Ya, aku harus membuatnya merasa aman. Dengan
gerakan cepat aku melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan
kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru
tidak baik.  Mengganjal pintu jauh lebih
baik. Kulihat Tante Yeni merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali
mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka. Aku berhasil memasukkan
jariku dan menyentuh vaginanya.  “Aahh..”
Tante Yeni semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini aku sangat
leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya
makin hebat dilanda badai birahi
Entahlah, aku sangat tenang dalam melakukannya. Semakin intensif aku
merangsang titik-titik lemah tubuhnya, aku semakin tenang. Aku seperti maestro
yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya aku berbakat dalam
menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.  Tante Yeni semakin dilanda birahi. Tangannya
kini tidak malu-malu melepas kancing celanaku dan mencari penisku. Setelah
menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya. Aku semakin
terbakar.  Kami sama-sama terbakar hebat.
Perlahan aku melepas turun celana dalamnya.

Tidak perlu dilepas. Aku menatap matanya meminta
persetujuannya. Mata Tante Yeni nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah
menerima apa pun perbuatanku.  Perlahan
penisku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Aku merasakan kenikmatan yang
dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Aku
berani tanpa kondom karena aku yakin dengan kesehatan Tante Yeni.  Aku mulai melakukan tugasku. Mendorong masuk,
menarik keluar,

memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat.
Suara penisku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Aku mengerahkan segenap
kekuatanku untuk menaklukkannya.  Tetapi
benar-benar tanpa kondom membuatku penisku lebih sensitif hingga belum begitu
lama, aku sudah merasakan di ambang orgasme. 
Segera kuhentikan aksiku. Kucabut penisku dan aku menenangkan diri. Kami
berciuman. Aku tak mau birahi Tante Yeni surut. Setelah agak tenang aku kembali
memasukkan penisku. Kali ini aku tidak menggebu dalam memompa penisku.  Aku memilih menikmatinya perlahan-lahan.
Setiap sodokan aku lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan
rintihan nikmat Tante Yeni yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya
bercinta.  Gelombang badai birahi kembali
melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang
berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik
untuk tubuh. Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara
teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama,
dan zat itu membuat kita sangat nyaman. 

Aku heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom. Penisku terasa agak panas. Aku belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan aku hendak mencapai puncak, aku menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme.  Aku berusaha seperti menahan kencing. Dan usahaku berhasil. Setidaknya aku bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Yeni yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Yeni semakin kemerahan. Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi.  “Cie Yeni cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta..” bisikku. Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat.  “Arg.., kamu juga.. Enak sekali, Boy..” ceracaunya.  Tante Yeni bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta.  Sebenarnya aku ingin mengubah posisi lagi. Aku ingin lebih lama bercinta. Tetapi aku agak khawatir juga.

Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini. Aku khawatir Mbak Ning nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Aku khawatir karena Mbak Ning cukup punya kecerdasan untuk berpikir yang tidak-tidak.  Dari bahasa tubuh Tante Yeni, aku yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku. Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.  “Agh.. Arrhhk.. Aku sudah ham.. pir..” rintihnya.  Tanganku meraih bra Tante Yeni dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Penisku semakin gencar menghunjam vaginanya. 

Baca Juga Cerita Mesum Indonesia : Pembantu Dan Bosnya

Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat. Aku belajar
untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Yeni walaupun menurutku sangat
sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, aku berencana membiarkannya
orgasme terlebih dulu, baru aku menyusul. 
“Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Yeni agak tidak
jelas karena sambil menggigit bra.  Aku
menjaga semangat dan menjaga penisku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan
penisku juga semakin panas. Aku juga sudah mendekati puncak. Aliran sperma dari
bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Yeni semakin
menyentak-nyentak. Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong.
Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar.  Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh
Tante Yeni bergetar hebat. Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram
sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar
semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah
menjerit sepuasnya.  “Aargghh..
Sstt..”  Aku merasakan ada cairan hangat
meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat penisku semakin panas.
Tante Yeni orgasme sementara aku juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya. Aku
mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan aku mencabut penisku.  Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Spermaku
berhamburan muncrat di perut dan dada Tante Yeni.

Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak
sia-sia. Aku yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot
perut dan penisku, sukses mengantarkan Tante Yeni menggapai orgasmenya.
Dibandingkan ketika making love dengan Ria dan Ita, kali ini lebih mendebarkan
dan menantang. I did it.  Tante Yeni
segera mencari tissue dan membersihkan ceceran spermaku. Kurang dari semenit
kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya
tinggal merapikan saja. Aku pun tinggal merapikan celanaku.  Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona
puas di wajah Tante Yeni. Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar
clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner
sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Aku tiba-tiba merasa begitu
menghormati wanita di hadapanku ini. Sinar matanya yang tegas, pembawaannya
yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona.
Aku sangat bangga bisa memberinya kenikmatan. 
“Maaf Cie.. Sudah melangkah jauh sekali..” kataku.  “Ya! Kamu tidak sopan sekali, tadi!” katanya
bergurau tetapi dalam nada agak tegas. 
Kami pun tertawa bersama. Aku memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan
rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu
tubuh kami cepat kering.  “Habis Cie
Yeni, sudah tahu aku lagi horny malah diundang kemari..” kataku membela
diri.  “Terus terang aku juga lagi
pengen, Boy. Begitu tahu kamu ternyata sudah pengalaman, aku jadi tergoda
denganmu. Tapi memang tadi aku sangat takut melangkah. Untung kamunya nekat..

Aku jadi terpuaskan, deh. Makacih ya..”  Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Yeni bicara
manja seperti ini. Aku sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang
makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh
dia tetap wanita juga. Sisi lembutnya tetap ada.  “Ya.. Aku juga senang sekali bisa memuaskan
Cie Yeni. Aku juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Cie Yeni kurang suka
dengan permainan tanganku di vagina ya?” 
“Bukan

begitu. Aku tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi
lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”  “Oh jangan kuatir.. Aku selalu sedia handy
desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman.” Kataku menenangkannya. Aku tadi
memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja aku pegang setir mobil.
Haha.. Yang ini tidak aku ceritakan. (Kalau Cie Yeni baca cerita ini, maafin
ya..)  “Yah baguslah. Aku juga suka
karena kamu selalu terlihat bersih dan harum..” tante Yeni mencium bibirku
lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan
lidahnya, saling bergelut. Kami terus berciuman sambil berpelukan.  Banyak pria melupakan kenyataan bahwa ada
hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi
orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman. Wanita sangat
berharga.  Jangan sampai kita para pria,
begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after
orgasm service. Ini adalah salah satu kunci yang aku pegang untuk membuat
wanita merasa nyaman bersamaku. Kami berpelukan dan dengan jelas aku mendengar
suara Tante Yeni..  “Aku menyayangimu,
Boy. Terima kasih buat semuanya. Aku merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..”
kata-kata ini tidak akan pernah aku lupakan.

Kalau Cie Yeni membaca cerita ini, Cie Yeni pasti ingat bahwa kata-katanya sama persis dengan yang kutulis. (Kecuali namaku, yaa.. Hehe).  Sebetulnya aku harus menanyakan arti sex bagi Tante Yeni. Tapi aku menundanya. Aku pikir aku bisa menanyakannya lain kali. Entah mengapa aku tidak bertanya.  Lalu kami keluar dari ruangan itu. Aku tidak melihat Mbak Ning. Sengaja aku ke kamar mandi dan kemudian aku mengintip ke kamar Mbak Ning dari kaca nako kamarnya. Astaga, dia sedang berganti baju.  “Hayo.. Ngintip! Dasar cowok!” hardik Mbak Ning. Aku terkejut tapi tertawa.  “Maaf-maaf, kupikir dimana tadi kok tidak ada.. Aku pulang dulu ya..”  “Ya.. Ya.. Buka sendiri pagarnya yaa” Demikianlah cerita bokep indonesia MEMUASKAN TANTE KESEPIAN oleh cerita sex

hot