MESUM TEMAN KAMPUS YG JAGO NYEPONG dan IBU FRISCA DOSEN NAKAL

Author:

Cerita Mesum Hotcerita bokep seks ini adalah cerita mesum hot yang terjadi pada diri sayaSaya punya kenalan anak fakultas sastra, namanya Susan. Anaknya cantik, kulitnya putih bersih dan mulus, maklum anak keturunan negeri seberang. Ini lah kisah seks ku di mulai.. Suatu waktu, saya jemput Susan dari kuliahnya untuk pulang. Sesampainya di rumah Susan di bilangan Cempaka, dia mengajak saya masuk karena katanya rumahnya kosong sampai besok siang. Sayapun masuk dan duduk di sofa ruang tamunya. Setelah menutup pintu depan, dia masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan ganti baju. Tidak lama kemudian dia datang dengan baju kaos dan rok pendek sambil membawa dua minuman dan duduk di samping saya. Busyet, saya bisa mencium harum tubuhnya dengan jelas. Dan terus terang tiba-tiba saya terangsang dan mulai membayangkan keindahan tubuh Susan bila tanpa busana. Secara tidak sadar, saya menatap tubuh segarnya dan membuat Susan bingung. “Kenapa sih Ben?”, tanyanya. Saya cepat-cepat sadar dari lamunan erotis saya. “Ngga, lu kelihatan laen dari biasanya”. “Lain apanya Ben?”, sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kaki satunya. Busyet, pahanya putih sekali. birahi sayapun tambah terangkat. Pikiran erotis saya mulai bergelora lagi, menghayalkan seandainya saya bisa meraba-raba kemulusan pahanya.

“Heh..!”, katanya sambil tertawa dan menepuk bahu saya, “Ngeliat apaan hayo, ngeres deh lo!”. Saya cuma bisa tersenyum, “San, panas ya di sini?”, sambil saya mengambil saputangan di kantong celana. “Iya yah, lo udah mulai keringetan begini”. Tiba-tiba saja dia mengelap keringat di dahi saya memakai tisunya. Dalam keadaan berdekatan seperti ini, saya punya inisiatif untuk memeluk dan menciumnya. Dan benar deh, Susan sudah berada dalam pelukan saya, dan bibirnya sudah dalam lumatan bibir saya. Dia sama sekali tidak berontak dan mulai memejamkan matanya menikmati percumbuan ini. Tangannya perlahan berganti posisi memeluk leher saya. Tangan saya yang tadi memegang pinggulnya, turun perlahan ke

pangkal pahanya dan akhirnya saya berhasil merasakan betapa mulus dan lembutnya paha Susan.

Baca juga Cerita Mesum dewasa : MEMERKOSA LIA SI PENGANTIN BARU

Saya meraba naik turun sambil sedikit meremasnya. Rasanya agak bangga juga saya mulai bisa menyentuh bagian tubuhnya yang agak sensitif. Sedang bibir kami masih saling berpagutan mesra dalam keadaan mata masih terpejam. Lama-lama saya merasa kurang lengkap kalau hanya meraba bagian pahanya saja. Tangan saya mulai naik lagi. Sekarang saya ingin sekali untuk menikmati buah dadanya. Pikiran saya sudah melayang jauh. Pelan tapi pasti saya mengangkat baju kaosnya untuk saya buka. Dia tidak menolak, dan setelah saya buka bajunya, kelihatanlah buah dadanya yang masih terbungkus rapi oleh BH-nya. Saya lumat lagi bibirnya sambil saya bawa tangan saya ke belakang tubuhnya. Memeluk, dan akhirnya saya mencari kancing pengait BH-nya untuk saya lepas. Tidak berapa lama kemudian terlepaslah BH pembungkus buah dadanya. Dan mulailah tersembul keindahan buah dadanya yang putih dengan puting kecoklatan di atasnya. Akh, benar-benar merupakan tempat untuk berwisata yang paling indah dengan pemandangan yang menakjubkan di seantero jagat.

