Aku tergerak juga untuk mengirim tulisan setelah aku membaca salah satuartikel di Internet tentang oral seks yang dikenal juga dengan namacunnilingus. Aku jadi teringat bahwa apa yang tertulis di situ ternyatakasusnya sama dengan diriku.
Terus terang aku lebih menyukai oral seks daripada persetubuhan yangsesungguhnya (dengan penetrasi), terutama jika si lelaki aktif mengoral siwanita. Kecenderungan ini baru kusadari ketika waktu aku di sekolahmenengah beberapa tahun lalu untuk pertama kalinya aku menyaksikan filmbiru. Aku sangat terangsang melihat adegan si lelaki menciumi danmenjilati kelamin si wanita. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku begitutertarik pada adegan itu. Baru ketika aku kuliah aku kemudian punya pacar.Pacaranku yang pertama biasa-biasa saja. Kegiatan seksual kami hanyaterbatas pada ciuman. Demikian pula dengan pacaranku yang kedua, meskipunberlangsung lebih lama tetapi tidak ada letupan seksual yang berat. Kepadakedua-duanya pernah kusampaikan keinginanku untuk meniru apa yang pernahkulihat di film biru tetapi mereka menolak. Mungkin karena mereka merasarisih. Setelah aku lulus dan bekerja keinginanku itu nyaris terlupakan.
Baru beberapa bulan bekerja aku punya seorang kenalan. dia mengaku belumlama putus dengan pacarnya. Kami sangat dekat sehingga akhirnya dia tahukeinginan seksualku. Waktu aku mampir ke tempat kostnya, kami bercumbu.dalam kesempatan itu dia mengajak aku melakukan apa yang selama inimenjadi keinginanku. Disitulah untuk pertama kalinya aku merasakan apayang kulihat di film biru beberapa tahun lalu. Aku menciumi seluruhtubuhnya hingga berakhir di vagina dia. Hanya saja kami kurangmenikmatinya saat itu, mungkin karena aku kelihatan panik dan grogi,sementara diapun tampaknya ada hambatan psikologis karena aku adalah temandekatnya. Setelah itu hubungan kami biasa-biasa saja.
Kesempatan kedua datang waktu aku berkenalan dengan seorang gadis di kolamrenang. Usianya beberapa tahun di bawahku. Anehnya aku tidak menjadi akrabdengan gadis itu hingga akhirnya aku mendapat kesempatan berkenalan dengankakaknya yang usianya sebaya denganku. Aku mengenal kakaknya itu melaluitelepon ketika aku menelepon
ke rumahnya. Kami kemudian janjian untukketemu dan nonton. cewek ini tinggi dan seksi, kulitnya agak hitam.Ternyata dia pun baru selesai kuliah dan sekarang bekerja sebagai gurusenam (dia belum mendapat kesempatan pekerjaan lain). Waktu di dalambioskop kami berbincang-bincang. Dia makan coklat silver queen. Aku bilangama dia, bagi dong coklatnya. Ternyata dia tidak memotong coklat yang barumalah langsung memagut bibirku dan dengan gerakan lidah yang mempesona,memindahkan coklat yang baru dia kunyah sedikit demi sedikit kekerongkonganku. Persis seperti induk burung yang memberi makan anaknya.Aku kaget bukan main. Sepanjang pemutaran film itu kami sibuk salingmemagut. Dia aktif sekali, bahkan waktu aku minta minum pun dia segeramenenggak buavita, menciumku, kemudian mengalirkan sari jeruk itu darimulutnya langsung ke mulutku. Dalam pertemuan kedua kami sepakat ketemu dihotel sederhana. javcici.com Waktu ngobrol-ngobrol akhirnya kami menemukan titik temu,bahwa kami sama-sama menghindari hubungan seks dalam arti penetrasi,ternyata dia hanya mau dijilat dan akupun memang cuma ingin menjilat. Jadiklop.Kami berciuman sambil berdiri, pelan-pelan aku melucuti pakaiannya hinggadia telanjang bulat. Masih sambil berdiri, aku menyusuri tubuhnya denganlidahku hingga lidahku berhenti di klitorisnya. Aku sudah jauh lebihtenang dan rileks. Dia berdiri sambil mulai membuka kakinya. Aku berlutut.Dengan satu sapuan yang menghentak dan seketika, aku menyapu permukaanvaginanya dengan seluruh telapak lidahku. Dia menjerit di atas sana.Kemudian ujung lidahku bermain di klitorisnya. Selain dengan lidah,bibirku memagut, mengulum dan mengisap klitorisnya. Pelan-pelan akumelakukan gigitan-gigitan kecil di sekitar situ sehingga membuat gerakanpahanya semakin menggila. Kedua tanganku memegangi pahanya atau memelukpantatnya. Dari klitoris, ujung lidahku menemukan lubang vagina dan segeramenembusnya kemudian melakukan gerakan memutar dan menyapu, juga gerakanlidah maju mundur. Karena lubangnya cukup besar, atau mungkin karenamulutku yang kecil, aku bisa meletakkan bibirku agak ke dalam sehinggalidahku bisa masuk cukup panjang dan leluasa. Lidahku menemukanlapisan-lapisan lunak, ada juga seperti lekukan, benjolan atau suatupermukaan seperti handuk. Setelah puas sambil berdiri, dia berjalan danduduk di kursi. Disuruhnya aku berlutut
