Nunggak Uang Kos

Author:

Kembali aku modifikasi crita lawasku ditambah inspirasi dari crita tetangga. Slamet dibaca ya en jangan lupa ngasi komentar.

Ketika aku kos, pernah aku nunggak pembayaran uang kos kerna kesulitan keuangan. Yang punya kos tentunya menagih uang kos yang sudah telat bayarnya sampe hampir 2 bulan. “Nez, dah mo 2 bulan nih kamu gak bayar uang kos, kenapa?” “Kesulitan keuangan om, Inez lagi usaha cari pinjeman tapi blon dapet2. maaf ya om”. “Om si pasti kasi maaf tapi uang kos tetep kudu dibayar Nes”. Mataku jadi berkaca2 kerna aku sudah tersudut dengan ucapan si om. Kalo gak bayar juga aku pasti disuru kluar dari kos2an itu. Bisa ribet tu kalo dalam kondisi kesulitan keuangan kudu cari kos an baru, pasti kan kudu kasi uang muka kalo pindah kos an baru. “Tolonglah om, Inez bener2 gi sulit uang ni”. “Ya udah, gini aja. Om kasi kamu toleransi sebulan lagi tapi ada imbalannya lo”. “Makasi om buat toleransinya, imbalan apa tu om”. Si om kos senyum2 mesum gitu. Aku dah duga kalo dia minta imbalan ngentotin aku deh. Kalo dah kepepet gini ya apa bole baut deh, si om dapet nikmat aku bisa napas lebi lega kerna ada toleransi pembayaran selain dapet nikmat juga. Crita dari temen kos yang dah pindah ternyata bener kalo om kos ini demen banget ngentotin anak2 kosnya yang dia suka. Om kos memang tinggal sendiri dirumah induk, katanya dah cere ma istrinya dan skarang dia tinggal sendiri aja, anaknya dibawa ma mantan istrinya. Aku digandengnya menuju ke rumah induk dan langsung masuk kamarnya. Aku pasrah aja atas perlakukannya. “Dah ngerti kan Nez apa imbalan buat om”. Aku hanya ngangguk aja.

Aku dibaringkan di ranjangnya. Kurasakan ranjang bergoyang, si om berbaring miring diseblahku. Reflex akupun duduk. “Kok duduk, rebahan ja Nez”, katanya sambil meremas pundakku. Remasan dan terpaan nafasnya saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Si om menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya. “Remas aja pahaku Nez daripada rok”. Aku merasakan pahanya dalam remasanku membuat darahku berdesir keras. “Ngga usah malu Nez, santai aja”. Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya.

Merasa mendapat angin, si om melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding. tangannya mengelus-elus dengan halus, aku ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangannya yang semakin menjadi-jadi. “Nez, aku suka deh liat leher sama pundak kamu”, bisiknya seraya mengecup pundakku.

Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu. Dia terus aja mengecup, bahkan semakin naik keleher, “Om.. ahh”. “Enjoy aja Nez”, bisiknya lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku. “Ohh om”, aku sudah tidak mampu lagi menahan rangsangan yang perlahan merayapi tubuhku. Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulutnya di leher dan telingaku. Merasa tidak puas disingkapnya rok miniku, tangannya sudah berada dipaha dalamku, diselipkannya tangannya kedalam CDku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan memekku dan akhirnya menyentuh itilku. “Aaahh.. sshh.. eehh”, desahku merasakan nikmatnya elusan-elusannya, jarinya merayap tak terkendali ke bibir memekku, membuka
belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, kerna kenikmatan yang kurasakan semakin meningkat.

Melihat aku sudah pasrah dia semakin agresif. Tangan satunya semakin naik hingga akhirnya meremas toketku ditambah dengan kehangatan mulutnya dileherku membuat birahiku menggelegak sejadi-jadinya. “Agghh.. om.. ohh..sshh”, desahanku bertambah keras. Si om menyingkap tang-top dan bra sehingga toket imutku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus sementara tangan satunya tetep meraba-raba memekku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangannya, tubuhku bergelinjang keras. “Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh”, desahanku berganti menjadi erangan-erangan.

Dia melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan diranjang. “Nez kamu merangsang sekali deh, kulitmu gelap, toket dan memekmu imut banget”. Si om melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Dari bibirku, bibirnya merayap turun kearah toketku, pentilku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya. Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang. aku mulai meremas punggungnya, kujambak rambutnya dan merengek-rengek memintanya untuk tidak berhenti melakukannya. “Aaahh.. om..teruss.. sshh..enak sekali” “Nikmatin Nez.. nanti bakal lebih lagi”, bisiknya seraya kembali menjilat dalam-dalam telingaku.