Saya tambah gregetan melihat indahnya buah dada Susan yang
terawat rapi selama ini. Akhirnya saya mulai meraba dan meremas-remas salah
satu buah dadanya dan kembali saya lumat bibir mungilnya. Terdengar nafas Susan
mulai tidak teratur. Kadang Susan menghembuskan nafas dari hidungnya cepat
hingga terdengar seperti orang sedang mendesah. Susan membiarkan saya menikmati
tubuhnya. Birahinya sudah hampir tidak tertahankan. saat saya rebahkan tubuhnya
di sofa dan mulut saya siap melumat puting susunya, Susan menolak saya sambil
mengatakan, “Ben, jangan di sini…, di kamar saya aja!”, ajaknya dan kemudian
bangun, mengambil baju kaos dan BH-nya di lantai dan berjalan menuju kamar
tidurnya. Saya mengikutinya dari belakang sambil membuka baju saya sendiri dan
melepas kancing celana saya. Begitu pintu ditutup dan dikunci, saya langsung
memeluk Susan yang

sudah telnjang dada dan kembali melumat bibir mungilnya lalu
meraba-raba tubuhnya sambil bersandar di tembok kamarnya. Lama-lama cumbuan
saya mulai beralih ke lehernya yang jenjang dan menggelitik belakang
telinganya. Susan mulai mendesah pertanda birahinya semakin menjadi-jadi.
Saking gemesnya saya sama tubuh Susan, tidak lama tangan saya turun dan mulai
meraba dan meremas bongkahan pantatnya yang begitu montoknya. Susan mulai
mengerang geli. Terlebih ketika saya lebih menurunkan cumbuan saya ke daerah
dadanya, dan menuju puncak bukit kembar yang menggelantung di dada Susan. Dalam
posisi agak jongkok dan tangan saya memegang pinggulnya, saya mulai
menggerogoti puting susu Susan satu persatu yang membuat Susan kadang
menggelinjang geli, dan sesekali melenguh geli.

Saya jilat, gigit, kulum dan saya hisap puting susu Susan,
hingga Susan mulai lemas. Tangannya yang bertumpu pada dinding kamar mulai
mengendor. Perlahan tangan saya meraba kedua pahanya lagi dan rabaan mulai naik
menuju pangkal pahanya. Dan saya mengaitkan beberapa jari saya di celana
dalamnya dan, “Srreet!”, Lepas sudah celana dalam Susan. Saya raba pantatnya,
begitu mulus dan kenyal, sekenyal buah dadanya. Dan saat rabaan saya yang
berikutnya hampir mencapai daerah selangkangannya…, tiba-tiba, “Ben, di tempat
tidur aja yuk..! saya capek berdiri nih”. Sebelum membalikkan badannya, Susan
memelorotkan rok mininya di hadapan saya dan tersenyum manis memandang ke arah
saya. Wow, senyum itu…, membuat saya kepingin cepat-cepat menggumulinya.
Apalagi Susan tersenyum dalam keadaan tanpa busana. Susan mendekati saya, dan tangannya
dengan lincah melepas celana panjang dan celana dalam saya hingga kini bukan
hanya dia saja yang bugil di kamarnya. Batang kemaluan saya yang tegang
mengeras menandakan bahwa saya sudah siap tempur kapan saja. Tinggal menunggu
lampu hijau menyala. Lalu Susan mengambil tangan saya, menggandeng dan menarik
saya ke ranjangnya. Sesampainya di pinggir ranjang, Susan berbalik dan
mengisyaratkan agar saya tetap berdiri dan kemudian Susan duduk di sisi
ranjangnya. Oh, Susan nyepong

batang kemaluan saya dengan rakusnya. Gila, lalu
dia dengan ganasnya pula menggigit halus, menjilat dan nyepong batang kemaluan
saya tanpa ada jeda sedikitpun. Kepalanya maju mundur nyepong kemaluan saya
hingga terlihat jelas betapa kempot pipinya.

