Cerita mesum: Guru les berhijab binal ngocokin kontol muridnya sampai ngecrot

Author:

Sisil Antika Sundari wanita berdarah campuran antara sunda dan cina itu sekarang berusia 26 tahun, merupakan istri dari seorang lakilaki bernama Rendi Gunawan dan ibu dari seorang anak lakilaki bernama Azka Gunawan.

orang-orang memanggilnya dengan nama Sisil, dikenal sebagai seorang wanita cantik, pintar, dan baik hati. Memiliki tinggi badan 155 centi meter yang selalu dibalut dengan baju yang menutupi semua tubuhnya, serta jilbab stylish khas anak muda jika di luar rumah.

Sisil memutuskan untuk menikah muda saat usianya menginjak 23 tahun dengan seorang lelaki yang amat dicintainya yaitu Rendi Gunawa. Keputusan menikah muda itu bukan tanpa sebab, ia menikah dengan suaminya saat masih muda karena permintaan terakhir ayahnya sebelum wafat.

Hingga kini pernikahan Sisil dan Rendi sudah berjalan tiga tahun dan dikaruniai anak berusia dua tahun. Kehidupan Sisil hanya seputar mengurus rumah, anak, serta suaminya. Selain itu Sisil juga membuka les privat Bahasa Inggris di rumahnya agar tidak terlalu merasa bosan di rumah.

Sisil dan Rendi merupakan teman semasa kuliah lebih tepatnya senior dan junior, hingga akhirnya menjalin hubungan sampai ke pernikahan. Sisil sangat mencintai Rendi karena menurut Sisil Rendi adalah sosok lelaki family man, bertanggungjawab, dan pekerja keras.

Hal itulah yang membuat Sisil sangat mencintai dan menyayangi Rendi, begitupun Rendi sangat mencintai Istrinya. Terlebih dengan fisik Sisil yang sangat mempesona, beruntunglah Rendi bisa mendapatkan Sisil wanita yang menjadi kembang kampusnya itu.

Saat ini Sisil dan Rendi tinggal di sebuah perumahan menengah yang ada di daerah Ibu Kota. Rumah itu adalah rumah hasil kerja keras Rendi yang bekerja sebagai pegawai swasta di bidang Finansial. Keluarganya kini bisa dikatakan sebagai keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas.

Kehidupan yang sempurna bagi Sisil ini bukan tanpa cacat, meski terlihat bahagia ada sebuah keresahan dalam hati kecilnya. Keresahan itu timbul dari sang suami, meskipun Rendi merupakan sosok lelaki yang bertanggungjawab dan family man

namun ia memiliki satu kekurangan.

Tetapi kekurangan itu selalu Sisil abaikan dan berusaha untuk diterimanya, sebab ia berpikir tidak ada yang sempurna di dunia ini terutama jika berhubungan dengan manusia. Apalagi Sisil merupakan sosok perempuan yang taat beragama, sehingga kekurangan yang dimiliki suaminya itu berusaha ia terima dengan ikhlas hingga saat ini.

Namu Sisil hanyalah seorang wanita biasa, terkadang ia merasa jengkel dengan suaminya namun sesaat kemudian ia tersadar kembali untuk menerima keadaaan sang suami. Sisil tidak berani untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Rendi karena takut melukai hati suaminya itu dan juga perintah agama yang akhirnya membuat Sisil harus selalu bersabar dengan keadaannya.

Meskipun begitu Sisil merasa bahagia dengan kehidupannya saat ini, dikaruniai seorang anak yang sehat serta memiliki suami yang ideal dan ekonomi yang baik. Kehidupan Sisil berjalan dengan sempurna hingga suatu insiden mengubah segalanya.

sayang aku berangkat dulu ya” Ucap rendi sambil berjalan kearah teras rumah.

“Iya sayang” Jawab Sisil yang keluar dari dalam kamar membawakan tas miliki Suaminya itu.

“Aku hari ini pulangnya sedikit telat ya. Ada meeting dulu” Ucap rendi sambil mengambil tas yang dibawakan oleh Sisil.

“Hemm.. Selalu meeting meeting meeting sampe lupa sama istri dan anak ya.” Jawab Sisil sedikit cemberut.

“Hahaha baru juga bulan bulan ini, nanti deh weekend kita jalan jalan ke pantai ya bareng Azka” Kata rendi berusaha membuat istinya itu tidak marah

“Janji ya!” Balas Sisil.

“Iya Janji sayang, yaudah aku berangkat dulu ya. Jagain Azka jangan nonton drakor terus!” Kata Rendi sambil memakai sepatunya.

“Ihss.. Iya lah emang kapan aku ga ngurusin Azka. Kamu kali yang ga pernah ngurusin.” Jawab Sisil sedikit kesal.

“Hahaha iya iya sayang, aku kan harus kerja keras buat kita. Buat make up kamu, buat susu Azka, buat cicilan rumah. Ya intinya aku gini bukan buat aku aja, tapi buat kita.” Balas Rendi sambil berdiri

lalu mencium kening Sisil.

Sisil hanya bisa memejamkan mata saat bibir suaminya mendarat di keningnya, perasaan hangat penuh kasih sayang membanjiri hatinya. Akhirnya rasa kesal Sisil hilang berganti dengan rasa penuh kasih pada suaminya itu.

“Yaudah iya, kamu semangat kerjanya ya. Nanti pulang mau aku masakin apa?” Tanya Sisil

“Mmmm… Sayur sop tambahin toge kayanya enak tuh, biar makin jos hahaha” Ucap rendi menggoda Sisil sambil meremas pantat Sisil dari luar celana pendeknya

“Ihsss emang iya? Ah paling Cuma lima menit.” Ucap Sisil datar membuat Rendi sedikit terdiam mendengar ucapan istrinya itu.

Sadar dengan apa yang baru saja diucapkannya mungkin sedikit menyinggung suaminya, Sisil langsung berusaha mencairkan suasana dengan tertawa dan berkata bahwa itu hanya bercanda yang membuat raut wajah suaminya sedikit lega.

“Yaudah sana berangkat, nanti telat lagi.” Ucap Sisil

“Oh ia bener, yaudah aku berangkat dulu ya sayang. Jaga rumah ya, nanti aku kabarin kalo sudah sampai” Rendi pamit dan tidak lupa kembali mencium kening istrinya itu lalu masuk ke dalam mobil.

Begitulah ritual setiap pagi antara Sisil dengan Rendi sebelum sang suami berangkat bekerja. Menyiapkan sarapan, menyiapkan baju dan keperluan suaminya lalu bercanda riang sebelum sang suami berangkat untuk bekerja.

Setelah itu barulah Sisil menjalankan aktifitasnya sebagai seorang Ibu rumah tangga, mengurus Azka dan membereskan rumah lalu menunggu Rendi pulang. Namun setiap hari Selasa dan Jumat sedikit berbeda, sebab pada hari itu Sisil mengajar les privat Bahasa Inggris.

Muridnya mulai dari anak SD sampai anak SMA yang ada di sekitar kompleks perumahannya, kurang lebih berjumlah 15 anak. Hari senin untuk jadwal murid SD sebanyak 10 orang, sedangkan hari Jumat untuk murid SMP sebanyak tiga orang dan murid SMA sebanyak dua orang.

Hari ini adalah hari Jumat, jadwalnya memberikan les untuk muridnya yang SMP dan SMA. Jadwal untuk SMP biasanya dimulai pukul satu siang sampai pukul tiga sore,

sementara untuk SMA dimulai pukul empat sore hingga enam sore.

Sedari pagi Sisil sudah mengurus Azka yakni memandikan, memberi makan, sampai mengeloni Azka sampai tertidur. Lalu membereskan semua pekerjaan rumah serta mempersiapkan ruang tamu untuk dijadikan tempat lesnya.

