Rasa penat dan kelelahan seharian ditambah pengaruh obat menyebabkan Wati tertidur nyenyak – tidur yang sangat menyenangkan karena disertai dengan mimpi menunggu tunangannya di landasan udara. Sebentar lagi pesawatnya mendarat dan ia akan menikmati lagi kehangatan pelukan tunangannya itu. Wati menoleh kekiri kekanan karena di rasakannya ada yang aneh dan tak biasa di pangkalan udara itu. Aneh sekali airport yang biasa selalu ramai hiruk pikuk kini begitu sepi, tak ada penumpang yang berdiri didepan meja untuk check in, tak ada para pengantar, tak ada kuli yang menawarkan jasa mengangkat koper, tak ada petugas, beberapa orang yang berada disitu kok aneh sekali tak ada yang bercakap cakap.Apakah matanya yang salah lihat atau panca inderanya terganggu semacam fata morgana ?. Wati berusaha menggerakkan tangan kirinya untuk mengusap matanya namun tak berhasil entah mengapa, dicobanya dengan tangan kanan namun hasilnya serupa.Dicobanya menggelengkan kepala namun entah mengapa dirasakan berat seolah membawa ember terisi air dijunjung diatas kepala, oooh apa yang terjadi. Mendadak hidungnya tersengat oleh bau yang tak disenanginya, bau rokok yang memang selalu dijauhinya kini seolah olah tak mau hilang dari hidungnya, dan bukan itu saja bahkan bau tembakau yang menyengat kemudian menerobos masuk mulutnya. Bau tembakau yang sangat dibencinya itulah yang akhirnya membuatnya sadar dan betapa terkejutnya Wati ketika dilihat keadaan sebenarnya yang sedang dialaminya.Ternyata memang benar kedua lengannya sukar digerakkan karena direjang erat dikiri kanan oleh Imron dan Ramli. Keduanya sambil menyeringai mesum mennyekal menekan kedua pergelangan tangannya kekasur diatas kepalanya. Sedangkan bau rokok yang tercium dalam keadaan mimpi adalah dari mulut Ahmat yang melekat di bibirnya dan berulang ulang mendorong masuk lidahnya yang basah kedalam mulutnya sendiri. Wati berusaha bangun dan berteriak sekuatnya namun semua sia sia, kakinya menendang seadanya kekiri kekanan namun gerakan itu hanya membuat roknya semakin tersingkap dan ternyata pergelangan kakinya yang langsing itupun kini berada dalam cengkraman tangan Ahmat yang kuat sehingga sukar bergerak.“Emmpfffh, apa apaan, too, toolooong, sialaaan, bangs aemmppffh, jaangaaan, nnnnggaa maaauu, emppppfh, aauw lepaaaskaan”, Wati berusaha berteriak sejadinya meminta tolong dan mengharap teriakannya akan didengar. Ternyata ketiga lelaki jahanam itu sedemikian kuatnya seolah diberi kekuatan tenaga tambahan oleh iblis, sehingga meskipun kini Wati telah sadar sepenuhnya dan pulih dari obat tidur penenang namun semua rontaannya sia sia saja. Karena kedua tangannya tak dapat melindungi sama sekali maka hanya dalam waktu singkat Ahmat kini telah duduk diatas perutnya yang demikian datar langsing sehingga Wati merasakan sukar bernafas. Jari tangan Ahmat kini mulai membuka sisa kancing blus Wati yang masih tertutup dan sebegitu blus itu terbuka Ahmat dengan kasar menarik BH Santi berukuran 34C sehingga langsung terlepas menampakkan kedua buah dadanya yang sedemikian sempurna. Ramli dan Imron langsung melotot melihat betapa indahnya pemandangan pegunungan dihadapan mata mereka“Waah, baguuus betul tetek si neng, pasti enak diremas dan di enyot nih. Boleh engga gan nyicipin nyusu duluan?”, tanya Imron dan Ramli hampir bersamaan kepada Ahmat.“Kalian harus sabar nunggu, pasti ntar gue bagi daging montok, tapi sekarang mesti ditelanjangin dulu nih cewek”, dengus Ahmat sambil dengan rakusnya melahap bibir manis Wati, sementara kedua tangannya mencakup kedua bola di dada Wati sambil meremas remas.Wati semakin liar meronta dan air mata mulai mengalir disudut matanya, menyadari keadaan yang mengerikan sedang dihadapinya. Selama berpacaran Wati belum pernah lebih dari ciuman tersembunyi ketika menonton adegan romantis dikegelapan ruangan bioskop. Tunangannya pun penuh pengertian dan hanya sesekali saja menyentuh dan meremas buas dadanya dari luar blusnya, tak pernah dikasari apalagi dibuka BH-nya seperti saat ini. Teriakan dan jeritan Wati kembali teredam oleh ciuman ganas Ahmat dan rasa mual mulas mulai muncul kembali, kali ini bukan karena obat yang dimasukkan di makanan tapi karena rasa takut dan jijik ketika Ahmat memasukkan lidah kasar di mulutnya yang kecil itu. Ludah Ahmat tercium sangat bau memuakkan kini ikut tercampur dengan ludahnya sendiri sementara buah dadanya terasa sakit diremas oleh tangan Ahmat yang kasar.Gerakan kedua kaki Wati yang menendang tak teratur kekiri kanan dan keatas justru memberikan kesempatan para pemerkosanya untuk melepaskan dengan paksa secabik celana dalam string yang melindungi auratnya terakhir. Disaat Wati menendang dengan kedua kakinya agak keatas maka pinggulnya pun ikut naik sedikit sehingga Imron yang mempunyai tangan paling panjang segera merenggut cd string Wati berwarna ungu muda itu yang langsung robek. Kini Wati sang jururawat ayu manis telah telanjang bulat seperti bayi yang baru dilahirkan, isak tangisnya semakin menjadi, menyadari sebentar lagi akan kehilangan miliknya yang paling berharga. Dicobanya dengan kekuatan tenaga seorang wanita yang masih ingin membela kehormatannya meronta melepaskan diri dari malapetaka yang mengancam. Sejenak Wati berhasil melepaskan kedua tangannya dari cengkraman Imron dan Ramli dan langsung di cobanya mencakar muka Ahmat, namun Ahmat dengan sigap dapat menduga maksud gerakan Wati dan ditangkapnya kedua nadi yang langsing itu dan ditekannya ke kasur disamping kepala Wati.“Eh, kalian gimana sih engga becus masa kalah tenaga dengan cewek, ayoh rejeng lagi tangannya, awas kalo lepas lagi semua perjanjian akan dibatalkan !”, bentak Ahmat dengan maksud perjanjian pemghapusan hutang anak buahnya.