Kalah Beronde-Ronde Sama Wanita Cantik Vierra di Hotel

Author:

CERITA SEX – Vierra gembira mendengar aku akan kembali ke Jakarta. Tapi untuk ganti suasana, aku usulkan untuk bercinta di tempat lain yang kami berdua belum pernah kunjungi. Seteh pilih-pilih tempat dan disesuaikan dengan ukuran kantong kami, kami lalu memilih Thailand, sekalian meninjau Petronas Twin-Towers.Jadilah aku terbang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Vierra langsung kukabari namun karena Vierra masih masuk kantor dan akupun sibuk urusan imigrasiku, kami baru bisa janjian ketemu pada hari sabtu, padahal esoknya hari minggu sudah musti berangkat ke Thailand.Singkat cerita, kami berdua bertemu di Pulo Gadung, tanpa ciuman dan gandeng tangan, kami menuju counter check-in, tak lama kemudian kami berdua sudah duduk di kursi pesawat yang siap berangkat ke Thailand. Setelah pesawat mengudara dan seat-belt sudah boleh dilepas, tangan Vierra mampir di pahaku, otomatis batangku jadi tegang. Karena aku pakai Jeans, batang kemaluanku jadi agak sakit. Ia rupanya sudah paham.“Adikmu sakit ya Mas?” tanyanya bercanda sambil mengelus-elus pahaku. Batang kemaluanku menjadi semakin tegang. Aku lalu meminta selimut kepada awak cabin, bukan kedinginan karena AC, tapi supaya tidak ada yang lihat aku melonggarkan ikat pinggang dan menurunkan resletingku. Karena pakai selimut tangan Vierra menjadi lebih berani masuk ke celah resletingku, akhirnya mencapai batang kemaluanku yang masih ditutup celana dalamku yang sudah basah setempat.Meskipun Vierra sungguh pandai dalam merencanakan rangsangan, posisi kursi pesawat tidak memungkinkan berbuat macam-macam tanpa ‘bikin heboh’.

Dengan terpaksa kutahan nafsu birahiku, tapi aku tetap mau balas biar iapun jadi ‘susah’. dari dalam selimut, tanganku mengelus-elus dadanya. Sengaja aku tidak memasukkan jari-jariku ke dalam bajunya, cukup kuelus dari luarnya saja. Setelah kulihat Vierra menjadi agak “tidak tenang”. Ia mendengus pelan, “Enghh.. hh..”Tanganku kuturunkan ke pahanya dan terus ke antara kedua pahanya. Aku berhasil membuatnya merasakan rangsangan birahi yang aku tahu tak bisa disalurkan. Ia cuma bisa mendesah, “Hhh.. hh.. hh..”Setengah perjalanan sudah berlalu,

kami berdua masih terus saling meraba dengan tujuan merangsang pasangan masing-masing supaya pada ‘nggak tahan’ lagi. Tapi tiba tiba harus kami stop karena ada seorang wanita meminta bantuan, rupanya TKW yang tidak tahu cara mengisi kartu registrasi kedatangan untuk bandara Thailand. Karena terganggu nafsu kami jadi hilang dan kami berdua jadi senyum-senyum sendiri.Tiba di Thailand, kami langsung menuju hotel MLA di sekitar jantung kota Thailand. Seperti biasanya check-in, diantar oleh pelayan hotel ke kamar, pasang tanda DO NOT DISTURB di gagang pintu, kunci pintu.“Sayang.. akhirnya sampai juga ya,” membuka keheningan.Aku merasa badanku agak hangat dan sendi-sendiku agak linu seperti mau sakit flu. Soalnya baru perjalanan jauh dari Brisbane ditambah kemarin (Sabtu, baca kisah “Membuat Score Bersama”) baru saja ml ‘keluar bareng’ di Jakarta.“Ehm..”Aku tahu kalu ia sudah malas ngomong berarti aku harus tahu diri jangan kaya NATO (No Action Talk Only) yang dulu. Kupeluk ia dengan lembut dan mesra dari belakang, kedua telapak tanganku menelungkupi kedua buah dadanya, kucium belakang telinganya lalu turun ke leher kanan, kukecup dan kusedot lehernya.“Enghh.. sshh..,” ia mulai mendesis, ia tak kuatir lagi akan tanda merah di lehernya.Ciumanku perlahan pindah ke leher kiri sambil kedua tanganku mengangkat bajunya ke atas. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas memudahkan bajunya dilepas keatas. Bajunya kulemparkan ke kursi, aku lalu membuka bajuku sendiri.Aku tetap berdiri dibelakang Vierra, kini aku telah bertelanjang dada sedang tubuh bagian atas Vierra hanya mengenakan BH. Kembali kupeluk ia dari belakang, bibirku mencium telinganya, kedua tanganku bergerak naik dari perutnya kebawah buah dadanya. Perlahan jari-jari tanganku menyelip keatas kedalam BHnya, langsung menangkup kedua buah dadanya.“Aduh.. Ari.. enak.. auuhh”Tangan kiriku tetap terus menyelip di dalam BHnya sedang tangan kananku bergerak keluar lalu ke punggungnya, melepaskan Klip BHnya. Lepaslah BHnya, kini kedua tanganku bebas memutar-mutar kedua putingnya secara bersamaan.“Auh.. enghh..,” desisnya makin jelas terdengar.

