“kamu udah siap? kalo udah siap sini aku pasangin dulu blindfold nya” kata mas Indra lirih yang sedang berada dibelakangku untuk bersiap memasangkan blindfold (red: Penutup Mata)
“masih makin deg-degan mas, tapi insyaallah sudah siap” kataku sambil menahan degup jantung yang semakin tak menentu sambil memejamkan mata mas Indra segera memasangkan Blindfold hitam berlapis latex dengan ikatan elastis seperti bahan kolor sehingga tinggal dipasangkan tanpa susah payah membuat simpul dan barulah dia memasangkan jilbab langsungan yang sudah kami siapkan sebelumnya.
aku yang biasanya mengenakan khimar dan cadar kali ini harus rela hanya mengenakan jilbab langsungan yang bahkan kain bagian depannya tak mampu menutupi payudara 36B kecilku ini, akan tetapi semua ini agar tidak mengganggu kegiatan yang akan segera kami lakukan.
“ini berapa?” tanya mas Indra untuk memastikan apakah aku masih bisa melihat
“auk, gelap bebeb sayang… ini beneran ga papa kan yang? makin deg-degan ini… oh my gosh!” ucapku membalas pertanyaan mas Indra
“udah kamu atur nafas kamu aja, biar rada tenang… kan semua sudah dipersiapkan dari awal, kamu juga udah bantuin seleksi siapa aja yang diundang, udah liat juga kan mereka memenuhi semua request persyaratanmu kemaren? sini majuan dikit…”
Mas Indra menarik kepalaku mendeka dengan meletakkan tangannya dibelakang leherku dan memberikanku ciuman hangat untuk sedikit menenangkanku. setelah itu dia membimbingku untuk duduk ditepian kasur di salah satu ruangan di hotel berbintang di sekitaran kota Solo.
“udah, kamu tenang aja, duduk dulu disini… biar aku panggil temen-temen dulu ya sayang…” kata mas Indra sembari berjalan menuju ke lobby hotel untuk menjemput beberapa “teman” mas Indra sedangkan aku sendiri dibiarkan berada dikamar hotel nomor 720 dengan hanya mengenakan sebuah kimono seksi berbahan satin motif bunga, sebuah blindfold dan jilbab hitam langsungan.
ini adalah waktu yang menurutku paling lama, padahal hanya menunggu 4-5 menit tapi terasa sangat lama sekali. mungkin karena bawaan deg-degan sehingga waktu terasa berjalan sangat lamban… “kamu bisa Ran, kamu bisa” gumamku mencoba meyakinkan diri sendiri dan menenangkan diri… “ingat… seberapa banyak persiapan yang kamu lakukan, kalo sampe kamu ga siap, rugi waktu banyak kamu!” lanjutku sembari duduk tegap dengan tangan mengepal diatas paha.
tiba-tiba seluruh persiapan yang aku lakukan terbayang kembali dengan jelas…
oh iya, perkenalkan namaku Rania Zahranissa, seorang staff keuangan di salah satu Perusahaan Obat di regional solo raya, menikah tapi belum dikaruniai anak, karena dari awal sudah KB terlebih dahulu, karena sepakat dengan suami untuk santai dulu. Suamiku sendiri seorang Staff IT disalah satu bank swasta di Jakarta. dan karena masing-masing dari kami ingin tetap bekerja alhasil kami saling bergantian, kalau tidak suami yang balik ke solo, aku yang menyusul kejakarta kalau ada liburan.
rumah tangga kami terhitung cukup tenang, paling hanya ada cek-cok masalah sepele toh kami juga sudah mengenal lebih dari 7 tahun karena pacaran sudah kenal dari SMA walaupun baru mulai berpacaran dari setahun sebelum menikah. keseharian aku adalah sesosok wanita yang cukup alim karena memang didikan dari keluarga, dan alhamdulillah mulai dari awal tahun kemarin aku memutuskan untuk mengenakan khimar dan cadar.
Iya, tidak dipungkiri suamiku adalah satu dari sekian banyak pria yang memiliki fetish terhadap jilbab dan dari sejak pacaran pun sudah dia ungkapkan terang-terang. hanya saja ketika kami masih pacaran, kami sama sekali tidak pernah melakukan kegiatan seksual lebih dari sekedar petting karena mas Indra menghargai kesakralan hubungan kami, bahkan sama sekali tidak pernah menanyakan sudah pernah sejauh mana aku pernah melakukan kegiatan seksual bersama dengan mantan-mantanku. dan setelah menikah barulah aku perlahan menceritakan sudah pernah sejauh apa yang aku ketahui tentang dunia seksual, menceritakan bahwa aku selalu melakukan hubungan seks dengan setiap pasangan yang pernah dekat denganku, dan aku melakukannya secara rutin, biasanya setiap malam minggu.