Kemudian jilatannya turun ke pentilku, diemutnya sebentar dan menurun lagi kaearah puserku, lubang puserku diciuminya sehingga aku menggelinjang kegelian, lidahnya dijulurkannya menjilati lubang userku. “Om, geliiii…” lenguhku. Kemudian dia mulai menjilat pahaku, lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di memekku, lidahnya bergerak-gerak liar di itilku. aku seperti tersihir menjadi hiperaktif, pinggul kuangkat-angkat, ingin si om melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya memekku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, “Aaagghh.. om… oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam memekku. Tubuhku melemas. dibiarkan aku beristirahat. sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami.

Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi..hangat basah. Ahh.. bibir dan lidah si om mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata si om sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Tapi aku belum melihat sebrapa gede kontolnya. Mataku terpejam. Gairahku bangkit merasakan lidahnya menjalar di pentilku yang kemudian diemutnya dengan rakus, membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku. Kemudian ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya. “Aaahh.. om.. nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi. Dia kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dimemekku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang memekku, bergerak-gerak liar diantara memek dan anus, seluruh
tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Dia kembali melahap pentilku,yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke memekku, dielus-elusnya itil dan bibir memekku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari nya. “Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh. Teruss..om.. aakkhh”. Aku menjadi lebih menggila waktu dia mulai memainkan lagi lidahnya di memekku. Tubuhku setengah melonjor di pinggir ranjang dengan kaki menapak kelantai, dia berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kakiku. Mulutnya mengulum-ngulum memekku, tak lama kemudian dia meletakan kedua kakiku dibahunya dan kembali menyantap segitiga venus yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi aku kembali berkelojotan diperlakukan seperti itu. “Ssshh.. sshh.. aahh. Oohh.. om.. nikmat sekalii.. Gigit.. om.. pleasee..gigitt…Auuwww.. pelan om gigitnya”. Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda diriku, satu tanganku mencengkram kepalanya. tanganku yang lainnya meremas-remas toketku sendiri serta memilin pentilnya.

Beberapa saat kemudian kita berganti posisi, aku yang berlutut di lantai, baru aku lihatnya kontolnya yang extra large itu, besar panjang berwarna putih dan sudah keras sekali. kontolnya kayanya sekitar 20cm. “Ehh.. gede banget om, Aduhh.. cukup ga ya mulut Inez”. tangannya menekan kepalaku. Aku tidak sempat berpikir ulang lagi dan langsung membuka mulutku untuk mencaplok palkonnya. “Ehhmm”, desahnya keenakan ketika aku mulai mengemut-ngemut palkonnya. Sambil tangan kanannya mengocok kontolnya, bibirku melumat-lumat palkon dengan penuh nafsu. Lidahku kadang-kadang menjilati lubang kontolnya dan sepanjang batang kontolnya. Si om jadi blingsatan. Tangannya menjambak rambutku, dan memaksa aku menelan kontolnya lebih dalam lagi, kemudian mengocoknya dengan gerakan kepala naik turun. Aku agak megap-megap melakukannya karena kontolnya yang hampir 6cm lebarnya betul-betul memenuhi mulutku. Tangan kirinya bergerak ke bawah menyasar area toketku. Dengan mudah tokeku diraihnya dan diremasnya. Sensasinya luar biasa. Libido ku langsung naik tinggi. “eahh.. hahhhhh” ucapanku terputus desahan ku karena dia memilin-milin pentilku. Rasa gatal di areola tokedku menebarkan sensasi nikmat yang sangat. Tubuhku menggeliat-geliat tanpa bisa ditahan sambil mendesah-desah lupa akan emutanku di palkonnya. Dia semakin aktif meremas-remas sepasang toketku. Kini dua tangannya juga meremas-remas dan mempermainkan pentilku sekaligus. Aku semakin belingsatan karena didera gelombang libido yang semakin memuncak.

