aku punya sahabat namanya Grace kami jarang bertemu atau berjumpa sejak kami sudah berkeluarga hingga anak kami bertumbuhya dewasa tapi kami selalu telpon atau sms menanyakan kabar jadi jalinan persahabatan kami masih berlanjut sampai sekarang, ada saja yang kami bicarakan dari tanya kabar anaknya, orang tuanya dan lain sebagainya.
pada hari sabtu pagi Grace menelponku katanya dia habis pulang dari Magelang kota kelahirannya diamembawakan oleh oleh kecil untuk keluargaku.
Katanya Anaknya yang bernama Karno akan menggantarkan oleh olehnya kerumahku kalau aku tidak keluar,
Ah terimakasih Grace sudah mengasih oleh oleh. Pasti dia membawa gethuk kesukaanku khas makananmagelang, Aku pun tidak keluar menunggu kedatangan Karno kerumahku, yang mana hampir 15 tahun aku tidak pernah melihat Karno.
Malam itu Datanglah yang memakai mobil Jeep masuk kedalam rumahku, kuintip dari jendela. Dua oranganak tanggung turun dari jeep itu. Mungkin si Karno datang bersama temannya. Ah, jangkung bener anakGrace. Aku buka pintu. dengan sebuah bingkisan si Karno naik ke teras rumah
“Selamat siang, tante. Ini titipan mama untuk Tante Mely. Kenalin ini Dedi teman saya, Tante”. Karnomenyerahkan kiriman dari mamanya dan mengenalkan temannya padaku. Aku sambut gembira mereka.
Oleh-oleh Grace dan langsung Aku simpan di lemari es-ku biar nggak basi. Aku terpesona saat melihatanak Grace yang sudah demikian gede dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian dan rambutnya yang trendysungguh keren anak sahabatku ini.
Demikian pula si Dedi temannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yang sangat tampan dansimpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadisubur. Mereka Aku ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka.
Kuperhatikan mata si Dedi agak nakal, dia pelototi bahuku, buah dadaku, leherku. Matanya mengikutiapapun yang sedang Aku lakukan, saat Aku jalan, saat Aku ngomong, saat Aku mengambil sesuatu.
Ah, maklum anak laki-laki, kalau lihat perempuan yang agak melek, biar sudah tua macam Aku ini,tetap saja
matanya melotot. Dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalahseksual. Dan si Karno sendiri senang dengan omongan dan kelakar temannya. Dia juga suka nimbrung,nambahin lucu sambil melempar senyuman manisnya.Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang Aku senang dengan mereka berdua. Dantiba-tiba Aku merasa berlaku aneh, apakah ini karena naluri perempuanku atau dasar genitku yang nggakpernah hilang sejak masih gadis dulu, hingga teman-temanku sering menyebutku sebagai perempuan gatal.Dan kini naluri genit macam itu tiba-tiba kembali hadir
Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Dedi yang seakan-akan memberikan celah padaku untukmengulangi peristiwa-peristiwa masa muda. Peristiwa-peristiwa penuh gairah yang selalu mendebarkanjantung dan hatiku.
Ah, dasar perempuan tua yang nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidokuini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yang langsung terasa bengapkemerahan menahan gejolak gairah mengingat masa laluku itu.
“Tante, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho”. Kami kembali terbahak mendengar kelakarKarno. Dan kulihat mata Dedi terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian tubuhku yang masih mulusini.
Dan Aku tidak heran kalau anak-anak muda macam Dedi dan Karno ini demen menikmati penampilanku.Walaupun usiaku yang memasuki tahun ke 36 Aku tetap “fresh” dan “good looking”. Aku memang sukamerawat tubuhku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian tubuhku. Kalau Aku jalan sama anak-anak muda ini,suamiku, banyak yang mengira Aku anaknya atau bahkan “piaraan”nya. Kurang asem, tuh orang.