bukannya marah atau mempermasalahkan apa yang ku sampaikan, justru itu menjadi titik balik kehidupan ranjang kami, yang awalnya hanya biasa saja, semenjak aku memutuskan untuk menceriterakan hal itu, suamiku terlihat lebih bernafsu setiap bertemu dan lebih sering memanjaku, bahkan hampir setiap gajian pasti dibelikan lah oleh dia cadar maupun pakaian syari baru.
dia pun juga seakan mendapatkan lampu hijau untuk mengutarakan semua imajinasinya yang pernah dia pikirkan sejak pertama kami pacaran. mulai dari pakaian seperti apa yang dia minta untuk ku pakai, sampai dia mau diperlakukan seperti apa, bahkan sampai dengan membeli alat bantu seks untuk dicoba bersama, seiring berjalannya waktu, hari berganti hari, minggu berganti, bulan berlalu, sampailah kami pada obrolan bodoh yang terlontar ketika sedang akan berhubungan seks, mungkin karena kami terkadang melihat video porno terlebih dahulu, dan setiap menonton selalu berganti kategori, dari lesbi, normal, bbc, threesome, sampai akhirnya hari itu kami melihat video gangbang. didalam video tersebut, terdapat seorang wanita berambut pirang dengan dada yang relatif kecil, mirip denganku lah, melawan 6 orang pria dengan rudal yang begitu besar.
“ih, mas aku lihatnya kok ngilu ya…” ucapku ditengah-tengah menyaksikan video dan dalam posisi sudah tanpa baju merangkul mas Indra disofa ruang tamu.
“lah, ngilu tapi liatin terus… kalo ngilu jangan diliatin… haha” candanya
“ih! gak gitu, emang kamu liat kaya gitu bisa biasa aja?” tanyaku penasaran sambil mencubit manja lengan mas Indra
“ya gak lah, buktinya ini nganceng liatnya… berarti kerangsang dong…”
“kamu liat kaya gitu horni? horni aja apa pengen?” tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulutku,
“ya pengen, cuman ya sebatas pengen aja, kalo kaya gituan paling juga kamu ga mau, ga brani…” saut mas Indra dengan nada yang menurutku menantang keberanianku
“loh, nantangin nih? emang kamu rela bagi-bagi aku? emang kamu mau liat aku dientotin orang lain?” tanyaku balik ke mas Indra
“ya penting kontolnya ga lebih gede dari punyaku aja, kalo kegedean tar lower… giliran tak pake kamu ga ngrasa apa apa… haha” jawabnya bercanda, tapi entah kenapa mendengar jawabannya itu aku justru semakin horni, semakin terangsang.
“slurp… slurp…” suara kontol yang langsung ku lahap karena merasa sudah tidak tahan lagi,
“loh loh, ahh… kamu… sshhh… sante aja dong ngemutnya… ahh… bentar… aku ada ide…” sela suamiku dan mendorong kepalaku agar terlepas dari kontolnya, dan segera dia mengambil dildo tempel (red: dildo yang bisa dilekatkan di permukaan datar berbentuk kelamin laki-laki lengkap dengan urat nya dan bijinya) dan mengambil sebuah blindfold yang kami beli beberapa waktu lalu,
“ih… kamu mau ngapain ambil itu yang? kamu mau aku maen sendiri kaya kemaren? aku gamau!” ucapku sebelum mas Indra sempat menjelaskan apapun.
“eh, dengerin dulu… ini kamu tak tutup matanya aja, ntar tinggal kamu bayangin maen lawan dua orang” jelasnya
“trus dildonya?”
“ya tempelin pintu kamar aja, nanti tak pasin tinggi nya sama mekimu”
“trus ntar aku nungging gitu? belakang dildo depan kamu? apa dibalik?” tanyaku penasaran
“ya ganti ganti aja, kalo bosen bj ya sodok meki lah… dah, sini pasang dulu…” kemudian dia memasang dildo pada pintu, dan memasang penutup mata, kamipun melanjutkan kegiatan hari itu, entah berapa kali aku orgasme karena imajinasi yang kemana-mana dan suami yang tak memberikan kesempatan untuk ku beristirahat, dan tak jarang suamiku memilih untuk melakukan penetrasi pada bokong ku, ya, aku sudah tidak perawan depan belakang, jadi dengan pelicin cukup pun sudah tak susah lagi untuk melakukan penetrasi yang kerap disebut anal ini, benar benar tak berdaya aku hari itu. dan seluruh pejuhnya dia paksa untuk ku telan.
setelah itu kami beristirahat di kasur, dan aku tertidur selama hampir setengah jam dipelukan suamiku.