Semua pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga sudah selesai, kini ia hanya tinggal menunggu murid muridnya datang untuk les bahasa inggris. Sisil merebahkan dirinya ke atas ranjang di kamarnya mengistirahatkan badannya yang lumayan letih membereskan seisi rumah, memang harus Senin dan Jumat menjadi hari yang sedikit sibuk bagi Sisil. Hingga akhirnya iapun tertidur dengan masih menggunakan pakaian tank top dan celana pendek.

tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, Sisil terbangun karena mendengar suara ketukan di pintu rumahnya yang menandakan anak anak yang akan les sudah datang. Sisil pun segera berganti baju dengan menggunakan baju yang rapih dan sopan selayaknya guru namun tetap stylish.

Semua kegiatan les privat untuk anak anak SMP berjalan dengan lancar, kini jam di dinding menunjukkan pukul tiga sore. Masih ada waktu satu jam sebelum murid-muridnya yang SMA datang untuk les privat. Akhirnya karena merasa gerah Sisil memutuskan untuk mandi terlebih dahulu agar merasa lebih fresh saat mengajar nanti.

Kini Sisil sudah berada di kamarnya dengan badan yang basah dan handuk yang melilit di tubuhnya. Setelah mandi Sisil lebih merasa segar dan siap untuk kembali mengajar, kini Sisil berdiri di hadapan cermin besar yang ada di kamarnya.

Ia memperhatikan lekuk tubuhnya, lalu melepas handuknya dan kini bertelanjang bulat di hadapan cermin itu. Ia bergumam dalam hatimelihat keindahan tubuhnya sendiri.

“Ternyata aku masih cantik, dan sexy ya. Walaupun sudah melahirkan Azka” ucap sisil kepada dirinya sendiri. “Pantas saja Rendi selalu bernafsu hihihi” Tambah Sisil sambil sedikit tertawa.

Saat sedang memperhatikan tubuhnya, dari sudut cermin itu Sisil melihat kembali sekelibat bayangan seperti kepala seseorang di jendela kamarnya. Kali ini dengan

jelas ia melihat ada bayangan hitam seperti kepala menempel di jendela kamarnya.

Tetapi begitu Sisil memperhatikan bayangan itu seketika itu langsung menghilang. Lagi-lagi Sisil tak yakin dengan apa yang dia lihat apakah itu benar benar sebuah bayangan seseorang atau hanya halusinasi saja dari pantulan bayangan di kaca jendelanya.

Dengan kejadian itu Sisil buru buru memakai kembali bajunya yang berwarna biru muda dengan aksen garis garis putih serta kerudung berwarna hitam. Tak lama setelah Sisil selesai mengenakan bajunya terdengar bunyi ketukan di pintu rumahnya. Sisil segera ke depan untuk membukakan pintu.

Ternyata itu salah satu muridnya yang SMA datang untuk les privat bahasa inggris dengannya. Anak itu bernama Amel, yang kini duduk di kelas 12 SMA dan akan bersiap menghadapi ujian untuk masuk ke perguruan tinggi.

“Sore Mba Sisil..” Ucap amel dengan nada yang semangat

“Sore Amel.. loh kok sendiri?” tanya Sisil heran karena hanya Amel yang datang

“Iya nih Mba, ga tau si Rifal kemana. Padahal tadi dia bilang mau langsung dateng ke sini dan ga pulang dulu ke rumah” jawab Amel.

“Oh gitu ya, tapi Rifal belum ke sini loh. Ini Amel duluan yang dateng” Ucap Sisil.

“Yaudahlah Mba biarin aja nanti juga dateng sendiri” Ucap amel.

“Yaudah ayo masuk Mel..” Ajak Sisil mempersilahkan Amel untuk masuk.

Sesi les privat pun dimulai meski hanya Amel seorang, Sisil mengajarkan beberapa tips kepada amel untuk mengerjakan soal soal bahasa inggris. Tak berselang lama sekitar 10 menit terdengar suara pintu rumah Sisil kembali di ketuk, Sisil pun bangkit dari kursi di ruang tamunya untuk membuka Pintu.

“So.. So.. Sore Mba Sisil” Ucap gugup seorang pemuda berkacamata sambil menundukkan kepala yang masih menggunakan seragam putih abu lengkap dengan tas hitam di punggungnya .

“Iya, Sore juga Rifal, dari mana aja ko baru dateng?” Tanya sisil bingung melihat Rifal baru datang.

“A.. A.. Abis

dari warung dulu Mba beli makanan” Jawab Rifal berusaha mengatur nafasnya sambil matanya sesekali melirik ke arah Sisil.

“Ya sudah ayo masuk Fal.. tuh lihat sudah ada Amel.” Ajak Sisil kepada Rifal.

“I.. Iya Mba” Ucap Rifal masih gugup. Sisil pun heran tak seperti biasanya Rifal bertingkat seperti itu, namun ia tak terlalu memperdulikannya.

Akhirnya Rifal masuk dan duduk di samping Amel dan berhadap hadapan dengan Sisil, kemudian ia mengeluarkan buku catatan dan kamus bahasa inggrisnya. Sisil kembali mengajarkan kedua muridnya itu materi ujian, namun saat tengah menjelaskan ia sesekali menangkap basah Rifal yang tidak fokus dan malah melihat ke arah buah dadanya, namun Sisil tak berpikir macam macam.

“Rifal ayo yang fokus belajarnya” Tegur Sisil yang mulai risih dengan lirikan mata Rifal yang sering mencuri pandang kepadanya. Mendengar teguran Sisil Rifal kembali gugup seperti merasa tertangkap basah.

“I.. I.. Iya Mba maaf” Ucap Rifal sambil menundukan kepalanya dan berusaha mencatat apa yang dijelaskan oleh Sisil.

Kegiatan les sudah berjalan hampir satu jam, Sisil duduk di kursi ruang tamu sedangkan kedua muridnya duduk di lantai dan menulis di meja ruang tamu. Karena tinggi meja di ruang tamu itu lebih rendah dari posisi Sisil duduk membuat ia harus sedikit membungkuk saat menulis.

Karena Sisil menggunakan kerudung Pasmina yang tidak menggunakan peniti maka ujung dari kerudungnya itu selalu jatuh dan mengganggu Sisil saat menulis, akhirnya Sisil mengikat kerudungnya itu ke belakang membuat payudaranya yang menonjol semakin terlihat.

Hal ini membuat mata Rifal terbelalak melihat keindahan payudara Sisil di hadapannya. Sementara itu Sisil masih fokus menjelaskan soal soal kepada Amel dan tidak sadar bahwa Rifal memperhatikan payudaranya.

Payudara Sisil yang begitu indah, berbentuk bulat dan padat tercetak jelas dibalik baju yang Sisil gunakan. Apalagi Bra yang Sisil gunakan juga tercetak jelas di balik bajunya, hal ini membuat Rifal semakin gelisah.

“Rifal kenapa?” Tanya

Sisil yang mulai sadar kegelisahan Rifal.

“E.. E.. Engga Mba” Jawab Rifal gugup.

“Terus kenapa kamu kaya orang yang gelisah sampe kaya ga nyaman gitu duduknya” Kembali Sisil bertanya karena heran melihat gelagat Rifal.

“Mm.. Mm.. Anu, Rifal sakit perut Mba” Jawab Rifal berbohong.

“Aduh Rifal.. kenapa ga bilang, sudah sana ke kamar mandi dulu” Ucap Sisil setelah mendengar alasan Rifal yang tampak gelisah karena sakit perut.

“I.. Iya Mba terima kasih” Balas Rifal dan langsung berdiri lalu segera pergi ke belakang.