Baca Juga Cerita Porno : Nabrak Temen Lama Malah Jadi Ngewe Besoknya

Sejenak kemudian ia mendadak berbalik sehingga tanganku
terlepas dari buah dadanya. Ia lalu mencium dan melumat bibirku. Tanganku yang
tadi terlepas sekarang telah menemukan kembali kedua buah dadanya yang kini
berada didepanku. Kuelus-elus kedua buah dadanya lalu kupencet lembut putingnya
dengan ibu jari dan jari telunjukku.Tanpa melepas ciumannya, tangan-tangan Vierra
membuka ikat pinggangku dan membuangnya ke kursi. Resletingku diturunkan,
otomatis Jeansku jadi longgar, lalu Vierra turun berjongkok di depanku
menurunkan Jeansku yang sudah longgar itu. Batang kemaluanku sudah mengeras,
ujung kepalanya nongol sedikit dari atas celana dalamku yang berwarna merah. Ia
lalu menempelkan hidungnya ke batang kemaluanku dari luar celana dalamku sambil
jari telunjuk kanannya disentuh-sentuhkan keujung kepala kemaluanku yang nongol
dari celana dalamku.Dengan telunjuknya itu, ia oles-oleskan cairan beningku
hingga merata ke topi bajaku, lalu dipelorotkan celana dalamku akibatnya batang
kemaluanku mental kedepan seperti pegas dan mengenai hidungnya. Ia mendongak
dan memundurkan sedikit hidungnya sambil membuka mulutnya, otomatis kepala
kemaluanku jatuh kedalam mulutnya. Ia lalu menutup mulutnya dan menghisap
kepala kemaluanku sambil melirik keatas menatap mataku.Oh.. nikmat sekali
hisapan mulutnya itu. Tanpa memegang batang kemaluanku, ia terus menghisap,
mengulum dan pelan-pelan memasuk-keluarkan kemaluanku. Sulit kunyatakan enaknya
kuluman dan hisapannya. Setidaknya 15 menit aku terlena dalam keadaan berdiri.
Selang beberapa saat aku ingin gantian kerjain dia, kuangkat, kugendong lalu
kurebahkan tubuhnya terlentang diatas ranjang. Aku sudah dalam keadaan
telanjang sedangkan ia masih memakai celana panjang meskipun bagian atasnya
sudah tanpa busana lagi.

Aku lalu berjongkok disisi bawah tempat tidur, membuka ikat
pinggangnya, menurunkan resletingnya lalu menarik lepas Jeansnya. Celana
dalamnya kelihatan agak lembab, segera aku tarik turun lewat kakinya. kini
lengkaplah sudah ia telanjang bulat dihadapanku. Kutarik kakinya supaya
pantatnya rata dengan tepi tempat tidur dimana aku berjongkok.Ia sudah dapat
menebak apa yang akan kulakukan makanya iapun

