“Hoammm sekarang jam berapa sih….” dengan malas aku mengambil ponsel yang terletak tak jauh dari tempat tidurku. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan juga aku baru sadar kalau sekarang hari minggu. Hufftt, akhirnya bisa beristirahat seharian di kosan setelah menghadapi perkuliahan yang begitu padat.
Namaku Jinan, mahasiswi tingkat akhir berusia 23 tahun. Meski sebenarnya aku belum mengambil skripsi karena ada salah satu mata kuliah yang aku harus mengulang, yah karena kemalasanku sendiri yang mengakibatkan mata kuliah itu mendapat nilai yang tidak sesuai harapan sehingga mau tidak mau aku harus mengulang dari awal. Ah, aku pikir tidak begitu buruk juga mengingat banyak juga teman-temanku yang mengalami hal ini.
Perawakanku bisa dibilang cantik kalau kata teman-temanku dan aku sendiri juga menyadarinya. Aku bangga dengan diriku sendiri, wajahku yang katanya mirip dengan artis papan atas di negeri ini dengan kedua mata yang tajam mempesona. Tubuhku selalu aku rawat dengan rajin berolahraga dua kali setiap minggu di gym dan sesekali jogging keliling area kampus, ditambah dengan pola makan yang selalu kujaga membuat tubuhku terlihat seksi dan indah. Buah dadaku terbentuk sempurna meski tidak terlalu besar namun bulat dan kencang, yang aku cukup sebal adalah kedua pahaku yang gemuk meski aku sudah berusaha untuk merampingkannya namun tidak sesuai harapan.
Untuk urusan asmara sih…. hehehe sebenarnya aku sudah sering punya cowok sejak SMA. Yah, sebagian besar menyenangkan meski juga ada sedihnya. Tetapi hal tersebut bukan masalah besar buatku. Prinsipku adalah “dekati cowok, buat mereka merasa nyaman, jadi pacar, nikmati yang ada, lalu tinggalkan”, sudah cukup banyak cowok yang jadi korban “kenakalanku” meski jujur saja ada sedikit yang bisa hampir mendapat hatiku namun prinsip yang kupegang kuat ini mampu melawan mereka.
Karena aku mempunyai banyak cowok pastinya kalian pikir aku sudah pernah melakukan hubungan badan. Dan jawabannya adalah benar, aku sudah menjadi wanita “dewasa” sejak SMP bersama kekasih pertamaku dengan tidak baik. Yep, saat itu aku dijebak olehnya bersama teman-temannya dan diperkosa beramai-ramai di sebuah villa. Aku masih ingat betul betapa tak berdayanya aku saat itu, digilir oleh teman-temannya termasuk kekasihku sendiri. Bahkan mereka merekam semua adegan itu sebagai jaminan agar aku tidak melaporkan ke pihak berwajib dan bodohnya aku mengiyakan saja, meskipun pada saat itu juga sebenarnya aku memang menikmatinya.
Karena kejadian tersebut, tumbuh rasa benci pada laki-laki dalam diriku namun bukan berarti aku langsung tidak suka sama mereka. Seperti yang kujelaskan diatas, prinsip yang kupegang itu bertujuan untuk “membalas” dendamku kepada lelaki yang mendekatiku, tak peduli mereka sok baik atau sejatinya memang baik orangnya. Terlihat jahat memang tapi aku menikmatinya hehe.
Baiklah sekian pengenalan singkat tentang diriku.
Kuambil handuk kering yang menggantung di dekat pintu kamar mandi dan bersiap untuk mandi meski aku masih merasa malas, sepertinya mandi adalah solusi untuk menyegarkan badan dan pikiran.
Kucuran air yang keluar dari shower membasahi seluruh tubuhku yang sebelumnya sudah aku lumuri dengan busa sabun. Kegiatan mandi adalah salah satu kesukaanku bahkan bisa dikatakan sudah seperti hobi. Disamping untuk membersihkan diri dari kotoran dan keringat yang mengganggu, aku juga dapat melihat tubuh telanjangku secara langsung melalui kaca cermin di kamar mandi ini, sekarang aku bisa melihat seluruh tubuhku yang mengkilap setelah sabun yang melumuri tubuhku telah hilang oleh air. Buah dadaku tampak bulat dan kencang dengan puting susu yang berwarna pink, aku tersenyum melihat keindahan tubuh ini berkat olahraga yang teratur, dan juga sebagai “senjata” untuk menaklukan hati lelaki yang berani mendekatiku. Hihi.
