cerita sex ini berjudul ” Cerita Sex Lelaki Hiper ” Cerita dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex panas,Cerita Sex bokep,kisah seks,Kisah Mesum,Cerita Sex tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,terbaru 2019.
Cerita Sex – aku sudah menikah selama 1 tahun ini belum mempunyai momongan, istriku bernama Hanik usianya 25 tahun dengan tubuh seksinya tingginya 169 cm payudaranya juga agak besar membuat aku selalu sayang setiap harinya apalagi kalau istriku sedang senyum terlihat lesung pipinya membikin manis saja.
Sedangkan aku bernama Ara, umurku lebih tua dari dia yaitu 5 tahun aku punya hobi bermain golf jadi badanku agak hitam disamping itu aku juga punya hobi renang, istriku yang bekerja di perusahaan nasional di jakarta dengan karir yang baik sedang kan aku berwiraswasta sebgai kontraktor bangunan. Secara ekonomi dapat dikatakan kami berkecukupan, apalagi kami tidak ada tanggungan, baik saudara maupun orangtua. Mungkin itulah yang menyebabkan kami hobi “dugem” setiap malam minggu sekedar untuk melepas lelah pikiran dan kejenuhan hidup di Jakarta.
Namun di malam minggu itu ada sesuatu yang lain yang mengubah hidup kami. Di malam itu, sengaja atau tidak, untuk pertama kalinya istriku berselingkuh di depan mataku. Dan aku membiarkannya. Begini awal ceritanya.
“Ra, ayo dong.. Kok dandannya lama amat?!” Hanik, istriku, berteriak dari lantai bawah rumah kami. Aku yang memang sedang mematut diri di depan kaca tersenyum mendengarnya, lalu membalas.
“Iya, sabar sayang, sebentar lagi!” 5 menit kemudian aku turun dan mendapatinya sedang cemberut di sofa ruang tengah kami. Hanik tampak sangat “cute” dengan terusan tipis berdada agak terlalu terbuka berwarna merah marun, sedikit di atas lutut dan tanpa lengan.
Sepatu hak 7 cm dengan warna senada menambah keserasian dan keseksiannya. Dengan polesan make-up sederhana, ia tampak manis. Sepertinya ia tidak mengenakan bra.
“Let’s go, babe.. Senyum dong. Kan mau seneng-seneng?” demikian aku membujuknya sambil kugamit lengannya yang mulus dan halus. “Hh.. BT nih
nungguin kamu! Cium dulu, kalo nggak aku ngambek..!” Hanik memonyongkan bibirnya lucu. Aku tersenyum, dan kucium pipinya lembut.“Cup! Tuh, udah dicium. Jangan ngambek lagi dong. Yuk, kita berangkat”. Sedikit kutarik lagi lengannya. “Hei.. Di bibir. Masa di pipi? Dasar deh, nggak romantis!” Hanik makin cemberut dan membuang muka, pura-pura ngambek.
Cerita Sex Lelaki Hiper Maka kupegang dagunya, dan kutolehkan wajahnya ke wajahku, lalu kukecup bibirnya yang tipis itu. Tak dinyana, Hanik melakukan “french kiss” yang membuat penisku agak mengeras. “Hihihi.. Kok jadi sesak gitu, celananya? Payah deh, gitu aja napsu”. Hanik cekikikan sambil tangannya mengelus ringan depan celanaku. Penisku jadi makin keras. Tapi cepat kutampik hal itu karena memang kita sudah harus berangkat.
Jam sudah menunjukkan pk. 11:30 malam. “Namanya juga lelaki.. Hehe. Yuk, ah. Udah malem nih, nggak enak nanti ditungguin teman-teman”. Aku menggamitnya sekali lagi dan kali ini Hanik menurut. Berangkat juga kami akhirnya.
Setibanya kami di sebuah Nite Club berlantai dua di bilangan Kuningan, waktu telah menunjukkan lewat tengah malam. langsung saja kami menuju lantai 2 yang menawarkan musik bernuansa pop-jazz yang ringan dan mudah dinikmati.
Dari salah satu pojokan, seorang sahabat Hanik, Poppy, melambaikan tangannya memanggil kami dan bereriak agak keras, berusaha mengatasi suara hingar-bingar band yang sedang beraksi.
“Yuhuu!! Sini, sini!! Ya amplop.. Malem banget sih kalian?? Kita-kita udah pada mau pulang nih!” Poppy meledek kami sambil pura-pura menenteng tasnya dan berjalan pergi. “Kalau jam segini udah mau pulang, kenapa loe nggak nonton bioskop aja, Neng? Ati-ati ya di jalan..” demikian sergah Hanik. Aku cengar-cengir saja memperhatikan mereka.
