Perkenalkan nama pamanku adalah Tiyo, dia adalah seorang pengusaha sukses. Namun dibalikkesuksesannya dia bkamum mendapatkan seorang jodoh untuk menemani hidupnya. Sungguh malangsekali nasib pamanku ini, usianya sekarang sudah menginjak kepala empat, namun dia bkamumsaja menikah, aku sempat berpikirn untuk mencarikannya seorang istri namun kenalankukebanyakan masih berusia muda dan aku langsung berpikiran pasti kenalanku banyak gakmaunya karena perbedaan umur yang terlalu jauh.
Semua itu aku ketahui beberapa bulan yang lalu dari ayahku yang bercerita banya soalkehidupan pamanku Tiyo. Kemudian ayahku menyuruhku untuk main kerumahnya sekedar untukmaen untuk menjaga keakrapan keluarga kita karena sudah lumayan lama kkamuargaku tidakberkunjung kerumahnya. Aku pun bersedia dan aku langsung bergegas untuk pergi kerumahpamanku.Sesampainya dirumah pamanku aku disambut pamanku dengan gembira, karena hubunganku denganpamanku juga lumayan dekat. Kemudian aku disuruhnya masu rumah, aku lihat suasana rumahsangat rapi sekali dan sangat tertata, aku pun kemudian tanya kepada pamanku aka nada acraapa dirumahnya. Pamanku pun menjelaskan kalau aka nada tamu yang special datang kerumahjadi paman mempersiapkan semuanya secara matang. Aku pun langsung berpikiran kalau tamuistimewa pamanku ini adalah seorang wanita.tak lama kemudian datanglah seorang gadis muda, umurnya sekitar 27 tahunan, dengan pakaianyang rapi namun sangat seksi sekali. Bentuk tubuhnya terlihat melekuk sangat indah sekali.Payudaranya juga lumayan besar sekitar 34B ditambah dengan pantatnya yang bulat menghiasirok yang membalutnya. Sungguh aku langsung terpesona melihat kecantikan dan keseksiangadis itu. aku terus memandangi gadis itu sebkamum aku tau namanya, dan ternyata gadis itujuga memandangiku. Hingga akhirnya pamanku mengenalkannya kepadaku, kamipun berjabattangan dan dia mengenalkan dirinya dengan nama Nadine. Sungguh sangat cocok sekali namadengan perawakannya.Sambil makan Nadine terus memandangiku, aku takut kalau sampai pamanku tau aku merasa gakenak dengannya. Tapi tidak demikian halnya dengan Nadine. Diaa lebih sering memandangku,terutama ketika aku berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembuspikiranku. Aku mulai berpikir jangan-jangan Nadine lebih menyukaiku. Tapi aku tidak dapatberharap banyak, soalnya bukan
aku yang hendak dijodohkan. Tapi aku tetap sajamemandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnyapanjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus,tapi sepertinya dadanya agak rata, filmbokepjepang.sex tapi aku tidak terlalu memikirkannya.Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebkamum mereka pulang, pamanku mentraktirmereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketikasampai di restorant tersebut, aku langsung pergi ke WC dulu karena aku sudah kebelet.Sebelum aku menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyataadalah Nadine.“Eh, ada apa Nad?”“Enggak, aku pengen kasih kartu nama aku, besok jangan lupa telpon aku, ada yang mau akuomongin, oke?”“Kenapa enggak sekarang aja?”“Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”
Setelah acara makan malam itu, aku pun pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan diotakku, apa yang mau diomongin sama Nadine sih. Tapi aku tidak mau pikir panjang lagi,lagipula nanti aku bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.Besoknya saat istirahat makan siang, aku meneleponnya dan bertanya langsung padanya.“Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aku penasaran banget?”“Eee, penasaran ya, Ren?”“Iya lah, ayo dong buruan!”“Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.”“baru tahu yah, napsu aku emang tinggi.”“Napsu yang mana nih?” Nadine sepertinya memancingku.“Napsu makan dong, aku kan bkamum sempat makan siang!”
Aku sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aku ini orang yang sangatmenghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aku sambil makan dapat sekaligus maininternet di tempat kerjaku, karena saat itu pasti bosku pergi makan kkamuar, jadi akubebas surfing di internet, gratis lagi.“Yah udah, aku cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aku sore ini abis pulangkerja, soalnya aku pengen ngobrol banyak sama kamu.”Aku tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.Lalu kataku, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”“Karena aku mau kasih surprise buat
kamu.” katanya manja.“Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aku ke tempat kamu, kira-kira jam 6,alamat kamu di mana?”Lalu Nadine bilang, “Nih catet yah, apartment XX, lantai 5 , pintu no. 57, jangan lupayah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”“Bye-bye Ren.”Setelah telepon terputus, lalu aku mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalupikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aku menyentuhnya nanti, tetapi langsung akuberpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku.Lalu aku pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu akupun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaku di Roxymas.Sesampainya di sana, aku pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitusampai di lantai tersebut, aku pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, Nad..”Nadine tersentak kaget, “Wah aku kira siapa, pake tepuk segala.”“Kamu khan kasih surprise buat aku, jadi aku juga mesti kasih surprise juga buat kamu.”Lalu ia mencubit lenganku, “nakal kamu yah, awas nanti!”Kujawab saja,“Siapa takut, emang aku pikirin!”“Ayo masuk Ren, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.Ketika aku masuk, aku langsung terpana dengan apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknyaberbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku.Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-janganini cewek simpanan, pikirku.