membuka kedua pahanya. Aku tahu
kemaluannya sudah ingin dijilati dan digelitiki oleh lidahku, tapi aku
memulainya dengan menjilati pangkal pahanya dulu, yang kanan lalu yang kiri,
kemudian malah naik keperut. Pantatnya bergerak-gerak, iapun menggeliat dan
mengerang, “Emmhh.. uusshh”Aku masih belum mau menjilati vaginanya. Sambil
menciumi perutnya, kusibak bulu-bulu kemaluannya sehingga tampak belahan
bibirnya. Jari telunjuk kananku kumasukkan pelan-pelan kedalam lubangnya lalu
pelan-pelan kuputar-putar sedangkan ciumanku terus bergerak naik
kedadanya.“Auh.. aduh.. Ari.. kamu gila..”Akupun jadi makin bernafsu, kusedot
puting kanannya sedangkan puting yang kiri kujepit dengan jari-jari tangan
kiriku sementara jari telunjuk tangan kananku masih tenggelam di dalam lubang
kemaluannya. Sesekali kurasakan cincin vaginanya menjepit jariku. Meski dalam
keadaan terangsang, aku masih bisa terkagum-kagum, bagaimana mungkin jari
telunjukku sekecil ini bisa dijepit sekeras ini. Kalau tidak merasakan sendiri
rasanya aku sulit percaya. Puting susunya terus kelumat, sedot dan di dalam
mulutku kujilati ujungnya. Vierra hanya bisa memegang rambut dan kepalaku
sambil menahan kenikmatan yang menderanya.Kini kurasakan sudah saatnya mulutku
kuturunkan dari buah dadanya, sasarannya adalah celah diantara kedua pahanya.
Kubuka kedua pahanya lebih lebar lagi sehingga belahan vaginanya ikut sedikit
membuka. Segera kubenamkan lidahku membelah celahnya. Kali ini ia langsung
menjerit “Awh.. uh..” mengejang, tak sadar badannya agak bangun membungkuk
keatas. Lidahku lalu menyapu belahannya itu keatas dan kebawah sambil kedua
tanganku mengelus-elus pangkal pahanya dan sekitar lubang kemaluanya, sesekali
kutekan-tekan gundukan bibir kemaluannya.“Ouh.. Ari.. terus sayang.. uuhh..
sayang.. aduhh”Seranganku kutingkatkan lagi, dengan jari-jari tanganku kubuka
lebih lebar lagi belahan vaginanya sampai kulihat bagian dalam kemaluannya yang
kemerahan. Segera kusapu lagi dengan lidahku.“Aawww.. Ri.. aduh.. terus
sayang..terus..aduh.. gila kamu Ri..”Rasanya hampir 20 menit mulut dan lidahku
menempel dan menyapu lubang kemaluannya, sudah waktunya bagiku untuk memasukkan
penisku kedalam lubang kemaluannya ini. Kemaluanku pun sudah mengeluarkan
cairan bening dari tadi. Aku lalu bangun berdiri tetapi agak berkunang-kunang
karena terlalu lama jongkok.

Tanpa buang waktu lagi, kuarahkan penisku ke lubangnya yang sudah basah akibat liurku dan cairan vaginanya. Bless.. masuklah batang kemaluanku ke dalam vaginanya. Rupanya ia memang sengaja tidak ‘mengunci’ cincinnya itu dengan begitu tidak terlalu sulit untuk menembusnya.Dengan tetap berdiri di tepi ranjang, aku bergerak memompa maju mundur. Lagi-lagi ia masih belum mau menggunakan cincinnya itu sehingga aku masih dapat memompa maju mundur dengan cepat, tetapi erangannya makin keras terdengar setiap batangku melesak masuk. Aku terus memompa dengan cepat tanpa istirahat, aku berharap benar dengan gaya baru kali ini aku dapat membuatnya ‘keluar’ lebih dahulu. Harapanku rupanya cuma tetap jadi harapan, sudah lewat 25 menit sejak kumasukkan kemaluanku dan bergerak non-stop mengocoknya begini, masih belum ada tanda-tanda ia akan ‘keluar’.Karena ‘olah raga memompa maju mundur’ ini kulakukan terus-menerus sembil berdiri, keringatku mulai keluar membasahi tubuhku, pinggangku mulai capek, tapi kumantapkan niatku untuk bertahan mengocoknya. Aku lalu bilang padanya, “Masih bandel juga ya? Aku pengen liat, kamu atau aku yang keluar duluan.”Baru selesai omong, tiba-tiba kurasakan sulit untuk maju mundur karena batangku seperti dicengkram oleh cincin vaginanya. Auhh.. kini giliran aku yang keenakan. Rupanya aku omong terlalu sesumbar sehingga ia ingin ‘memberi pelajaran’ padaku. Batang kemaluanku benar-benar seperti dicengkram dan diremas, seret sekali masuk keluarnya. 15 menit kembali lewat, kini penisku sudah mulai berdenyut-denyut rasanya kali ini kok aku bakal nggak kuat menahan jepitannya.“Kamu capek Say? sekarang gantian ya, lepas dulu dong, lalu kamu naik kesini sambil sandaran kedinding ya.” Akupun mencabut batang kemaluanku dari vaginanya. Tanganku ditariknya agar aku naik ke ranjang. Ia lalu bantu mendorong agar aku bergerak menyandar ketembok dibelakang tempat tidur.Setelah aku duduk disisi atas tempat tidur sambil bersandar ketembok Vierra naik ke pahaku, berjongkok lalu memasukkan batangku ke vaginanya, lalu pelan-pelan menurunkan tubuhnya hingga duduk di selangkanganku. Ujung kemaluanku rasanya seperti mentok ke dinding rahimnya.Ia melingkarkan