“Nez.. emut lagi.. nngghh”. Aku kembali mengemut palkonnya yang besar dan sudah keras membatu itu, si om mendesah-desah merasakan emutanku. “Jilat kepalanya Nez”. aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak. lidahku berputar dikepala kontolnya membuat dia mendesis desis. “Ssshh.. nikmat sekali Nez.. isep sayangg.. isep”, pintanya disela-sela desisannya. Dia memanggilku sayang, mesranya. kepala kontolnya kembali kumasukan kedalam mulut, dia meringis. “Jangan kena gigi Nez.. isep aja”. protesnya, mulutku penuh kemasukan palkon yang gede itu sehingga gigiku menyentuh palkonnya yang sensitif itu. kucoba lagi, kali ini dia mendesis nikmat. ?Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak..”. sebagian kontolnya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku.
Aku mengulum kontolnya, kepalaku turun naik, sekali-kali kujilat palkonnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepalaku sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa baginya. “Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”. aku memvariasikan emutan dengan kocokan kontolnya yang separuhnya berada dalam mulutku. Beberapa saat kemudian si om mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kontolnya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kontolnya seperti dikocok-kocok. Dia bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..”Aaagghh.. nikmatt.. Nez.. aku.. kkeelluaarr”, jeritnya, pejunya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku. Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. “Sorry Nez, ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget”. Dia mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa peju dari mulutku.

Dia memelukku dengan lembut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas, kami pun saling memagut, lidahnya menerobos mulutku, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku. Luar biasa staminanya, baru aja ngecret dimulutku, kontolnya dah kembali mengeras. tangannya meraih pinggangku kedalam pelukannya, dan bibirnya melumat bibirku penuh nafsu. Beberapa saat aku gelagepan, tapi langsung bisa mengimbangi. Tangan nya bergerak turun dan meremas-remas bongkahan pantat ku. Kedua tangannya langsung meraup kedua toketku dan meremas-remasnya dengan penuh nafsu. Gerakan memutar-mutar dari pangkal toket kemudian ke pentilnya, sambil diremas-remas dengan kasar. Aku langsung memejamkan mata dan melenguh, “Uuuhh…sshhhh.. hmmmpppfff..”. Pentilku dipilin dan ditarik-tarik. Lalu lidahnya kembali menjilatinya, dan ditengahi oleh hisapan-hisapan dalam mulutnya. “Hhmmmppffff.. enak bangetttt..” Sensasi lidahnya yang kasar di pentilku, belum lagi gigitan-gigitan kecil, membuat sensasi gatal yang menyenangkan menyebar keseluruh tubuh.

Memekku sudah mulai basah kembali dan berkedut-kedut. jemarinya kembali menjamah selangkanganku. Jari tengahnya langsung menekan gundukan memekku dan menggeseknya kuat-kuat. Tubuhku agak melengkung oleh sensasi kenikmatan yang menjadi-jadi. “Ouuhhh.. om.. enak bangett..” Dia menelungkup di tengah-tengah pahaku yang dipentangkan lebar olehnya. Dia mengangkat pahaku lebih tinggi sehingga pantatku agak terangkat dan memekku lebih terekspos. Tanpa tedeng aling-aling dia langsung melumat bibir memekku. lidahnya kembali menyelusup ke dalam memek ku yang sudah basah kuyup itu, sambil menggerakkan lidahnya naik turun dengan cepat. “ahhh..ahhh..ouuuuhhhh..”, lenguhku lebih heboh lagi, karena rasa gatal yang sudah sempat terpuaskan tadi, muncul kembali dengan lebih dahsyat. Rasanya ada yang berusaha hendak keluar dari memekku dan rasa itu berkumpul, bergetar, mengirimkan gelombang kenikmatan ke sekujur tubuhku. Tanganku menekan kepalanya semakin erat ke selangkanganku. Sambil menjilati itilku yang makin menonjol, jari tengahnya juga aktif mengocok lubang memekku. Suara becek berkecipakan, ditingkahi oleh lenguhanku yang dibanjiri oleh sensasi birahi yang semakin memuncak. “Auhh.. Auhhh.. Ekkhhhhh..Ehhhhhffffmmpppp” . Kepalaku menggeleng ke kiri dan ke kanan.
Punggungku semakin melengkung. Tidak sampai 5 menit, aku makin melenguh, “Om, Inez mo kluar lagi..” Dia makin cepat mengocok lubang memekku yang smakin banjir. “Ouuuhhhh…. aaaahhhh…”, jeritku seiring banjir cairan orgasmeku. ketika aku mencapai orgasme, dia malah semakin kencang mengocok dan melumat itilku. “Auuuhhh… aaahhh…aaahhh… om…” desahku yang dilanda gelombang orgasme 2 sekaligus? Pantatku sampai terangkat dan kelonjotan karena sensasi orgasme yang bertubi-tubi.

