Cerita selingkuh: Aku jatuh cinta pada ayah muridku

Author:

Di suatu desa bernama desa XX, terdapat sebuah Tempat Pendidikan Agama yang dikelola oleh seorang guru wanita bernama Najwa. Najwa adalah seorang wanita sholehah dan alim, dikenal karena semangatnya dalam mengajar anak-anak untuk mengaji. Dia juga adalah seorang istri yang setia kepada suaminya, Farid, seorang karyawan yang sering tugas ke luar kota.

Setiap hari, Najwa mengajar santri dengan baik. Santri-santrinya sangat suka dengan cara ustadzah Najwa mengajar, termasuk seorang santri laki-laki bernama Amir. Amir adalah anak dari seorang duda bernama Rahman. Rahman adalah seorang pengusaha kaya dibidang ekspor impor. Istrinya meninggal beberapa tahun lalu, dan sejak itu dia merawat dan membesarkan Amir sendirian.

Suatu hari, setelah selesai mengajar, Najwa melihat Amir menunggu di halaman TPA. Wajahnya tampak murung. “Amir, kenapa kamu belum pulang? Biasanya ayahmu sudah menjemput,” tanya Najwa dengan lembut.

Amir mengangkat bahunya. “Ayah sedang OTW, Bu. Saya disuruh tunggu di sini, sebentar lagi ayah akan sampai.”

Najwa merasa kasihan. “Kalau begitu, mari kita tunggu di dalam saja. Nanti kalau ayahmu datang, bisa langsung menjemput.”

Mereka berdua masuk ke dalam TPA. sambil menunggu, Najwa memberikan Amir camilan dan minuman. Tidak lama berselang, Rahman datang dengan terburu-buru takut Amir menunggu kelamaan. “Maaf, Bu Najwa. Saya telat menjemput Amir. Di kantor tadi sangat sibuk sekali.”

Najwa tersenyum. “Tidak apa-apa, Pak Rahman. Amir sudah saya temani.”

Rahman mengucapkan terima kasih dan merasa kagum dengan kebaikan ustadzah Najwa. Rahman menatap wajah ustadzah Najwa dengan penuh rasa takjub dan kagum dengan ketulusan Najwa. Rahman membayangann bila Najwa kelak bisa menjadi ibu bagi anaknya, Amir. Namun Rahman sadar bahwa ustadzah Najwa sudah bersuami, namun tekad kuat Rahman untuk menjalin hubungan dengan ustadzah Najwa tetap menggebu-gebu, apalagi ustadzah Najwa memiliki wajah yang sangat cantik, kulit yang putih mulus, serta body yang tidak gemuk dan tidak kurus, proporsional, tinggi badannya juga termasuk tinggi yaitu sekitar 170 cm.

Awalnya hubungan Rahman dan Najwa hanyalah sebatas orang tua santri dan guru, namun Rahman berniat untuk lebih serius dan ingin merebut ustadzah Najwa dari suaminya bagaimana pun caranya. Rahman sering berbicara dengan Najwa setiap kali menjemput Amir, melaksanakan misi untuk merebut hati Najwa.

Waktu berlalu, dan hubungan Rahman dan Najwa semakin dekat dan intens. Rahman mulai sering mengajak Najwa untuk ngobrol lebih lama. Pernah Rahman ingin mengajak Najwa untuk pergi ngopi-ngopi di kafe dan Najwa memenuhi ajakan itu, kesempatan Rahman untuk merebut hati Najwa sangat terbuka lebar.

Suatu hari, saat Rahman menjemput Amir, Najwa terlihat sedang membereskan buku-buku sendirian. Rahman menawarkan bantuan. “Bu Najwa, boleh saya bantu? Kebetulan Amir juga masih ingin bermain sebentar dengan teman-temannya.”

Najwa menerima bantuan Rahman dengan senang hati. Sambil membereskan buku-buku, mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pendidikan anak hingga kehidupan sehari-hari. Perlahan, Najwa mulai merasa nyaman berbicara dengan Rahman. Dia menemukan sosok yang perhatian dan pengertian, sesuatu yang jarang dia dapatkan dari suaminya yang sering sibuk bekerja.

Suatu sore, setelah semua anak pulang, Rahman datang ke TPA. “Bu Najwa, bisakah kita bicara sebentar?” tanyanya dengan wajah serius.