Kulihat “gank” kami yang biasa sudah kumpul semua. Pertama ada Poppy dan pacarnya (seorang keturunan Chinese yang cukup ganteng bernama Benny).
Mereka masih menunggu restu orang tua untuk menikah karena, maklum, berbeda suku/keturunan. Poppy adalah seorang gadis Sunda yang entah mengapa mirip keturunan indo.
Lalu yang
sedang menyalakan cerutu kesukaannya adalah sahabat kentalku Reno dan istrinya yang seorang model, Carol, yang malam itu.. Hmm.. Luar biasa dengan rok mini dari bahan kulit warna coklat tua, yang memperlihatkan hampir seluruh paha mulusnya, dipadukan dengan blouse ketat berlengan 3/4 warna putih dan cukup tipis. Ditambah dengan sepatu hak tingginya membuatku menelan ludah. “Hi, guys. Sorry kemaleman. Abis gue dandannya lama sih. Takut Carol nggak naksir lagi, nanti. Anyway, Ren, bisa teler gue nyium bau cerutu loe, jeg!”Aku ngomong sekenanya sambil tertawa. Carol senyam-senyum (GR kali) dan Reno pura-pura pingsan sambil memeletkan lidahnya, sambil jari tengahnya diacungkan ke arahku.
“Emang nih, genit deh Si Ara.” Hanik berkata seakan setuju dengan ekspresi Reno sambil mencibir ke arahku dan tangan kirinya menjewer telinga kananku keras-keras. Aaww!
Kulihat lagi duduk-duduk santai di sebelah Poppy, sambil merokok, jelalatan dengan jakun yang turun- naik karena memolototi makhluk-makhluk feminin yang berpenampilan “minimalis” alias 2/3 telanjang, dua bujang lapuk kawan-kawanku sejak SMA, Gary dan Eddy. Mereka tidak pernah membawa pasangan kalau lagi di Club.
“Ngapain kita bawa makanan kalau mau ke buffet?” demikian celetuk Eddy suatu waktu yang lalu saat kutanyakan alasannya. Benar juga, pikirku waktu itu. Hehehe.
“Jangan sampai gitu dong, prens.. Nanti bajunya pada lepas semua!” sambil terbahak Benny mendorong Gary agak keras sampai-sampai Eddy yang duduk disebelahnya ikut terdorong. Mata Benny yang agak sipit sampai tinggal segaris.. Eh, dua garis deh.
“Sial, loe, Ben. Minuman gue ampir tumpah! Gue guyur loe, ye!” Eddy mencak-mencak sambil berlagak mau menyiram Benny dengan segelas XO nya yang baru sedikit dicicipi.
“Sini, guyur ke dalam mulut gue. Hehehe.” Benny mangap-mangap persis ikan koki. Kocak sekali wajahnya. Hanik dan Poppy sampai tertawa keras sekali. Gary balas mendorong Benny sambil menjitaknya pelan.
Begitulah, kami berdelapan memang sangat akrab satu dengan yang lainnya, jadi memang seru kalau sudah ngumpul
semua begini. Rata-rata sudah sekitar 5-10 tahun kami berteman.Ada yang dari SMA seperti aku, Gary dan Eddy, ada yang dari kuliah dan ada yang dari teman sekantor, seperti Poppy dan Hanik, dan Reno & Eddy. Dari pertemanan seperti itulah kami bertemu, merasa sangat cocok satu dengan yang lainnya, dan lalu bersahabat seperti sekarang.
“Gini, gini..” Gary tiba-tiba angkat bicara dengan logat betawinya yang khas.
“Gue ade usul, dijamin seru. Tapi kagak ada yang boleh marah atawa tersinggung. Gimane, broer and sus?” Teman kita yang satu ini memang segudang idenya. Ada yang waras tapi lebih banyak yang aneh bin ajaib alias norak.
“Usul ape loe, Bang? Jangan kayak nyang kemaren ye.. Bikin gue malu abis. Sompret loe!” Eddy nggak mau kalah betawi.
Beberapa minggu yang lalu memang Gary mengajak main “truth or dare” yang mengakibatkan Eddy lari keliling lapangan parkir salah satu restoran di bilangan Kemang dengan hanya bercelana dalam.
Kakinya yang kurus dan tanpa bulu itu benar-benar pas buat diteriaki oleh para pengunjung yang lain, “Wow, seksi bener nih.. Tapi kok jenggotan ya??” Hobi temanku yang satu ini memang memelihara jenggot sejak SMA, dan cukup lebat pula.
“Diem dulu loe. Lagian ini buat para cewek-cewek. Loe kan kakinya doang yang wanita, sisanya waria..” sambaran maut Gary yang demikian membuat Eddy mati kutu.