Sekilas saat Rifal berdiri dan berjalan melewati Sisil ia bisa melihat ada tonjolan di celana anak itu dan terlihat ada setitik noda basah di area selangkahannya. Tetapi Sisil yang sedang fokus mengajarkan Amel tidak terlalu memperdulikan hal itu dan memilih untuk fokus mengajarkan Amel.

Sekitar 10 menit Rifal tak kunjung kembali dari kamar mandi, bahkan sampai waktu les privat ini selesai sekitar pukul enam Rifal belum juga kembali. Amel pun yang sudah selesai membereskan buku bukunya kesal menunggu Rifal yang tidak kunjung kembali.

“Si Rifal lama banget sih” Keluh Amel

“Hahah sabar Mel mungkin bener bener sakit perut itu”Jawab Sisil bercanda

“Halah emang kebiasaan itu Mba Si Rifal! Aku pulang duluan ajah deh sudah sore Mba.” Ucap Amel

“Hemm.. Yasudah kalo gitu, nanti kalo kamu pulang lewat rumahnya Rifal terus ada mamahnya, bilang aja Rifalnya lagi sakit perut di rumah Mba ya” Ucap Sisil.

“Iya Mba.. Amel pulang ya Mba, makasih buat hari ini” Ucap Amel sambil berdiri dan keluar meninggalkan rumah Sisil

“Iya Sama-sama Amel” Jawab Sisil dengan penuh senyuman mengantarkan Amel kedepan gerbang.

Setelah Amel pulang Sisil kembali masuk ke rumahnya dan membereskan meja di ruang tamu yang berantakan dengan buku dan kertas kertas. Setelah semua beres Rifal tak kunjung kembali dari kamar mandi yang membuat Sisil sedikit khawatir takut terjadi apa apa kepada Rifal.

Akhirnya

Sisil berjalan menuju kamar mandi untuk melihat Rifal disana, nampak pintu kamar mandi itu masih tertutup menandakan masih ada orang di dalamnya. Karena khawatir Sisil mengetuk pintu itu

Tok Tok Tok “Rifal.. Kamu engga apa apa?” Ucap Sisil sambil mengetuk pintu, namun tak ada jawaban dari dalam ketika hendak kembali mengetuk pintu terdengar suara Rifal dari dalam

“I.. Iya Mba Sisil engga apa apa cuma.. Cuma.. sakit perut ajahhhhh” Jawab Rifal dari dalam suaranya terbata

“Oh gitu ya, yaudah jangan lama-lama ya nanti mamah kamu nyariin loh” Ucap Sisil

“I.. I.. Iya Mba ini sebentar lagi keluar” jawab Rifal masih terbata bata

“Keluar? Keluar apa fal?” Tanya Sisil heran, namun tak kunjung ada jawaban dari dalam.

“Rifalll..” Sisil kembali memanggil Rifal, namun tetap tidak ada jawaban.

Karena merasa khawatir Sisil mendekatkan telinganya ke pintu untuk mendengar suara Rifal. Namun ketika hendak menyenderkan kepalanya ke pintu tiba tiba pintu terbuka dan membuat Sisil kaget. Sisil pun terpeleset jatuh tersungkur ke depan tetapi untungnya Rifal dengan sigap menangkap tubuh Sisil yang terdorong masuk ke kamar mandi.

Kejadian itu membuat keduanya terkejut apalagi Rifal yang langsung menahan tubuh Sisil agar tidak jatuh. Dengan posisi lengannya menahan tubuh Sisil bagian depan agar tidak jatuh membuat ia bisa merasakan kenyalnya payudara guru les privatnya itu dengan tidak sengaja.

Sisil pun yang ditopang oleh Rifal dapat merasakan bahwa payudaranya menempel pada lengan Rifal, kejadian itu terjadi begitu cepat. Buru buru Sisil bangkit dan memperbaiki posisi berdirinya.

“M.. Mba ga apa apa?”Tanya Rifal memastikan kondisi Sisil

“Iya enga apa apa ko.” Jawab Sisil “Mba khawatir kamu kenapa kenapa di dalam, soalnya lama banget ada mungkin 30 menit, kenapa ko lama?” tanya Sisil

“Mmm.. Itu Mba, itu sembelit” Jawab Rifal gugup

“Yaudah sekarang kamu pulang terus nanti minum obat ya biar ga sakit perut” Ucap Sisil

“I.. Iya

Mba makasih, Rifal pamit ya Mba” Jawab Rifal lalu berjalan ke ruang tamu diikut oleh Sisil

“Hati-hati ya Rifal, salam ke mamah kamu” Ucap Sisil di depan gerbang rumahnya.

Setelah Rifal pulang Sisil masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar mandi untuk berwudhu karena sudah Adzan maghrib. Namun ketika Sisil masuk ke kamar mandi ia merasakan lantai kamar mandinya sedikit licin dan lengket.

Sisil juga melihat di lantainya terlihat bercak bercak putih seperti sabun yang menempel di dinding dan lantai kamar mandinya. Segera Sisil membasuh bercak itu tanpa memastikan lagi karena yakin bahwa itu adalah sabun mandi.

Setelah membasuh semua lantai kamar mandi dan dinding yang terkena bercak putih tadi, Sisil kemudian berwudhu. Alangkah terkejutnya Sisil ketika selesai wudhu dan berbalik ke arah pintu keluar ia melihat celana dalam serta bra miliknya yang dipakai tadi siang masih tergantung di balik pintu kamar mandi.

“Astagfirulloh.. ko bisa ada disitu” Ucap sisil terkejut

Apa yang Rifal lakukan di kamar mandi sisil tadi?

Dua hari sudah berlalu sejak kejadian pakaian dalam Sisil yang tertinggal di kamar mandi yang kemungkinan dilihat oleh Rifal. Kehidupa Sisil berjalan biasa saja, mengurus rumah, suami, dan anaknya.

Begitupun dengan kehidupan ranjangnya dengan Rendi sangat biasa saja, bahkan sudah hampir satu minggu ini ia tidak bercinta dengan suaminya itu sebab sibuk bekerja. Padahal di umur pernikahannya saat ini harusnya hubungan ranjang antara suami istiri itu sedang berada di fase membara.

Terutama di umur Sisil yang berusia 26 tahun tentu nafsu birahinya sedang menggebu-gebu, namun sebagai Istri yang baik dan penurut kepada suaminya ia hanya bisa sabar menanti Rendi untuk menjamah tubuhnya.

Untuk mengalihkan gejolak birahinya itu Sisil berusaha menyibukan dirinya dengan Azka, selagi suaminya sibuk bekerja Sisil menghabiskan waktu mengurus anaknya. Sampai pada jadwal ia harus kembali memberikan les privat bahasa inggris kepada murid-muridnya.

Terkadang memberikan les privat

dan berinteraksi dengan murid-muridnya membuat rasa bosan Sisil sedikit terobati ditengah tengah kesibukan sang suami. namun kegiatan itu tidak bisa menghilangkan nafsu birahinya yang sedang bergejolak.

Bahkan janji Rendi yang akan mengajaknya liburan ke Pantai batal karena Rendi harus pergi dinas keluar kota selama tiga hari. Tentu itu membuat Sisil kecewa namun ia tidak bisa berbuat apa apa selain menerima keadaan suami tercintanya itu.

“Sayang aku minta maaf, sepertinya rencana kita untuk pergi ke pantai itu harus batal” Ucap Rendi saat sedang makan bersama Sisil di meja makan rumahnya itu.

“Loh kenapa?” Tanya sisil

“Besok aku diberi tugas untuk menemani Pak Irawan melakukan pengecekan ke kantor cabang di Bandung selama tiga hari” Jelas Rendi kepada Sisil.

“Yah, kenapa harus kamu? ga bisa orang lain gitu!” Ucap Sisil sedikit kecewa

“Gak bisa Sayang, ini permintaan langsung Pak Irawan katanya ini bisa jadi salah satu penilaian aku buat naik jabatan” Jelas rendi hati-hati. Sisil terdiam.