“Oke, oke boss , jangan takut , nih cewek akan gue ringkus sampe engga berkutik lagi”, demikian jawaban Ramli yang langsung bersama Imron kembali mengambil alih tugas memegang nadi Wati.Keduanya berpandangan dan saling mengangguk, kemudian Imron meraih saku celananya yang terletak dilantai, dikeluarkannya tali rami yang kuat dan diikatnya kedua pergelangan tangan Wati lalu diletakkannya diatas kepala, sehingga kedua ketiak Wati terpampang.“Wah, ketiaknya bagus boss, engga ada bulunya sama sekali, emang lain nih perawat dari kota”, ujar Imron sambil mengelus ketiak Wati yang segera ditiru oleh Ramli, menimbulkan rasa geli tak terkira pada Wati.“Mulutnya perlu ditutup lakban apa engga boss ?”, tanya Ramli kepada Ahmat, karena sementara itu Wati masih saja berteriak minta tolong.“Kalian goblok amat sih, masa ditutup lakban , kan lebih baik kalo disumpel sama kontol gue”, jawab Ahmat sementara itu mengurangi tindihannya di perut Wati hanya dengan maksud melepaskan celana dalam boxernya. Aksi Ahmat itu segera juga di ikuti oleh kedua anak buahnya, sehingga sesaat kemudian tak hanya Wati yang bugil melainkan ketiga lelaki yang sedang menjarahnya.Wati menatap dengan mata membesar di pengaruhi rasa ketakutan dan ngeri karena meskipun sebagai jururawat sudah terbiasa melihat dan merawat tubuh pria sebagai pasiennya, namun belum pernah di saksikannya penis penis sebesar dan sepanjang itu. Semuanya terlihat mulai mengacung mengangguk didepannya, hitam legam penuh pembuluh darah seolah memberi salam dan meminta permisi untuk membantai kegadisannya.Ahmat kini menggeser tubuhnya kearah kepala korbannya, dipegangnya penis hitamnya dan disodorkan dihadapan mulut Wati yang tentu saja menolak dan menutup serapat mungkin sambil melengoskan kepalanya kesamping.“He he he, pake malu malu nih si neng, pasti orang kota seneng makan sosis ya, ini cobain sosis desa asli yang bisa bikin neng ketagihan”, celoteh Ahmat sambil mengusapkan penisnya ke bibir dan ke pipi Wati yang amat halus. Rasa jijik Wati tak dapat diuraikan kata kata, namun penolakannya tak berlangsung lama karena Ahmat menutup hidung bangir Wati sehingga tak dapat bernafas. Sekaligus dipilin, dicubit dan ditariknya puting susu Wati menyebabkan rasa ngilu dan“Aaaaauw, sakiiff……ouuf, eemmffh”, teriakan sakit Wati langsung teredam oleh kemaluan Ahmat.“Naaah, begitu pinter ya si neng, ayo kulum, jilaaaat, iseeep yang rajin, ntar dapet hadiah joghurt alami, aaah ini kan babak permulaan dan lubang pertama yang abang perkosa, babak berikut segera nyusul, ooooh terus”, demikianlah dengusan Ahmat yang merem melek merasakan hangatnya mulut Wati menyelubungi kemaluannya.Sebagai jururawat Wati sangat memperhatikan soal kebersihan, bukan saja kemaluan sendiri namun tunangannya pun selalu dianjurkan dimana mungkin untuk selalu membersihkan ujung kepala kemaluannya setelah kecing agar tidak berbau pesing. Kini mulutnya sendiri dijejal dipenuhi oleh penis besar yang berbau tidak enak, bahkan bulu kemaluan Ahmat yang lebatpun berbau asam entah sudah berapa lama tak dibersihkan dicuci tuntas. Wati berusaha melepehkan mendorong keluar penis yang sedang menyiksa rongga mulutnya itu dengan lidahnya, namun hal ini tentu saja tak diizinkan oleh Ahmat bahkan dorongan lidah Wati disalah tafsirkannya sebagai gerakan menyapu dan menjilat kepala kejantanannya.“Ooooh, iya iya iyaaaa teruuuus, anak manis pinteeer bangeeet, abang nggga lama lagi mau keluaaaar niih”, terdengar geraman suara Ahmat yang kini justru memegang erat kepala Wati sehingga tak dapat bergerak lagi. Sekaligus Ahmat mendorong penisnya sedalam mungkin sehingga masuk sekitar sepertiganya, tapi itu sudah cukup dalam untuk ukuran mulut Wati yang memang sangat mungil. Ujung penis Ahmat kini mendesak dan menyentuh dinding tenggorokan Wati sehingga Wati betul betul kelabakan sukar bernafas dan semakin menggelepar di ranjang seperti ikan kekurangan air. Air matanya semakin deras mengalir di kedua pipinya, namun hal ini sama sekali tak menimbulkan rasa kasihan para pemerkosanya, bahkan sebaliknya.
“Oooouh, ngga tahaaan lagi nih, neng denok bapak mau banjir nih, minuuuum ya semuaaaanya”, seperti kesurupan Ahmat menekan pinggulnya ke wajah Wati, alat kemaluannya berdenyut denyut dan semburan lahar sperma hangat menyemprot kedalam mulut Wati.Imron dan Ramli kini semakin memberanikan diri mereka untuk mengambil bagian dalam penjarahan gadis kota yang malang itu. Kedua pergelangan tangan Wati yang telah terikat tali rami diatas kepalanya kini direntangkan lalu diikat kekaki ranjang, sehingga ketiaknya semakin terentang lebar dijadikan sasaran ciuman, gelitikan dan jilatan Ramli dan Imron. Tak puas sampai disini saja keduanya dengan penuh nafsu meremas memijit kedua gunung didada Wati, tak luput pula putingnya yang semakin mencuat keatas diusap, dipilin, ditarik, dan sekaligus dicubit diantara jari jari mereka yang kasar. Bergantian pula mulut dan lidah kedua kuli pegawai Ahmat menyupangi ketiak Wati yang harum, diselang seling dengan gigitan gemas sehinga ketiak Wati penuh bercak merah.Ahmat yang dengan sengaja telah beberapa hari tak menggauli istrinya mempunyai cadangan sperma cukup banyak, dan kini mulai disumbangkannya di mulut yang masih perawan itu. Wati tak dapat berbuat apa apa didalam kekuasaan ketiga lelaki yang sedang kesetanan itu, kerongkongannya dipenuhi cairan kental hangat agak asin sepat dan berbau hanyir. Wati berusaha menahan nafasnya dan masih menolak untuk menelan tapi begitu banyak cairan aneh yang belum pernah dirasakannya