“Jadi..” lanjut Gary, “Setuju nggak?”
Kami saling berpandangan. Aku sendiri agak was-was kalau Gary yang memberi usul, karena biasanya diperlukan keberanian extra untuk “bermain” dengannya.
“Apa dulu idenya?” Hanik dan Poppy bicara hampir bersamaan. Sedangkan Carol malah cuek, asik mengepulkan asap berbentuk bulatan-bulatan dari mulutnya. mulai suka bercerutu ria juga, dia ternyata.
Cerita Sex Lelaki Hiper Reno juga agak cuek sambil memeluk pinggang istrinya tersebut dengan mesra sambil menciumi tengkuk Carol yang jenjang. Sialan, pikirku. Si Reno hoki bener bisa dapet bini kayak bidadari begitu.
Aku tahu
Hanik juga cantik, tapi yah, rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau! “Loe pade lihat itu segerombolan cowok-cowok yang di meja seberang?” Gary menyorongkan dagunya ke arah yang dimaksud.“Yang dari tadi gue perhatiin pada jelalatan ngeliatin penyanyi cewek yang pantatnya bohai itu.. Lihat kan?” lanjutnya antusias.
“Oh itu. Mau ngapain, Gar? Loe mau suruh bini gue ke sono, terus nabokin satu-satu? Hehehe..” Si Benny nyerocos nggak jelas. Apa dia mulai mabok? Padahal cuma minum ice lemon tea doang.
“Loe juga.. Diem dulu dong, broer.” Gary mulai agak kesal.
“Gue lihat mereka udah pada horny semua gara-gara ngeliatin pantat cewek penyanyi itu. Tuh, lihat sampe mau megang segala. Ck ck ck..”
Memang kulihat mereka duduk sangat dekat dengan panggung, jadi mungkin saja.
“Let’s play a game. I call it, ‘Seduce or be seduced’ game.” Wah, mulai coro Inggris, Si Gary. Gawat nih, pikirku.
“You go there, pick one or two or more guys, whatever, and then dance with him. Try to seduce him while dancing. If we see and decide that you’re the one who got seduced, then you loose and you must buy all of us here a round of drinks.” Waduh bagus juga Inggrisnya bocah ini ternyata, lho.
“Nyang ber-alkohol, ye!” Yah, jadi betawi lagi dia. Sambil ngomong gitu, dia melirik ke arah Benny yang masih asik dengan ice lemon tea nya sambil nyengir jahat.
“Reseh loe, kunyuk!” Merasa disindir, Benny nyolot.
“Gue lagi mau menjauhi minuman keras nih. Supaya “itu” gue bisa lebih keras. Huahahaha!” Kami semua sampai kaget denger kerasnya tawa Benny.
Orang satu ini memang dulunya jagoan minum, tapi belakangan, entah mengapa kegemarannya itu hilang tiba-tiba. Mungkin mau mengambil hati orang tua Poppy.
“Udah keras banget kok, Yang..” Poppy menggelendot manja di bahu Benny sambil memberikan ekspresi horny.
“Berasaa banget..” katanya lagi. Ya ampun..
“Eh,
Gar.. Loe mau jadiin bini gue perek, apa?” kataku sedikit ketus. Sebenarnya aku deg-degan juga kalau-kalau Hanik tertarik sama ide gila ini.“Kalau bini gue digrepe-grepe orang, gue keberatan nih.” kataku lagi. Sebenarnya aku sengaja supaya Hanik makin tertantang. Kukedipkan mataku ke arah Gary, dan langsung dia paham. Dihisapnya rokoknya dalam-dalam tanda mengerti akan maksudku.
“Tenang, Ra. This is just a game. Belum tentu juga ada yang mau sama bini loe.” tandas Gary. That’s done it. Mata Hanik langsung melotot ke arah Gary dan berdiri.
“Eh, denger ya, Bang betawi.. Lelaki yang nggak suka sama gue pastilah hombreng atau buta atau yang masih bayi.
Ya nggak, Pop? Rol, Carol.. Jangan nyerutu doang dong dikau.” Hanik menyerang membabi-buta. Tercium bau alcohol dari mulut istriku.. Hmm pasti seru nih. Hanik akan sangat nekat kalau sudah fly.
“Iya nih, Si Abang. Tega nian kau berkata demikian kepada kawanku yang bohay ini..” Poppy mulai teler juga kayaknya.
“Carol.. Say something, sexy..” sambil ngomong gitu Poppy mengelus-elus paha kiri Carol yang terpampang mulus diseberangnya. Darahku berdesir melihatnya.
“Wah, mulai ada ‘live show’ nih. Asiikk..” Eddy tiba-tiba nimbrung sambil melihat ke arah Poppy dan Carol. Padahal sepertinya dia tadi lagi asik ngobrol sama seorang cewek ABG yang duduk di meja sebelah kami.