“Yasudah.” Ucap sisil singkat

“Sayang, aku mohon pengertian dari kamu. Aku lakuin ini demi kita. Supaya aku bisa cepat naik jabatan” Jelas Rendi memohon pengertian kepada Istrinya itu.

“Tapi kamu sadar ga sih aku juga butuh kamu!” itu yang ingin Sisil ucapkan kepada Rendi namun entah kenapa ia tak mampu mengucapkanya saat itu. Yang bisa Sisil ucapkan hanya kata Iya dibarengi dengan senyum manis kepada Rendi berusaha mengerti kondisi suaminya itu.

“Makasih ya Sayang” Ucap Rendi setelah mendengar persetujuan dari Sisil.

“Yaudah aku ke kamar dulu ya mau nyiapin baju baju kamu.” Ucap Sisil lalu pergi meninggalkan Rendi yang masih memakan nasi goreng buatnyannya.

Senin pagi pun tiba, Sisil sudah menyiapkan segala keperluan Suaminya selama tiga hari. Kini Rendi sedang menerima telpon dari atasannya yang mengabarkan bahwa akan menjemput Rendi ke rumahnya karena kebutulan ruman Rendi itu sejalur menuju kantor dari arah rumah Pak Irawan.

Saat ini

Sisil sedang menyuapi Azka dengan menggunakan pakain berjenis dester rumahan berwarna kuning, dengan motif bunga bunga berwarna putih serta bagian dadanya yang sedikit lebih rendah menampakan belahan payudaranya dan rambut yang dikuncir khas ibu ibu rumah tangga yang sehari-harinya hanya mengurus rumah.

Jika ada lelaki dewasa yang melihat Sisil dengan pakaian itu sudah dipasi akan menegak air liur menahan birahi karena tampilan Sisil yang begitu Sexy, namun tidak dengan Rendi yang saat ini malah sibuk menelpon.

“Sayang Aku berangkat ya!” Ucap Rendi dari arah ruang tamu

Mendengar ucapan suaminya itu Sisil bergegas menghapiri Rendi untuk mengantar kepergiannya selama tiga hari.

“Hati-hati ya Sayang” Ucap Sisil dengan penuh rasa cinta kepada suaminya itu.

“Iya sayang, kamu baik baik di rumah ya. Nanti sepulang aku dari Bandung aku janji akan ambil cuti buat kita bisa family time” Kata Rendi seraya memegang lengan Sisil sambil menatap matanya.

Mendengar ucapan itu Sisil sedikit merasa senang, sebab penantiannya selama tiga hari kedepan tidak akan sia-sia karena setelah ini ia dan suami serta anaknya akan memiliki waktu bersama.

“Iya sayang, janji ya!” Jawab Sisil

“Iya Sayang janji, yaudah aku berangkat dulu ya” Ucap Rendi sambil memeluk Sisil.

ketika sedang memeluk istrinya itu terdengar suara klakson mobil dari depan rumahnya. Rendi yakin itu adalah Pak Irawan, segera Rendi melepas pelukannya dan berjalan keluar rumah dengan buru-buru karena tidak enak kepada atasnya itu jika harus menunggu lama.

Sisil pun hanya bisa melihat kepergian suaminya dari balik jendela, sebab pakainnya saat ini sangat tidak memungkinkan ia untuk keluar rumah. Terlihat atasan suaminya itu turun dari mobil dan bersalaman dengan Rendi.

Pak Irawan berumur sekitar 45 tahun memiliki tinggi badan lebih tinggi dari Rendi sekitar 167 cm dan berpostur tegap sedkit berisi serta berambut pendek berwana hitam sedikit beruban. Suaminya itu pernah bercerita bahwa Pak Irawan ini orang yang baik

dan bijaksana serta selalu memberikan dukungan kepada bawahannya termasuk pada Rendi.

Terlihat suaminya sudah masuk ke dalam mobil begitupun dengan Pak Irawan, saat Sisil hendak hendak kembali untuk melanjutkan aktifitasnya menyuapi Azka ia melihat tas kecil berbentuk pocket milik suaminya yang berisi domper serta barang-barang pribadinya tergelat di atas meja ruang tamu.

Tanpa berpikir panjang Sisil mengambil tas itu dan berlari tergesa gesa keluar rumah untuk memberikannya kepada Rendi sebelum mobilnya berangkat. Untungnya Sisil tepat waktu, sebelum mobil itu berangkat Sisil sudah berada di samping kaca jendela mobil Pak Irawan.

“Sayang…” Teriak Sisil. Seketika terlihat Rendi yang duduk dibelakang kemudi.

“Kenapa sayang?” Ucap Rendi

“Ini ketinggalan!” Jawab Sisil sambil menyerahkan tas milik suaminya itu

“Astaga aku lupa!” Kata Rendi saat melihat tas hitam miliknya yang dipegang oleh Sisil lalu menerimanya dari Sisil.

“Wah ini Istrinya Rendi ya!” Ucap lelaki dari kursi penumpang di samping Rendi.

“Eh ia pak, ini istri saya Sisil” Jawab Rendi.

“Wah cantik ya dan seger” kata Pak irawan melihat Sisil yang begitu sexy dengan dester kuningnya.

“Hahaha Pak Irawan bisa aja” Ucap rendi mendengar pujian atasannya itu kepada Istrinya

“Sayang ini Pak Irawan atasan aku” Lanjut rendi kepada Istrinya

“Oh ia, saya Sisil Pak Istrinya Rendi” Ucap Sisil berusaha untuk ramah kepada atasan suaminya itu. Namun saat melihat lelaki di samping suaminya itu Sisil sedikit risih dengan tatapan kepada dirinya. Begitu sadar ternyata pakaian yang ia kenakan itu sangat sexy kulitnya yang putih mulus itu seperti bersinar dibawah sinar matahari pagi, apalagi bagian dadanya yang rendah memperlihatkan belahan payudaranya.

Menyadari hal itu buru buru sisil merapihkan desternya agar tidak terlalu sexy namun percuma saya ia masih terlihat sexy di mata lelaki yang ada di samping suaminya itu. Menyadari hal itu Rendi buru buru untuk pamit agar istrinya bisa segera masuk kembali ke dalam rumah.

“Yaudah sayang

aku berangkat ya, kamu masuk aja ke dalem!” Ucap Rendi kepada istrinya itu.

“Iya sayang, hati hati ya, dahh..” Jawab Sisil kepada Rendi dan buru buru masuk kembali ke dalam rumah.

“Wah beruntung sekali ya kamu Ren, dapet istri kaya Sisil cantik dan sexy” Ucap pak irawan saat sisil sudah masuk ke dalam rumah.

“Hehehe iya pak” Jawab Rendi sedikit canggung saat mendengar perkataan bos nya itu.

“Emang gak apa apa ditinggal Ren? Nanti ada yang ambil loh hahah” Lanjut pak Irawan

“hahaha.. ya gimana lagi pak saya kan harus menemani Bapak” Jawab Rendi

“Yasudah ayo Ren kita berangkat, supaya kamu bisa cepat cepat pulang lagi. Saya yakin Istri kamu pasti kesepian” Kata Pak Irawan kepada Rendi sambil matanya masih memperhatikan Sisil yang berjalan masuk ke dalam rumah.

Saat mobil sudah mulai berjalan terlihat senyum muncul dari bibir hitam Pak Irawan, entah apa yang dipikirkan lelaki berusia 45 tahun itu hingga tersenyum sambil menatap Rendi yang sedang fokus menyetir.