dan ketika aku terbangun,
“ih… mas jahat banget tadi…” kataku dengan suara serak ala bangun tidur kecapekan
“loh? baru satu orang dibantu dildo aja gitu, gimana mau gb? haha” jawabnya canda
“ih? kamu beneran mau GB aku yang? beneran??” tanyaku ragu, karena sudah tidak diposisi sange berat, dan pikiran logis mulai kembali
“ya jadi dong, emang kamu ga penasaran? kamu bakalan ngrasain apa nanti? tadi aja seru kan?” tanya nya mencoba meyakinkanku
“iya sih, enggak tau kenapa aku ngrasa tadi seru banget, tapi emang gapapa kalo aku di GB? ada banyak orang dong nanti?” keraguanku mulai tercampur kembali dengan perasaan penasaran karena mengingat kejadian tadi
“yaudah gini aja, nanti pake syarat dong, kamu minta syarat apa? kalo aku sih yang jelas kontolnya ga boleh lebih gede dari aku, kamu?”
“aku… apa ya? ga boleh pake obat! ga boleh rokokan! ga boleh alcohol! dan… dan… apa lagi yang?” tanyaku
“lha apa? kamu milih mana? mau liat mereka apa enggak? lubang mana yang boleh dipake?”
“oiya, aku ditutup mata aja selama acara… lubang mana aja bebas… mau keluar mana aja juga bebas, ga usah caps, tapi ntar bahaya ga?” tanyaku lagi
“ya minta aja mereka cek penyakit dulu, kalo clear, baru dapet ijin, sama nanti kamu harus jaga stamina, banyakin jogging yak beberapa minggu sebelumnya? udah jarang olahraga kan kamu??”
“oiya, lama ga olahraga ya… ya itu! harus cek dulu! sama ini dong, mereka jangan dibolehin olahraga apapun selama 2 minggu…” pintaku
“lah? malah ga dibolehin? ga salah?”
“masa ga paham sih?? nanti kalo pada jaga stamina, ya yang ada gempor dong ga ada istirahatnya… kalo mereka jarang olahraga kan minimal durasinya rada berkurang sayaaang…” rengek ku
“harus ganteng ga?”
“kan aku ga liat, ga mau liat… bebas deh penting rapi wangi rawat diri, ya kaya kamu gini lah”
“aku bikin info di forum dulu ya? gapapa kan aku kasih foto body mu?”
“iya deh iya, gapapa, yang… sekali lagi yok? masih kuat ga?” pintaku sembari membuka selimut yang menutupi kontol suamiku, yang ternyata sudah bangun lagi dan siap tempur. dan setelah satu ronde, kami bersih diri dan cari makan.
sebulan berlalu, dan setelah melalui proses seleksi terpilihlah 6 orang calon peserta “pesta”. tempat sudah ditentukan, persiapan sudah dilaksanakan, dan akhirnya hari yang dinantikan tiba. Andri, Restu, Bona, Erik, Hendra dan Yulius adalah nama nama yang sudah dibriefing tentang acara dan syarat yang diberikan, mereka menyanggupi semuanya, akan tetapi malam harinya Bona memberitahu ketidak hadirannya karena ada urusan keluarga dadakan yang tidak bisa ditinggalkan
dari pagi, aku sudah meminimalisir mengkonsumsi makanan berserat, sudah bab dan sudah melakukan anal douching dari pagi, dan siang hari diulangi lagi untuk memastikan benar-benar bersih, kemudian suami memasangkan butplug berukuran L untuk memastikan bokongku siap sedia untuk anal nanti.
cemilan sudah disiapkan, pelicin sudah disiapkan juga untuk digunakan kemudian,
“tok tok tok” suara pintu kamar yang diketuk membuyarkan semua bayangan yang terjadi, mas Indra sudah kembali ke kamar, suara pintu yang terbuka diikuti ramai langkah kaki.
“oh jadi ini lontenya? udah siap aja nih” kata salah seorang pria yang aku dengar ada disebelah kiriku, diikuti suara pintu yang tertutup. jujur aku cukup kaget, karena tidak ada pembahasan apapun terkait panggilan semacam itu,
“udah ya istriku sayang, kamu malem ini jadi lonte kami aja…” bisik mas Indra ditelingaku perlahan, bukannya marah justru entah kenapa justru merinding membayangkan diriku disetubuhi sebagai lonte didepan suamiku sendiri.
“kalian cuman mau nonton aja apa mau ngapain? bosen nunggu nih!” ejek ku kepada seluruh rombongan party.
“oh nantangin nih lontenya!” saut Erik
“AAAAAAWWWWW!!” teriakku ketika tiba2 ada seseorang mencubit pentilku. dan permainan segera dimulai…,,,,,,,,,,,,,,,,
(bersambung)