Cerita dewasa: Mencari udara segar malah ketemu istri tetangga, langsung entot aja

Author:

malam itu panas lebih dari biasanya, sebab sudah lama tidak turun hujan. Enok duduk di teras rumahnya mencari angin, lagi pula kedua anaknya sudah tidur.

Kemudian Hasyim, tetangga sebelah rumah Enok keluar dari rumahnya ngobrol dengan Enok. Hasyim tidak bisa tidur, karena kepanasan juga. Lagi pula istrinya pulang kampung 2 hari yang lalu, lusa Hasyim akan menyusul.

Setelah agak lama ngobrol, Enok menawarkan Hasyim minum kopi tanpa ada niat apapun, karena memang mereka bertetangga baik.

Rachmat, suami Enok suka bermain catur dengan Hasyim, jika Rachmat libur dari pekerjaannya sebagai sopir bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi).

Hasyim menerima tawaran Enok. Sewaktu Enok sedang menuang air panas dari termos ke gelas yang telah berisi kopi 2 in 1, tiba-tiba Hasyim datang dari belakang memeluk Enok.

“Sudah lama aku terpikat sama kamu, Mbak!” kata Hasyim.

Enok panik. Enok meronta melepaskan diri dari pelukan Hasyim. “Apa-apaan sih kamu, Syim? Jangan gitu, ahh!” kata Enok tidak berani berteriak, karena takut kedua anaknya bangun dan kedengaran tetangga.

Tapi Hasyim nekat mencium leher Enok. “Hasyim, kamu babi apa monyet, sih? Ngapain kamu suka sama aku yang sudah punya anak 2?!”

Hasyim tidak mau mendengar ocehan Enok. Ia menjilat belakang telinga Enok dengan lidahnya. Bulu kuduk Enok meremang, karena di sinilah letak kelemahan Enok.

Enok menggeliat sehingga semakin disukai Hasyim. Tangan Hasyim langsung beralih ke buah dada Enok yang tidak mengenakan BH. Buah dada Enok yang kendor menggantung itu diremas oleh Hasyim.

“Setan kamu, Syim!!”

Hasyim tidak mau dengar kata-kata Enok. Buah dada Enok terus diremas sementara bibirnya menjilat bolak-balik belakang telinga Enok sampai ke pangkal leher Enok.

Enok yang sudah hampir 2 bulan tidak disentuh Rachmat, harus mengakui bahwa ia terangsang. Buah dadanya terasa tegang dan napasnya sesak, sehingga membuat ia semakin tidak berdaya melawan cumbuan Rachmat.

Entahlah dimana letaknya daya tarik Enok yang sudah berumur

35 tahun ini, sedangkan Rachmat berumur 25 tahun. Rachmat baru menikah 1 tahun dan belum mempunyai anak.

Suci, istri Rachmat pasti lebih cantik daripada Enok. Buah dada Suci masih padat, perut belum melar seperti perut Enok, dan vaginanya juga pasti lebih singset karena belum pernah melahirkan seperti Enok yang sudah punya 2 anak.

Enok semakin tidak berdaya ketika tangan Hasyim turun hingga ke bagian selangkangan. Telapak tangan Hasyim mencakup selangkangan Enok yang tembem. Daging vagina Enok ditekan-tekan membuatkan Enok menunggingkan sedikit pantatnya ke belakang. Hasyim yang memakai celana pendek tanpa memakai celana dalam itu langsung mencucukkan batang penisnya yang tegang ke belahan pantat Enok.

“Syimm… sudah Syimmm…. apa enaknya sih kamu main sama aku yang sudah tua? Apa kamu gak kasihan sama Suci?” erang Enok.

“Kamu lebih nikmat, Mbak!” desah Hasyim menggosok-gosok belahan vagina Enok yang tertutup celana dalam hangat dan lembab.

Pantat Enok semakin terangkat menahan nikmat akibat gosokan Hasyim, sehingga jari Hasyim berhasil menemui ‘mutiara nikmat’ Enok.

