Aku jadi budak seks bapak Mertua yg buas dan Sex theresome Aku Angie Sonya dan adiknya

Author:

Cerita Bokep Terbaru – cerita mesum ini memang lah sebuah pengalaman intim ku berhubungan dengan seorang wanita dan ku tuang kan dalam cerita bokep ini.. hehe.. Aku seorang laki-laki biasa, hobbyku berolah raga, tinggi badanku 178 cm dengan bobot badan 75 kg, Tiga tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugrahi seorang anak pendamping hidup kita berdua.  Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.  Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang.  Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH, melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih membuatku kadang bisa hilang akal sehat. Pernah suatu hari, selesai Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke badannya.

Gak lama dia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai
dekat telpon ternyata Ibu mertuaku sudah mengangkatnya, dari belakang kulihat
bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya begitu bersih tanpa ada bekas
goresan sedikitpun.  Aku tertegun diam
melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir “Kok, udah tua begini masih
mulus aja ya..?”.  Aku terhentak kaget
begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telpon, dan aku langsung berhambur masuk
kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung
duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton.  Gak lama Ibu mertuaku nyusul ikutan nonton
sambil ngobrol denganku.  “Bagaimana
kerjaanmu, baik-baik saja” tanya Ibu mertuaku. “Baik, Bu. Lho Ibu sendiri
gimana” tanyaku kembali. Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut gabung
ngobrol dengan kira berdua.  Malam itu,
jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, kulihat TV masih menyala dan
kulihat Ibu mertuaku tertidur di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai
celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya
dan terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya.  Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas
vagina Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa
ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali
lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan. 
Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini.
Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada.  Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai
mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa
sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu
kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku.
Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera
berangkat. 

Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi
kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat
kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba
kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari
kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.  Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur
sambil teriak “Awas tikusnya keluar..!” tandas Ibu mertuaku.  “Mana ada tikus” gumanku. “Lho.. kok pintunya
dibuka terus” Ibu mertuaku kembali menegaskan. Sambil kututup pintu kamar
kubilang “Mana.. mana tikusnya..!”. “Coba kamu lihat dibawah kasur atau disudut
sana..” kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.  Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil
mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur. Ibu
mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan “Kamu takut juga
ya?”.  Sambil berguman kecil kembali
kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang
memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu
mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas
kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya
menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan
kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.  “Udah dibuang keluar belum?” tanya Ibu
mertuaku.

“Sudah, Bu.” jawabku. “Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua” tegas Ibu mertuaku. “walah, tikus maen pake ajak temen segala!” gumamku. Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.  Ibu mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.  “Gak ada tikus lagi, Bu..!” kataku. Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.  Dalam hati aku berkata “Kenapa nih orang?”. Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.  “Ibu kenapa?” tanyaku. “Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu” jawabnya. “Udah ya.. Bu, belai-belainya..!” kataku. “Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu” jawab Ibu mertuaku. “Bukan nggak suka, Bu. Cumakan..?” tanyaku lagi. “Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?” potong Ibu mertuaku. Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.  Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium.  Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.  Dalam hati aku berpikir “Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki”. 

Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku.  Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata “Bu, sudah ya..”.  Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.  Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.  “Ah, ah.. hhmmh, teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku.  Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun.  Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.  “Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..” jelasku. “Hhmm.. mmh, heh..” suara Ibu mertuaku menjawabku.  Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras.  Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.  “Banyak banget kamu keluarnya, Do..!” tanyaku Ibu mertuaku. 

Baca Juga Cerita Seks Panas : Ketika Hujan Datang

Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang
menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium
dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan
kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang
Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku. 
“Kenapa jadi begini, Bu..?” tanyaku. “Ibu cuma pengen aja kok..” jawab
Ibu mertuaku. Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata “Ibu mau
juga.?”.  Dia menggangguk pelan,
kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku
dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks,
dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang
pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin.  Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku,
pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang
kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.  Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas
semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih
sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih
bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya.  Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap
paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan.
Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar
desahan nafasnya.  Kunikmati dengan pelan
seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian
tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya
serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang
kecil.  Tangannya terus meremas dan menjambak
rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma
vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.