Dan suamiku sendiri sangat membanggakan kecantikkanku. Kalau dia berkesempatan untuk membicarakanistrinya, seakan-akan memberi iming-iming pada para pendengarnya hingga Aku tersipu walaupun dipenuhirasa bangga dalam hatiku.
Beberapa teman suamiku nampak sering tergoda untuk mencuri pandang padaku. Tiba-tiba Aku ada ide untukmenahan kedua anak ini.
“Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di sini. Aku punya resep masakan yang gampang, cepat dan sedap. Sementara Aku masak kamu bisa ngobrol, baca tuh
majalah atau pakai tuh, komputer si om. Kamubisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yang ‘enggak-enggak’, ya..”, Aku tawarkanmakan siang pada mereka.Tanpa konsultasi dengan temannya si Dedi langsung iya saja. Aku tahu mata Dedi ingin menikmatisensual tubuhku lebih lama lagi.
Si Karno ngikut saja apa kata Dedi. Sementara mereka buka komputer Aku ke dapur mempersiapkanmasakanku. photomemek.com Aku sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Dedi sudah berada di belakangku. Diamenanyaiku, “Tante dulu teman kuliah mamanya Karno, ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.
“Apanya yang jauh?, Aku tahu maksud pertanyaan Dedi.
“Iya, Tante pantesnya se-umur dengan teman-temanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Ded”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Karno”, lanjutnya sambil melototi pahaku.
“Tante hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin care dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Tante masih mulus banget”.
Kurang asem Dedi ini, tanpa kusadari dia menggiring Aku untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata “body Tante masih mulus banget” pada tubuhku. Tetapi Aku tak akan pernah menyesal akan giringanDedi ini.
Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Setapak demisetapak Aku merasa ada yang bergerak maju. Dedi sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke Akudan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan ke-lelakian-nya.
“Ah, mata kamu saja yang keranjang”, jawabku yang langsung membuatnya tergelak-gelak.
“Papa kamu, ya, yang ngajarin?, lanjutku.
“Ah, Tante, masak kaya gitu aja mesti diajarin”.
Ah, cerdasnya anak ini, kembali Aku merasa tergiring dan akhirnya terjebak oleh pertanyaanku sendiri.
“Memangnya pinter dengan sendirinya?”, lanjutku yang kepingin terjebak lagi.
“Iya, dong, Tante. Aku belum pernah dengar ada orang yang ngajari gitu-gitu-an”.
Ah, kata-kata giringannya muncul lagi, dan dengan senang hati kugiringkan diriku.
“Gitu-gituan gimana, sih, Dedi sayang?”, jawabku lebih progresif.
“Hoo, bener sayang, nih?”, sigap Dedi.
“Habis kamu
bawel, sih”, sergahku.“Sudah sana, temenin si Karno tuh, n’tar dia kesepian”, lanjutku.
“Si Karno, mah, senengnya cuma nonton”, jawabnya.
“Kalau kamu?”, sergahku kembali.
“Kalau saya, action, Tante sayang”, balas sayangnya.
“Ya, sudah, kalau mau action, tuh ulek bumbu tumis di cobek, biar masakannya cepet mateng”, ujarkusambil memukulnya dengan manis.
“Oo, beres, Tante sayang”, dia tak pernah mengendorkan serangannya padaku.
Kemudian dia menghampiri cobekku yang sudah penuh dengan bumbu yang siap di-ulek. Beberapa saatkemudian Aku mendekat ke dia untuk melihat hasil ulekannya.
“Uh, baunya sedap banget, nih, Tante. Ini bau bumbu yang mirip Tante atau bau Tante yang miripbumbu?”.
Kurang asem, kreatif banget nih anak, sambil ketawa ngakak kucubit pinggangnya keras-keras hingga diaaduh-aduhan. Seketika tangannya melepas pengulekan dan menarik tanganku dari cubitan di pinggangnyaitu.