Saya berusaha mati-matian menahan ejakulasi yang saya rasakan agar saya bisa mengimbangi permainannya. Kadang saya meringis nikmat saat Susan mengeluarkan beberapa jurus pamungkasnya dalam nyepong kemaluan saya. Wow, betapa nikmatnya hingga menyentuh sumsum. Sudah 15 menit Susan nyepong batang kemaluan saya, lalu dia melepas mulutnya dari batang kemaluan saya dan merebahkan tubuhnya telentang di atas ranjang. Saya mengerti maksud Susan ini. Dia minta gantian saya yang aktif. Segera saya tindih tubuhnya dan mulai berciuman lagi untuk beberapa lamanya, dan saya mulai mengalihkan cumbuan ke buah dadanya lagi, kemudian saya turun lagi mencari sesuatu yang baru di daerah selangkangannya. Susan mengerti maksud saya. Dia segera membuka dan mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, membiarkan saya membenamkan muka saya di sekitar bibir vaginanya. Kedua tangan saya lingkarkan di kedua pahanya dan membuka bibir vaginanya yang sudah memerah dan basah itu. Oh, rupanya sewaktu dia mandi sudah dibersihkan dan disabun dengan baik sehingga bau vaginanya harum. Ditambah menurut pengakuannya, bahwa dia tadi meminum ramuan pengharum vagina. Tanpa buang waktu lagi, saya menjulurkan lidah untuk menjilati bibir vaginanya dan clitorisnya yang tegang menonjol. Wow, Susan menggelinjang hebat. Tubuhnya bergetar hebat. Desahannya mulai seru. Matanya terpejam merasakan geli dan nikmatnya tarian lidah saya di liang sanggamanya. Kadang pula Susan melenguh, merintih, bahkan berteriak kecil menikmati gelitik lidah saya. Terlebih ketika saya julurkan lidah saya lebih dalam masuk ke liang vaginanya sambil menggeser-geser ke clitorisnya.

Dan bibir saya melumat bibir vaginanya seperti orang sedang berciuman. Vaginanya mulai berdenyut hebat, hidungnya mulai kembang kempis,dan akhirnya… “Ben…, ohh…, Ben…, udahh…, entot saya Ben!”, Susan mulai memohon kepada saya untuk segera menyetubuhinya. Saya bangun

dari daerah selangkangannya dan mulai mengatur posisi di atas tubuhnya dan menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lorong vaginanya perlahan. Dan akhirnya saya genjot vagina Susan yang masih perawan itu secara perlahan dan jantan. Masih sempit, tapi remasan liangnya membuat saya makin penasaran dan ketagihan. Akhirnya saya sampai pada posisi paling dalam, lalu perlahan saya tarik lagi. Pelan, dan lama-kelamaan saya percepat gerakan tersebut. Kemudian posisi demi posisi saya coba dengan dukungan Susan. Saya sudah tidak sadar berada di mana. Yang saya tahu semuanya sangat indah. Rasanya saya seperti melayang terbang tinggi bersama Susan. Yang saya tahu, terakhir kali tubuh saya dan tubuh Susan mengejang hebat. Keringat membasahi tubuh saya dan tubuhnya. Nafas kami sudah saling memburu. Saya merasakan ada sesuatu yang muncrat banyak sekali dari batang kemaluan saya sewaktu barang saya masih di dalam kehangatan liang sanggama Susan. Setelah itu saya tidak tahu apa lagi. Sebelum saya tertidur saya sempat melihat jam.

Baca Juga Cerita Mesum Hot : Cerita Sex Kagak Usah di Perkosa Gua Mau

Alamak!, dua setengah jam. Waktu saya sadar besoknya, Susan
masih tertidur pulas di samping saya, masih tanpa busana dengan tubuh masih
seindah sebelum saya bersenggama dengannya. Sambil memandanginya, dalam hati
saya berkata, “Akhirnya saya bisa juga ngelampiasin nafsu yang saya pendam
selama ini”. Thank’s banget San…, kalo nggak ada lo, saya kagak tau deh ke mana
saya bawa nafsu saya ini”, saya kecup keningnya,lalu saya segera berpakaian dan
siap pergi dari rumah Susan setelah saya lihat jam di mejanya, mengingatkan
saya bahwa sebentar lagi keluarganya segera datang. Saya kagak mau konyol
kepergok lagi bugil berduaan bersama dengannya. Apalagi masih ada noda darah
perawan di sprei tempat tidurnya. Saya bangunkan dia dan berkata bahwa lain
kali sebaiknya kita main di villa saya, di Bogor, dengan alasan lebih aman dan

bebas. 