 “Oucchh.. terus
sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suaranya pelan.  Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding
vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan
luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia
kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku. 
Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang.
Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku
ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya
untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan. 
“Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Ibu mertuaku.  Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas
payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat. “Aduh, Ibu nggak tahan
lagi sayang..” kata Ibu mertuaku.  Aku coba
ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan
sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti
sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang
burungku yang masih didalam dengan naik turun. “Ahh.. ah.. ahhss..” desah Ibu
mertuaku. Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam
dekapanku. “Enak ya.. Bu. Mau lagi..?” tanyaku. Dia menoleh tersenyum sambil
telunjuknya mencoel ujung hidungku. “Kenapa? Kamu mau lagi?” canda Ibu
mertuaku.  Tanpa banyak cerita kumulai
lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil
menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia
berdiri di samping ranjangnya. 
Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi
kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar
badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya
memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan.  Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi
kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya
menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku
dan masuk dengan lembut.

Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.  “Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” suara Ibu mertuaku pelan kudengar. “Ibu keluar lagi.. Do..” kata Ibu mertuaku.  Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., “Acchh..” Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya.  Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.  “Ayo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..” kata Ibu mertuaku. “Dikit lagi, Bu..!” sahutku.  Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.  “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku. Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut. “Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu..” kata Ibu mertuaku.  Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi. 

Baca Juga Cerita Hot Terbaru : Guru Mesum

Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah
empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan
koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat
rumah sepi seperti biasanya.  Sebelum
masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya “Siapa
didalam?”.  “Ibu! Kamu sudah pulang Do..”
balas Ibu mertuaku. “O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sambil masuk
kamar. “Baru setengah jam sampai!” jawab Ibu mertuaku.  Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah,
celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk
mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran
dulu sebelum mandi.  Lewat pintu kamar
mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang
dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia
sengaja malah menubrukku.  “Kamu mau
mandi ya?” tanya Ibu mertuaku. “Iya, emang Ibu mau mandi lagi”? candaku.  Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku
sambil berbisik dia katakan “Mau Ibu mandiin nggak!”.  “Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala”
balasku. “Ayo sini.. biar bersih mandinya..” jawab Ibu mertuaku sambil
menarikku ke kamar mandi.  Sampai kamar
mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku.
Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air.  Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita
sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan
melihat suasana yang seperti itu.  “Eh,
belum diapa-apain sudah berdiri?” kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di
burungku.  Aku mengisut malu-malu
diperlakukan seperti itu.

Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita
bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu
bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan
lingkungan kantorku.  Ibu mertuaku terus
menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku
mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni
aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan
hati-hati dan lembut.  Selesai disabun
aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau
pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan
handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku.  Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan
segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia
lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total
berdiri.  Selepasnya handukku dia
langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma
sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke
vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen
banget melakukannya lagi denganku.  Dia
angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan
remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.  Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan
pelan “Oh.. oh,.ahcch..”. Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan
jatuh ke pelukkanku. Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan “Waduh.. enak
banget ya?”. “He-eh, enak” balasnya.

“Emang ngeliat siapa disana sampai begini?” tanyaku. “Ah,
nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja..” balas Ibu mertaku.  Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia
terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan
lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya
sambil memainkan lobang vaginanya.  Ibu
mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke
vaginanya.  “Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu
gila nanti” kata Ibu mertuaku.  Aku
beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam
vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan
irama-irama lembut.  Tak lama masuk sudah
burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang
pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya.  Aku terus bergerak monoton dengan
ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya
mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia
begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya.  Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya
untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok
lobang vaginanya.  “Aku nggak kuat, Do..”
desah ibu mertuaku.

Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu
mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis
gerakanku. “Acchh.. sshh.. ah.. oh” desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang
kencang ke badanku.  Tiba-tiba kurasakan
cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku
benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak
keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku.  Ibu mertuaku masih memelukku erat dan
menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang
burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu
mertuaku.  “Mungkin nggak ketampung
makanya tumpah”, kataku dalam hati. Aku pamit dan langsung ke kamar mandi
membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma
di batangku.  Itulah terakhir kali kami
melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar,
tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu.
Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan
tujuannya.  Tetapi istriku tidak
menerimanya dan berprasangka bahwa istriku tidak mampu menjaga ibunya yang satu
itu.

Sex theresome Aku Angie Sonya dan adiknya

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas
banyaknya e-mail yang masuk, Sebelumnya saya pernah bercerita mengenai
pengalaman saya bersama Anggie ke Rumah Seks ini. Setelah itu, banyak sekali
e-mail yang masuk pada saya. Mulai yang menanyakan identitas saya, sampai yang
lebih lanjut. Dengan terpaksa, untuk menjaga kerahasiaan identitas saya, saya
tidak membalas beberapa e-mail yang saya tahu benar dikirim oleh mahasiswa
kampus saya, ataupun teman-teman SMA saya dulu. Berikut ini, saya akan
menceritakan pengalaman terbaru saya. 
Suatu hari di saat libur kuliah kemarin, saya berjalan-jalan dengan
Anggie di Pondok Indah Mall. Pada saat kami melintasi stand POLO di lantai
dasar untuk pulang, saya sangat terkejut karena saya bertemu dengan seorang
cewek yang sepertinya pernah saya kenal. Lumayan lama saya amati, ternyata
cewek itu adalah Sonya.  Saya pun hanya
bisa berpura-pura lupa saja saat kami berpapasan. Perlu saya ceritakan kilas
balik disini bahwa Sonya adalah cewek yang paling ngetop di SMA saya di Bandung
dulu. Saat masih kelas 2, banyak sekali cowok di sekolah saya yang mengejar
Sonya (termasuk saya juga sihh..) Tapi pas SMA dulu, siapa sih saya ini. Semua
orang tahu kalau saya ini hanya anak kost di Bandung. Nilai rapor yang lumayan
kurang membuat saya jadi cowok yang dipandang. Sedangkan Sonya, dia anak
seorang pengusaha di Bandung. Cewek Bandung asli. Cantik abis, dan rumahnya
besar. Pernah suatu hari kami belajar bersama di rumahnya. Singkat kata masih
ada perasaan segan pada Sonya karena masa lalu. 
Tapi tanpa saya sangka ternyata Sonya yang duluan menegur saya. “Hai..!
Apa kabar loe?” Kami pun berbicara sesaat. Tampak ada keraguan Sonya untuk
banyak bertanya pada saya, karena di samping saya ada Anggie. Sonya sendiri
saat itu datang bersama adiknya. Perempuan juga dan masih sekolah di sebuah SMA
Negeri di Jakarta Selatan. Dari cerita-cerita Sonya, akhirnya saya tahu bahwa
dia sekarang kuliah di PTS yang terkenal di Jakarta. Saya sendiri saat ini juga
masih kuliah di PTN di Bandung, sedangkan Anggie baru masuk kuliah di PTS yang
kebetulan sama dengan Sonya.

