Masturbasi sambil membayangkan memekku dientot Jaka, teman kuliahku

Author:

“Jinan, kapan kamu ngambil skripsi?”

“Jinan….. hei…..”

“Eh, gimana-gimana?”

“Kamu ngelamun tadi…..”

aku terkejut saat dia menyenggol tanganku. Yap, dia benar. Aku dari tadi sedang melamun.

“Kamu tadi ngomong apa?” tanyaku sambil mengibas rambut.

“Kapan kamu ngambil skripsi?”

Sontak aku kaget mendengarnya. Aku belum pernah terpikirkan sedikitpun tentang skripsi meski aku belum selesai menyelesaikan salah satu mata kuliah yang harus aku ulang. Kesibukanku yang cukup padat sedikit menganggu kehidupan perkuliahanku sekarang.

Tunggu dulu, emang kesibukan apa? Hihi aku jelaskan di bawah:

Karena pengalaman dari teman online, aku iseng-iseng mencoba untuk “main” di sebuah aplikasi mobile yang tujuannya kayak live streaming. Jadi contohnya aku akan mengeset sebuah live streaming yang nantinya akan dilihat oleh banyak penonton mayoritas adalah cowok. Kemudian aku melakukan aksi bermacam-macam mulai dari membacakan komen-komen nakal dari penonton, menggoda mereka bahkan memamerkan beberapa anggota tubuh. Ya, ini adalah aplikasi yang “nakal”.

Saat aku menggunakan pakaian minim dan memamerkannya kepada penonton, banyak sekali komentar-komentar yang nakal dan mesum sesuai dengan dugaanku. Bahkan pernah suatu ketika dengan beraninya aku melakukan pose yang sangat vulgar di mata mereka; memamerkan bagian memek dan pantatku bahkan juga aku masturbasi secara live disana, memang diperbolehkan kok dan aku pernah menonton beberapa streaming yang secara gamblang mereka ngentot dengan kekasih atau memang sama gigolo entahlah.

Oh iya, tak perlu khawatir dengan identitasku karena wajahku tertutup topeng sehingga mereka tak mengenaliku siapa tahu ada temanku yang menonton pertunjukan mesum ini hihihi…..

Kembali ke perpustakaan, masih sedikit memikirkan jawaban atas pertanyaan teman kelasku itu.

 

 

 

“Aku sibuk…..” jawabku karena memang tak ada pilihan lain.

“Sibuk apaan dah?” dia kembali bertanya padaku yang membuatku sedikit sebal.

“Kamu gak perlu tahu dah…..” balasku lagi.

“Jangan-jangan sibuk main aplikasi yang sekarang lagi ngetrend itu? yang bisa lihat cewek-cewek joget…..”

“Ihhh Jakaa….. gak bakal aku main gituan. Itu bodoh

banget….” sontak aku berdiri dan berkata sedikit keras. namun aku langsung cepat sadar kami berada di perpustakaan dan tentu saja si penjaga langsung mendatangi dan menegur kami. Setelah basa basi sedikit, si penjaga akhirnya meninggalkan kami.

Yep, aku jelas berbohong tadi. semua yang dikatakan olehnya benar, aku terlalu sibuk mendalami dunia bejat itu hingga aku tak memikirkan perkuliahanku termasuk skripsi.

Tetapi kalian pasti bertanya-tanya meski aku memang benci sama cowok tapi kenapa sekarang aku ditemani olehnya? Seperti yang aku bilang sebelumnya, memang aku benci sama mereka namun tak lantas aku terang-terangan untuk tidak suka sama mereka. Aku tetap berteman baik dengan beberapa cowok meski pada akhirnya mereka juga masuk ke dalam “perangkap” yang sudah kubuat.

Cowok yang sekarang ada di depanku namanya Jaka. Dia adalah teman satu kelas selama masa kuliah ini mulai dari semester awal hingga sekarang. Wajahnya jujur saja dia lumayan ganteng namun aku cukup menyayangkan cara berpakaiannya yang terkesan sangat biasa bahkan bisa dibilang “culun”. Padahal kalau dia mau mengganti fashion nya aku yakin dia bakal didekatin banyak cewek. Ia mengenakan kacamata frame yang cukup besar yang semakin menguatkan kesan “culun”-nya, selain itu dia memiliki sifat yang dingin bahkan sampai wajahnya jarang sekali menampilkan ekspresi.

Meskipun begitu, hubunganku dengan Jaka bisa dikatakan baik dan dekat. Ia termasuk mahasiswa yang cerdas dan selalu tepat sasaran dalam mengambil keputusan. Kami cukup sering satu kelompok saat tugas dan dia selalu menyelesaikannya dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan. Aku termasuk beruntung sering satu kelompok dengannya hehe.