Sambil aku berkeliling, Nadine berkata, “Mau minum apa Ren?”“Apa saja lah, asal bukan racun.” kataku bercanda.“Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Nadine sambil tertawa.Sementara ia sedang membuat minuman, mataku secara tidak sengaja tertuju pada rak DVD nya,ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aku tidak sadarketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Ren, kalo kamu mau
nonton, setel ajalangsung..!”Aku tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aku enggak salah dengernih..?”Lalu katanya, “Kalo kamu merasa salah denger, yah aku setelin aja sekarang deh..!”Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek,pikirku, apa ia tidak tahu kalau aku ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberaniini.
“Duduk sini Ren, jangan bengong aja, khan udah aku bilang anggap aja rumah sendiri..!”kata Nadine sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.Kemudian aku pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan filmpanas itu, sampai akhirnya aku pun buka mulut, “Eh Nad, tadi di telpon kamu bilang maungomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”Nadine tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aku tidak menyangkaakan tindakannya itu, tapi aku pun tidak berusaha untuk melepaskannya.
Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Kamu tau Ren, sejak kemarin bertemu,kayaknya aku merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Ren, aku suka sama kamu.”“Tapi khan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aku, apa kamu enggak merasa kalo kamu itudijodohin ke Paman aku, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aku ke kamu..?”“Iya, tapi aku enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, akupikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aku..?” kata Nadinesambil mendesah.
Aku pun menjawab, “Aku sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aku enggak enak sama Pamanaku, entar dikiranya aku kurang ajar sama yang lebih tua.”Nadine diam saja, demikian juga aku, sementara itu film semakin bertambah panas, tapiNadine tidak melepaskan genggamannya. Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja,soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya,lalu ia menoleh padaku, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan, “Nadine,aku cinta kamu.”
Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecupbibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Nadine pun
lalu membalasnya sambilmemkamukku erat-erat. Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya,ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Nadinemenggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterimapada buah dadanya.Kemudian aku berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudarayang masih terbungkus BRA itu.
“Aaahh, buka aja BH-nya Ren, cepat.., oohh..!”
Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padatdan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anakbayi kehausan.
“Esshh.. ouwww.. aduhh.. Ren.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”
Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka seluruh pakaiannya sampai bugil total. Iajuga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami salingberpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju kekamarnya, tapi aku melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dengan kedua tanganku.
“Aouww Ren, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelNadinet manjamelingkari leherku.
Kemudian kuletakkan Nadine pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aku menindih tubuhnya dariatas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpelukan erat.Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Nadine mendesah-desah nikmat. Tidak lama aku bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turunke perutnya, Nadine menggeliat kegelian.“Aduh Ren, kamu ngerjain aku yah, awas kamu nanti..!”“Tapi kamu suka khan? Geli-geli nikmat..!”“Udah ah, jilati aja memek aku Ren..!”“Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”
Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilatklitorisnya yang sebesar kacang kedele. Nadine menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liarseakan-akan tidak mau kalah dengan permainan lidahku ini.
“Oohh esshh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohh.. nikmat sekali..!”Agak lama juga aku bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitarvaginanya.
“Ren, masukkin aja titit kamu ke lobang aku, aku udah enggak tahan lagi..!”Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujungpenisku, ternyata tidak mau masuk. Aku baru tahu ternyata dia masih perawan.“Nadine, apa kamu tidak menyesal
perawan kamu aku tembus..?”“Ren, aku rela kalau kamu yang ngambil perawan aku, bagi aku di dunia ini cuma ada kitaberdua aja.”Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatuyang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.
“Aduh sakit Ren, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.
Aku pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menitkemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batangkemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.
“Pelan-pelan Ren, masih sakit nih..!” katanya meringis.
Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalugerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Nadine sangatmenikmati sekali permainan ini.
Tidak lama kemudian ia mengejang, “Ren, aa.. akuu.. mau keluuarr.., teruss.. terus..,aahh..!”Aku pun mulai merasakan hal yang sama, “Nad, aku juga mau kkamuar, di dalam atau diluar..?”“Keluarin di dalem aja sayang.. ohh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulaidijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh.. sshh.. sshh.. sshh..”Ternyata dia sudah keluar, aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hinggamenyentuh ke dasar liang senggamanya.
“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”
Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dankeluarlah spermaku ke dalam liang surganya.
Saat terakhir air maniku keluar, aku pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidakkucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hinggadengan jelas aku dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingioleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuhklitorisnya.“Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlakuanku itu.
Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpkamukan selama kira-kira satu jamsambil meraba-raba. Lalu ia berkata kepadaku, “Ren, mudah-mudahan kita bisa bersatuseperti ini Ren, aku sangat sayang pada kamu.” Aku diam sejenak, lalu kubilang begini,“Aku juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aku
kalo dianyari-nyari kamu.” “Oke boss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memeluku lebiherat.Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkahseperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aku datang ke tempat kerjanya danmelakukannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang. Kadang ia juga ketempat kerjaku untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi,soalnya tiap kali Nadine ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu takpernah dibalas Nadine, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri.Aku dan ia sering jalan-jalan ke Mall, untungnya tidak pernah bertemu dengan pamanku itu.Sampai saat ini aku masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, iatidak menjawabnya. Aku ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yangingin punya keluarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aku dapat enaknyajuga.