sementara dia duduk dan membukapahanya. Begitu dibuka, aku langsung “makan” dan dia tak henti-hentinyamengeluarkan suara erangan atau keluhan. Tangannya meremas-remas kepalakuatau menekan-nekan kalau dia merasa lidahku kurang dalam. Semakin lamalubangnya semakin basah sehingga gerakan lidahku mengelurakan suarakecipak-kecipak. Tidak ada bagian yang terlewat oleh lidahku. Akhirnya diabangun dan berjalan ke tempat tidur. Dia berbaring dan membuka pahanya.Aku mengulangi lagi gerakan-gerakan tadi. Aku melihat dia masih tangguhdan belum ada tanda-tanda orgasme padahal aku ingin membuat dia orgasmedengan lidahku.Dia membalikkan badannya kemudian nungging di depanku sehingga dihadapanku kini terpampang sepasang pantat yang sehat dengan tumpukankelamin yang menantang. Aku menusukkan lidahku ke lubang kelaminnya daribelakang. Sekarang rasanya lebih longgar dibandingkan tadi. Setelahbermain cukup lama, masih dari belakang, aku membuat sapuan dengan seluruhlidahku perlahan-lahan menyusuri belahan kelaminnya terus ditarik ke atashingga melewati belahan pantatnya dan berakhir di tengah garis pinggul.Telingaku sudah penuh terisi oleh teriakan dan erangan dia. Akhirnya akuberbaring menatap langit-langit kamar sementara dia masih tetap nungging.Lantas aku punya inisiatif, dari belakang dia kepalaku masuk ke “kolong”selangkangannya. Kini leherku berada di antara kedua pahanya dan di ataswajahku terbentang kelaminnya yang menganga.
Dengan gerakan yang lebih lembut aku melakukan sapuan dan cemilan-cemilankecil sehingga dia kelihatan lebih tenang dan irama permainan menjadislow. Dengan setengah mendesah aku bilang, “bekap aku….. ” Danperlahan-lahan dia menurunkan pantatnya hingga kini wajahku benar-benar“terbenam”. Lidahku segera menyusuri lubang kelaminnya, kujulurkan,kemudian lidahku terkunci di dalam. Tanganku memeluk kedua pantatnya.Seperti tahu maksudku, dia melakukan gerakan menggoyang. Pantatnyabergerak memutar, kemudian maju mundur tak ubahnya seperti orang f**king.Dia melakukan gerakan genjotan demi genjotan. Lidahku kutahan agar tidakmelesat dari lubang kemaluannya (sebetulnya aku mau bilang “m*m*knya” tapirasanya buatku terlalu vulgar). Aku tidak tahu ekspresi wajah dia, yangjelas dia begitu enjoy dengan gerakan-gerakannya. Selain suara erangan,aku masih bisa mendengar suara kain seprai diremas-remas. Gerakannya makinkencang dan menggila. Kalau saja tidak karena dia orgasme, mungkin akutidak sanggup bertahan
lebih lama lagi karena kehabisan nafas.Akhirnya dia meregang, ada sentakan kecil, selama beberapa detik tidak adasuara atau gerakan apa-apa, hening, cuma sedutan-sedutan di sepanjanglorong kelamin dia. Akhirnya dia terkulai, aku segera mengangkat pingguldia dan keluar dari jepitan pahanya. Aku mengambil nafas dan berbaring disebelahnya, sementara dia masih tetap telungkup. Setelah berdiam diricukup lama, dia bangun, mengambil tisu dan membersihkan mukaku yang basahdan lengket. Aku sendiri tidak sampai “keluar” (ejakulasi) tetapi akumerasakan “sejenis orgasme” yang aneh, tidak keluar tapi puas, mungkinkarena aku bisa menikmati orgasme cewek dengan lidahku.
Setelah peristiwa itu kami masih sempat satu kali mengulanginya lagi, ditempat yang berbeda dan waktu yang lain tetapi dengan urut-urutan yangsama. Kemudian suatu hari dia bilang bahwa dia lebih baik menikah denganlelaki pilihannya. Yang jelas lelaki itu bukan aku, karena selama kamikencan tidak sekalipun kami bicara soal pacaran atau pernikahan. Akumemang ada rasa sedih mengingat aku sangat menikmati permainan ini, tetapiya sudahlah. Sampai sekarang aku masih mencoba bertahan dengan komitmenkuyaitu tidak melakukan seks dalam arti sampai penetrasi kelamin (memasukkankelamin). Bukan apa-apa, aku sangat takut pada penyakit kelamin. Akuseorang yang well-informed sehingga segala informasi yang berkaitan denganpenyakit kelamin termasuk HIV/AIDS sudah ada di kepalaku. Memang denganoral pun kemungkinan terkena penyakit masih tetap ada tapi risikonya lebihkecil. Lagi pula aku selalu menjaga kesehatanku, makanan yang baik,berolahraga, dan menjaga kebersihan termasuk kebersihan mulut dan lidahdengan antiseptik kumur.,,,,,,,,,,