itu terkumpul didepan kerongkongan dan tenggorokannya itu sehingga ia hanya mempunyai pilihan tersedak dan terselak oleh benih kelakian Ahmat atau terpaksa ditelannya. Akhirnya mau tak mau ditelannya cairan hanyir yang dirasakan sangat menjijikkan itu dan benar benar dirasakannya sangat tersiksa dan terhina sehingga hampir saja di muntahkannya kembali.Namun untuk itu Ahmat tak memberikan kesempatan sama sekali penisnya yang begitu besar menutup seluruh rongga mulut Wati sehingga seluruh laharnya terpaksa di telan oleh korbannya itu. Setelah dirasakan denyutan rudalnya telah berhenti dan Wati telah kehabisan nafas barulah dilepaskan cekalannya pada kepala perawat secantik bidadari itu. Wati hanya sanggup menangis terisak isak sambil masih merasakan sengatan bau yang aneh di mulutnya, namun segera Ahmat kembali menciumnya dengan ganas dan mencampurkannya dengan ludahnya yang didalam penciuman Wati tak kalah baunya dengan cairan lahar panasnya.“Hhmmm, gimana neng rasanya semprotan sosis abang, enak kan – ayoh ngaku deh jangan malu malu”, tanya Ahmat penuh kepuasan; “sekarang gantian abang mau minum cairan madu kenikmatan dari neng Wati nih”, sambungnya di sertai seringai serigalanya. Wati yang merasa mulai lemas namun terus terusan dirangsang oleh Imron dan Ramli tidak langsung memahami apa maksud kalimat Ahmat terakhir itu. Ia hanya berusaha sia sia melepaskan kedua tangannya yang terikat erat di kedua ujung kaki ranjang diatas kepalanya, namun apa artinya rontaan gadis seperti Wati ?Dirasakannya Ahmat kini beralih menggeserkan badannya yang berbulu lebat itu kebawah, kedua tangan kasar berbulu menepis tangan Imron dan Ramli yang sedang asyiknya bermain di puting Wati. Kini remasan, pilinan, pijitan dan cubitan di putingnya terasa semakin ngilu dan menyakitkan, karena birahi Ahmat semakin meningkat melihat indahnya hiasan alamiah dada Wati.Buah dada yang biasanya tersembunyi dibalik BH berukuran 34C itu tidak terlalu besar namun sangat sesuai dengan proporsi tubuh seorang wanita Asia khususnya Indonesia. Terlihat sangat padat montok tanpa terlihat lendoy sedikitpun kearah bawah, bahkan justru seolah olah menonjol membusung kedepan seolah olah sangat bangga menjadi atribut kewanitaan Wati. Kedua bukit daging yang sangat elastis di dalam remasan Ahmat itu dihiasi pula oleh puting kerucut berwarna coklat muda kemerah-merahan dengan areola berwarna coklat muda pula. Wati tak sanggup menahan rintihan keluar dari bibirnya yang setengah terbuka ketika Ahmat terus menerus memilin dan bahkan kini menggigit gigit dan menjilati puting sedemikian peka, menyebabkan puting itu terasa membengkak.Sementara itu Imron dan Ramli menukar siasatnya dan menjilati telinga Wati dari kiri kanan menyebabkan kegelian sukar ditahan, akibatnya Wati makin menggeliatkan bagian badannya yang masih bebas yaitu kedua kakinya. Ahmat semakin menurunkan badannya dan jilatan lidahnya kini telah mencapai perut yang datar langsing, makin turun menciumi pusar, mengendus di bawah pusar, mencupangi , menjilati menggigiti bagian dalam paha dan selangkangan, untuk akhirnya……Wati berusaha mati matian menahan rasa aneh yang muncul di tubuhnya yang sehat sebagaimana wanita dewasa rasa muak, jijik dan benci terhadap semua bibir ketiga laki laki yang bergantian menciumnya, mual tergadap cairan kejantanan yang terpaksa harus ditelannya, geli atas hembusan nafas panas di kedua liang telinganya, geli atas usapan dan cupang cupangan di ketiaknya, geli dan ngilu tercampur sakit di buah dada dan terutama putingnya yang di pilin, di remas, di cubit, ditarik tarik dan di gigit gigit dengan ganas.Semua rasa itu kini makin bertambah dengan rasa malu tak terkira ketika Ahmat semakin memusatkan rangsangan di bagian bawah tubuhnya. Bulu tengkuknya ikut berdiri merasakan kecupan, jilatan dan gigitan di perut bawahnya, di lipatan pahanya, bagian dalam pahanya dan kini beralih ke selangkangannnya. Dicobanya sekuat tenaga merapatkan kedua pahanya yang putih mulus, namun apakah daya gadis remaja di kerubuti tiga lelaki kasar. Selain besarnya tenaga Ahmat menguakkan pahanya sehingga tak sanggup dikatupnya lagi, juga Ramli dan Imron yang kini tak perlu lagi memegangi tangan Wati yang telah terikat disudut kaki ranjang ikut membantu mencekal pergelangan kakinya lalu dipaksa ditekuk keatas dan kesamping.Terbukalah semua bagian intim si perawan dihadapan muka Ahmat, dan dengan disertai geraman ibarat binatang buas disentuhnya aurat Wati yang belum pernah tersentuh jari lelaki manapun, termasuk tunangannya. Karena kuatnya tenaga Imron dan Ramli sebagai kuli kuli kasar perkebunan dibandingkan dengan tenaga Wati maka keduanya cukup hanya memakai satu tangan saja merejang pergelangan kaki Wati yang langsing. Imron yang berada disebelah kanan Wati memakai tangan kirinya untuk meremas remas buah dada Wati sebelah kanan sementara tangan kanannya merejang pergelangan kaki kanan Wati dan ditariknya semaksimal mungkin kesamping.Tak cukup sampai disini saja – kini telapak kaki Wati yang juga sedemikian halus terawat kulitnya dijilat jilatnya kemudian jari jari kaki kanan Wati dimasukkan kemulut dan dikulum kulumnya pula. Hal yang sama dilakukan oleh Ramli yang berada disebelah kiri badan Wati yang semakin meliuk meliuk meronta sekuatnya karena kegelian.“Jangaaaan paak, jangaaan, lepasin saya, ngga mau diginiin, lepaaas, toloooong, ampuuuun, udaaaah”, kembali teriak Wati memenuhi ruangan namun tak ada seorang pun disaat itu yang akan mendengarnya. Hampir semua penduduk desa itu sedang menikmati hidangan musik dangdut dan goyangan pinggul ngebor artis terkenal dari ibukota.