kedua tangannya ke belakang leherku lalu bibirnya mencium dan melumat bibirku, kedua buah dadanya terasa menekan dadaku. Kurasakan batang kemaluanku yang sedang terbenam menjadi tambah mengeras dan berdenyut didalam kemaluannya. Cengkraman cincinnya kembali mendera batang kemaluanku, kini iapun menambah serangannya dengan menaikturunkan tubuhnya sambil ‘cincin’ vaginanya menjepit kemaluanku sedang mulutnya mengunci mulutku. Kedua buah dadanya menekan dan menggesek dadaku.

Baca Juga Cerita sex : Cerita Ngewe Pas Masa Kecil

Dalam kurang dari 15 menit aku sudah dibuat megap-megap
menahan serangannya. Iapun berhenti naik turun untuk meberi aku napas, namun
cincin vaginanya tetap ia rapatkan. Aku sungguh heran, bagaimana ia bisa
mempertahankan kontraksi cincinnya non-stop selama itu. Ia tersenyum penuh kemenangan,
katanya “Kalau aku mau sekarang ini kamu sudah kalah”Dalam hati aku mengakui
bahwa ia benar. Akupun menjawab, “Ok, akhirnya kamu menang.”Aku masih heran kok
aku bisa dikalahkan dalam total waktu hanya sekitar 1 jam 30 menit, padahal
biasanya ‘pertarungan’ku dengan Vierra umumnya mencapai total 4 atau 5 jam,
itupun selalu berakhir seri 1 – 1 karena sama sama sepakat mengalah untuk
‘keluar’. Aku masih belum sadar bahwa aku sudah mulai kena flu sejak tiba di
Airport tadi dan sampai sekarang belum istirahat.Vierra mencium keningku,
pipiku dan bibirku, sambil terus mempermainkan cincin vaginanya. Jepit,
longgar, jepit, longgar, mungkin istilahnya empot ayam. Ia tidak menaikturunkan
pantatnya karena ia sadar akan kondisiku yang hampir di puncak, namun ia mau
agar aku merasakan nimatnya ‘proses ke puncak’ tanpa sampai ‘kelewatan’.“Udahan
dulu ya, kita mandi yuk, kan dari Jakarta sampai sekarang belum mandi,”
tawarnya.“Boleh.. biar istirahat dikit.. kamu nyalain dulu airnya ya biar
bath-tub nya terisi,” kataku.Ia menaikkan pantatnya melepas batang kemaluanku
dari vaginanya lalu turun dari tempat tidur menuju kamar mandi dan menghidupkan
kran air di bath-tub. Aku kemudian bangkit juga menuju ke kamar mandi. Kulihat
ia sedang duduk di

closet membersihkan vaginanya yang basah dengan campuran
cairan beningku dan lendir vaginanya.Meski air dalam bath-tub belum terlalu
dalam, aku langsung masuk dan duduk berendam sambil bersandar pada dinding
bath-tub. Batang kemaluanku yang masih keras itu pelan-pelan melemas setelah
terendam dalam air. Vierrapun masuk ke bath-tub dan ikutan duduk berendam.
Iseng-iseng tangannya mengelus-elus batang kemaluanku untuk membersihkan lendir
yang melekat di batang kemaluanku. Elusan jari-jari tangannya membuat
kemaluanku kembali menegang. Ia tertawa kecil saat merasakan ‘anuku’ berdenyut
mengeras di tangannya. Setelah dilihatnya kemaluanku sudah bersih, ia bilang,
“Coba mundur dikit dong”. Akupun bergerak mundur dan bersandar pada ujung
bath-tub untuk memberi ruang yang lebih panjang baginya.Ia lalu mencabut sumbat
bath-tub sehingga airnya pelan-pelan berkurang.