Saat terlepas tangannya masih tetap menggenggam tanganku, dia melihat ke mataku. Ah, pandangannya itumembuat Aku gemetar. javcici.com Akankah dia berani berbuat lebih jauh? Akankah dia yakin bahwa Aku jugamerindukan kesempatan macam ini? Akankah dia akan mengisi gejolak hausku? Petualanganku? Gairahgairahku?
Aku tidak memerlukan jawaban terlampau lama. Bibir Dedi sudah mendarat di bibirku. Kini kami sudahberpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling berpeluk. Dan tanganku meraihkepalanya serta mengelusi rambutnya.
Dan tangan Dedi mulai bergeser menerobos masuk ke blusku. Dan tangan-tangan itu juga menerobosi BH-kuuntuk kemudian meremasi payudaraku. Dan Aku mengeluarkan desahan nikmat yang tak terhingga. Nikmatkerinduan gairah menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.
“Tante, Aku gairah banget lihat body Tante. Aku pengin menciumi body Tante. Aku pengin menjilati bodyTante. Aku ingin menjilati kemaluan Tante. Aku ingin ngentot Tante”.
Ah, binalnya mulutnya. Kata-kata binal Dedi melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat Akumenggelinjang hebat. Kutekankan selangkanganku mepet ke selangkangnnya hingga kurasakan ada jendolanpanas yang mengganjal. Pasti kemaluan Dedi sudah ngaceng banget. Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya lebih dalam lagi. Dedi mengerang.Dengan tidaksabaran
dia angkat dan lepaskan blusku. Sementara blus masih menutupi kepalaku bibirnya sudah mendaratke ketiakku.Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat di sekujur urat-uratku.Dedi menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia melepaskan gigitan dan kecupannya dari ketiak kedadaku.
Dia kuak BH-ku dan keluarkan buah dadaku yang masih nampak ranum. Dia isep-isep bukit dan pentilnyadengan penuh gairah. Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya.
Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaku, ke selangkanganku. Dia lepaskan kancing-kancingkemudian dia perosotkan hotpants-ku. Aku tak mampu mengelak dan Aku memang tak akan mengelak.
Gairahku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat gairahku telah melanda danmenghanyutkan Aku. Yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksanikmat gairahku.
Begitu hotpants-ku merosot ke kaki, Dedi langsung setengah jongkok menciumi celana dalamku. Diakenyoti hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dengan gairah besarnya yang kurang sabaran tangannyamemerosotkan celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya menyergap kemaluan, bibir dan kelentitku. Aku jadiikutan tidak sabar.
“Dedi, Tante udah gatal banget, nih”.
“Copot dong celanamu, Aku pengin menciumi kamu punya, kan”.
Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut celana dalamnya. kemaluannyayang ngaceng berat langsung mengayun seakan mau nonjok Aku. Kini Aku ganti yang setengah jongkok,kukulum kemaluannya.
Dengan sepenuh gairahku Aku jilati ujungnya yang sobek merekah menampilkan lubang kencingnya. Akumerasakan precum asinnya saat Dedi menggerakkan pantatnya ngentot mulutku. Aku raih pahanya biar arahkemaluannya tepat ke lubang mulutku.
“Tante, Aku pengin sodok memek Tante sekarang”. Aku tidak tahu maunya, belum juga Aku puas mengulumkemaluannya dia angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke meja dapur hingga kemaluanku terbuka. Kemudiandia tusukkannya kemaluannya yang lumayan gede itu ke kemaluanku.
Aku menjerit tertahan, sudah lebih dari 3 bulan, suamiku nggak nyenggol-nyenggol Aku. Yangsibuklah, yang rapatlah, yang golflah. Terlampau banyak alasan untuk memberikan waktunya padaku.