“He he he, coba ya bapak periksa apa benar masih ada jururawat dari ibukota yang masih perawan, bapak inspeksi ya apa selaput bentuk bulan sabit masih menutupi goa surgawi memeknya si neng”, kembali Ahmat mengeluarkan silat lidahnya yang disambut dengan anggukan kepala Ramli dan Imron sebagai tanda setuju.Ahmat mengusap usap bukit memek Wati yang hanya tertutup sedikit oleh bulu kemaluan halus karena Wati memang selalu merawat dan mencukurnya setiap minggu. Celah kemaluan yang begitu merangsang mata lelaki terlihat masih terlihat merapat, bibir kemaluan berwarna kemerah merahan seolah masih malu membuka, mengingatkan buah duren berdempetan belum terbuka atau kerang laut yang masih mengatup.Wajah Ahmat dengan seringai cabulnya semakin lama semakin mendekati bukit memek itu, dengusan nafasnya yang panas ibarat serigala kelaparan terasa semakin menghembus belahan kenikmatan Wati.Jururawat ayu cantik itu semakin ketakutan menghadapi nasib yang tak akan terelakkan lagi, inikah perasaan seorang gadis dizaman purba yang akan dijadikan korban persembahan untuk dewa angkara murka ? Pernah dibacanya pelbagai kisah di Mesir sebelum puncak kekuasaan Faraoh atau keganasan suku Viking yang selalu mengorbankan perawan murni kepada dewa Odin. Bagaimana pun rontaan yang dicobanya tak sanggup mengatasi tenaga tiga pria setengah baya yang terbiasa dengan pekerjaan kasar di perkebunan atau sebagai serdadu.Ahmat kini meletakkan ibu jari dan telunjuknya dikiri kanan celah yang sebentar lagi akan dijarahnya itu, dibukanya celah ditengah bukit memek itu dengan amat perlahan lahan seolah takut merusak sesuatu yang sangat berharga. Bagian dalam dari celah itu terkuak memperlihatkan panorama yang selalu menjadi impian setiap lelaki dinding celah berwarna merah jambu muda dihiasi pembuluh darah halus bak rambut. Dinding itu agak berkilat akibat cairan pelumas alami yang mau tak mau akan keluar sendiri jika seorang wanita dirangsang.Dibagian atas tengah yang lebih berwarna merah gelap terlihat lubang amat kecil yang pasti berhubungan ke kandung kemihnya. Dibawahnya terlihat pula celah yang dikiri kanannya terlindungi selaput tipis warna merah jambu agak mirip bulan sabit – inilah yang dicari cari oleh Ahmat. Dengan tak sabar dan penuh kerakusan dikecupnya celah surgawi Wati yang kini telah terbuka karena kiri kanannya ditahan oleh telunjuk dan ibu jari Ahmat. Dijulurkannya lidahnya yang kasar untuk merasakan kehalusan selaput lendir celah perawan yang sebentar lagi akan dicicipinya penuh kehausan. Wati yang belum pernah mengalami intim dengan lelaki – apalagi telanjang bulat dipaksa membuka selangkangan aurat kewanitaannya – mencoba mati matian mengatupkan lagi pahanya – namun tak mampu melawan kekuatan kuli² di kiri kanannya yang menahan posisi memalukannya itu.Terasa seluruh paha betisnya kaku kejang kesemutan karena terus menerus dipaksa mengangkang maksimal disamping merasa geli karena pahanya pun diusap usap. Terlebih lagi rasa malu Wati ketika dirasakan lidah Ahmat mulai memasuki liang sanggamanya, menyapu mengusap – menyelinap kebagian lebih dalam lagi mendekati batas antara kegadisan dan kedewasaan seorang wanita. Mendadak dirasakannya sapuan lidah itu mencari mengalihkan tujuan dan kini menyentuh daging kecil diujung atas vaginanya, daging kecil ibarat butir jagung sangat peka kini menjadi sasaran lidah , bibir dan gigi gigi tajam Ahmat. Ibarat tersentuh aliran listrik voltage tinggi Wati melentingkan badannya karena dirasakannya geli tak terkira, bibir yang selama ini hanya merintih dan melenguh lemah kembali mengeluarkan jeritan melengking“Auw jangaan pak, jangaan, toloooong, saya mau diapaiiin, ampuuuun, aampuuun, udaaaah paaak, lepasin, kasihani saya pak, auuuw”, teriakan Wati terdengar memilukan, namun hanya menambah semangat ketiga lelaki yang memperoleh gadis si ayu.Bunyi kecipak mulut dan lidah Ahmat tak kalah serunya menimpali keluhan memelas Wati ”Mmmmmh, legiiit amat nih jagung muda, mana maniiiis lagi, hhhmh bapak mesti hemaat nih pakenya engga boleh sembarangan”, celoteh Ahmat penuh kepuasan menikmati geliatan rontaan Wati tanpa memperdulikan jeritan jeritan yang makin melemah.Jeritan itu pun kita semakin tersendat terputus putus karena ketika melihat Ahmat telah memusatkan perhatiannya dibagian badan bawah korbannya, maka Ramli dan Imron kini mempunyai lebih banyak kebebasan dibagian atas badan Wati. Bergantian Imron dan Ramli merajah mulut mungil Wati, menciuminya dengan rakus, memasukkan lidah mereka yang tak kalah baunya kerongga mulut Wati, sementara tangan mereka meremas remas buah dada. Disaat Ramli menyerang mulut Wati maka Imron menciumi ketiak , leher dan buah dada si perawat yang semakin memerah penuh cupangan, dan putingnya semakin menegak mencuat akibat jilatan dan gigitan ganas, demikian sebaliknya. Geli, nyeri, ngilu , sakit dan nikmat tak henti hentinya dirasakan oleh Wati yang semakin lemas pasrah.Gelombang demi gelombang rangsangan menghantam menyerbu benteng pertahanan Wati yang semakin menipis, badan sehat wanita dewasa memang diatur oleh alam untuk pada saat tertentu mempersiapkan diri menerima benih pria. Oleh karena itu percuma sajalah Wati melawan semua naluri alamiahnya itu , baik secara fisik maupun mental betapa pun perlawanan di bawah kesadaran masih memberontak, namun dari bawah kesadaran itu pula akan muncul gejolak badaniah lain yang akan mengalahkan semuanya.“Aaauuuuuw, ennggggaaaa mauu, jangaaan, aaaaaahh, tolooooong, geliiiii, aaaaaah, emmmmhh, lepaaaaaaa, oooooh, jangaaaan paak, tolooooong, aauuuuw”, desahan Wati dengan rontaan dan geliatan semakin lemah dan lemas.Ahmat merasakan semakin bertambahnya cairan pelicin keluar dari lubang vagina korbannya, dan sebagai pria pengalaman ia merasakan pula perubahan rasa cairan itu semula terasa asam dan perlahan lahan berubah menjadi lebih sepat. Ini tanda tak dapat dipungkiri lagi bahwa sang betina telah disiapkan oleh alam untuk bersatu badan dengan sang jantan. Ahmat memberikan tanda kepada kedua konconya untuk melepaskan cengkraman mereka dipergelangan kaki Wati, di raihnya kedua betis si bidadari dan diletakkkannnya paha mulus itu di atas pundaknya. Ibarat hewan persembahan yang tinggal menunggu penyembelihan Wati hanya pasrah lemas diperlakukan demikian, hanya sekali dua dipukulkan tumit kakinya yang mungil itu ke punggung Ahmat.