Setelah airnya hampir habis, turun hingga setinggi biji
kemaluanku, sumbatnya dipasang lagi. Kini batang kemaluanku berada di atas
permukaan air sedangkan biji kemaluanku setengah tenggelam. Tangannya kembali
mengelus-elus batangku, lalu ia mengambil posisi nungging di depanku.
Pelan-pelan kepalanya diturunkan dan mulutnya diarahkan ke kepala kemaluanku.
Mulutnya membuka lalu mencaplok kepala kemaluanku, tangan dan siku kirinya dipakai
menunjang tubuhnya agar tetap menungging sedang jari-jari tangan kanannya
mengocok batang kemaluanku maju mundur. Mulutnya sampai kempot menyedot kepala
kemaluanku. Aduhh.. rasanya sungguh luar biasa.Sesaat kemudian, jari-jari
tangan kanannya bergerak maju memegang pangkal batang kemaluanku sambil
mulutnya bergerak maju-mundur. Nikmat yang kualami sungguh tak terbilang.. ini
adalah oral seks yang ternikmat dalam hidupku. Sampai saat ini masih yang
ternikmat bagiku. Mulutnya terus maju mundur sampai batangku kelihatan memerah,
kemudian fokusnya dialihkan ke sekitar leher kemaluanku. Dihisap-hisapnya
kepala kemaluanku sampai dilehernya, digigit-gigit kecil belakang topi bajaku,
lidahnya disapu-sapukan kelilingnya, lalu kepala kemaluanku dicaplok dan disedot
dengan kuat lalu dikulum-kulum. Lidahnya menari-nari didalam mulutnya
menyentuh-nyentuh lubang pipisku. Setelah itu kembali ia maju mundurkan
mulutnya namun hanya sampai dilehernya saja, tidak sampai kepala kemaluanku
keluar.Rupanya Vierra ingin menunjukkan bahwa tidak hanya vaginanya saja

yang
bisa ‘mengalahkanku’, ia ingin ‘mengalahkanku’ dengan mulutnya. Ia
terus-menerus menjilat, mengulum dan menghisap batang kemaluanku hingga aku
benar-benar merem melek dibuatnya. Tetapi pada dasarnya aku memang tidak pernah
bisa ‘keluar’ dimulut wanita jika tidak kupaksakan sendiri untuk ‘keluar’
(Istriku pernah menyedotku selama 45 menit hingga lehernya pegal dan aku tetap
tidak keluar), namun Vierra tak tahu akan kebiasaanku ini sehingga ia berpikir
aku pasti ‘keluar’ oleh serangannya.Setelah hampir 20 menit non-stop
menyerangku, ia melirikku lalu melepaskan mulutnya dari kepala kemaluanku.“Enak
nggak?” tanyanya sambil tangan kanannya tetap memegang batangku.“Ini yang
paling enak dari semuanya,” kataku.“Naik lagi ke tempat tidur yuk.. tapi
gendong ya.. capek sih,” katanya.Aku keluar dari bath-tub lalu menariknya agar
bangun kemudian menggendongnya ke ranjang.