“Iihh, Poppy.. Ntar gue basah nih loe elus-elus gitu..” kata Carol sambil menjilat bibir sexynya dengan gaya horny yang dibuat-buat. Gila, pikirku. Bisa ngaceng berat nih gue.
“Gue rasa semua cowok di sini bakalan horny sama Hanik, tapi apakah Haniknya berani?? Hmm?? Berani nggak, sayang?” Yah, Poppy malah nambah manas-manasin Hanik.
Hanik memandang sebentar ke arah Poppy yang langsung asik lagi dengan cerutu dan ciuman-ciuman kecil suaminya di tengkuk dan lehernya. Tanpa berkata apapun, berjalanlah dia menghampiri meja seberang yang penuh cowok-cowok horny. Ada 6 orang jumlahnya.
This is one bad combination.. Satu cewek
cantik nan seksi setengah mabuk yang merasa ditantang, dan sejumlah cowok-cowok keren yang sudah sangat horny. Very bad.Setiba di meja seberang, Hanik langsung pasang aksi. Aku dan teman-temanku memperhatikannya dengan sedikit tegang. Mula-mula kulihat dia berbicara dengan salah seorang dari mereka sambil bergaya agak genit namun tetap anggun.
Tak berapa lama kemudian, turunlah mereka ke lantai dansa sambil bergandengan tangan. Lelaki itu berpostur sedikit lebih pendek dariku, tapi sangat atletis. I think he’s a gym rat. Kekar sekali, mungkin ada keturunan Arabnya.
“Damn, beneran Si Hanik. Are you OK, buddy?” Reno bertanya setengah berbisik kepadaku. “Fine. Gue mau lihat ini arahnya kemana. Tenang aja dulu, man.” Ujarku ke Reno.
“Wah, mulai ngegrepe tuh orang.” Tangan lelaki itu kuperhatikan mulai mengelus lengan atas istriku yang terbuka. Terus dielus-elusnya, lalu mulai turun ke pinggang dan berhenti di sana.
Saat dipegang pinggangnya, Hanik berjoget dengan seksi sambil mengangkat kedua lengannya sambil meliuk-liukan pinggulnya mengikuti irama musik pop-jazz. Liukan pinggulnya yang seksi, ditambah dengan ekspresi wajahnya, sungguh dapat membuat lelaki manapun terangsang. Lalu wajahnya sedikit didekatkan ke wajah Si lelaki sambil tersenyum kecil.
Jemari kirinya mengelus wajah lelaki itu yang tampak macho dengan brewok tipisnya. Diperlakukan demikian, Si lelaki mulai berani, lalu tangan kanannya bergerak pelan ke arah pantat istriku yang padat seksi itu. Mulai dielusnya pelan pantat istriku, dan air mukanya sedikit berubah karena didapatinya istriku memakai G-string.
Kulihat ia berbisik sesuatu kepada istriku, lalu istriku tertawa menengadah sambil tangannya perlahan turun merangkul leher lelaki tersebut. Terlihat begitu mesranya, sehingga bagi orang-orang yang tidak tahu pasti mengira mereka adalah pasangan yang sedang jatuh cinta.
Istriku lalu balas berbisik kepadanya, dan.. Hei! Lelaki itu mendekap pantat istriku dengan kuat sehingga dari pinggang ke bawah tubuh mereka menempel erat.
Cerita Sex Lelaki Hiper Keduanya lalu bergoyang erotis sambil meliuk-liukan pinggul mereka. Hanik, istriku yang
cantik, tampak semakin seksi dengan gerakan-gerakan itu. Kulihat semua teman-temanku menelan ludah, baik yang pria maupun yang wanita. Termasuk Carol, yang sudah hilang konsentrasi pada cerutunya itu. “Gila, gue jadi horny ngeliat bini lu sama tuh cowok.” begitu celetuk Poppy. Kuperhatikan wajahnya memerah dan dadanya naik turun. Mungkin benar, napsunya naik. Kuakui, aku pun demikian. “Iya nih. Hebat! Gue akuin deh bini lu, broer!” jakun Gary naik-turun.Aku tersenyum saja sambil pura-pura tidak begitu peduli dan menyalakan rokokku. Entah yang keberapa batang.
Gerakan yang memutar itu kemudian berganti. Hanik dengan antusias tampak menggosok-gosokkan selangkangannya ke selangkangan lelaki itu, naik-turun, sambil merangkul erat lehernya. Sang lelaki tak mau kalah, mulai menciumi leher mulus istriku perlahan dari atas sampai ke dekat belahan dadanya yang montok, dan sebaliknya.