Setelah Suaminya itu pergi Sisil kembali melanjutkan kegiatan hariannya yakni mengurus Azka dan membersihkan rumah. Nanti siang ia berencana pergi ke Indomaret untuk membeli beberapa bahan makanan karena memang stok makanan di Rumahnya sudah habis.

Biasanya jadwal Sisil setiap hari minggu jika ada suaminya yaitu pergi belanja ke Supermarket sekalian berjalan jalan dengan Azka dan Rendi. Namun karena kini suaminya sedang tidak ada maka Sisil hanya pergi ke Indomaret yang ada di pinggir jalan sana.

Kini semua pekerjaan rumah sudah Sisil selesaikan dan kini ia sedang merebahkan dirinya bersantai di depan TV bersama Azka yang sedang tidur. Rasanya badan Sisil sungguh letih sedari pagi sudah menyiapkan keperluan Suaminya, mengurus Azka, sampai membersihkan rumah.

Sisi masih mengenakan daster kuning bermotif bunganya karena memang hari ini ia tidak ada janji untuk menerima tamu, paling hanya pergi ke Indomaret saja siang nanti. Saat tengah

nyaman bersantai sambil bermain Instagram tiba tiba terdengar bunyi ketukan di pintu rumahnya.

Merasa penasaran Sisil pun bangkit dan berjalan menuju pintu, saat ini jam dinding di rumah Sisil menunjukkan pukul 10 Pagi. Ia pun sedikit heran siapa yang berada di depan dan mengetuk pintu rumahnya, sebab tidak biasanya ada orang yang berkunjung pada hari minggu.

Saat sudah berdiri di belakang Pintu dan hendak membukanya, Sisil tersadar bahwa pakaiannya kini sangat tidak pantas jika menerima tamu. Sebab ia masih mengenakan daster kuning yang sangat minim, daster yang hanya ia gunakan saat hendak tidur bersama suaminya saja.

Sisil pun berniat untuk kembali ke kamar dan berganti pakaian, namun saat hendak melangkah ke kamar pintu rumahnya kembali di ketuk. Kini terdengar suara seseorang memanggil namanya dari balik pintu itu yang terasa tidak asing.

“Mba Sisil.. Assalamualaikum” Ucap suara seorang perempuan yang Sisil kenal

“Walaikumsalam..” Jawab Sisil mengenali suara Ibu Ratna.

Lalu tanpa berpikir panjang karena tamu yang datang ke rumahnya adalah seorang wanita yang ia kenali, maka Sisil mengurungkan niatnya untuk berganti baju dan langsung membuka pintu rumahnya tersebut.

Alangkah terkejutnya Sisil ketika membuka Pintu, yang ia lihat memang Ibu Ratna namun Sisil tak menyangka Ibu Ratna datang bersama anak lelakinya yakni Rifal ke rumahnya. Ditambah lagi pakaian yang ia kenakan kini sangat minim membuat Sisil sedikit malu di depan Rifal yang seorang lelaki meski umurnya masih 18 tahun.

“Aduh Mba Sisil.. maaf sekali saya pagi pagi begini dateng ke rumah Mba Sisil” Ucap Bu Ratna yang acuh meski pakaian dester yang Sisil kenakan sangat minim.

“Eh ia Bu Ratna tidak apa-apa, memangnya ada apa ya Bu?” Tanya Sisil kepada Wanita berusia 55 tahun terebut.

“Begini bu, ini Rifal katanya sedang banyak tugas Bahasa Inggris dan bingung gimana cara menyelesaikannya. Saya juga kurang mengerti Mba, maklum saya ga bisa bahasa inggris.”Ucap Bu

Ratna sambil tertawa.

“Oh gitu ya, jadi bagaimana ya bu?” Tanya Sisil masih bingung

“Iya jadi saya bilang ke Rifal sudah sana ke rumah Mba Sisil saja minta tolong diajarkan, tapi Rifal bilang tidak mau karena malu dan takut mengganggu Mba Sisil sebab bukan jadwalnya Les” Jelas Ibu Ratna

“Oh jadi begitu ya bu” Jawab Sisil sambil tersenyum ramah kepada Ibu Ratna

“Rifal kalau kamu bingung sama pelajaran di sekolah ga apa apa kamu dateng aja ke rumah Mba sendiri, ga perlu sama ibu kamu” Ucap Sisil kepada Rifal yang ada di samping Ibunya sambil menundukan kepala.

Memang Rifal ini bisa dikatakan anak yang pemalu dan kurang percaya diri, padahal wajahnya bisa dikatakan tampan namun ia hanya kurang percaya diri saja. Sisil rasa Rifal ini tipe siswa yang pendiam dan kurang pandai bergaul baik dengan sesama laki-laki atau wanita.

“Tuh kan apa kata mamah, ga apa apa kamu dateng aja kesini sendiri kalau bingung” Ucap Ibu Ratna kepada anaknya itu.

“Yasudah Bu mari masuk” ajak Sisil mempersilahkan Ibu dan Anak itu untuk masuk ke rumahnya.

“Aduh Mba Sisil saya masih harus membersihkan rumah, itu Suami saya sedang memperbaiki jendela yang kacanya pecah” Ucap Bu Retno ketika Sisil mempersilakannya masuk

“Oh begitu, yaudah tidak apa apa bu, biar Rifal disini saja mengerjakan tugasnya, nanti saya bantu” Ujar Sisil

“Aduh terima kasih ya Mba Sisil, nanti saya tambahin aja biaya les untuk bulan ini ya mba hihihi.. ” Kata bu Retno sambil tertawa. Sisil pun hanya tersenyum mendengar ucapan Bu Retno tersebut.

Bu Retno pun pergi setelah mengantarkan Rifal ke rumah Sisil, Rifal dan Sisil pun masuk ke rumah. Sisil sengaja tidak menutup pintu rumahnya lagi karena memang jika sedang memberikan les privat Sisil selalu membukakan pintu rumhanya tersebut.

“Ayo Rifal duduk, mana Mba lihat tugasnya” Ucap Sisil ketika mereka berdua sudah

duduk di kursi yang ada di ruang tamu tersebut.

Rifal memberikan buku catatannya beserta buku paket yang sudah ditandai tugas mana saja yang harus dikerjakan. Sisil pun membaca dengan seksama buku yang diberikan Rifal. Namun tanpa ia sadari saat fokus membaca buku tersebut Rifal memperhatikan setiap jengkal tubuhnya.

Apalagi kini Sisil hanya mengenakan daster yang berdada rendah, tentu saja itu membuat orang yang ada di depannya bisa dengan jelas melihat belahan payudaranya yang sangat menggoda.

Cukup lama Sisil membaca soal soal tugas yang ada di buku paket Rifal tersebut, begitupun Rifal dengan sangat lama bisa menikmati keindahan tubuh Sisil yang terpampang jelas di depannya. Suasana ruang tamu itu pun hening hanya ada suara televisi dari ruang keluarga yang ada di sebelah ruang tamu.

“Ahh.. Mba tau ini. gampang ko, tapi memang sedikit ribet ngerjainnya.” Ucap Sisil ditengah keheningan pagi itu setelah mengetahui jawaban dari soal soal yang ada di buku tersebut. Rifal pun sedikit terkejut mendengar suara Sisil karena ia sedang fokus menikmati keindahan tubuh Sisil sambil pikirannya melayang membayangkan sesuatu.

Sisil pun menjelaskan dengan sangat antusias cara mengerjakan tugas tugas tersebut kepada Rifal. Namun Rifal tidak bisa fokus mendengarkan penjelasan Sisil, sebab kini Sisil menundukkan badannya dan bertempu pada sikunya di atas meja saat memberi penjelasan yang membuat Rifal bisa dengan jelas melihat belahan payudara Sisil.