Najwa merasa gugup. “Tentu, Pak Rahman. Ada apa?”

Rahman menarik napas panjang dan bersiap mengutarakan isi hatinya. “Saya tahu ini salah, tapi saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri. Saya mencintai Anda, Bu Najwa.”

Najwa kaget dan terdiam, hatinya bergejolak. “Pak Rahman, kita tidak bisa seperti ini. Saya sudah bersuami.”

Rahman mengangguk, mengerti keadaannya. “Saya tahu bu, tapi perasaan ini begitu kuat. Saya hanya ingin ibu tahu kalau saya mencintai ibu.”

Najwa tidak tahu harus bagaimana, hatinya bergejolak, pikirannya berada di persimpangan jalan, apakah ia akan mengkhianati suaminya, Farid, dan menerima Rahman ataukah ia harus menolak Rahman, bagi dirinya ini pilihan yang sulit, sebab Najwa juga menyimpan perasaan cinta kepada Rahman. Dia tahu apa yang dia

rasakan adalah salah, tetapi dia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya. malam itu, mereka berdua memutuskan untuk tetap berhubungan, meskipun mereka sadar bahwa hubungan itu adalah hubungan terlarang baik secara norma masyarakat maupun norma agama, karena apa yang dilakukan oleh Najwa sudah termasuk dalam perselingkuhan, apalagi dia adalah seorang ustadzah yang seharusnya tidak berbuat seperti itu, namun cinta mengalahkan segalanya, Najwa memutuskan menjallin hubungan serius dengan Rahman di belakang suaminya.

Sejak saat itu, mereka mulai bertemu secara diam-diam untuk pergi makan di luar, pergi nonton, pergi jalan-jalan dengan bermesraan berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, bahkan lebih jauh dari itu. Padahal jika ia sedang tidak bersama Rahman, Najwa menampilkan dirinya sebagai seorang wanita yang sholehah, taat pada agama, dan tidak suka berbuat yang macam-macam, namun dibelakang itu, Najwa adalah seorang wanita yang munafik luar biasa. Ia tega mengkhianati suaminya dibelakangnya, pergi dengan pria lain yang bukan mahramnya, bahkan melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Rahman sering memegang area kewanitaan Najwa dan Najwa tidak menolaknya bahkan ia menikmatinya seolah sudah tidak ada batasan antara Rahman dan Najwa, mereka seperti sudah menjadi suami istri. Rahman mengontrak suatu rumah kecil di desa lain yang jauh dari tempat tinggalnya, tujuannya adalah untuk bisa berduaan dengan Najwa. Di rumah kontrakan itu sering meremas dan menciumi toket Najwa, memegang dan mencolmek memeknya sampai muncrat. Bagi Rahman ustadzah Najwaa adalah wanita yang sempurna, memeknya belum sering dipakai oleh Farid, jadi memeknya masih enak untuk dinikmati tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu sempit. Di keseharian bahkan di saat kerja, Rahman sering mengirimkan foto kontolnya yang sedang ngaceng pada Najwa dan Najwa pun kemudian membalasnya dengan memotret memeknya untuk dikirimkan pada Rahman.

Pada suatu hari, Rahman dan Najwa kembali bertemu di rumah kontrakan yang mereka gunakan sebagai tempat mesum mereka. Mereka saling berbuat mesum dan melakukan semua hal yang umumnya dilakukan

suami istri seperti ciuman, pelukan, colmek, nyepong, bahkan hingga ngentot alias melakukan hubungan badan, bila berada di dalam rumah kontrakan itu, Rahman dan Najwa sering bugil atau tidak menggunakan baju sama sekali. Seolah-olah Najwa sudah berubah dari sosoknya yang alim hingga menjadi seperti cewek lonte pemuas nafsu Rahman.

“Najwa, kamu cantik banget,” kata Rahman.
Najwa tersenyum dan mengelus rambut Rahman dengan tangan. “Terima kasih, Rahman. Kamu juga ganteng sayangku.”
Mereka kembali saling berciuman, tangan Rahman memegang memek Najwa dan mencolmeknya memasukan jari-jarinya ke memek Najwa dan mengocok-ngocoknya secara brutal, cairan squirt Najwa tersembur keana-mana, bahkan hingga membasahi sprei kasur, penuh dengan cairan squirt Najwa. Rahman memegang pinggang Najwa dan mendorongnya ke arah sofa. Najwa tersenyum dan mengikuti langkah Rahman.