IBU FRISCA DOSEN nakal

 Saya
dilahirkan di kota Pekanbaru di propinsi sumatera, kota yang panas karena
terletak di dataran rendah. Selain tinggi badan seukuran orang-orang bule, kata
temanku wajahku lumayan. Mereka bilang Saya hitam manis. Sebagai laki-laki,
Saya juga bangga karena waktu SMA dulu Saya banyak memiliki teman-teman perempuan.
Walaupun Saya sendiri tidak ada yang tertarik satupun di antara mereka.  Mengenang saat-saat dulu Saya kadang
tersenyum sendiri, karena walau bagaimanapun kenangan adalah sesuatu yang
berharga dalam diri kita. Apalagi kenangan manis.Sekarang Saya belajar di salah
satu perguruan tinggi swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Saya
duduk di tingkat akhir. Sebelum berangkat dulu, orangtua Saya berpesan harus
dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya. Maklum, keadaan ekonomi
orangtuSaya juga biasa-biasa saja, tidak kaya juga tidak miskin. Apalagi Saya
juga memiliki 3 orang adik yang nantinya juga akan kuliah seperti Saya,
sehingga perlu biaya juga. Saya camkan kata-kata orangtuSaya. Dalam hati Saya
akan berjanji akan memenuhi permintaan mereka, selesai tepat pada
waktunya.  Tapi para pembaca, sudah
kutulis di atas bahwa segala sesuatu yang terjadi pada Saya tanpa Saya dapat
menyadarinya, sampai saat ini pun Saya masih belum dapat menyelesaikan studiku
hanya gara-gara satu mata kuliah saja yang belum lulus, yaitu mata kuliah yang
berhubugan dengan hitung berhitung. Walaupun sudah kuambil selama empat
semester, tapi hasilnya belum lulus juga.

Untuk mata kuliah yang lain Saya dapat menyelesaikannya,
tapi untuk mata kuliah yang satu ini Saya benar-benar merasa kesulitan.  “Coba saja kamu konsultasi kepada dosen
pembimbing akademis..,” kata temanku Andi ketika kami berdua sedang duduk-duduk
dalam kamar kost. “Sudah, Di. Tapi beliau juga lepas tangan dengan masalahku
ini. Kata beliau ini ditentukan oleh dirimu sendiri.” Kata Saya sambil
menghisap rokok dalam-dalam. “Benar juga apa yang dikatakan beliau, Gi, semua
ditentukan dari dirimu sendiri.” sahut Andi sambil termangu, tangannya sibuk
memainkan

korek api di depannya. Lama kami sibuk tenggelam dalam pikiran kami
masing-masing, sampai akhirnya Andi berkata, “Gini saja, Gi, kamu langsung saja
menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, mungkin beliau mau
membantu.” kata Andi. Mendengar perkataan Andi, seketika Saya langsung teringat
dengan dosen mata kuliah yang menyebalkan itu. Namanya Ibu Frisca, umurnya
kira-kira 35 tahun. Orangnya lumayan cantik, juga seksi, tapi banyak temanku
begitu juga Saya mengatakan Ibu Frisca adalah dosen killer, banyak temanku yang
dibuat sebal olehnya. Maklum saja Ibu Frisca belum berkeluarga alias masih
sendiri, perempuan yang masih sendiri mudah tersinggung dan sensitif.  “Waduh, Di, bagaimana bisa, dia dosen killer
di kampus kita..,” Kata Saya bimbang. “Iya sih, tapi walau bagaimanapun kamu
harus berterus terang mengenai kesulitanmu, bicaralah baik-baik, masa beliau
tidak mau membantu..,” kata Andi memberi saran.