Wati merintih, meratap dan memohon dikasihani, memohon agar milik satu satunya itu jangan direnggut, air matanya mengalir deras disertai :Dengan penuh kepuasan dan rasa kemenangan ditatapnya wajah Wati yang meskipun kini terlihat kuyu dengan rambut tergerai tak teratur, wajah yang tetap ayu manis cantik sebentar lagi pasti akan meringis bergolek kekanan kekiri jika merasakan sakit tak terkira. Ahmat memegang kemaluannya yang telah mengeras membesar maksimal, diarahkannya kedalam celah licin basah oleh lendir kewanitaan, perlahan tapi pasti kejantanan itu memasuki gerbang surgawi yang diapit oleh bibir kemaluan berbulu halus. Bibir kemaluan Wati dipaksa untuk membuka, dipaksa untuk merekah dan alat pemerkosa berkepala helm seperti jamur itu mendesak masuk milimemeter demi milimeter dibelahnya dinding vagina sang gadis ibarat pentungan daging penuh air mani.“Aduuuuuh, aaaaaah, nyerriiiiiii, sakiiiiiiiiit paak, ampuuuuuun, udaaaaah, sakiiiiit, tolooong, jangaaaan diterusin, auuuuuuuuuww……”. Ahmat kembali memberikan tanda kepada kedua anak buahnya untuk kini melepaskan ikatan tangan Wati karena ia ingin merasakan rontaan dan terutama cakaran kuku seorang gadis yang direnggut keperawanannya. Dan memang betul sebegitu lekas kedua tangan terlepas, meskipun masih terasa kaku kesemutan Wati berusaha mencakar muka Ahmat, namun sia sia karena muka Ahmat telah melekat dengan muka Wati dan bibirnya yang tebal dower dengan kumis kaku kasar ibarat ijuk menutup mulut Wati. Teriakan dan tangisan Wati kini teredam sehingga hampir tak terdengar dan si perawat cantik itu didera oleh rasa sakit tak terkira dikemaluannya.Sebagai lelaki yang sudah sangat pengalaman dalam merenggut kegadisan wanita muda Ahmat semakin lama semakin mahir mengendalikan hawa nafsunya, semakin mahir merasakan kapan senjatanya yang besar itu mulai menyentuh selaput dara seorang gadis. Selaput dara yang sangat peka itu tidak di terobosnya sekaligus sebagaimana anak muda ingusan atau suami yang tak punya pengalaman, namun selalu disentuh ditekan tekannya sehingga terasa sangat sakit ngilu. Ahmat mempunyai kecenderungan sadis untuk menikmati wajah wanita – apalagi seorang gadis – yang dilanda rasa sakit saat menerima tusukan rudalnya yang besar dan lebar itu. Apalagi kali ini adalah wajah cantik jelita seorang perawat kota wajah Wati yang menengadah keatas atau menoleh kekiri kekanan , wajah penuh air mata dan mulut mungil bibir basah terbuka mengeluarkan rintihan memilukan merasakan siksaan sementara hidung bangir mancung kembang kempis menahan isak tangis “Sakiiiiiit, paaaak, ampuuuuun, auuuuuw, udaaaah pak, kasihani saya paaaaak, ngggaaa tahaaaan paaak, udaaaah dong, aaamppuuuun”, namun semua laki laki disitu hanya tertawa.Sekitar seperempat jam Ahmat mempermainkan senjatanya menyiksa selaput tipis yang sedemikian sensitif sebelum akhirnya dengan geraman penuh kemenangan ditembusnya keperawanan Wati. Saat pecah robeknya keperawanannya Wati tak berdaya lagi menahan diri raungan dan jeritan memenuhi ruangan, disusul dengan rintihan tangis – dan disaat itu Wati dengan sekuat tenaga menancapkan kukunya dipunggung Ahmat, kemudian tanpa disadari sendiri digigitnya sekuat tenaga bahu Ahmat yang kekar penuh otot itu. Ahmat hanya tersenyum bangga, dicekalnya kedua pergelangan tangan Wati, ditekannya ke kasur, diangkatnya tubuh bagian atasnya sendiri sehingga gigitan Wati lepas. Kini dimulainya gerakan maju mundur pinggulnya yang berarti disiksanya lubang surgawi yang baru diterobosnya itu Wati merasakan betapa perihnya luka dari selaput daranya yang baru sobek dan kini luka masih terbuka itu digosok gosok oleh benda asing, maju mundur , maju mundur tanpa terhenti semakin lama semakin cepat dan akhirnya………Bagaikan gunung merapi yang telah lama memendam lahar panas kini meletus dan menyemburkan laharnya itu ke luar membanjiri vagina dan rahim Wati. Selama menyemburkan spermanya itu Ahmat tak berhenti bergerak, bahkan tetap menjedug jedug mulut rahim yang saat itu juga sangat peka.Namun Wati sudah sedemikian lemah dan hanya dapat pasrah merasakan tubuhnya di perkosa habis habisan , diharapkannya agar semua mimpi buruk ini lekas berlalu namun yang terjadi justru sebaliknya dari tengah selangkangannya yang sedang disiksa itu muncul perlahan lahan rasa lain yang aneh. Ada rasa hangat sedikit ngilu gatal menyebabkan keinginan agar gerakan maju mundur yang baru saja dialaminya dan sangat menyakitkan itu bahkan terulang kembali, justru seolah meminta dan menagih diteruskan dan jangan dihentikan.Wati tidak mengerti pengkhianatan tubuhnya terhadap perkosaan yang baru dialaminya. Rasa sangat jijik , muak dan kebencian terhadap para pemerkosanya kini tercampur rasa keinginan untuk ditaklukkan kembali, merasakan ketidak berdayaan dikuasai dan direjang sehingga tak berkutik sama sekali. Disaat Ahmat ambruk menindih tubuhnya setelah orgasmus dan ejakulasi justru