Kami sudah tidak perduli lagi bahwa tubuh kami masih setengah basah.Aku kembali berada diatasnya dengan posisi push-up, ia membimbing batang kemaluanku masuk ke lubangnya, bless.. masuklah batangku. Ia memekik, “Awk..” agak sakit karena masih seret. Aku terus memacu pantatku menyodok lubang kemaluanku. Disetiap hentakan pantatku ia selalu heboh “Awww..awww..”Rasanya 15 menit berlalu, kemaluanku rasanya sudah berdenyut-denyut lagi, artinya aku sudah hampir di puncak. Agar tidak kalah, aku kurangi ke cepatanku lalu aku minta ganti posisi.Sambil menjaga agar kemaluanku tidak lepas, kami berbalik, kini ia berada diatasku. Sejenak ia hanya duduk saja diatasku tidak bergerak. Ia rupanya menikmati denyutan batang kemaluanku. Kurasakan jepitan vaginanya meningkat seakan-akan memeras batangku. Setelah hampir 10 menit kemudian. Ia melihat aku sudah ‘hampir sekarat’ karena permainan jepitan vaginanya, ia lalu meletakkan kedua lenganku ke atas kepalaku dan dipegangnya dengan kedua tangan kanannya yang juga untuk menopang tubuhnya. Mulutnya diturunkan mencium bibirku sambil pantatnya mulai dinaik-turunkan. Puting buah dadanya yang bergantung-gantung menggesek-gesek dadaku menambah sensasi nikmat serangannya. Saat kemaluannya ditarik sampai ke leher kemaluanku jepitannya dilonggarkan, saat mau diturunkan dikeraskan lagi dan seterusnya.Kini aku benar-benar ‘sudah sekarat’. Ia justru

mempercepat gerak naik turun pantatnya. Aku mencoba mati-matian bertahan, setiap kali pantatnya diturunkan, aku mengejang dan mendengus “Enghh.. enghh.. enghh.. enghh,” tetapi aku tidak mampu bertahan lagi. Rasanya kurang dari 5 menit setelah ia mempercepat naik-turun sambil menjepit, kemaluanku berdenyut-denyut dan akhirnya, “Uhh..” pertahananku jebol, aku muncrat di dalam lubang kemaluannya. Disaat kemaluanku berdenyut menyemprot air maniku, ia terus naik turun dan mengeraskan cincin vaginanya. Lemaslah tubuhku, seluruh otot-ototku rasanya terlepas dari tulangku, kenikmatannya betul-betul enak.Vierra tidak langsung bangkit, ia hanya berbaring di dadaku dengan batang kemaluanku masih menancap di vaginanya. Pelan-pelan batang kemaluanku melemas.

Baca Juga Cerita Seks : Aku Dihamilin Sama Tukang Kebun Pribadi

Campuran sperma dan lendirnya mengalir keluar dari lubangnya, meleleh ke selangkanganku dan ke sprei ranjang. Ia menggeliat ke telingaku dan berbisik “Satu nol ya..,” sambil tersenyum.Pembaca, itulah hari pertama kami di Thailand. Tubuhku rasanya agak lemah, tapi aku masih saja berpikir “Ah tidak apa-apa, mungkin sebentar lagi juga pulih.” Hari kedua dan seterusnya kami tetap hangat bercinta. Sesekali aku masih bisa “menang” namun lebih banyak “kalah”.Tubuhku sudah tambah lemah, aku akhirnya sadar sudah jatuh sakit. Di hari ke delapan terakhir sesaat sebelum meninggalkan hotel menuju bandara, aku masih nekat ‘menantangnya’ lagi dengan kekuatan terakhir, hasilnya aku ‘kalah’ lagi. Aku sudah tak ingat berapa skor akhir kami, yang jelas aku ‘kalah’.Dibandara kami berpisah, pesawatku berangkat dahulu kembali ke Australia sedangkan Vierra sejam kemudian kembali ke Jakarta. Dipesawat suhu tubuhku kian naik, otot-otot tubuhku rasanya linu dan tidak bertenaga. 7 jam perjalanan cuma bisa di kursi saja tambah menyusahkan. Setibanya di rumah, aku benar-benar jatuh sakit, sempat muntah-muntah pula. Untung waktu cuti kerjaku belum habis sehingga tidak perlu ditambah dengan cuti sakit lagi. Tetapi yang paling sebal, aku penasaran dikalahkan oleh Vierra, telak lagi. Seharusnya aku istirahat terlebih dahulu setelah tiba di Thailand hingga

flunya hilang dulu dan tidak langsung ngajak ‘perang’, toh masih ada hari-hari esoknya.Sayangnya aku tidak dapat membalas kekalahanku karena itulah terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Pada kedatanganku ke Jakarta yang berikutnya, aku tidak dapat menemuinya. Kini Ia sudah pindah ke Kalimantan. “Vierra” if you read this story then you should know that I could be better. But any way, no excuses, I admit that you have won!” Demikian lah Cerita Panas indonesia Kalah Beronde-Ronde Sama Wanita Cantik Vierra di Hotel oleh Cerita sex hot