Pemandangan itu jelas membuat penisnya bereaksi di balik celana yang kini ia gunakan, membuat posisi duduknya kembali tidak nyaman karena penisnya yang menegang. Memang siapa yang tidak nafsu jika melihat payudara menggantung dibalik daster Sisil, apalagi jaraknya hara sekitar 50 cm di depan mata.

“Bagaimana Rifal, ngerti kan..” Ucap sisil sesaat setelah menjelaskan cara mengerjakan soal yang ada dibuku dan matanya masih melihat soal soal tersebut. Namun Rifal tidak langsung menjawab h. Karena tidak juga mendengar jawaban Rifal sisil pun mengangkat badannya dan

kembali duduk dengan posisi tegap.

Rifal pun seketika sadar dari lamunannya dan langsung menundukan kepala berpura pura melihat buku “I.. Iya mba Paham” Jawab Rifal sedikit gugup.

Melihat tingkah Rifal yang aneh membuat Sisil sadar bahwa ia kini masi mengenakan daster yang minim, padahal tadi ia berniat untuk mengganti baju dulu dengan pakaian yang lebih tertutup. Karena merasa mulai tidak nyaman Sisil pun berniat untuk mengganti pakainnya.

“Yasudah kerjakan tugasnya ya Rifal, Mba mau ke belakang dulu.” Ucap Sisil meminta izin untuk ke kamarnya berganti baju.

“I.. Iya Mba, terima kasih” Jawab Rifal. Sisil pun beranjak bangkit dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan Rifal di ruang tamu rumahnya. Saat Sisil berjalan Rifal tidak bisa melepaskan pandangannya dari pantat bulat Sisil yang terlihat sangat menggoda ketika Sisil berjalan, penisnya pun semakin tegang di balik celan yang ia kenakan.

Sisil masuk ke kamarnya dan berganti pakaian dengan menggunakan baju kaos berlengan panjang berwarna putih serta kerudung segi empat berwarna hitam. Yang ia rasa lebih lebih sopan daripada daster yang ia kenakan tadi.

Setelah merapihkan pakainnya dan merasa sudah pas Sisil pun kembali ke ruang tamu untuk membantu Rifal mengerjakan tugasnya. Saat Sisil sudah berada di ruang tamu dan Rifal melihatnya ada sedikit raut kekecewaan di wajah Rifal entah karena apa.

“Bagaimana Rifal sudah selesai?” Tanya Sisil

“Belum Mba.”Jawa Rifal singkat sambil mengerjakan tugasnya

“Ya udah kerjain ya, kalo ada yang bingung tanyain aja ke Mba” Jawab Sisil

“Iya” Jawab Rifal singkat. Entah kenapa jawaban singkat rifal itu sedikit membuat Sisil keheranan, apakah ia salah menjelaskan atau bagaimana. Namun Sisil tak ingin ambil pusing ia pun membuka HP nya untuk melihat Instagram sambil menunggu Rifal mengerjakan tugasnya.

Tak terasa jam pada dinding rumah Sisil menunjukkan pukul 11.00 siang. Namun Rifal belum juga selesai mengerjakan tugasnya. “Sudah selesai Fal? Ada yang bingung engga?” Tanya

sisil

“Belum Mba, engga sih aku udah ngerti” Jawab Rifal

“Oh gitu ya, yaudah kamu kerjakan sampe selesai nanti Mba periksa ya. Mba mau ke Indomaret depan dulu mau beli bahan masakan.” Ucap Sisil meminta Izin untuk pergi sebentar.

“Iya mba” Jawab Rifal singkat masih fokus mengerjakan tugas-tugasnya.

“Mba juga titip Azka ya Fal, lagi tidur jadi ga mungkin Mba ajak” Ujar Sisil kepada Rifal sambil berdiri dan berjalan ke arah pintu, Rifal hanya mengangguk mendengar permintaan guru les nya tersebut.

Sisil pun pergi ke Indomaret dengan menggunakan Sepeda Listrik berwarna pink yang diberikan suaminya sebagai kado ulang tahun ke 26 tahun Sisil bulan lalu. Rendi sengaja membelikan sepeda listrik itu untuk Sisil agar jika Sisil hendak bepergian ia tidak perlu jalan kaki.

Sementara itu di dalam Rumah tepatnya di ruang tamu rumah Sisil Rifal tidak bisa fokus untuk mengerjakan tugasnya. Pikiranya terbayang bayang keindahan tubuh guru les nya itu yang baru saja ia lihat. Belahan payudara dan bulatnya pantat Sisil sungguh membuat Rifal sangat sange.

Penisnya pun semakin keras memberontak ingin keluar dari dalam celananya. Melihat situasi rumah yang sepi muncul ide gila dari pikiran Rifal. Ia bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi rumah Sisil.

Pandangannya melihat ke sekeliling saat sudah berada di depan pintu kamar mandi seperti sedang mencari sesuatu. Akhirnya Rifal menemukan apa yang ia cari, yakni keranjang cucian kotor yang berada di samping mesin cuci dekat pintu belakang.

Rifal pun mendekati keranjang itu dan mencari sesuati, akhirnya ia menemukan barang yang ia cari. Satu set pakaian dalam yang terdiri dari bra dan celana dalam berwarna hitam. Tanpa berpikir lama Rifal pun mengambil bra dan celana dalam tersebut lalu menurunkan celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegang itu.

Dengan cepat Rifal menciumi bra hitam milik Sisil, sungguh nikmat aromanya. Tercium baum keringat Sisil yang bercampur dengan

harum handbody yang biasa Sisil gunakan. Aromanya sungguh nikmat bagi Rifal membuat ia semakin horny, sementara tangannya yang satu lagi memegang celana dalam milik sisil dan menempelkan ke penisnya.

Rifal pun mengurut penisnya dengan menggunakan celana dalam Sisil sambil menciumi aroma bra hitam milik Sisil. Badannya bersandar ke tombok di samping keranjang pakaian kotor Sisil. Sungguh pemandangan yang sangat mesum, seorang lelaki sedang melakukan mengocok penisnya dengan dengan bra dan celana dalam di rumah seseorang namun Rifal benar benar menikmati apa yang sedang ia lakukan.

Sisil yang sudah berada di gerbang komplek perumahannya tersadar bahwa ia lupa membawa dompetnya. Untung ia belum sampai ke Indomaret dan membayar belanjaanya.

“Aduh ketinggalan lagi ahh” Keluh Sisil saat menyadari dompetnya tertinggal di kamar. Akhirnya Sisil memutuskan untuk kembali ke rumahnya mengambil dompet. Jarak antara gerbang dan rumahnya tidak terlalu jauh hanya sekitar 200 meter saja.

Begitu Sisil sampai di ruang tamu ia tak melihat Rifal disana, Sisil bingung kemana anak itu baru saja ditinggal sebentar sudah tidak ada pikirnya. Ia pun berjalan masuk ke dalam rumahnya sambil matanya melihat ke sekeliling mencari Rifal.

Alangkah terkejutnya Sisil saat ia sampai di dapur. Ia melihat Rifal sedang bersandar di tembok dengan mata terpejam. Tangan kirinya memegang Bra hitam miliknya sambil di tempelkan ke mukanya, sementara tangan kanannya memegang celan dalam hitam miliknya sambil mengurut penisnya maju mundur.

Melihat adegan itu Sisil sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa apa. Tubuhnya kaku dan suaranya tertahan di tenggorokan. Tanpa sadar Ia mundur secara perlahan dan bersembunyi di samping tembok yang memisahkan antara ruang tengah dengan dapur.

Matanya terbelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat, terutama Rifal, murid les nya itu kini sedang melakukan masturbasi dengan menggunakan bra dan celana dalamnya. Namun Sisil bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.