Wati melingkarkan kakinya yang mulus itu ke pinggang si pemerkosanya, seolah tak ingin melepaskan penis yang masih tertancap di vaginanya. Tanpa disadari Wati menggeser pinggulnya kekiri kekanan, kemudian bergoyang berputar dengan lemah seperti menginginkan agar “kegatalan”nya di “obati” dengan gerakan maju mundur yang mungkin memberikan kesan seperti “menggaruk”.Ahmat sendiri merasakan ada denyutan dan remasan halus di kemaluannya yang sebetulnya mulai tidur didalam liang vagina Wati dan ini sama sekali belum pernah dialaminya ketika menggagahi wanita manapun termasuk para istrinya apalagi oleh seorang gadis yang baru saja di perkosa habis habisan. Ahmat mengangkat tubuh atasnya dan meperhatikan wajah Wati yang penuh keringat dan kelihatan tak sadar dengan dengusan dan rintihan halus dari hidung serta mulut yang begitu mungil. Betapa luar biasa bidadari kota ini pikirnya perempuan ini agaknya houri yang turun dari firdaus untuk selalu memenuhi hasrat birahi laki laki. Diawasinya wajah yang sedemikian ayu manis selalu menimbulkan hasrat hewaniah lawan jenisnya , dan diingatnya bahwa setelah mulut dan vagina masih ada satu lagi lubang yang masih dapat diperawaninya malam ini.Namun apakah tubuh bidadari ini akan masih kuat untuk mengalami pembantaian sekali lagi dimalam ini , apakah lebih baik menunggu esok hari ? Namun diingatnya lagi bahwa malam ini adalah kesempatan yang mungkin takkan terulang atau kembali lagi hampir semua penduduk desa sedang absen karena menikmati goyangan ngebor pantat artis Imul Laracitra di desa tetangga. Ahmat perlahan lahan bangun melepaskan Wati dari tindihannya dan kedua anak buahnya pun menghentikan kegiatan sexual mereka seolah olah mulai menduga apa rencana juragan mereka berikutnya. Keduanya menyeringai bergantian dan Ramli mengambil kesempatan bertanya“Mau diapain lagi nih si non bahenol Wati ini gan, boleh ikut ngicipin engga boss ?”.“Jangan coba coba berpikiran kotor lu, disini cuma gue yang boleh menggarap perawat kota ini, ingat apa perjanjian pelunasan hutang kalian, apa mau dibatalkan hah !” , demikian bentak Ahmat seolah tak sadar bahwa benaknya pun pada saat ini tak lain hanya terisi pikiran kotor.Kedua anak buahnya menggerutu namun sadar berada di pihak lemah akibat hutang mereka yang telah berlarut menumpuk di lintah darat penguasa desa itu. Ahmat tak mau bahwa ada benih lain tercampur di rahim si bidadari cantik ini jika Wati sampai hamil maka pasti adalah hasil bibitnya, tak ada campuran dengan lelaki lain. Namun sedikit rasa terima kasih Ahmat terhadap kedua anak buahnya yang telah membantunya malam ini dan rupanya iblis ikut memberikannya sedikit pertimbangan untuk memberikan sedikit extra bonus“Begini deh, gue bagi juga kenikmatan untuk kalian silahkan bergantian menjarah mulut gadis ini tapi jangan sampai banjir di dalam , kalian boleh semprot dan mandikan wajahnya dengan air kontol kalian. Awas kalo sampai ada yang banjir di dalam mulut gue akan batalkan penghapusan hutangnya, paham ?”.“Okee boss, akuuur, beres deh dijamin mantab siraman di muka si neng , pasti akan jadi obat awet muda wajahnya”, hampir bersamaan kedua kuli itu menjawab majikan mereka.Kemudian mereka berunding siapakah yang akan mulai dengan perkosaan mulut Wati di babak kedua akhirnya Imron mengalah Ramli memulai dan Imron berikutnya. Tubuh Wati yang langsing bahenol dan masih lemas lunglai setengah pingsan itu kini dibalik tengkurap, kemudian kedua lengannya ditekuk di sikunya, demikian pula kakinya di tekuk di lututnya. Akibatnya kini tubuh Wati dalam posisi merangkak seperti serdadu yang sedang latihan, hanya bedanya Ahmat ikut campur dengan menarik lipatan paha Wati keatas sehingga pantatnya menungging keatas. Dalam posisi ini terlihatlah vagina Wati yang licin mengkilat dan basah oleh cairan pelumasnya sendiri tercampur dengan lahar Ahmat yang secara perlahan agak mengalir meleleh keluar.Namun yang lebih jelas lagi terlihat adalah lingkaran lubang anus Wati berwarna coklat kemerah merahkan bagaikan kuncup bunga yang masih sangat rapat, dihiasi dengan kerut kerut yang menandakan masih utuhnya fungsi otot otot pengunci lubang paling rahasia dan intim ini. Ahmat hanya dapat menduga duga betapa akan kerasnya tangis dan teriakan kesakitan Wati jika disodominya ketiga istri dan wanita lain didesa itu yang pernah disodominya hampir semuanya meraung raung ibarat hewan disembelih bahkan setengahnya betul betul pingsan lebih dari satu jam.Ahmat mengambil lotion untuk bayi yang telah diambilnya di apotik beberapa hari lalu dan di-oleskannya pelumas yang harum itu di seluruh kepala penisnya yang disunat bahkan juga seluruh batang kemaluannya karena diameternya akan sukar sekali diterima oleh diameter anus Wati.Namun Ahmat bertekad Wati akan dperkosa ketiga lubangnya malam ini, Wati akan diajarinya untuk takluk dan tunduk sepenuhnya sebagai calon istrinya, Wati harus menerima nasibnya secara pasrah untuk melayani keinginan seksualnya , Wati akan diajari mengalami derita sakit tapi nikmat ! Cukup dengan membayangkan itu semua kemaluan Ahmat kembali membesar menegang dan mengeras, siap tunaikan tugas berikut, terakhir, namun mungkin yang terberat malam ini : memasuki lubang tersempit ditubuh molek Wati.Masih dalam keadaan hanya setengah sadar Wati merasakan tubuhnya menungging dengan pantat semakin tinggi ke atas, lalu dirasakan ada jari jari mengoleskan cairan agak dingin di lubang anusnya. Hal ini membuatnya sadar dan ingin berontak namun tubuhnya kembali dipegangi dari dua arah oleh Imron dan Ramli sehingga tak dapat berkutik atau membebaskan diri dari posisi tak nyaman itu. Ketika Wati