Perkenalkan namaku Aidin, saat ini aku berumur 18 tahun dan masih duduk di bangku SMA di daerah pinggiran Jakarta. Aku dan keluargaku tinggal di sebuah komplek di daerah pinggiran Jakarta juga, di komplek ini ada seseorang yang akrab dipanggil Mbok Ge, aku tidak tahu siapa nama aslinya tetapi kalau dari cerita yang aku dengar dari ibuku Mbok Ge berasal dari Bali dan bernama asli Geena. Di sini Mbok Ge tinggal bersama suaminya yang PNS dan anaknya yang baru masuk SD, aku tau beberapa hal ini karena rumahku dan Mbok Ge depan-depanan makanya aku juga tau kalau selain jadi ibu rumah tangga Mbok Ge ini juga kadang menjadi tukang pijet langganan ibu-ibu komplek lainnya termasuk ibuku sendiri.
Mbok Ge bisa dibilang cukup akrab dengan ibu-ibu lain karena kerap menjadi tukang pijat bagi mereka walau secara pergaulan Mbok Ge hampir tidak pernah ikut pengajian seperti ibu-ibu lain dan Mbok Ge juga tidak memakai hijab, meski begitu Mbok Ge termasuk tipe yang menjaga dirinya seperti ia hanya memijat ibu-ibu, Mbok Ge juga selalu memakai baju terusan atau daster yang besar sehingga lekuk tubuhnya hampir tidak pernah terlihat, tetapi sesekali aku pernah melihat ketika Mbok Ge sedang menjemur pakaian atau berkebun sekilas terlihat siluet tubuhnya yang berdada besar dan pantat cukup semok. Kalau secara wajah umur memang tidak bisa bohong, ibuku bilang Mbok Ge tidak jauh di bawah ibuku jadi mungkin ada di sekitar 30an akhir atau 40an awal karena terlihat pipi dan area lehernya yang sedikit kendor serta sedikit ada keriput di wajahnya, meski begitu Mbok Ge tetap terlihat cantik untuk wanita seumurannya.
Sebagai anak umuran puber memiliki tetangga yang membuat penasaran seperti Mbok Ge membuatku sering kali curi-curi pandang ketika dia sedang di depan rumahnya atau ketika dia sedang memijit ibuku di rumah, setiap kali ada kesempatan aku pastika untuk ngobrol dengan Mbok Ge walau hanya sekedar basa basi saja yang penting aku dan Mbok Ge bisa ngobrol dan mengakrabkan diri. Suatu waktu ada ketukan di pintu rumahku lalu disusul dengan teriakan ibuku dari arah dapur menyuruhku untuk membukakan pintu untuk Mbok Ge yang mau memijit dia, terbesit olehku untuk menyambut Mbok Ge tanpa menggunakan celana dalam. Mbok Ge datang dengan baju terusan besar andalannya yang berwarna cream, aku mempersilahkan Mbok Ge untuk duduk dulu karena ibu masih masak. Ketika aku duduk karena kontolku yang ngaceng jadi ada tenda kecil di boxerku ketika duduk dan kulihat sesekali Mbok Ge mencuri pandang ke arah kontolku selama kami mengobrol, aku berkali kali mengubah posisi dudukku sambil terang-terangan mengubah posisi kontolku ketika dia lagi melihatku. Setelah cukup lama mengobrol ibuku menyuruhku membuatkan teh untuk Mbok Ge, sebelum ku antar teh itu boxerku yang sedari awal memang pendek itu kutarik lagi semakin tinggi sehingga kepala kontolku sedikit keluar. Aku mengantarkan teh itu ke Mbok Ge yang sedari tadi mencuri curi pandang ke arah kontolku itu tetapi tetap berusaha memalingkan muka, aku berdiri tepat di depan Mbok Ge yang membuang muka tetapi melirik lirik kontolku. Kami pun lanjut mengobrol sebentar dengan posisi seperti itu karena terpotong oleh ibuku yang tidak lama dari itu selesai memasak dan menemui Mbok Ge untuk pijitnya.