Ia dapat menyaksikan adegan itu dengan jelas,

jika Rifal membuka matanya tentu ia bisa langsung melihat Sisil yang berada tidak jauh di depannya. Sisil bisa melihat dengan jelas Penis Rifal yang terlihat berukuran sedikit lebih besar dari suaminya sedang berdiri tegak dikocok oleh tangan dengan menggunakan celana dalammnya.

Entah kenapa saat Sisil sudah bisa mengendalikan tubuhnya ia malah tidak menegur Rifal yang sedang masturbasi di rumahnya itu. Sisil malam menyaksikan dengan seksama aktifitas yang sedang Rifal lakukan, muncul perasaan aneh mengetahui ada seorang lelaki muda yang tengah masturbasi dengan menggunakan pakaian dalamnya dan di rumahnya pula.

Tiba tiba terdengar suara Azka menangis yang membuat kedua orang itu terkejut. Rifal langsung membuka mata dan menghentikan kocokan pada penisnya, sementara Sisil langsung berpura pura terkejut melihat Rifal

“Astagaaaaaa Rifal!” Kata Sisil pura pura terkejut langsung membalikkan badannya dan berjalan menuju Azka yang tengah menangis

“Mbaa…” Ujar Rifal terkejut melihat Sisil berada di depannya apalagi kini ia tertangkap basah sedang mengurut penisnya dengan pakaian dalam pemiliki rumah.

Rifal pun panik dan tidak menyangka bahwa Sisil akan kembali secepat itu. Padahal Rifal merasa baru sebentar melakukan masturbasi dengan membayangkan Sisil. Ia pun segera merapihkan celananya dan menyimpan kembali pakaian dalam Sisil ke dalam keranjang.

Rifal bingung harus berbuat apa, setelah merapihkan celananya ia berjalan ke arah ruang tamu melewati Sisl yang masih berada di ruang tengah sambil menggendong anaknya membelakangi pintu dapur. Rifal berjalan dengan menundukkan kepalanya karena malu sudah ketauan masturbasi oleh Sisil apalagi menggunakan pakaian dalamnya di rumahnya pula.

Kini Sisil dan Rifal duduk di ruang tamu, Sisil menunjukkan muka kesal kepada Rifal tetapi sebenarnya Sisil merasa biasa saja dan melah menjadi penasaran kepada Rifal dengan apa yang baru saja ia lihat. Sisil tak menyangka anak yang ia kira lugu dan pendiam ternyata berani melakukan masturbasi di rumahnya bahkan dengan menggunakan pakain dalam miliknya.

Sementara itu Rifal hanya bisa

menunduk malu atas perbuatan yang baru saja ia lakukan, apalagi perbuatannya tertangkap basah oleh Sisil. Keduanya sama sama diam bingung apa yang harus dibicarakan, hingga akhirnya Sisil membuka suara.

“Kenapa kamu melakukan itu Rifal?” Tanya Sisil

“Mm.. Maaf Mba” Jawab Rifal masih tertunduk malu

“Jawab Mba, kenapa!” Ulang sisil

“Maaf Mba aku salah” Jawab Rifal

“Kenapa Rifal?” tugas Sisil

“A.. a… aku nafsu sama Mba Sisil” Jawab Rifal pelan

“Apaa?!” Ucap Sisil sedikit terkejut. “Aku itu Guru Kamu Rifal!” Lanjutnya “Tidak baik kamu melakukan hal seperti itu” Jelas Sisil. Rifal hanya diam.

“Sejak kapan?!” Kembali tanya Sisil. Rifal tida menjawab.

Sisil kembali bertanya, “Sejak kapan Rifal!?”

“Se.. Sejak.. Rifal lihat Mba Sisil dan Mas Rendi main di kamar” Jawab rendi pelan

“Hah.. kamu lihat mba dan mas Rendi?” terkejut Sisil mendengar jawaban Rendi “Kapan?!” Sambung Sisil.

Jum’at pagi itu Rifal diperintahkan oleh Ibu Ratna untuk memberikan uang bulanan les privatnya kepada Sisil. Rifal pun mendatangi rumah Sisil saat sekalian berangkat ke sekolahnya. Namun pagi itu Rumah Sisil sangat sunyi.

Biasanya setiap pagi Sisil sudah membuka pintu rumah dan pagarnya karena harus menyapu lantai dan halaman rumahnya. Namun pagi itu ia harus melayani suaminya dulu yang kembali bernafsu saat melihat dirinya membuka tirai jendel.

Akhirnya Sisil dan Rendi pun kembali bercinta walau hanya sebenar sebab Rendi harus segera berangkat ke kantor. saat Sisil sedang termenung karena merasa tidak puas dengan suaminya itu ia melihat sekelibat bayangan kepala dari jendela rumahnya itu. Tak disangka bayangan itu adalah bayangan Rifal yang mengintip Sisil saat bercinta dengan Suaminya.

Mendengar penjelasan dari Rifal Sisil lumayan terkejut ternyata benar bayangan yang ia lihat di jendala kamarnya itu adalah bayangan nyata dari sosok Rifal yang mengintipnya saat bercinta dengan Rendi. Juga saat siang hari ketika ia selesai mandi dan berganti baju ternyata itu juga adalah Rifal yang

kembali mengintipnya.

“Ma.. Maafkan Rifal Mba” Rifal memohon kepada Sisil agar memaafkannya

“Rifal ga bisa fokus belajar setelah melihat Mba Sisil waktu itu, Pikiran Rifal jadi tidak bisa konsentrasi karena membayangkan Mba Sisil” ujarnya

“Membayangkan?” Tanya Sisil

“I.. Iya mba Rifal jadi selalu bayangin Mba Sisil” Jawab Rifal

“Astaga Rifall..” Sisil menghela nafasnya.

“Apalagi hari senin akan ada ujian sekolah Mba.. Rifal ga bisa belajar karena terbayang-bayang Mba Sisil” Ucap Rifal sambil tetap menundukkan kepalanya

“Mamah bilang Rifal harus dapat nilai yang bagus, tapi Rifal ga bisa konsentrasi mba akhirnya mamah bawa Rifal kesini buat belajar sama Mba Sisil. Tapi itu justru bikin Rifal makin ga bisa konsen belajarnya karena Rifal malah makin bayangin Mba Sisil apalagi tadi waktu Mba pak daster itu” Ucapnya. Sisil terdiam mendengar penjelasan anak itu.

Muncul rasa iba pada hati Sisil mendengar penjelasan Rifal apalagi melihat mukanya yang panik dan khawatir atas perbuatannya yang ketahuan oleh Sisil. Namun di satu sisi Sisil juga merasa kesal karena sudah diintip oleh anak SMA itu apalagi ia menggunakan pakaian dalamnya untuk bermasturbasi di rumahnya.

Namun Sisil juga merasa bahwa prestasi Rifal adalah tanggung jawabnya apalagi dalam pelajaran Bahasa Inggris. Ibu Ratna benar benar sudah mempercayainya untuk mengajari Rifal tidak mungki ia mengecewakan kepercayaan itu dengan membiarkan nilai Rifal menjadi jelak. Saat sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri tiba tiba rifal berkata

“Mba tolong bantu Rifal” Mohon anak SMA itu pada Sisil

“Tolong? Tolong apa? Bukannya selama ini mba sudah menolong kamu buat belajar” Ucap Sisil

“Bukan itu Mba, Rifal mohon jangan laporin kejadian ini ke mamah ya Mba.” Jawab Rifal. Sisil hanya diam karena memang ia sendiri tidak berencana untuk melaporkannya kepada Ibu Ratna. Namun Sisil makin terkejut setelah mendengar ucapan selanjutnya dari anak itu

“Ri.. Rifal juga mau minta tolong buat Izinin rifal ngocok di depan Mba Sisil!”

Ujar rifal yang membuat Sisil tak menyangka

“A.. Apaaa?” Ujar Sisil kaget.