Tak lama kemudian dia merayap naik keatas tubuhku, dia membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung palkonnya menyentuh mulut memekku yang sudah basah oleh cairan cinta dan mulai menyeruak masuk. Blesssh.. Palkon dan batang kontolnya masuk sebagian ke memekku yang sudah basah kuyup. Cairan pelumas memekku memudahkan batang kontolnya untuk melesak masuk. “Ummpppfff..”, aku agak tersedak karena sensasi benda asing yang sangat menyesaki dinding-dinding memekku. “besar bangett..om. Memek Inez penuh banget rasanya”. Kontolnya mulai bergerak keluar masuk dengan teratur. Semakin lama semakin cepat. Karena memekku yang sempit, banyak cairan memekku yang ikut keluar ketika dia menarik kontolnya. Itupun kontolnya baru masuk setengahnya. Dia tidak memaksa langsung membenamkan seluruh batangnya, biar aku terbiasa dulu dan ikut menikmatinya. Seiring semakin lancarnya gerak masuk-keluar kontolnya dalam memekku,
semakin keras aku melenguh. Aku menggeleng-geleng kepalaku dengan heboh. Dia langsung menancapkan penuh-penuh kontolnya dan dilanjutkan dengan kocokan yang cepet. “Hhh..Hhh.. Hhh.. sempit banget memek kamu Nez, kontolku kaya diperet-peret. kamu jarang dientot ya”. “Bisnya baru sekali ini memek Inez disodok kontol segede kontol om” Toketku yang imut sampe bergerak naik turun tidak karuan karena goyangannya. “Aaaahhh…
ooouuuggghhh…”, aku melenguh hebat ketika rasa gatal di memekku digaruk-garuk kasar oleh kontolnya, sehingga meledak tanpa bisa dibendung. Orgasmeku kali ini lebih hebat dari yang sebelum-sebelumnya. Dia semakin ganas mengocok memekku. Gerakan naik turun pantatnya, diselingi gerakan memutar-mutar yang heboh, membuat aku memasuki fase birahi yang lebih tinggi lagi. “Aaaahhhh enak banget om….”, jeritku penuh nafsu. Toket imutku sudah penuh bekas cupangannya yang tidak bosan-bosannya mengerjai sepasang toketku . Selama 10 menit, aku mengalami dua orgasme lagi, yang dicapainya nyaris tanpa jeda karena dia tetap menggenjot dengan torsi tinggi ketika aku keluar. Tangan kirinya menjambak rambutku, tangan kanannya sibuk meremas tak karuan tokeku, dengan pinggul sibuk menggenjot naik turun. “Aahh.. ahh…egghh..om …jangan kenceng-kenceng ngocoknyaaa… Inez.. jadi mau kluarr lagiiii….” rengekku yang sudah kelelahan. Tapi dia malah memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontolnya semakin ganas menggenjot memek sempitku. “Akh.. memek kamu kaya ngremes-ngremes kontolku Nez…” Benar saja, tak sampai semenit aku sudah merasakan sensasi gatal mau meledak di sekujur selangkanganku. Sambil memeluk erat plus cakaran di punggung, aku kembali melenguh, “mmmmhhhh….huaaaaggghhh… eeeuuuhhh…”. Aku kelonjotan, kepalaku mendongak, seluruh tubuhnya menegang karena sensasi kenikmatan yang membanjiri. “Gimana rasanya keluar terus2an Nez”. “Nikmat banget om…” Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama.

Beberapa menit kemudian dia mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa kali memekku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi dia sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. aku secara reflex mulai menggerakan pinggulku kekiri kekanan, karuan saja dia mengeliat-geliat merasakan kontolnya diurut-urut oleh memekku. Sebaliknya, kontolnya yang menegang keras kurasakan seolah mengoyak-ngoyak dinding dan lorong memekku. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut. Selagi
posisiku di atas kedua tangannya memainkan toketku. Apalagi ketika tanganku mulai bermain-main diitilku senndiri membuatku menjadi tambah meradang. Kutengadahkan kepalaku, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan
desahan. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan kontolnya mengaduk-aduk seluruh isi rongga memekku. “Aaargghh.. Nez.. enak banget.. terus Nez.. goyang terus? erangnya. Erangannya membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas toketku sendiri. Ohh aku sungguh menikmati semua ini.