Tapi bukan berarti aku selalu mengenakan pakaian yang menggoda dalam kehidupan sehari-hari. Tidak, tidak. Itu bukan gaya hidupku, aku justru lebih suka mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman. Saat waktu kuliah aku sering mengenakan kemeja dengan variasi dan corak yang berbeda setiap harinya, tak lupa aku sengaja untuk melepaskan kancing atas kemeja memperlihatkan kaos oblong yang memiliki kerah yang lebih turun dari kaos biasa sehingga kulit dada atasku terlihat jelas. Aku selalu mengamati mata-mata cowok yang kutahu selalu melihat bagian itu meski tak tampak belahan buah dada disana. Aku anggap sebagai bonus saja untuk mata cowok yang nakal hehe. Terkadang aku mengenakan rok flanel panjang dalam satu kesempatan, tapi aku lebih sering mengenakan celana jeans ketat. Namun….. ugh, sepertinya untuk beberapa minggu kedepan aku pakai celana longgar saja mengingat ukuran pahaku yang mulai membesar.
Kembali aku membasuh tubuhku dengan air sambil melihat cermin di depanku, berulang kali aku terkagum-kagum dengan kemolekan tubuhku sendiri. Buah dada yang menantang, perut rata dan pinggul yang terbentuk indah dan bongkahan pantat yang sekal, mungkin karena pahaku yang gemuk mempengaruhi bentuk pantatku juga hihihi. Oh iya selain buah dada, bagian tubuhku ini juga sering dilirik sama cowok-cowok yang aku dekati. Sebagian dari mereka cukup beruntung bisa melihat dengan langsung pantatku tanpa ditutupi celana. Yep, mereka yang sudah menyetubuhi diriku sebagai pemuas nafsu bejat mereka. Disatu sisi aku sangat membencinya namun di sisi lain aku menikmatinya.
Setelah puas melihat-lihat, kedua bola mataku sedikit turun menuju bawah pusar, tampak gundukan kemaluanku yang sedikit gemuk dilengkapi dengan rambut-rambut kemaluan yang cukup rimbun. Ugh, aku jadi merasa tak enak melihat rambut kemaluan itu, sepertinya aku harus mencukurnya sedikit supaya rapi.
Setelah dirasa cukup membasuh badan, kuambil pisau cukur, gunting kecil dan sabun cair. Kusenderkan tubuhku pada dinding kamar mandi dan melebarkan sedikit kedua kakiku sehingga gundukan memekku mulai tampak. Kemudian rambut kemaluan tersebut kulumuri dengan sabun cair yang sudah dicampur sedikit air hingga terbentuk banyak busa. Nah sekarang tinggal gunakan pisau cukur ini untuk merapikan rambut kemaluanku.
Dengan hati-hati aku menggerakan sedikit pisau cukur ini sehingga beberapa helai rambut itu terpotong dengan rapi, kulakukan berulang kali hingga tak sadar kalau rambut tersebut telah habis. Ugh, kemaluanku sekarang terekspos dengan jelas tanpa rambut yang membandel. Setelah beres kubasuh bagian itu dengan air hingga bersih dari sisa-sisa sabun. Ah, sekarang aku justru terpana dengan bagian kemaluanku ini, kulitnya lebih putih dari kulit tubuhku sendiri, karena penasaran kulebarkan sedikit kedua kakiku menghadap ke cermin, kuarahkan jemari tanganku ke arah bibir kemaluanku yang sudah tidak rapat. Yep, bahkan aku sudah lupa berapa banyak cowok yang telah menyetubuhiku dan menikmati enaknya kemaluanku namun dilihat dari bentuk bibir yang merekah merah sepertinya cukup banyak. Ah, betapa memalukannya diriku namun aku menyukainya
“Ughhh…. kok geli sih…..”
Aku sedikit mendesah saat jemariku menyentuh bibir memek, rasanya sangat geli dan tentu saja nafsuku mulai naik. Ah masak aku harus masturbasi disini lagian juga baru selesai mandi?
Ah, aku sudah tak tahan.
“Gak apalah mumpung gak ada kegiatan juga” ucapku sendiri.
Lalu dengan hawa nafsu yang mulai naik, kuambil sebuah botol shampo yang kebetulan bentuknya agak bulat, sebenarnya aku punya sebuah dildo di kamar namun sudah kepalang tanggung hehe, kulihat sejenak botol shampo itu sambil mulai membayangkan kalau yang kupegang sekarang adalah penis laki-laki yang besar dan kekar. Ugh, membayangkan itu saja sudah membuat memekku basah hihihi.