Kini kegatalan kemaluanku terobati, Kocokkan kemaluan Dedi
tanpa kenal henti dan semakin cepat. Anakmuda ini maunya serba cepat. Aku rasa sebentar lagi air maninya pasti muncrat, sementara Aku masih belumsepenuhnya puas dengan entotannya.Aku harus menunda agar gairah Dedi lebih terarah. Aku cepat tarik kemaluanku dari tusukkannya, Akuberbalik sedikit nungging dengan tanganku bertumpu pada tepian meja. Aku pengin dan mau Dedi nembakkemaluanku dari arah belakang. Ini adalah gaya favoritku.
Biasanya Aku akan cepat orgasme saat dientot suamiku dengan cara ini. Dedi tidak perlu menunggupermintaanku yang kedua. kemaluannya langsung di desakkan ke kemaluanku yang telah siap untuk melahapkemaluannya itu.
Nah, Aku merasakan enaknya kemaluan Dedi sekarang. Pompaannya juga lebih mantab dengan pantatku yangterus mengimbangi dan menjemput setiap tusukan kemaluannya. Ruang dapur jadi riuh rendah.Selintas terpikir olehku, di mana si Karno. Apakah dia masih berkutat dengan komputernya? Atau diasedang mengintip kami barangkali? Tiba-tiba dalam ayunan kemaluannya yang sudah demikian keras danberirama Dedi berteriak.
“Dang, Karno, ayoo, bantuin Aku .., Dang..”.
Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melakukan konspirasi untuk menyetubuhiku saatada kesempatan disuruh mamanya untuk mengirimkan oleh-oleh itu. Kemudian kulihat Karno dengan tenangnyamuncul menuju ke dapur dan berkata ke Dedi
“Aku kebagian apanya Ded?’
“Tuh, lu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”.
Duh, kata-kata binal yang mereka ucapkan dengan kesan seolah-olah Aku ini hanya obyek mereka. Dananehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak santun itu demikian merangsang gairah gairahku, sangat eksotikdalam khayalku. Aku langsung membayangkan seolah-olah Aku ini anjing mereka yang siap melayani apapunkehendak pemiliknya.
Aku melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dengan tenangnya Karno mencopoticelananya sendiri dan lantas meraih kepalaku dengan tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpamenunjukkan rasa hormat padaku yang adalah teman mamanya itu.
Untuk kemudian ditariknya mendekat ke kemaluannya yang telah siap dalam genggaman tangan kanannya.kemaluan Karno nampak kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar diujung batangnya.
Saat bibirku disentuhkannya aroma kemaluannya menyergap hidungku yang langsung membuat
Aku kelimpunganuntuk selekasnya mencaplok kemaluan itu. Dengan penuh kegilaan Aku lumati, jilati kulum, gigitikepalanya, batangnya, pangkalnya, biji pelernya.Tangan Karno terus mengendalikan kepalaku mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agarmulutku memompa, terkadang dia tarik keluar kemaluannya menekankan batangnya atau pelernya agar Akumenjilatinya.
Duh, Aku mendapatkan sensasi kenikmatan seksualku yang sungguh luar biasa. Sementara di belakang sanasi Dedi terus menggenjotkan kemaluannya keluar masuk menembusi kemaluannya sambil jari-jarinya mengutik-utik dan disogok-sogokkannya ke lubang pantatku yang belum pernah Aku mengalami cara macam itu. Oke,suamiku adalah lelaki konvensional.
Saat dia menggauliku dia lakukan secara konvensional saja. Sehingga saat Aku merasakan bagaimanaperbuatan teman dan anak sahabatku ini Aku merasakan adanya sensasi baru yang benar-benar hebatmelanda Aku.
Kini 3 lubang erotis yang ada padaku semua dijejali oleh gairah gairah mereka. Aku benar-benar jadilupa segala-galanya. Aku mengenjot-enjot pantatku untuk menjemputi kemaluan dan jari-jari tangan Dedidan mengangguk-anggukkan kepalaku untuk memompa kemaluan Karno.