 Saya terdiam sejenak,
berbagai pertimbangan muncul di kepala Saya. Dikejar-kejar waktu, pesan orang
tua, dosen wanita yang killer. Akhirnya Saya berkata, “Baiklah Di, akan kucoba,
besok Saya akan menghadap beliau di kampus.” “Nah begitu dong, segala sesuatu
harus dicoba dulu,” sahut Andi sambil menepuk-nepuk pundakku.  Siang itu Saya sudah duduk di kantin kampus
dengan segelas es teh di depanku dan sebatang rokok yang menyala di tanganku.
Sebelum bertemu Ibu Frisca Saya sengaja bersantai dulu, karena bagaimanapun
nanti Saya akan gugup menghadapinya, Saya akan menenangkan diri dulu beberapa
saat. Tanpa Saya sadari, tiba-tiba Andi sudah berdiri di belakangku sambil
menepuk pundakku, sesaat Saya kaget dibuatnya. 
“Ayo Chris, sekarang waktunya. Bu Frisca kulihat tadi sedang menuju ke
ruangannya, mumpung sekarang tidak mengajar, temuilah beliau..!” bisik Andi di
telingSaya. “Oke-oke..,” Kata Saya singkat sambil berdiri, menghabiskan sisa es
teh terakhir, kubuang rokok yang tersisa sedikit, kuambil permen dalam sSaya,
kutarik dalam-dalam nafasku. Saya langsung melangkahkan kaki. “Kalau begitu
Saya duluan ya, Chris. Sampai ketemu di kost,” sahut Andi sambil mFriscanggalkanku.
Saya hanya

dapat melambaikan tangan saja, karena pikiranku masih berkecamuk
bimbang, bagaimana Saya harus menghadapai Ibu Frisca, dosen killer yang masih
sendiri itu.  Perlahan Saya berjalan
menyusupi lorong kampus, suasana sangat lengang saat itu, maklum hari Sabtu,
banyak mahasiswa yang meliburkan diri, lagipula kalau saja Saya tidak mengalami
masalah ini lebih baik Saya tidur-tiduran saja di kamar kost, ngobrol dengan
teman. Hanya karena masalah ini Saya harus bersusah-susah menemui Bu Frisca,
untuk dapat membantuku dalam masalah ini. 

Kulihat pintu di ujung lorong. Memang ruangan Bu Frisca
terletak di pojok ruangan, sehingga tidak ada orang lewat simpang siur di depan
ruangannya. Kelihatan sekali keadaan yang sepi. Pikirku, “Mungkin saja
perempuan yang belum bersuami inginnya menyendiri saja.” Perlahan-lahan kuketuk
pintu, sesaat kemudian terdengar suara dari dalam, “Masuk..!” Saya langsung
masuk, kulihat Bu Frisca sedang duduk di belakang mejanya sambil membuka-buka
map. Kutup pintu pelan-pelan. Kulihat Bu Frisca memandangku sambil tersenyum,
sesaat Saya tidak menyangka beliau tersenyum ramah padSaya. Sedikit demi
sedikit Saya mulai dapat merasa tenang, walaupun masih ada sedikit rasa gugup
di hatiku.  “Silakan duduk, apa yang bisa
Ibu bantu..?” Bu Frisca langsung mempersilakan Saya duduk, sesaat Saya
terpesona oleh kecantikannya. Bagaimana mungkin dosen yang begitu cantik dan
anggun mendapat julukan dosen killer. Kutarik kursi pelan-pelan, kemudian Saya
duduk. “Oke, Christoper, ada apa ke sini, ada yang bisa Ibu bantu..?” sekali
lagi Bu Frisca menanyakan hal itu kepadSaya dengan senyumnya yang masih
mengembang.

Perlahan-lahan kuceritakan masalahku kepada Bu Frisca, mulai
dari keinginan orangtua yang ingin Saya agak cepat menyelesaikan studiku,
sampai ke mata kuliah yang saat ini Saya belum dapat menyelesaikannya.  Kulihat Bu Frisca dengan tekun mendengarkan
ceritSaya sambil sesekali tersenyum kepadSaya. Melihat keadaan yang demikian
Saya bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dengan spontan Saya
berkata, “Apa saja akan kulSayakan Bu Frisca, untuk dapat menyelesaikan mata
kuliah ini. Mungkin suatu