“Rahman sayang, entot aku sekarang” kata Najwa.

Tanpa berpikir panjang, Rahman tersenyum dan mengarahkan kontolnya yang sudah ereksi maksimal akibat dikocok tangan Najwa. Ia mendorong kontolnya ke dalam memek Najwa yang sudah basah. Dan blessss, kontol itupun masuk ke dalam memek Najwa, Najwa berteriak keenakan, kontol bangsat, bajingan, enak banget Rahman, bahkan sekarang seorang wanita yang “sholehah” pun emngumpat kata-kata kasar, mungkin inilah Najwa yang sebenarnya, dari luar tampa sholehah namun dari dalam dia adalah cewek liar dan nakal.

“Rahman, ienak banget kontolmu anjiirrr,” teriak Najwa. “Kontolmu lebih ena k dari kontol suamiku, kontol suamiku itu kecil, pendek lagi, gak kayak kontolmu, gede, aku suka dientot kamu Rahman, memekku bisa muncrat berkali-kali kalau dientot kamu”, tambah Najwa. “memek kamu juga enak banget Najwa, lebih enak dari memek mendiang istriku dulu, memekmu masih rapet, masih keset, enak banget”, kata Rahman.

Rahman kemudian memasukkan kontolnya ke dalam memek Najwa dengan gerakan yang lebih cepat. Najwa menggigit bibirnya berteriang “Bajingan, kontol bangsat”, katanya.

“Rahman, masukkan kontolmu lebih dalam, sampai mentok”, minta Najwa.
Rahman tersenyum dan mendorong kontolnya lebih dalam ke dalam

memek Najwa. Najwa merem melek keenakan. “Rahman sayang memekku mau muncrat, ahhhh, ahhh, ahhhhh”, croootttt, crooottt, croootttt, memek Najwa menyemburkan cairan kenikmatan hingga membasahi sofa.
“Rahman, enak banget,” ujar Najwa .

Rahman pun semakin cepat menggenjot memek Najwa dengan kontolnya, hingga pada suatu saat rahman tidak bisa lagi menahan ejakulasi kontolnya “Ahhh aku, akuu, akuuu, mau muncrat Najwa, aku muncratkan di mana spermaku ini?” tanya Rahman. “Semburkan di memekku aja sayang, biar aku hamil anak kamu dan aku bisa cerai dari Farid. “Ahhhh, ahhh, ahhh, crooottt, crooottt, crooottt” kontol rahman menyemprotkan spermanya dalam jumlah banyak di dalam memek Najwa, saking banyaknya hingga meluber ke luar. Dengan sigap tangan Najwa meraih sperma Rahman yang jatuh dan kemudian menjilatnya. “Hemm enak banget spermamu sayang, aku suka, mana sini kontolmu aku sedot, jangan sampai ada sperma yang tersisa di kontolmu”, Najwapun kemudian menjilat dan memeras kontol rahmans ampai semua spermanya habis. rahman terkulai kemas di sofa yang basah kuyup akibat semburan cairan squit memek Najwa. Saat ini kasur dan sofa di rumah kontrakan itu sudah besar kuyup terkena cairan memek, cairan sperma, dan cairan keringat mereka setelah ngentot dengan ganasnya.

Setelah mereka berdua memuaskan nafsu syahwatnya, mereka berduapun mandi dan kemudian pulang ke rumahnay masing-masing menggunakan sepeda motornya amsing-masing agar tidak emnimbulka kecurigaan. Najwa pulang dengan menggunakan baju gamis besar dan jilbab yang menutupi auratnya, nampak kemunafikan yang sangat besar pada dirinya, bahkan Rahman pun masih menciumi dan memegang selangkangan Najwa ketika ia sudah berpakaian lengkap.

Samapai saat ini Rahman dan Najwa masih terus menjalin hubungan layaknya suami istri di belakang Farid. Farid tidak curiga karena Najwa pandai menutupi rahasianya. hanya saja ketika Farid mengentot Najwa, ia merasakan memek Najwa terasa longgar, tidak serapat dulu, ya wajar saja, karena Najwa sering dientot Rahman.