“Ah, Tante, mulut Tante sedap banget, sih. Enak kan, kemaluanku. Enak, kan? Sama kemaluan Oom enak mana?N’tar Tante pasti minta lagi, nih”
Dia percepat kendali tangannya pada kepalAaku. Ludahku sudah membusa keluar dai mulutku. kemaluan Karnosudah sangat kuyup. Sesekali Aku berhenti sessat untuk menelan ludahku.
Tiba-tiba Dedi berteriak dari belakang, “Aku mau keluar nih, Tante. Keluarin di memek atau maudiisep, nih?”.
Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini. Mendengar teriakan Dedi yang nampak sudahkebelet mau muncratkan air maninya,
Aku buru-buru lepaskan kemaluan Karno dari mulutku. Aku bergerak dengan cepat jongkok sambil mengangakanmulutku tepat di ujung kemaluan Dedi yang kini penuh giat tangannya mengocok-ocok kemaluannya untukmendorong agar air maninya cepat keluar.
Kudengar mulutnya terus meracau, “Minum air maniku, ya, Tante, minum ya, minum, nih, Tante, minum ya,makan air maniku ya, Tante, makan ya, enak nih, Tante, enak nih air maniku, Tante, makan ya..”.
Air mani Dedi muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke rambutku. Sebagian
lain nampak mengalir dibatang dan tangannya. Yang masuk mulutku langsung Aku kenyam-kenyam dan kutelan. Yang meleleh dibatang dan tanganannya kujilati kemudian kuminum.Kemudian dengan jari-jarinya Dedi mengorek yang muncrat ke wajahku kemudian disodorkannya ke mulutkuyang langsung kulumati jari-jarinya itu. Ternyata saat Karno menyaksikan apa yang dikerjakan Dedi dianggak mampu menahan diri untuk mengocok-ocok juga kemaluannya.
Dan beberapa saat sesudah kemaluan Dedi menyemprotkan air maninya, menyusul kemaluan Karno memuntahkanbanyak air maninya ke mulutku.
Aku menerima semuanya seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aku merasakan rasa yang berbeda,air mani Dedi serasa madu manisnya, sementara air mani Karno sangat gurih seperti air kelapa muda.
Dasar anak muda, gairah mereka tak pernah bisa dipuaskan. Belum sempat Aku istirahat mereka mengajakAku ke ranjang pengantinku. Mereka nggak mau tahu kalau Aku masih mengagungkan ranjang pengantinkuyang hanya suamiku boleh ngentot Aku di atasnya. Setengahnya mereka menggelandang Aku memaksamenuju kamarku.
Aku ditelentangkannya ke kasur dengan pantatku berada di pinggiran ranjang. Karno menjemput satutungkai kakiku yang dia angkatnya hingga nempel ke bahunya.
Dia tusukan kemaluannya yang tidak surut ngacengnya sesudah sedemikian banyak menyemprotkan air mani untukmenyesaki kemaluanku, kemudian dia pompa kemaluanku dengan cepat kesamping kanan, kiri, ke atas, ke bawahdengan penuh irama.
Aku merasakan ujungnya menyentuh dinding rahimku dan Aku langsung menggelinjang dahsyat. Pantatku naikturun menjemput tusukan-tusukan kemaluan legit si Karno. Sementara itu Dedi menarik tubuhku agarkepalaku bisa menciumi dan mengisap kemaluannya. Kami bertiga kembali mengarungi samudra nikmatnyagairah yang nikmatnya tak terperi.
Hidungku menikmati banget aroma yang menyebar dari selangkangan Dedi. Jilatan lidah dan kulumanbibirku liar melata ke seluruh kemaluan Dedi.
Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang amat sangat, paha Dedi kuraih ke atas ranjang sehingga satukakinya menginjak ke kasur dan membuat posisi pantatnya menduduki wajahku. Dengan mudah tangan Dedimeraih dan meremasi susu-susu dan pentilku.