saat membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya
mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun Saya akan
melSayakannya demi agar mata kuliah ini dapat saya selesaikan. Saya mohon
sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada saya.”  Mendengar kejujuran dan perkataanku yang
polos itu, kulihat Bu Frisca tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa
kecil yang kelihatan misterius, dimana Saya tidak dapat mengerti apa maksudnya.
“Apa saja Christoper..?” kata Bu Frisca seakan menegaskan perkataanku tadi yang
secara spontan keluar dari mulutku tadi dengan nada bertanya. “Apa saja Bu..!”
kutegaskan sekali lagi perkataanku dengan spontan.  Sesaat kemudian tanpa kusadari Bu Frisca
sudah berdiri di belakangku, ketika itu Saya masih duduk di kursi sambil
termenung. Sejenak Bu Frisca memegang pundakku sambil berbisik di telingSaya.
“Apa saja kan Christoper..?” Saya mengangguk sambil menunduk, saat itu Saya
belum menyadari apa yang akan terjadi.

Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Frisca sudah menghujani pipiku dengan ciuman-ciuman lembut, sebelum sempat Saya tersadar apa yang akan terjadi. Bu Frisca tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepalSaya, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Saat itu Saya tidak tahu apa yang harus kulSayakan, seketika kedua tangan Bu Frisca memegang kedua tanganku, lalu meremas-remaskan ke payudaranya yang sudah mulai mengencang.  Saya tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya. “Bu, haruskah kita..” Sebelum Saya menyelesaikan ucapanku, telunjuk Bu Frisca sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam. “Sudahlah Christoper, inilah yang Ibu inginkan..” Setelah berkata begitu, kembali Bu Frisca melumat bibirku dengan lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas payudaranya yang montok karena sudah mengencang.  Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yang normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Frisca yang menggairahkan dan ucapannya yang begitu pasrah, kami berdua tenggelam dalam hasrat seks yang sangat menggebu-gebu dan panas. Saya membalas melumat bibirnya yang indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua payudaranya yang masih tertutup

oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi. Tangan Bu Frisca turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yang sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Frisca, secara reflek pula Saya mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Frisca sambil terus bibirku melumat bibirnya.  Setelah dapat membuka bajunya, begitu pula dengan bajuku yang sudah terlepas, gairah kami semakin memuncak, kulihat kedua payudara Bu Frisca yang memakai BH itu mengencang, payudaranya menyembul indah di antara BH-nya. Kuciumi kedua payudara itu, kulumat belahannya, payudara yang putih dan indah.

Baca Juga Cerita sex Mesum : Cerita Sex Gejolak Birahi Mamang si Tukang Sayur

Kudengar suara Bu Frisca yang mendesah-desah merasakan
kFriscakmatan yang kuberikan. Kedua tangan Bu Frisca mengelus-elus dadSaya yang
bidang. Lama Saya menciumi dan melumat kedua payudaranya dengan kedua tanganku
yang sesekali meremas-remas dan mengusap-usap payudara dan perutnya.  Akhirnya kuraba tali pengait BH di
punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Saat
itu Saya benar-benar dapat melihat dengan utuh kedua payudara yang mulus, putih
dan mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dengan
mulutku sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang lain. Puting yang
menonjol indah itu kukulum dengan penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu
Frisca yang semakin menggebu-gebu. “Oh.., oh.., Christoper.. teruskan..,
teruskan Christoper..!” desah Bu Frisca dengan pasrah dan memelas. Melihat
kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dengan penuh gairah yang
mengebu-gebu, kedua puting Bu Frisca kukulum bergantian sambil kedua tanganku
mengusap-usap punggungnya, kedua puting yang menonjol tepat di wajahku.
Payudara yang mengencang keras.  Lama
Saya melSayakannya, sampai akhirnya sambil berbisik Bu Frisca berkata, “angkat
Saya ke atas meja Christoper.., ayo angkat Saya..!” Spontan kubopong tubuh Bu
Frisca ke arah meja, kududukkan, kemudian dengan reflek Saya menyingkirkan
barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan
ke lantai dengan cepat, untung lantainya memakai

karpet, sehingga suara yang
ditimbulkan tidak terlalu keras.  Masih
dalam keadaan duduk di atas meja dan Saya berdiri di depannya, tangan Bu Frisca
langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celanSaya dan
menjatuhkannya ke bawah.