Dan sekarang, aku memang sengaja untuk meminta mememaniku di perpustakaan ini untuk mengerjakan tugas.

“Nah Jaka, kalau kamu sendiri skripsimu gimana?” tanyaku basa-basi. Kulihat ia membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot.

“Lumayan progressnya, tapi minggu ini memang aku sedang malas ngetik”

“Nah kamunya sendiri juga malas…..”

“Itu masih lebih baik daripada mengulang mata kuliah

sampai ditinggal temen-temen skripsi…..” sanggahnya dengan nada yang datar dan tentu saja aku langsung tertunduk malu. Suasana perpustakaan yang awalnya terasa tenang lama-lama menjadi membosankan. Kututup buku catatan dan memasukkannya ke dalam tas.

“Udah kelar emang tugasnya?” tanya Jaka dengan dingin.

gue mau cari angin Jaka, makasih ya udah temenin…..” ucapku meninggalkan ruang perpus, aku merasa bosan dengannya karena sikapnya yang dingin. Ah, lebih baik aku pulang aja ke kosan.

“Eh tunggu, Jinan…..” tiba-tiba Jaka memanggilku.

“Iya kenapa Jak?” tanyaku, ia berjalan mendekatiku tetap dengan wajah dingin namun dari nada suaranya sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.

“Minggu ini kamu sibuk gak?” tanya Jaka.

“Emmm…. kayaknya enggak deh. Emang kenapa Jak?” tanyaku lagi karena heran.

“Gimana kalau kamu berlibur dah? sepertinya kamu butuh banget yang namanya healing”

“Healing?” kataku heran.

“Yap, akhir-akhir ini aku perhatikan kamu seperti tertekan dalam menjalani perkuliahan. Berlibur membuatmu bisa kembali semangat lagi…..” jelas Jaka.

“Eh, kok tumben banget kamu nawarin ke aku? kamu kan jarang banget ngobrol sama orang kecuali kalau nugas….” ucapku semakin heran dengan sikapnya yang sedikit berubah namun ekspresi wajahnya masih tampak dingin.

“Sebelum kamu datang ke perpus aku lihat-lihat tempat wisata di internet dan aku nemu tempat yang sepertinya cocok banget buat kamu Jinan…..” Jaka mengambil ponsel dari saku kemejanya dan menunjukkannya padaku. Tampak di layar ponselnya sebuah pemandangan yang sangat bagus. Ah, entah mengapa aku menjadi tertarik dengan ajakannya.

“Tak perlu khawatir sama biaya karena aku dapet sedikit rejeki dari main trading. Mayan banyak sampai aku bingung gimana memanfaatinnya….” tambahnya.

Aku berpikir sejenak. Dari gambar yang diperlihatkan Jaka sepertinya itu adalah tempat wisata yang bagus dan kebetulan aku belum pernah kesana. Tapi di sisi lain timbul rasa tak enak karena Jaka secara sukarela menanggung biaya.

Eh tunggu dulu, “membiayaiku”? kok terdengar nakal ya? Ah, gak mungkin……

“Yaa kalau kamu gak mau

ya gak apa-apa Nan, aku cuma menawari aja kok….”

“Emmm…. ini beneran kan? kamu gak ada niatan untuk menjahiliku kan?” tanyaku memastikan.

“Kita kan teman Jinan, mana mungkin aku mau mencelakaimu….” jawab Jaka dingin namun penuh arti. Entah mengapa dalam hatiku timbul rasa curiga, aku tahu Jaka bukan pria yang nakal namun tetap saja dia mengajak berlibur itu sudah bikin aku terheran-heran.

Otakku berpikir dengan cepat memproses segala kemungkinan yang terjadi jika aku ikut dengannya. Jika aku mengiyakan ajakannya, apakah liburanku nanti menjadi membosankan mengingat sifat Jaka yang begitu dingin bahkan sama teman dekatnya. Namun di sisi lain dia benar, aku butuh healing. Aku ingin menyegarkan pikiranku yang bingung akibat perkuliahan yang kacau.

Tetapi ada satu hal yang mengganjal dalam pikiranku. Dia kan cowok, apakah Jaka akan melakukan hal aneh padaku? mengingat banyak cowok yang terpikat oleh pesonaku bahkan tak sedikit juga yang berakhir di ranjang. Hmmmm, terpikirkan sebuah “rencana” untuk menguji Jaka sekaligus….. Yah, mengerjai dia.