“Rifal mohon mba sekali ini saja.. Rifal harus fokus belajar dan kalo engga dikeluarin Rifal ga bisa konsen belajarnya” bujuk Rifal kepada Sisil. Dan nampaknya itu berhasil membuat sisil sedikit bimbang.

Sisil terdiam mendengar permintaan anak itu namun entah kenapa pikirannya malah mengiyakan kondisi yang saat ini Rifal rasakan. Seolah olah ia bisa merasakan apa yang Rifal rasakan, yakni menahan gejolak birahi memang tidak mudah. Entah setan apa yang membisikan telinga sisil dan membuatnya berani mengatakan Iya.

“B.. Baiklah, tapi hanya sekali ini saja!” Ucap sisil singkat. Mendengar ucapan Sisil Rifal mengangkat kepalanya dan berani menatap mata Sisil.

“Be.. Beneran Mba?” Ujar Rifal tak percaya Sisil mengabulkan permintaanya itu.

“Cuma sekali dan Mba ga buka-buka. Kamu ngocok ngocok saja.” Jelas Sisil atas pernyataanya tadi.

“I.. Iya Mba” Jawab Rifal dan senyuman kebahagiaan muncul di bibirnya. Tanpa menunggu lama Rifal langsung berdiri dan menurunkan celannya seketika penisnya yang masih tertidur terlihat oleh Sisil.

Melihat penis Rifal di depan matanya sisil memejamkan mata tidak berani langsung melihat, ia memalingkan pandangannya saat Rifal mulai mengocok penisnya itu. Namun dari sudut matanya Sisil bisa melihat penis itu mulai berdiri dengan gagah. Rasanya ia bisa melihat dengan jelas bentuk dan tekstur penis milik Rifal dengan jarak sedekat itu.

Dengan santainya Rifal mengocok penisnya di depan Sisil sambil memperhatikanya. Sungguh mesum pemandangan itu jika dilihat oleh orang lain. Namun sudah berlangsung 10 menit penis Rifal belum juga menunjukkan tanda tanda aka mengeluarkan sperma.

“Ko lama banget sih, Mba harus pergi belanja nih!” Keluh Sisil pada Rifal

“I.. Iya maaf mba aku ga tau ko ga keluar keluar ya” Jawab Rifal “Mu.. Mungkin harus sama tangan mba” Ujar Rifal tak sopan pada Sisil.

“Apa?!” Ujar sisil dengan nada tinggil tak percaya dengan apa yang baru

saja ia dengar.

“Ma.. Maaf mba..” Ujar Rifal mendengar Sisil membentaknya membuat Penis Rifal kembali loyo. Melihat penis di depannya kembali loyo setelah dibentak membuat Sisil sedikit merasa geli dan menahan senyum untungnya Rifal menundukkan kepalanya sambil terus berusaha membuat penisnya kembali ereksi dan tidak melihat ekspresi sisil menahan senyum.

Sisil terdiam memperhatikan Rifal yang sedang berusaha membangunkan kembali penisnya. Ada rasa kasian melihat perjuangan anak itu dan ada keinginan untuk membantu meringankan beban yang dirasakan Rifal, terjadi perang batin dalam diri Sisil. Namun hasutan Setan lebih kuat di telingan krinya yang membuat Sisil dengan mudah kembali mengatakan iya.

“Baik lah!” Ujar Sisil ditengah keheningan ruang tamu. Rifal kembali mengangkat kepalanya dan memandang Sisil.

“Tapi hanya satu kali ini saja!” Tambah Sisil menegaskan. Rifal tersenyum mendengar itu dan menganggukan kepalanya.

Sisil bangkit dari tempat duduknya, berjalan ke arah pintu dan menutupnya. Lalu menghampiri Rifal yang duduk dengan kondisi celana yang memperlihatkan penisnya dengan leluasa. Sisil pun duduk disamping Rifal.

Tangannya sedikit gemetar saat hendak menyentuh penis itu, ini pertama kalinya Sisil menyentuh penis selain milik suaminya. Apalagi penis ini adalah penis milik anak SMA murid lesnya. Sesaat kemudian penis itu sudah ada di genggaman tangan halus sisil. Sementara Rifal bersandar di kursi siap siap menikmati kocokan guru les nya itu pada penisnya.

Baru saja penis itu Sisil genggam, ia bisa merasakan teksturnya yang semula lembek seketika mengeras bagai timun di superparket yang biasa ia beli. Tubuh Rifal sedikit mengejang saat tangan halus Sisil menggenggam penisnya.

Sisil mulai mengocok penis Rifal, meraskan penisnya sedang dikocok oleh sebuah tangan yang halus membuat Rifal membuka matanya. Namun Sisil langsung menyuruhnya untuk menutup mata saja sebab ia merasa malu jika dilihat oleh Rifal saat sedang mengocok penisnya.

“Tutup mata kamu! ga usah liat” Ujar Sisil. Rifalpun menurut saja karena ia tidak ingin kenikmatan yang

kini ia rasakan berhenti. Rifal menyandakan tubuhnya di kursi yang sangat nyaman itu apalagi kini ia sedang dikocok oleh Sisil.

Karena menutup mata tubuhnya jadi semakin sensitif, ia jadi dapat berkonsentrasi dengan kenikmatan yang diberikan Sisil akhirnya tidak sampai lima menit Rifal sudah mulai menunjukkan tanda tanda akan mengeluarkan spermanya.

Melihat itu sisil semakin cepat mengocok penis Rifal. Lucu memang melihat lelaki muda yang saat ini tengah ia kocok penisnya dan akan mengeluarkan sprema sebenatar lagi. Muncul senyuman tipis di bibir Sisil saat melihat reaksi Rifal di depannya.

Tak lama tubuh Rifal semakin gelisah, sisil pun tau tanda tanda itu bahwa Rifal akan segera mengeluarkan sperma dari penisnya. Tak ingin membuat Rifal kecewa Sisil semakin cepat mengocok penis yang sedikit lebih besar dari milik suaminya itu.

Ia yakin bahwa Penis itu masih bisa terus membesar apalagi usia Rifal yang kini baru 18 tahun, sementara milik suaminya mungkin sudah permanen. Entahlah pikiran itu muncul di kepalanya membandingkan penis anak SMA dengan penis milik suaminya.

Ini adalah pengalaman baru bagi Sisil, memberikan kocokan pada penis selain milik suaminya. Menimbulkan sensai kepuasan pada diri Sisil, namun juga sebagian diri Sisil merasa bersalahan dan menyesal. Saat pikirannya sedang berkecamuk tiba tiba ia meraskan cairan hangat keluar dari batang penis yang sedang ia kocok.

Crottt.. Crottt.. Crottt.. Crottt

“Ahh Ahhh Ahhhh.. Mba… Sisil…. ” Pekik Rifal saat penisnya mengeluarkan banyak sekali cairan putih, sampai sampai spermanya itu muncrat hingga mengenai paha Sisil. Sisil pun tersenyum. Sisil kemudian menjilati sperma Rifal, seketika Rifal kaget, kenapa Bu Ssisil tidak mengelap dengan kain atau tisu tapi malah menjilatinya dan menelannya sampai bersih. “Ibu suka sperma Rifal?” tanya Rifal. “Ibu suka sperma, Rifal. Suami ibu juga ibu telan spermanya kalau ngecrot. rasanya enak.”. Rifal tersenyum puas. “Lain kali kalau Rifal mau onani bilang saja sama ibu, nanti ibu kocokin”,

kata Sisil. “Siap bu, terima kasih ibu guruku sayang”, jawan Rifal. Sejak saat itu setiap kali Rifal pingin dikocokin, ibu Sisil selalu menurutinya dan mengocok kontol Rifal sampai ngecrot. Sperma Rifal juga diminum oleh bu Sisil.

Leave a Reply