Serta-merta Saya segera membuka celana dalamku, dan
melemparkannya ke samping. Kulihat Bu Frisca tersenyum dan berkata lirih, “Oh..
Christoper.., betapa jantannya kamu.. kemaluanmu begitu panjang dan besar..
Oh.. Christoper, Saya sudah tak tahan lagi untuk merasakannya.” Saya tersenyum
juga, kuperhatikan tubuh Bu Frisca yang setengah telanjang itu.  Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas
meja dengan posisi Saya berdiri di antara kedua pahanya yang telentang dengan
rok yang tersibak sehingga kelihatan pahanya yang putih mulus, kuciumi
payudaranya, kulumat putingnya dengan penuh gairah, sambil tanganku bergerilya
di antara pahanya. Saya memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan
tubuh kami yang berkeringat karena gairah yang timbul di antara Saya dan Bu
Frisca. Kutelusuri tubuh Bu Frisca yang setengah telanjang dan telentang itu
mulai dari perut, kemudian kedua payudaranya yang montok, lalu leher. Kudengar
desahan-desahan dan rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Frisca.  Sampai ketika Bu Frisca menyuruhku untuk
membuka roknya, perlahan-lahan kubuka kancing pengait rok Bu Frisca, kubuka
restletingnya, kemudian kuturunkan roknya, lalu kujatuhkan ke bawah. Setelah
itu kubuka dan kuturunkan juga celana dalamnya. Seketika hasrat kelelakianku
semakin menggebu-gebu demi melihat tubuh Bu Frisca yang sudah telanjang bulat,
tubuh yang indah dan seksi, dengan gundukan daging di antara pahanya yang
ditutupi oleh rambut yang begitu rimbun. Terdengar Bu Frisca berkata pasrah,
“Ayolah Christoper.., apa yang kau tunggu..? Ibu sudah tak tahan lagi.”  Kurasakan tangan Bu Frisca menggenggam
kemaluanku, menariknya untuk lebih mendekat di antara pahanya.

Saya mengikuti kemauan Bu Frisca yang sudah memuncak itu,
perlahan tapi pasti kumasukkan kemaluanku yang sudah mengencang keras layaknya
milik kuda perkasa itu ke dalam vagina Bu Frisca. Kurasakan milik Bu Frisca
yang

masih agak sempit. Akhirnya setelah sedikit bersusah payah, seluruh batang
kemaluanku amblas ke dalam vagina Bu Frisca. Terdengar Bu Frisca merintih dan
mendesah, “Oh.., oh.., Christoper.. terus Christoper.. jangan lepaskan
Christoper.. Saya mohon..!” Tanpa pikir panjang lagi disertai hasratku yang
sudah menggebu-gebu, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur dengan posisi Bu
Frisca yang telentang di atas meja dan Saya berdiri di antara kedua
pahanya.  Mula-mula teratur, seirama
dengan goyangan-goyangan pantat Bu Frisca. Sering kudengar rintihan-rintihan
dan desahan Bu Frisca karena menahan kFriscakmatan yang amat sangat. Begitu
juga Saya, kuciumi dan kulumat kedua payudara Bu Frisca dengan mulutku.
Kurasakan kedua tangan Bu Frisca meremas-remas rambutku sambil sesekali
merintih,

“Oh.. Christoper.. oh.. Christoper.. jangan lepaskan
Christoper, kumohon..!” Mendengar rintihan Bu Frisca, gairahku semakin
memuncak, goyanganku bertambah ganas, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur
semakin cepat. Terdengar lagi suara Bu Frisca merintih, “Oh.. Christoper.. kamu
memang perkasa.., kau memang jantan.. Christoper.. Saya mulai keluar.. oh..!”
“Ayolah Bu.., ayolah kita mencapai puncak bersama-sama, Saya juga sudah tak
tahan lagi,” keluhku.  Setelah berkata
begitu, kurasakan tubuhku dan tubuh Bu Frisca mengejang, seakan-akan terbang ke
langit tujuh, kurasakan cairan kFriscakmatan yang keluar dari kemaluanku,
semakin kurapatkan kemaluanku ke vagina Bu Frisca. Terdengar keluhan dan
rintihan panjang dari mulut Bu Frisca, kurasakan juga dadSaya digigit oleh Bu
Frisca, seakan-akan nmenahan kFriscakmatan yang amat sangat. “Oh.. Christoper..
oh.. oh.. oh..” Setelah kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam vagina Bu
Frisca, kurasakan tubuhku yang sangat kelelahan, kutelungkupkan badanku di atas
badan Bu Frisca dengan masih dalam keadan telanjang, agak lama Saya telungkup
di atasnya.  Setelah kurasakan
kelelahanku mulai berkurang, Saya langsung bangkit dan berkata, “Bu, apakah
yang sudah kita lSayakan tadi..?”