Enok tidak bisa lagi menahan diri lebih lama lagi. “Syimmm…. ssseettthh… ooogghhh… berhenti dulu, aku bikinkan kopi buat kamu. Nanti dilajutin lagi… uugghh… emmpphhh…” rintih Enok.

Hasyim tidak juga mau melepaskan Enok. Malahan ia berhasil menarik turun celana dalam Enok yang karet elastisnya sudah molor. Kemudian diseretnya Enok yang sudah tidak berdaya ke depan meja makan. Hasyim segera menurunkan celana pendeknya dan mengangkat daster Enok ke atas.

“Syimm… massukin pelan-pelan ya, Syim… jangan dipaksa…” desah Enok menggigit bibir saat Enok merasa kepala penis Hasyim yang besar menekan ke bibir vaginanya yang merekah.

Setengah tubuh Enok bertumpuh di atas meja makan. Dan dengan pengalaman yang ada padanya, batang penis Hasyim mulai menyodok liang vagina Enok.

Huuhhh…

Dunia rasanya gelap dalam sekejap ketika sedikit demi sedikit batang Hasyim masuk ke dalam liang vagina Enok.

“Mbak, masih ketatt…” bisik Hasyim ke telinga Enok.

Hampir keseluruhan batangnya terbenam ke dalam liang vagina Enok yang basah.

Terengah-engah juga Enok dibuatnya. Batang Hasyim lebih kurang sama besarnya dengan batang Rachmat, tapi batang Hasyim lebih panjang. Enok bisa merasakan kepala batang Hasyim menekan ke rahimnya.

Uuhhh… jangan disemburkan dulu… enakkk… desah Enok di dalam hati.

Untuk beberapa saat Hasyim membiarkan batangnya terbenam di dalam lubang vagina Enok. Hasyim ingin merasakan denyutan nikmat dinding vagina Enok yang meremas-remas batang penisnya. Yang begini, Hasyim tidak mendapatkan dari vagina Suci.

Hasyim memegang pinggang Enok lantas ia menarik batangnya keluar, dan kemudian dimasukkan lagi dengan perlahan-lahan. Enok merasakan tubuhnya bergetar saking nikmatnya.

Setelah masuk hampir keseluruhan, Hasyim menarik keluar batangnya dengan cepat. Hasyim mengulanginya untuk beberapa kali. Kemudian ia menukar temponya.

Kali ini Hasyim memasukkan batangnya dengan cepat dan menarik keluar perlahan-lahan. Duhhh… Enok mulai merasa ingin kencing tanda klimaksnya hampir tiba. Beberapa kali liang vaginanya digenjot kuat oleh Hasyim, tubuh Enok mulai bergetar dan beberapa saat kemudian terus menjadi kejang-kejang.

Uughhh… sungguh nikmat rasanya!

Hasyim mencabut batangnya yang masih keras keluar dari lubang vagina Enok. Ia memeluk Enok erat-erat dari belakang. Kemudian ia membawa Enok duduk di lantai.

Hasyim membaringkan Enok dan kemudian kedua belah kaki Enok dibukanya. Hasyim menaikkan kedua kaki Enok ke atas pundaknya.

sambil tersenyum Hasyim menekan batangnya ke dalam lubang vagina Enok yang masih basah. Kali ini Enok merasa lebih nikmat karena kelentitnya tergesek batang penis Hasyim. Begitu pula dengan batang Hasyim dapat masuk jauh ke dalam lubang vagina Enok.

Setelah agak lama digenjot dan disodok, Hasyim mulai merasa tanda-tanda untuk klimaks. Kemudian Enok memeluk tubuh Hasyim dengan erat. Hasyim juga memeluk tubuh Enok.

Enok mendengus,: “Uuughhh.. Syimmm, mau dua kaliiii…”

Crutttttttt…. cruttttt.. air mani Hasyim menembak rahim Enok pada saat yang sama.

Setelah napas mereka mereda, Hasyim bangun membetulkan letak celana pendeknya. Enok

melepaskan celana dalamnya membersihkan vaginanya yang berlumuran air mani Hasyim.

“Jangan pulang, Syimm.. tidur sini, ya?” kata Enok tersenyum.

Mereka lalu berpelukan saling melumat dan mengulum bibir.