berusaha untuk menepiskan jari jari yang kurang ajar di anusnya itu mendadak kedua tangannya diputar di telikung dan direjang kebelakang punggungnya sehingga mulai terasa sakit di sendi bahunya menyebabkan Wati merintih. Wati merasakan kedua pergelangan tangannya di rejang oleh jari jari kuat dan kasar sehingga tak dapat bergerak dan sekaligus anusnya dimasuki oleh sebuah jari yang licin. Naluri alamiah Wati memperingatkannya apa yang mungkin akan terjadi dan isak tangisnya mulai muncul kembali Meronta“Jangaaaaan, jangaaaan, aduuuuh, enggaaa maaaau disitu, jangaaaaan , toloooong, ampuuuuun, kasihaniiii doong, ya Allaaah, ampuuuun, enggaaaa maauuuuu, auuuuuw, auuuuw, ngiluuuuu”, Wati meliuk liukkan badannya tak berdaya ketika dirasakannya bukan hanya satu melainkan dua jari Ahmat memasuki anusnya dan berusaha melebarkan lubang duburnya.Ketika Wati berteriak sekuat kuatnya tiba tiba rambutnya dijambak kebelakang oleh Imron dan mulutnya yang terbuka lebar di masuki oleh penis Ramli yang juga cukup panjang dan besar dan sangat berbau pesing tak enak.Wati merasakan tubuhnya seolah bukan lagi miliknya mulutnya dijarah oleh penis yang memualkan, payudaranya terutama putingnya di pilin dan di cubiti serta ditarik tarik oleh jari jari Imron , dan duburnya dipaksa dilebarkan oleh dua buah jari Ahmat. Mendadak kedua jari yang menyiksanya itu ditarik keluar sehingga Wati menarik nafas agak lega, namun hal ini tidak berlangsung lama karena kini dirasakannya sebuah benda lain menekan mencoba memasuki anusnya.Wati mulai sadar bahwa benda asing itu adalah kontolnya Ahmat yang belum lama ini merenggut merobek selaput kegadisannya. Kini alat kejantanan yang sama berusaha merebut keperawanannya yang kedua – ya Allah toloong, jangan biarkan hal ini! Wati merasakan kemaluan Ahmat terus menekan, mendorong dan mendesak berusaha mengalahkan pertahanan otot dubur yang secara alamiah sangat kuat mengunci lubang paling intim di tubuh manusia itu.Otot berbentuk lingkaran itu kini dipaksa untuk membuka bukan dengan cara alamiah melainkan cara kasar perkosaan dan meskipun telah diberikan lotion pelumas yang biasa dipakai oleh bayi, namun tetap saja bertahan mati matian melawan benda asing yang ingin masuk. Wati tak tahu lagi apa yang terasa di tubuhnya saat itu , jijik dan mual dengan kemaluan Ramli yang bau di mulutnya, putingnya terasa membesar lebih dari tiga kali akibat cubitan dan gigitan ganas pemerkosa, dan nyeri sakit tak terkira di duburnya yang sedang dipaksa melebar diluar ukuran normal.Ahmat mendesak dan mencoba melesakkan kemaluannya sekuat tenaganya namun belum ada kemajuan meskipun dengan dorongan semaksimal mungkin sementara Wati hampir pingsan menahan sakit tak terkira. Oleh karena itu Ahmat menukar taktiknya dan selain mendorong kejantanannya ia kini meraba raba ke selangkangan Wati lalu ia mengusap usap kelentit Wati yang masih sangat peka akibat rangsangan bibir, lidah dan giginya tadi.Diluar kemampuan dan keinginannya otot otot vagina Wati berkontraksi lalu relaks kembali kontraksi dan relaks hal sama terjadi dengan otot otot lingkar sekitar anusnya. Dan justru pada saat otot otot lingkar sekitar anusnya sedikit relaks maka Ahmat menekan kepala penisnya sekuat tenaga , akibatnya blesssss, bagian kepala penis berbentuk seperti topi helm serdadu masuk membelah dan memerawani lubang dubur yang sempit itu.Wati berteriak dan menjerit jerit sekuat isi paru parunya namun tak dapat keluar karena mulutnya dipenuhi oleh batang kemaluan Ramli, yang keluar hanyalah rintihan“Aooouuufffhhh, empfhhhhhh, sssssskkkkkttttt, mmmppppn, jjjjjjnnnggggggnnn, ennggggghhhhhh”,dan akhirnya tak ada suara lagi yang keluar. Rupanya Wati telah kelenger tak dapat lagi menahan siksaan yang sedang diderita tubuhnya, dan pada saat bersamaaan Ramli menarik keluar batang rudalnya yang langsung menyemburkan sperma membasahi wajah Wati yang telah layu itu. Namun Ahmat masih saja asyik menjarah dan memasukkan penisnya semakin dalam, semakin dalam akhirnya biji pelernya menempel dengan bongkahan pantat Wati.Kini mulailah dimaju mundurkannya pinggulnya dengan ritme gonta ganti, terkadang halus perlahan menggoyang kekiri kekanan dan memutar seolah sedang menggoda korbannya, tak lama kemudian diganti dengan ritme ganas stakkato seolah olah bor listrik sedang menghantam dinding beton. Kini Ramli menjambak rambut Wati dengan kasar dan pada saat bersamaan Ahmat menghantamkan senjatanya sedalam mungkin – dan akibatnya Wati melenguh perlahan dan mulai sadar lagi.Kesempatan ini tak dibiarkan begitu saja oleh Imron yang masih ingin meminta jatahnya diangkatnya dagu Wati dan di lekatkannya batang penisnya di bibir yang setengah terbuka. Telah habis sama sekali rupanya tenaga Wati untuk melawan dan dimakluminya tugas apa yang masih harus dipenuhinya dengan air mata berlinang dibiarkannya penis Imron yang tak begitu panjang namun lebih lebar diameternya daripada milik Ramli memasuki rongga mulutnya, maju mundur maju mundur maju semakin dalam sehingga menyentuh lagi kerongkongannya sehingga hampir Wati terbatuk batuk.Dengan wajah yang tetap cantik meskipun acak acakan Wati pasrah menerima sodokan dari depan dan belakang, dari depan menyebabkannya sukar bernafas dan ingin muntah sedangkan sodokan dari belakang sangat menyakitkan anusnya yang terasa sangat panas perih seperti disayat sayat pisau silet.Bagaikan telah sepakat satu sama lain kedua lelaki pemerkosa itu makin mempercepat ritme hunjaman mereka ke mulut dan anus Wati untuk akhirnya disertai geraman penuh kepuasan keduanya menumpahkan cairan sperma mereka Ahmat didalam rektum dan Imron di wajah dan