Dari percakapan kami, tampak ada rasa kagum Sonya pada saya.
Kuliah di PTN “top”, lebih dewasa, yah.. pokoknya berbeda jauh dengan
pandangannya terhadap saya saat masih SMA dulu. Nampak sekali di wajahnya kalau
ia menyesal mengapa dulu pernah meremehkan saya. Pikiran saya saat itu, kapan
lagi saya bisa ngajak tiga cewek cantik-cantik untuk jalan-jalan. Kalau di
kampusku di Bandung, ceweknya boro-boro ada yang cantik, yang menarik pun tidak
ada. “Oke, dari sini mau kemana Son..?” tanyaku. “Mau pulang.. boleh nebeng
nggak? Soalnya mobil gue lagi di bengkel. Kita tadi ke sini pake taksi.” Dengan
persetujuan Anggie saya pun langsung mengiyakan. Kami pun langsung berjalan ke
arah parkiran Barat PI Mall.  Di mobil,
Anggie duduk di depan, sedangkan Sonya dan adiknya duduk di belakang. Dalam
perjalanan sesekali saya memegang tangan atau bahu Anggie. Anggie pun hanya
tersenyum. “Akh.. genit loe..!” Tiba-tiba dari belakang Sonya nyeletuk, “Mau
juga dong gue..” Wah, saya pikir-pikir inilah kesempatan saya menebus sakit
hati saya di masa lalu. Tiga tahun saat SMA segala daya upaya dilakukan, namun
tanpa hasil, sekarang.. “The Past Dream Comes True!”  “Oke Kalo gitu kita ke rumah gue dulu yaa..”
Saat itu saya tahu bahwa kedua orang tuaku sedang ke luar. Di rumah hanya ada
adik perempuan saya dan pembantu saja. Itu pun sorenya adik saya akan berangkat
les, jadi tinggal pembantu saja yang ada di rumah.  Sampai di rumah saya, saya melihat adik saya
sudah bersiap-siap pergi les dan akan diantar oleh sopir di rumah (maklum masih
kecil, belum bisa nyetir). Saya pun lekas turun untuk sekedar say good bye pada
adik perempuan saya yang sangat manja itu. “Bang, bawa cewek kok sampe 3 ekor
sihh..?” godanya.

Saya hanya bisa tersenyum sambil pura-pura tidak mendengar perkataan adik saya.  Singkat cerita kami pun langsung masuk ke rumah saya. Setelah minum kami berbicara di ruang tamu sambil menonton televisi. Saat itu kami menonton sebuah film di channel HBO. Meskipun sangat jarang ada adegan-adegan berbahaya di HBO (lain dengan TF1 atau Televisi Perancis lainnya), namun saat itu ada adegan ciuman yang lumayan lama. Sonya pun nyeletuk lagi, “Loe jago cipokan nggak..?” Saya pun kaget setengah mati, dan perasaan saya ke Anggie saat itu sangat tidak enak. “Jago dong.. tanya aja ke si Anggie..” “Jago ke si Anggie sih belum tentu jago kalo ama saya,” balasnya. Si Anggie pun agak panas, “Oke kita buktikan, kalau perlu bukan sekedar cipokan tapi lebih..” Saya pun pura-pura cool saja, tapi dalam hati bahagianya setengah mati. “Loe juga ikut aja Vit..!” ajak saya pada adiknya Sonya, Vita.  Kami pun lalu naik ke atas kamar tidur saya. Sampai di kamar saya, Sonya mengeluh, “Ini mah hanya cukup buat elo ama Anggie, khan ada empat orang nih, artinya harus double bed,” katanya mengomentari kamar tidur saya yang hanya single bed.

Baca Juga Cerita Hot : Cinta Terlarang

Kami berpindah ke kamar tidur orang tuaku. Sebenarnya bisa
sih kami bermain di kamar adik saya, tapi takut aja saya kalau tiba-tiba adik
saya cepet balik ke rumah.  Sampai di
situ mereka pun langsung mempreteli baju dan celana saya. Tampak Anggie dan
Sonya paling agresif, sedangkan Vita masih malu-malu dengan hanya tersenyum
melihat saya seperti laki-laki yang tak berdaya. Saya pun dalam sekejap
telanjang bulat di hadapan mereka bertiga yang masih berpakaian lengkap. Anggie
masih memakai tangtop, Sonya dengan baju ketat, dan Vita masih dengan T-Shirt.
“Uhh, yang anunya gede..” goda Sonya melihat barang saya. Saya pun langsung
membuat mereka bertiga berbaring di tempat tidur. Satu persatu saya buka baju
dan bra-nya. Namun ada rasa sungkan juga saat membuka baju Vita yang masih
beginner. “Udah Vit, enjoy aja kayak Mbak,” hibur Sonya pada adiknya. Dalam
sekejap, mereka bertiga juga berada dalam keadaan bugil.  Sonya lalu bangkit memeluk saya sambil
membalikkan posisi kami sehingga saya berada di bawah. Ia lalu merapatkan
bibirnya ke barang saya. Dalam sekejap Anggie meraih bibir saya dan melumatnya
hingga saya sukar mengatur nafas. Perlu diketahui kami sering sekali beradu
ciuman dengan Anggie sehingga ia tahu betul kelemahan saya dalam berciuman.
Melihat Vita masih ‘nganggur’, saya lalu menegakkan badan saya, Vita pun lalu
memeluk saya dari belakang sambil sesekali mencium daerah leher bagian belakang
saya.

