Cerita dewasa: Tubuh basah Istri om Joni sehabis mandi membuatku bergairah

Author:

aku sering ke rumah Oom Joni kalau tidak kuliah. Entah sekedar membaca koran atau bermain dengan anaknya, Acil yang berumur 3 tahun. Pernah juga Oom Joni menyuruh aku tungguin rumahnya saat ia keluar kota dengan keluarganya. Oom Joni mempunyai seorang anak, ya Acil itu dan seorang istri, Netty namanya. Aku memanggilnya Tante Netty.

Sebenarnya Tante Netty tidak mau dipanggil Tante, karena ia bilang bahwa ia masih muda, baru 28 tahun umurnya. Tapi Oom Joni umurnya sudah 45 tahun. Memang Oom Joni telat menikah. Umur 45 tahun Oom Joni baru mempunyai anak berumur 3 tahun.

Kemarin siang Oom Joni telepon aku. Aku nyangka Oom Joni mau kasih aku pekerjaan. Oom Joni memang pernah menjanjikan pekerjaan untukku, tapi rupanya Oom Joni minta aku menjaga Acil, karena Tante Netty mau ke rumah sakit menjaga mamanya yang baru saja selesai operasi usus buntu.

Pagi-pagi aku sudah sampai di depan rumah Oom Joni. Tapi Oom Joni sudah berangkat ke kantor, karena mobilnya sudah tidak kelihatan di parkir di pinggir jalan di depan pagar rumahnya. Aku segera membuka pintu pagar Oom Joni yang tidak dikunci.

“Acill…” panggilku setiba di depan pintu rumah Oom Joni yang terbuka.

“Acil tidur,” jawab Tante Netty dari dalam rumah. “Masuk, Tom.”

Aku masuk ke dalam rumah Oom Joni dan melihat Tante Netty masih memakai daster sedang merapikan tempat tidur, sedangkan Acil tidur di sofa. “Acil tunggu kamu datang sampai ketiduran, Tom.” kata Tante Netty. “Sudah sarapan belum? Di meja makan ada roti. Kalau mau kopi bikin sendiri ya? Aku mau mandi.”

“Aku sudah sarapan. Kopi nanti aja, siangan.” jawabku. Entah suaraku kedengaran gemetaran nggak oleh Tante Netty.

Tante Netty yang memakai daster tipis itu kelihatan bayangan payudaranya dan bayangan segitiga celana dalamnya. Aku duduk di kursi membaca koran menjadi tidak tenang. Kontolku nyut-nyutan melihat tubuh Tante Netty seperti telanjang dari dasternya

yang tipis itu ketika dasternya tertimpa sinar matahari pagi.

Tante Netty melangkah ke belakang meninggalkan aku di ruang tamu. Sekitar 20 menit aku membaca koran, Tante Netty datang dari kamar mandi dengan tubuh berbalut handuk. Tante Netty tidak langsung masuk ke kamarnya. Ia mendekati aku. Tubuhnya yang wangi sabun mandi tidak sepenuhnya tertutup handuk.

“Punggungku sakit kenapa ya, Tom?”

“Mana aku tau? Apa salah urat kali saking hotnya semalam main sama Oom?” jawabku santai.

“Aiihh…” Tante Netty mencubit lenganku. “Aku ngomong yang benar, kamu jawab begituan,” katanya.

Aku menarik Tante Netty duduk di sampingku, lalu memeluk pundaknya yang telanjang tidak tertutup handuk itu. “Iihhh… sebel aku!” katanya mencubit pahaku tidak melawan.

Aku cium pipinya. “Aku mau jadi papanya Acil. Kamu mau terima aku sebagai suamimu, nggak?” tanyaku.

Tante Netty memandang aku tidak percaya. Pelan-pelan kudekatkan bibirku ke bibirnya. Tante Netty tidak mundur untuk mengelak ciumanku. Bibirku semakin dekat, semakin dekat ke bibir Tante Netty, Tante Netty memejamkan matanya. Kemudian kucium bibirnya yang tipis itu. Setelah itu, aku hendak menarik bibirku. Jantungku berdebar-debar.

Tapi kemudian Tante Netty mengulum bibirku, sehingga aku pun berani melumat bibirnya, memangut dan kami saling bermain lidah. Mungkin malu, Tante Netty melepaskan bibirnya, lalu memeluk aku erat-erat.

Aku usap-usap punggungnya dengan telapak tanganku. “Aku sayang Acil, aku mencintai kamu,” bisikku.

“Tapi ngomongnya jangan sekarang dong, aku kan mau ke rumah sakit?” jawabnya menggodaku.

Aku memagut bibirnya. Ia mendorong aku hendak melepaskan diri. Aku tidak membiarkan Tante Netty melepaskan diri. Aku membuka ikatan handuknya. Setelah ikatan handuknya terbuka, aku memegang teteknya yang bulat kecil itu dan kenyal. Kuremas tetek Tante Netty. Oohh… Tante Netty menghisap bibirku kaut-kuat.

Aku segera menggendong tubuhnya yang mungil itu ke kamar. “Tomi… Tomi…” teriaknya.

Aku melemparkan tubuh Tante Netty yang sudah telanjang bulat itu di tempat tidur. Ia langsung memeluk bantal guling

menutup tubuhnya yang telanjang. Secepatnya aku melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhku hingga aku telanjang, lalu aku naik ke tempat tidur menyingkirkan bantal yang dipeluk Tante Netty.

Tante Netty tidak melawan. Ia malah memegang kontolku yang tegang. “Besar sekali, Tomi… aku takut.. “ desahnya manja.

Ahh… tiba-tiba Acil naik ke tempat tidur. Acil tidak mau kalah. Ia merebut tempat berbaring ditengah-tengah kami. Netty mencium pipi Acil dengan gemas. Sementara itu aku merangsek ke belakang Netty. Netty membuka lebar pahanya untuk kumasukkan penisku ke lubang vaginanya. Lubang vagina Netty sudah basah kuyup saat kutusuk dengan penisku.

Sree..eett… srreett… blee..eess.. aiihh… nikmatnya memekmu Netty, meskipun sudah bekas… desahku dalam hati ketika penisku berhasil masuk seluruhnya ke dalam vagina Netty.

Segera kupompa memek Netty dari belakang, sedangkan Netty memeluk Acil. Untung Acil bisa diam. “Hee…hee.. nggak!” teriak Acil malu saat Netty menyodorkan puting teteknya.

Aku memeluk Netty dari belakang membiarkan penisku terendam di cairan memeknya yang banyak. Tidak ada yang lebih indah daripada pagi hari itu. Netty memandikan Acil, setelah itu kami sarapan bertiga di Mc Donald. Selesai sarapan, kami pergi bertiga ke rumah sakit.

Sejak saat itu, aku dan Netty kapan pun dan dimana pun siap bercinta. Kalau Oom Joni keluar kota, aku sering mengajak Netty dan Acil menginap beberapa hari di cottage atau di villa.