“Hmmmm…. kalau kamu serius baiklah aku mau, aku juga sebenarnya pengen banget berlibur hehe” balasku. Jaka hanya mengangguk tanpa tersenyum sama sekali namun aku yakin dalam hatinya dia pasti senang.

“Oke, nanti aku kabarin detailnya. Kamu siap-siap aja…..”

Singkatnya aku kembali ke kosan dan menaruh tas di atas meja. Aku tiduran di atas kasur sambil tak lupa menyetel playlist lagu kesukaanku. Ah, lantunan nada yang keluar dari speaker lumayan nyaman didengar siang hari ini.

“Ah, aku malah penasaran kenapa Jaka mengajakku berlibur ya?” ucapku sendiri sambil melihat langit-langit kamar. Sekilas wajah Jaka terngiang pada pikiranku, memang dia cukup ganteng dari cowok-cowok di kampus, meskipun sikapnya dingin dan tanpa ekspresi dia orangnya baik dan suka membantu teman-temannya termasuk aku. Tetapi aku jadi penasaran cowok seperti Jaka apa dia tak tertarik dengan cewek gitu? tak pernah ada kabar kalau dia pernah dekat dengan cewek bahkan

punya pacar…..

Lho, kok aku malah kepikiran sama dia? Jinan, dia cowok. Sudah pasti sifatnya itu cuma buat nutupin sifat dia yang sebenarnya. Siapa tahu Jaka itu orangnya mesum, suka ngumpulin foto-foto cewek, nonton film porno bahkan mungkin aja dia suka coliin foto cewek yang ia suka. Jangan-jangan termasuk aku juga…..

Kurasakan raut wajahku berubah setelah sekilas memikirkan hal itu. Masak sih? apakah Jaka aslinya memang cowok mesum seperti yang kutemui biasanya? Lagian aku sudah memikirkan hal yang agak janggal dari ajakannya untuk berlibur. Dua orang kan aku dan dia, nanti waktu menginap di hotel apakah dia akan pesan dua kamar atau satu kamar doang? kalau satu kamar aku sudah menduga apa yang terjadi….

“Aghhh….. apa aku terjebak sama dia? tapi beneran dah gak mungkin, Jaka orangnya baik kok….” kembali aku ngomong sendiri.

Setelah cukup lama melamun tiba-tiba terbit sebuah akal dalam otakku. Baiklah, sepertinya aku akan membuat rencana kecil saat berlibur nanti yang tujuannya untuk menguji dia apa memang dia cowok mesum atau bukan. Hihihi, apa dia akan terpesona bahkan terangsang dengan “diriku” yang sebenarnya aku jadi tidak sabar.

“Ahhh kenapa tiba-tiba memekku jadi basah….” ya, seperti biasa saat aku membayangkan seorang laki-laki apalagi memikirkan hal mesum. Ugh, masih siang tapi aku ingin masturbasi.

“Ah bangsat dah, harus dituntasin kalau kayak gini” ucapku sendiri sambil melepas semua pakaianku termasuk celana dalam yang sudah basah oleh cairan cintaku. Kusetel lagu yang mellow dengan volume yang agak keras supaya suara mesumku tak terdengar nanti. Kemudian aku mengambil dildo yang sudah berjasa dalam menuntaskan nafsu birahiku saat tak ada lelaki yang bisa kulampiaskan, setelah itu kuambil ponselku dan memilih sembarangan video-video porno yang tersimpan disana. Ah, tema BDSM sepertinya ini menarik.

Kurebahkan tubuhku di kasur sambil tak lupa menaruh handuk pada seprei supaya saat aku muncrat-muncrat nanti seprei ini tidak basah hihihi.

Wajahku sudah mulai memerah saat video itu sudah setengah jalan, tampak wanita yang cantik dan tubuhnya yang seksi sedang diikat oleh cowok pemeran, cowok itu langsung menampar-nampar pantat cewek itu dengan kasar sekali hingga terbentuk bekas merah, kemudian cowok itu mulai mengocok kontolnya yang… Ugh… gila besar sekali dan kekar, lalu seperti video porno pada umumnya mereka mulai ngentot dengan kasar sekali hingga cewek itu terisak-isak.

Ughhh…. gila…. video ini bikin aku terangsang hebat. Langsung kutaruh ponsel yang videonya masih jalan. Kumasukkan langsung dildo gede itu ke dalam memekku yang sudah berlendir dan berkedut pelan. Aku mendesah saat dildo itu menyeruak masuk ke dalam dan semakin dalam hingga menyentuh mulut rahimku. Terdengar sedikit suara-suara desahan pada ponselku yang semakin membuatku juga ikutan terangsang.