Dia yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Akupun merangkak dan dia menggesek-gesek bibir memekku dengan palkonnya dari belakang. Tubuhku bergetar hebat, saat kontol besarnya dengan perlahan menyeruak menembus bibir memekku dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan kontolnya serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis batang kontolnya didalam memekku. Namun hujaman-hujaman kontolnya yang begitu bernafsu dalam posisi doggy dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi dia bahkan memasukan ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan dimemekku dan ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang. “Ssshh..engghh.. yang keras om.. mmpphh…Enak banget om.. aahh..oohh? Mendengar eranganku dia tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan.

Sedang asiknya menikmati, diamencabut kontolnya dan ibu jarinya. “Om.. kenapa dicabutt”, protesku. “Masukin lagi om..pleasee”, pintaku menghiba. Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludahnya berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat dia mulai menggosok palkonnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya. “om.. pleasee.. jangan disitu”, aku menghiba meminta dia jangan melakukannya. Dia tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa
geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dimemekku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan palkonnya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kontolnya
membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya. “Aduhh sakitt om.. akhh..”, keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikannya. “Rileks Nez.. nanti juga hilang sakitnya”, bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus itilku. Separuh tubuhku yang tengkurap sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai kontol kerasnya yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan
perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku. “Aaahh.. aauuhh.. oohh om” erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan kontolnya yang besar itu. Dia dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras dia menghujamkan kontolnya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.

Akhirnya dia mencabut kontolnya dari anusku dan merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya. “Om blon kluar ya…” Dia gak menjawab tapi tubuhku dimiringkan ke kanan dan kaki kiriku diangkat lebar-lebar. Dia kembali memasukkan kontolnya dalam posisi menyamping. Dia langsung membenamkan seluruh batang kontolnya Dalam posisi menyamping begini, kontolnya masuk lebih dalam dan lebih mudah menggesek-gesek g-spot ku. Tangan kirinya pun lebih mudah meraih toketku. Sambil meremas toketku dia menggerakkan pinggulnya maju-mundur dengan kecepatan tinggi. “memek kamu jadi makin sempit aja rasanya Nez”. SLEP..SLEP..SLEP.. suara kecipak cairan birahi memekku. gerakan genjotannya semakin cepat dan tak karuan. Ujung pal-konnya sudah berdenyut-denyut. Sensasi gatal yang menuntut untuk di’garuk’ semakin memuncak. “Hh..hhh…hahh….” dengusnya semakin bernafsu. Aku merasakan kontolnya yang semakin membengkak di dalam memekku. Aku sadar kenapa dia merasa memekku semakin sempit. Itu karena aliran pejunya sudah berada di batangnya dan siap menyembur keluar. Rasa gatal yang memuncak dan berkumpul di
memekku membuat aku semakin histeris ingin cepat-cepat dipuaskan lagi. Tiba-tiba dia meremas tokeku kuat-kuat, dan menekan kuat-kuat kontolnya ke dalam memekku, sambil melenguh kontol nya menyemburkan pejunya kuat-kuat. “Aaaoouuhhhh… hheehhhh… nikmat banget Nez”. Semprotan peju dan tekanan kuat kontolnya menjebol dinding pertahanan ku. “Ooooaaaahhhh… hhhaaahhh…”, aku kelonjotan selama beberapa saat sampai akhirnya tenang setelah badai orgasme berlalu. Aku memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Kepalaku terasa ringan karena sensasi orgasme yang bertubi-tubi. Rasa nikmat masih meliputi seluruh tubuhku.

Dia langsung menindih tubuhku yang banjir keringat dan banjir peju. “Nikmat banget ngentotin kamu Nez. memek kamu peret banget deh, kedutannya berasa banget. Gak apa kan aku ngecret didalem memek kamu”. “Inez juga nikmat banget om, tapi lemesnya juga banget. dimasukin kontol om yang super gede, penuh deh memek Inez jadinya. Kalo om amblesin smuanya rasanya sampe ke perut deh, palagi Om jago banget bikin Inez kluar terus2an. Dah ngecret di memek Inez bisa gratis ya om uang kosnya”, aku memanfaatkan kesempatan untuk merayunya. Dia hanya tersenyum menggangguk2. “Kapan2 kita ngentot lagi ya NEz”. Tapi aku tidak membalas, karena sudah jatuh tertidur. Lemesss…,,,,,,,,,,,,,,,,,,