Akibat kejadian-kejadian “nakal” yang aku perbuat itulah aku lumayan susah untuk mengontrol birahi. Melihat fisik lelaki ganteng saja bisa bikin memekku basah dan aku sering melampiaskannya dengan dildo atau benda-benda tumpul. Yep, ironis juga meskipun aku membenci yang namanya laki-laki aku tetap bisa terangsang olehnya.
Dengan perlahan aku mulai memasukkan kepala botol shampo itu ke dalam mulut memekku yang telah merekah merah dan basah. Aku melenguh pelan saat botol shampo itu menyeruak masuk ke dalam, rasanya dingin tidak seperti kontol pada umumnya yang terasa hangat. Tubuhku mulai meliak-liuk sembari botol shampo itu kudorong semakin dalam. Kepalaku terdongak keatas merasakan nikmat birahi yang semakin naik menguasai diriku.
“Ahhhhh…. Shhhhh…..”
Rasanya unik dan aneh, karena ukuran botol shampo yang sedikit lebih besar dari kontol pada umumnya sehingga memekku terasa agak nyeri namun seiring aku keluar masukkan benda itu rasanya semakin enak. Kurasakan memekku berkedut kencang meremas-remas botol shampo, dalam hati aku tertawa dikiranya itu kontol cowok wkwk.
“Ughhh…. Ssshhh…. enak banget sih…. Ahhhhh…. jadi pengen kontol kan gini….. Sshhhhh…..”
Keringat mengucur keluar membasahi seluruh tubuhku sembari tangan kananku mengocok-ngocok memekku, dengan sadar tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada dan juga tak lupa memainkan puting susuku yang mulai menegang. Kulihat diriku sendiri pada cermin, ekspresi wajahku sudah sangat berbeda dari yang sebelumnya cantik, manis dan kalem berubah menjadi wajah penuh birahi. Lidahku menjulur secara tak sadar karena amukan birahi yang sudah menguasai seluruh diriku. Dalam hati aku justru tertawa melihatnya, inilah diriku yang sebenarnya yang telah bertransformasi menjadi monster feminim yang siap ditusuk kontol lelaki.
Tak lama kemudian aku mulai merasakan gejolak orgasme yang semakin dekat. Aku terus mengocok dengan cepat memekku hingga terdengar suara becek disana, remasan-remasan buah dadaku semakin kukencangkan bahkan sampai puting susuku kucubit dengan keras. Aku mendesah-desah dan suaranya terdengar cukup keras tetapi tak perlu khawatir karena tembok kamar mandi ini cukup dapat meredam suara nakalku.
“Aahhhhh…. iyaahhhh….. iyaahhh…. Sssshhh keluarrr….. Aaahhhhh keluarr…….”
Satu hentakan keras pada botol shampo mengantarkanku ke puncak kenikmatan. Tubuhku mengejang hebat dan terangkat sedikit dengan kedua kakiku yang masih terbuka lebar. Botol shampo itu terlepas dari memekku dan sembari tubuhku terus mengejang, semburan pipis enak keluar dengan deras sekali disana, cairan itu muncrat membasahi kaca cermin di depan.
“Aahhhh iyaaahhhh aku muncrat yangg…..” desahku dengan kencang masih membayangkan aku disetubuhi lelaki.
Kemudian setelah orgasme mereda, tubuhku seketika lemas dan aku bersender di dinding kamar mandi. Napasku terengah engah dengan keringat yang terus keluar membasahi seluruh tubuhku. Memekku masih terasa berdenyut kencang dan terasa mengeluarkan banyak lendir, sepertinya ini tidak cukup mengingat nafsuku masih naik dengan kuat. Ah, sepertinya aku benar-benar kalah dengan nafsuku sendiri. Dengan malas kubasuh kembali tubuhku hingga bersih dan mengeringkannya dengan handuk, aku keluar dari kamar mandi dengan posisi telanjang dan mengambil dildo yang tersimpan di lemari. Sebelumnya kututup jendela dan mengunci pintu supaya tak ada yang mengganggu. Kemudian aku berbaring di kasur dan mulai kembali melakukan masturbasi dengan dildo yang besar dan panjang ini. Awalnya aku mengocok memekku dengan gerakan yang biasa namun lama-lama aku mulai melakukan hal yang agak aneh seperti menempelkan dildo pada dinding kemudian mengentotinya dan duduk di kursi dengan dildo yang terpasang disana. Entah sudah berapa kali aku orgasme hingga muncrat-muncrat namun sialnya nafsu birahi ini susah dilenyapkan hingga pada akhirnya aku kelelahan dan tertidur dengan kondisi telanjang bulat.
Ah, aku benci pada diriku sendiri…. tapi ini enak