Sementara hidungku setengah terbenam ke celah pantatnya dan bibirku tepat di bawah akar pangkalkemaluannya yang
keras menggembung.Aku menggosok-gosokkan keseluruhan wajahku ke celah bokongnya itu sambil tangan kananku ke atas untukngocok kemaluan Dedi. Duh, Aku kini tenggelam dalam aroma nikmat yang tak terhingga. Aku menjadikesetanan menjilati celah pantat Dedi.
Aroma yang menusuk dari pantatnya semakin membuat Aku liar tak terkendali. Sementara di bawah sanaKarno yang rupanya melihat bagaimana Aku begitu liar menjilati pantat Dedi langsung dengan buasnyamenggenjot kemaluanku. Dia memperdengarkan racauan nikmatnya,
“Tante, kemaluanmu enak, Tante, kemaluanmu Aku entot, Tante, kemaluanmu Aku entot, ya, enak, nggak?, Enakya, kemaluanku, enak Tante, kemaluanku?”. Aku juga membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yangsangat dahsyat. Dan ada yang rasa yang demikian exciting merambat dari dalam kemaluanku.
Aku tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku semakin menggila, semakincepat dan keluar dari keteraturan. fantasiku.com Kocokkan tanganku pada kemaluan Dedi semakin kencang. Naik-naikpantatku menjemputi kemaluan Karno semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat.
Dan teriakanku yang rasanya membahana dalam kamar pengantinku tak mampu kutahan, meledak menyertaibobolnya pertahanan kemaluanku. Cairan gairahku tumpah ruah membasah dan membusa mengikuti batangkemaluan yang masih semakin kencang menusukki kemaluanku.
Dan Aku memang tahu bahwa Karno juga hendak melepas air maninya yang kemudian dengan rintihan nikmatnyaakhirnya menyusul sedetik sesudah cairan gairahku tertumpah. Kakiku yang sejak tadi telah berada dalampelukannya disedoti dan gigitinya hingga meninggalkan cupang-cupang kemerahan.
Sementara Dedi yang sedang menggapai menuju puncak pula, meracau agar Aku mempercepat kocokkankemaluannya sambil tangannya keras-keras meremasi buah dadaku hingga Aku merasakan pedihnya. Dan saatpuncaknya itu akhirnya datang, dia lepaskan genggaman tanganku untuk dia kocok sendiri kemaluannyadengan kecepatan tinggi hingga air maninya muncrat semburat tumpah ke tubuhku.
Aku yang tetap penasaran, meraih batang yang berkedut-kedut itu untuk kukenyoti, mulutku mengisap-isapcairan maninya hingga akhirnya segalanya reda. Jari-jari tanganku mencoleki air mani yang tercecer ditubuhku untuk Aku jilat dan isap guna mengurangi dahaga gairahku.
Sore harinya, walaupun Aku belum sempat merasakan getuk kirimannya
yang kini berada dalam lemari eskudengan penuh semangat dan terima kasih Aku menelepon Grace.“Wah, terima kasih banget atas kirimannya, ya. Karena sudah lama Aku tidak merasakannya, huh, nikmatbanget rasanya. Ada gurihnya, ada manisnya, ada legitnya”, kataku sambil selintas mengingat kenikmatanyang Aku raih dari Karno anaknya dan Dedi temannya.
tertawa senang sambil menjawab, “Nyindir, ya. Memangnya kerajinan tanduk dari Pucang (sebuah desadi utara Magelang yang menjadi pusat kerajinan dari tanduk kerbau) itu serasa getuk kesukaanmu itu.
N’tar deh kalau Aku pulang lagi, kubawakan sekeranjang getukmu”.Aku tersedak dan terbatuk-batuk. Mati Aku, demikian pikirku. Ternyata bingkisan dalam kulkas itu bukangetuk kesukaanku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,