Kembali Bu Frisca memotong pembicaraanku, “Sudahlah
Christoper, yang tadi itu biarlah terjadi karena kita sama-sama
menginginkannya, sekarang pulanglah dan ini alamat Ibu, Ibu ingin cerita banyak
kepadamu, kamu mau kan..?”

Setelah berkata begitu, Bu Frisca langsung
menyodorkan kartu namanya kepadSaya. Kuterima kartu nama yang berisi alamat
itu.  Sejenak kutermangu, kembali Saya
dikagetkan oleh suara Bu Frisca, “Christoper, pulanglah, pakai kembali
pakaianmu..!” Tanpa basa-basi lagi, Saya langsung mengenakan pakaianku,
kemudian membuka pintu dan keluar ruangan. Dengan gontai Saya berjalan keluar
kampus sambil pikiranku berkecamuk dengan kejadian yang baru saja terjadi
antara Saya dengan Bu Frisca. Saya telah bermain cinta dengan dosen killer itu.
Bagaimana itu bisa terjadi, semua itu diluar kehendakku. Akhirnya walau
bagaimanapun nanti malam Saya harus ke rumah Bu Frisca. Cerita mesum  Kudapati rumah itu begitu kecil tapi asri
dengan tanaman dan bunga di halaman depan yang tertata rapi, serasi sekali
keadannya. Langsung kupencet bel di pintu, tidak lama kemudian Bu Frisce
sendiri yang membukakan pintu, kulihat Bu Frisca tersenyum dan mempersilakan
Saya masuk ke dalam. Kuketahui ternyata Bu Frisca hidup sendirian di rumah ini.
Setelah duduk, kemudian kami pun mengobrol. Setelah sekian lama mengobrol,
akhirnya kuketahui bahwa Bu Frisca selama ini banyak dikecewakan oleh laki-laki
yang dicintainya. Semua laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya saja bukan
cintanya.

Setelah bosan, laki-laki itu mFriscanggalkan Bu Frisca. Lalu
dengan jujur pula dia memintSaya selama masih menyelesaikan studi, Saya
dimintanya untuk menjadi teman sekaligus kekasihnya. Akhirnya Saya mulai
menyadari bahwa posisiku tidak beda dengan gigolo.  Kudengar Bu Frisca berkata, “Selama kamu
masih belum wisuda, tetaplah menjadi teman dan kekasih Ibu. Apa pun permintaanmu
kupenuhi, uang, nilai mata kuliahmu agar lulus, semua akan Ibu penuhi, mengerti
kan Christoper..?” Selain melihat kesendirian Bu Frisca tanpa ada laki-laki
yang dapat memuaskan hasratnya, Saya pun juga mempertimbangkan kelulusan nilai
mata kuliahku. Akhirnya Saya pun bersedia menerima tawarannya.  Akhirnya malam itu juga Saya dan Bu Frisca
kembali melSayakan apa yang kami lSayakan siang tadi di ruangan Bu Frisca, di
kampus. Tetapi bedanya kali ini Saya tidak canggung

lagi melayani Bu Frisca
dalam bercinta. Kami bercinta dengan hebat malam itu, 3 kali semalam, kulihat
senyum kepuasan di wajah Bu Frisca. Walau bagaimanapun dan entah sampai kapan,
Saya akan selalu melayani hasrat seksualnya yang berlebihan, karena memang ada
jaminan mengenai kelulusan mata kuliahku yang tidak lulus-lulus itu dari dulu.  Demikianlah cerita bokep seks MESUM TEMAN
KAMPUS YG JAGO NYEPONG dan IBU FRISCA DOSEN NAKAL oleh cerita sex hot