Setelah cukup lama ibuku memanggilku dan ketika kuhampiri ternyata ia sudah selesai sesi pijit dengan Mbok Ge
Mama: Din, kata Mbok Ge tadi kamu mau pijet juga ya? kata Mbok Ge boleh tapi di rumah dia aja, kasian anaknya ga ada yang jagain katanya
Dalam pikiranku Mbok Ge sudah terpancing dengan kelakuanku tadi dan inilah kesempatanku untuk mengentotnya
Aku: iya bu, aku ganti baju dulu ya
Tidak lama aku berganti dengan kaos lain dan meninggalkan celana dalamku dan keluar bersama Mbok Ge, saat masuk di pekarangan rumahnya dan kuliat ibuku sudah masuk rumah aku bertanya menggoda pada Mbok Ge
Aku: emangnya bagian manaku yang perlu dipijit Mbok?
Mbok Ge: satu badan kayaknya perlu dipijit, biar badan kamu enakan
Aku mendekat ke Mbok Ge sambil meremas pantatnya
Aku: biar badan aku enakan atau Mbok Ge yang mau aku enakin
Mbok Ge: jangan di sini din, nanti anakku liat, di kamar aja
Aku: ga nyangka loh Mbok Ge binal gini
Mbok Ge: hush apasih din, aku cuman mau mijet kok
Aku: iya iya mbok
Kami berjalan ke kamar Mbok Ge sambil tetap kuremas remas pantatnya dan sesekali terdengar Mbok Ge yang berusaha menahan desahannya, sesampainya di kamar Mbok Ge menyuruhkuh untuk membukan baju dan tidur terkungrep di kasurnya. Selama beberapa waktu Mbok Ge memang memijatku dengan benar, tangannya yang berbalur minyak menggerayangiku dari pundak hingga betis.
Aku: kok pantatku ga dipijet sih Mbok?
Mbok Ge: ini baru mau Mbok pijet
Saat memegangi pantatku Mbok Ge bukannya memijit tapi lebih seperti meremas remas pantatku seperti yang kulakukan ke dia tadi, tidak pakai lama aku membalikkan badanku dan meminta untuk ganti ke yang depan saat kulihat wajah Mbok Ge seperti orang yang sudah kepalang nafsu. Sigap Mbok Ge menduduki pahaku dan memulai memijitku dari dada dan perlahan turun hingga ke pangkal kontolku dan perlahan mulai mengocoknya
Aku: pelan-pelan Mbok Ge biar lama
Mbok Ge: iya aku juga gamau kamu cepet lemes
Aku: kalau tau Mbok Ge sebinal ini udah minta pijet aku dari dulu
Mbok Ge: aku kayak gini ke kamu aja loh, habis kalau ibu-ibu lain gossip pada cerita kontol suami-suaminya pada kecil semua
Aku: berarti punyaku paling gede ya Mbok
Mbok Ge: lebih gede dari suamiku din
Tiba-tiba anak Mbok Ge masuk ke kamar dan mengagetkan kami berdua, yang tidak kusangka Mbok Ge tidak berubah posisi dan masih mengocok kontolku di depan anaknya sendiri
Mbok Ge: ibu lagi mijitin Mas Aidin, kamu makan sana
Anak: ibu masak apa?
Mbok Ge: kamu liat aja di dapur, ibu sibuk
Anak: iya bu
Aku: ohh dasar ibu binal, anak sendiri diusir demi kontol
Mbok Ge: aku udah ga tahan din, udah lama
Mbok Ge mengangkat baju besarnya itu sedikit dan terlihat celana dalamnya yang kemudian dilepasnya dan terlihatlah memeknya dengan jembutnya yang terlihat tipis tipis seperti habis dicukur, tidak pakai lama Mbok Ge mengarahkan kontolku untuk masuk ke dalam memeknya dan dia mulai naik turun dengan sendirinya. Aku juga menggerakkan pinggulku dan menghantam memek Mbok Ge dengan keras dan dia terlihat menikmatinya.
Mbok Ge: ah enak din terus din
Aku: ohh dasar Mbok lonte
Mbok Ge: iyaaa din aku lonte dinn
Aku: Mbok Ge ga cuman bajunya yang gede, nafsunya juga Mbok
Mbok Ge: iyaa dinn, aku emang suka ngentot din tapi suamiku jarang mau nuturin
Aku: mulai sekarang aku sering-sering pijet ya Mbok
Mbok Ge: hmmh kapan aja kamu mau pijet din
Setelah cukup lama kami bermain dengan posisi WOT sebelum sempat mau ganti posisi tiba-tiba anak Mbok Ge masuk lagi ke kamar
Anak: ibu masih mijit Mas Aidin bu?