“Ahhhh ahhhhhh oghhhhhh….. memekku enak banget…..” begitulah kiranya ucapan mesum yang keluar sembari terus mengocok-ngocok memekku dengan dildo. Tempo yang kukerahkan semakin cepat dan semakin cepat. Tubuhku mulai bergetar hebat tak kuasa mengekspresikan kenikmatan single player ini.

“Ughhhh iyahhhh…. entotin Jinan terus yanggg…. kamu suka kann….” ucapku sendiri sambil terus mendesah. Kurasakan dildo ini semakin lancar menusuk-nusuk liang memekku. Aku terus tenggelam dalam nafsu dan tak mungkin aku kembali berenang ke permukaan. Kumaju-mundurkan benda ini dengan tanganku terus menerus, membuatku semakin tak karuan. Aku mengejang, mengerang, mendesah-desah serta mendesis nikmat. Begitulah berulang kali selama beberapa menit hingga akhirnya aku mendapatkan klimaks hebat, dildo itu sengaja kulepas dan tanpa sadar selangkanganku terangkat, kepalaku terangkat sedikit sambil melihat kucuran squirt yang menyembur deras membasahi handuk di bawah kasur, beberapa saat kemudian tubuhku melemas setelah orgasme itu mereda namun nafsu birahiku masih berada dalam posisi puncak. Aku belum puas! Aku ingin lebih dari ini!

Setelah cukup lama beristirahat mengumpulkan tenaga yang tersisa, aku beranjak menuju ke kursi dengan napas yang tersengal-sengal penuh nafsu. Kuletakkan dildonya diatas kursi, lalu aku mengangkang

diatas dildo tersebut. Aku menurunkan pinggul perlahan, memasukkan dildo perlahan-lahan memasuki kemaluanku lagi. Terus turun, sampai seluruh batangnya tertelan masuk. Duh, kepalanya mencium mulut rahimku lagi…

“Oh yeah, ahhhh…. aahhhhhhh…. ssshhhhh….. i’m bitch…. Ssshhhhh nyaaahhhh…. fuckkkk….. ”

Aku terus menggoyang dildonya dengan kecepatan yang perlahan naik. Pinggulku bergerak berputar, kadang naik-turun atau kombinasi keduanya. Semua kulakukan agar seluruh dinding memekku tersentuh jadi aku bisa merasa amat nikmat. Aku juga memejamkan mata, membayangkan sedang menggoyang kontol cowok. Hal ini membuatku merasa semakin tenggelam dalam birahi.

Sampai pada ketika tubuhku meliuk kemudian mengejang, aku mencapai klimaks lagi. Squirt yang sama gilanya seperti yang pertama, cairan bening itu membasahi kursi dan lantai kamarku. Namun sekali lagi, aku belum puas! aku akan kocok terus memek mesumku ini sampai tenagaku benar-benar habis! maka dari itu aku kembali melakukan kegiatan mesum dan tak sehat ini dengan lebih gila lagi. Bahkan sekarang ini aku berada di posisi menungging dengan dildo yang tertancap dalam memekku dan kukocok-kocok lagi seakan-akan aku sedang di-doggy cowok. Ugh, aku membayangkan saat cowok-cowok yang “kujebak” itu sedang mengontoli memekku dengan buas dan penuh nafsu yang tentu saja membuat nafsuku sendiri menjadi tak terkendali. Mungkin aku sudah berada dalam kondisi ecstasy sekarang.

“Ssshhhh ahhhh…. iyahhh terus entotin memekku bangsat! ini yang kalian mau kan dariku…. hahhhh…. Aghhhh fffuucckkkk…..” racauku sendiri melampiaskan semua kekesalan ini pada cowok. Saking nafsunya aku sampai mengemut-emut jariku hingga terlumuri air liur, membayangkan jemariku ini adalah kontol besar yang menyodok mulutku.

Entah sudah berapa kali aku orgasme sampai muncrat-muncrat tapi yang pasti lantai kamarku ini sudah basar oleh cairan squirt ku sendiri. Aku terus bermasturbasi sampai merasa amat lelah, lalu capek sendiri. Aku kemudian beranjak ke ranjang, dengan dildo yang masih menempel di kemaluanku. Kurebahkan diri, lalu menarik selimut tutupi sebagian tubuhku. Kubiarkan dildonya masuk di dalam memekku hingga pada

akhirnya aku tertidur lelap, dalam hati aku merasa sangat puas melakukan hal tidak sehat ini.

Jinan, kamu memang wanita nakal…..