rambut Wati. Isakan tangis Wati yang menimbulkan rasa iba mengiringi ambruk tubuhnya tertelungkup ke ranjang hanya gerakan halus pernafasan disertai sesenggukan menandakan bahwa perawat malang itu masih hidup.Ketiga lelaki setengah baya yang telah menjarah jururawat malang itu habis habisan kini memapang Wati nenuju kamar mandi , dimandikannya tubuh langsing namun sintal bahenol itu sehingga bersih dari bekas sperma, ludah dan darah keperawanannya, dipakaikan lagi bh dan cd baru dari lemari pakaian, lalu baju tidur yang bersih pula, kemudian diletakkan hati hati diranjang dan ditutupi dengan selimut. Wati yang merasa seolah tubuhnya tak bertulang sama sekali langsung jatuh tidur kembali, sedangkan ketiga pemerkosanya perlahan lahan meninggalkannya, menutup dan mengunci pintu dari luar kemudian menghilang di kegelapan malam dengan motor motor mereka.Selama 3 hari Wati tak dapat melayani pasien di Puskesmas karena sakit demam ia hanya bangun keluar ranjang untuk makan minum. Di hari ke empat desa itu geger karena perawat Wati menghilang entah kemana, semua barang miliknya ditinggal, koper dan tasnya masih berada di lemari. Hanya tas kecil yang selalu terisi KTP, kartu kartu penting lain dan juga uang tunai tak ada, demikian pula sepatunya tak ditemukan.Ini merupakan indikasi bahwa Wati telah meninggalkan desa itu secara diam diam dan berusaha menghapuskan kenangan mengerikan yang dialaminya. Tak dapat di bayangkan betapa marahnya Ahmat karena mangsa yang baru sempat diperkosa sekali dan diimpikannya akan menjadi istrinya yang ke 4 lolos dari cengkramannya. Diadukannya hal ini ke pusat namun disitu pun tak ada yang tahu kemana perginya Wati si perawat.Tunangan Wati pun mendadak kembali ke tanah air karena mendengar peristiwa menghilangnya Wati di kamar kostnya pun tak ada yang hilang , semua lengkap hanya penghuninya ibarat masuk ke dalam bumi tak ada jejaknya. Usaha pencarian Wati setelah berbulan bulan akhirnya dihentikan tanpa hasil dan setelah lebih dari setahun perlahan lahan semuanya mulai melupakan individu Wati in tunangannya pun sudah mempunyai pacar baru.Di desa yang menjadi saksi bisu peristiwa perkosaan Wati itu setengah tahun kemudian mengalami beberapa kejutan Ramli si mandor perkebunan mengalami kecelakaan mobil dan terluka sangat parah dan langsung meninggal. Imron si buruh perkebunan karet di gigit ular berbisa yang entah muncul begitu saja dan langsung menghilang lagi dan karena sangat terlambat mencari pertolongan akhirnya dihari yang sama juga meninggal.Ahmat dalam tahun yang sama mengidap tumor di otak tak langsung meninggal tapi perlahan lahan fungsi tubuhnya memburuk dimulai dengan lumpuh kakinya, kemudian sukar untuk bicara, sukar menelan, sukar bernafas, sebelum akhirnya meninggal dalam keadaan kurus kering dalam tahun berikutnya.Di sebuah RS cukup besar dan modern di salah satu negara Eropa bekerja pasangan suami istri dokter Indo dan jururawat berasal dari Indonesia. Keduanya terlihat sangat serasi, sang dokter spesialis bedah cakep dan ganteng sedangkan istrinya jururawat di bagian penyakit dalam ayu cantik penuh keramahan kesabaran, sehingga keduanya sangat disenangi dan dihormati disitu, baik oleh rekan kerja maupun para pasien orang orang bule.Keduanya ibarat sudah ditakdirkan untuk bertemu dan menjadi pasangan sejoli sang dokter yang sedang liburan di Indonesia mengendarai mobil di tengah malam menjelang pagi setelah pulang seminar. Tak biasanya ia mengambil jalan memotong desa tanpa melewati jalan besar dan ditengah jalan diantara desa desa yang jarang diterangi lampu dilihatnya seorang gadis berdiri dipinggir jalan.Gadis itu sangat cantik namun terlihat sedang dilanda kesedihan tidak terkira sang dokter merasa sangat heran namun bersedia mengantarkan si gadis ketempat kostnya. Seminggu kemudian si dokter dengan orangtua dulunya berasal dari Indonesia tapi sudah lama tinggal di LN kembali ke Eropa dan duduk disampingnya dalam pesawat adalah gadis cantik yang ditemukannya ditengah malam. Keduanya semula ingin menikah di Indonesia namun karena keduanya berbeda agama maka banyak sekali rintangan birokrasi yang harus diatasi.Oleh karena itu mereka akhirnya menikah di luar negeri di sebuah negara di Eropa, dimana sama sekali tak ada masalah apakah pasangan calon suami istri berbeda agama atau bahkan sama sekali tak beragama. Agama adalah urusan pribadi setiap individu harus mempertanggung jawabkan bagaimana kehidupannya kepada Yang Maha Agung tak perlu dicampur adukkan dengan urusan negara apalagi urusan untuk menikah. Konsekwensi jika berbeda agama adalah harus ditanggung oleh pribadi masing masing negara harus bersikap netral dan tak boleh ikut campur.Sang suami tak pernah dan tak mau bertanya mendalam tentang latar belakang kehidupan istrinya yang terpenting adalah saling mencintai setulusnya. Keduanya selalu berpendapat apa yang telah berlalu biarkanlah berlalu, tujukan hidup ke masa depan dan selalu berusaha untuk optimis.Sang suami tak pernah menyinggung apakah istrinya masih perawan atau tidak sebagaimana masih sering dijadikan masalah oleh para pria munafik bagi pasangan yang mencintai satu sama lain dengan setulusnya maka nilai sehelai selaput berbentuk bulat sabit adalah dapat diabaikan. Sang istri juga tak pernah menyinggung bagaimana kehidupan sang suami dimasa lalu apakah karena ia hidup remaja di Barat sudah sering melakukan sex dengan wanita lain. Yang penting adalah sejak menikah maka keduanya harus saling mencintai dan setia terhadap satu sama lain , itu adalah resep sederhana untuk bahagia di masa depan.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,