Mbok Ge: iyaa nggh, ini ibu ahh masih mijiiit, kamu jangan ganggu ibuu
Melihat Mbok Ge yang tidak memperdulikan anaknya dan lanjut ngentot denganku membuatku jadi nafsu dan mempercepat tempoku menghajar memeknya
Anak: ibu masih lama pijitnya?
Mbok Ge: masiiih, kamu ngapain siih ganggu hmmh ibu ajaa
Anak: aku keluar main ya bu
Mbok Ge: iya iya iya iya, ibu juga mau keluar ngghh
Aku: aku juga keluar ya bu, di dalem
Mbok Ge: iyaaa Aidin juga keluar ajaah
Aku dan Mbok Ge orgasme bersamaan, aku menyemprotkan pejuku di dalam memek Mbok Ge dan Mbok Ge masih saja meracau mendesah keenakan padahal anaknya hanya berjarak beberapa langkah dari kami. Mbok Ge terbaring menindihku dan kami mulai berciuman, baju Mbok Ge menjadi basah terkena keringat kami berdua, Mbok Ge membuka bajunya dan terlihatlah teteknya yang besar itu terbalut oleh tanktop hitam. Tanganku mulai masuk meraba tetek Mbok Ge melalui tanktopnya itu dan lanjut berciuman, aku yang masih tidak percaya Mbok Ge sebinal ini membuatku jadi ngaceng lagi.
Aku: Mbok, ronde dua yuk
Mbok Ge: besok aja, udah jam segini ntar suamiku pulang
Aku: besok ya besok Mbok, ini masih lama Mbok, belum kena macet
Mbok Ge: yaudah aku pake bajuku dulu
Aku: udah gini aja Mbok, baru ini aku liat tetek Mbok gede banget
Mbok Ge: aku pakai aja ya bajunya, biar cepet beres beresnya kalau suamiku pulang
Sebelum Mbok Berdiri aku langsung menancapkan kembali kontolku ke memek Mbok Ge yang masih basah tanpa menunggu dia memakai bajunya lagi dan Mbok Ge yang nampaknya juga sudah kepalang sange tidak peduli lagi dengan bajunya itu yang sedari tadi mau dipakainya. Kami terus bersetubuh hingga hampir setengah jam dan berganti-ganti posisi hingga berakhir di posisi doggy dan lagi lagi kubenamkan benih benihku di dalam memek Mbok Ge. Belum sempat Mbok Ge mengatur napasnya terdengar suara mobil masuk garasi Mbok Ge menandakan kalau suaminya sudah pulang, cepat-cepat Mbok Ge memakai lagi bajunya itu begitu juga denganku dan kami bergegas ke pintu depan tepat bersamaan dengan suami Mbok Ge turun dari mobilnya.
Suami: Aidin ada apa kemari?
Mbok Ge: baru aja aku habis pijetin ibunya, disuruh nganterin aku pulang biar aman kan ga ada kamu
Aku: iya pak, kan lagi rawan rampok sekarang
Suami: ohiya bener sih, makasih ya aidin
Mbok Ge: bapak cari si anak dulu deh, suruh pulang udah sore
Suami: bapak ganti baju dulu ya
Mbok Ge: tasnya sini aja, bapak cari dulu ya
Suami: iya iya bu
Aku: kenapa si bapak Mbok Ge usir? mau lagi masih?
Mbok Ge: hari ini cukup deh, tadi cd Mbok masih di kamar, bisa jadi pertanyaan kok Mbok ga pake cd
Aku: Mbok mending ganti baju deh, ntar jadi pertanyaan juga, kok baju mbok di memeknya basah tuh
Mbok Ge: ih ini pasti kena peju kamu nih
Mbok Ge menghadap ke arahku dan mengangkat bajunya sampai terlihat memeknya
Mbok Ge: tuh kan kamu keluarnya kebanyakan luber jadinya
Aku: yaudah besok aku isi lagi ya Mbok
Mbok Ge: iya din hehe
Mbok Ge tersenyum dengan tampang penuh nafsu. Sejak saat itu aku dan Mbok Ge jadi semakin rajin bermain dengan alasan pijet, kadang kami melakukannya di rumah Mbok Ge saat suaminya sedang tidak ada tetapi kadang kami juga melakukannya di rumahku. Beberapa bulan kemudian Mbok Ge mengabariku kalau dia positif hamil dan ia bilang bahwa suaminya percaya kalau itu adalah anaknya karena ternyata Mbok Ge mengatur agar sebulan 1x berhubungan badan dengan suaminya itu.