Saya harap pembaca mendapat gambaran bagaimana posisi kami
saat itu. Anggie memeluk dan mencium saya dari depan, Vita dari belakang, dan
Sonya di bawah.  Saya pun hanya bisa
membalas ciuman Anggie sambil sesekali mencium balik Vita, dan tangan saya
hanya membelai kepala Sonya yang menghisap barang saya. Sesekali posisi kami di
tempat tidur bergeser akibat kegelian saya saat main dengan 3 cewek sekaligus.
Pikir-pikir inilah pengalaman pertama saya sekali main dengan banyak wanita
pada saat yang bersamaan.  Sekitar 5
menit permainan berlangsung saya merasakan adanya cairan yang terpercik ke
daerah pusar saya. Ternyata Anggie sudah orgasme pertama. Saya pun langsung
membalikkan posisi kami sehingga sekarang saya yang berada di atas Anggie,
sehingga untuk sementara Sonya harus menghentikan hisapannya pada barang saya.
Langsung saja saya arahkan barang saya ke lubang kemaluan Anggie. Tampak Anggie
kesakitan, tanpa peduli banyak saya langsung menghujamkan kejantanan saya
dengan kecepatan tinggi sehingga Anggie sesekali berteriak. Saat itu Sonya
hanya bisa mencium pantat saya dari arah samping, sementara Vita hanya
melihat-lihat. “Eh, gue udah mau keluar nih Nggie..” kata saya pada Anggie.
Angie pun lalu memindahkan tangannya yang semula memeluk punggung saya ke arah
bahu saya. “Keluarin di dalam atau di luar nih say..?” tanya saya. “Di dalem
aja gihh..” jawabnya sambil menutup mata. Akhirnya, “croott.. crott.. crott..”
saya mengeluarkan sperma saya lumayan banyak mengakhiri permainan saya berdua
dengan Anggie.  Setelah beristirahat sekitar
5 menit, saya lalu menyuruh Sonya tengkurap menghadap ke tempat tidur. Sambil
meremas payudaranya yang berukuran 36B, saya lalu memeluk badannya dari arah
belakangnya. Tanpa membuang waktu lalu saya mengarahkan kemaluan saya ke arah
kemaluannya.

Terus terang pertama-tama agak sulit karena pantat Sonya
lumayan padat. Tapi akhirnya kejantanan yang panjangnya 18 cm dapat masuk ke
lubang kemaluannya. Saya pun mengocok kemaluan saya yang sudah seluruhnya masuk
ke dalam liang senggama Sonya. Tampak sesekali Sonya kesakitan, ia pun lalu
melingkarkan kedua tangannya ke leher belakang saya, sehingga kami merasa
sangat nyaman dengan posisi kami saat itu. “Kalo bisa keluarnya bersamaan
Son..!” kataku pada Sonya, kamipun mengatur irama sehingga saat Sonya bilang
sebentar lagi ia akan keluar, saya lalu meningkatkan akselerasi saya sehingga
kami berdua bisa keluar pada saat yang bersamaan. Kami pun akhirnya keluar pada
saat yang bersamaan. Di hati kecil saya, saya berkata, “Akhirnya nih Miss
Universe-nya SMA Negeri*** (edited) Bandung, udah gue pake.” Kami pun saling
tersenyum saat kembali ke posisi sebelumnya. “Payah nih kirain elo alim, taunya
malah gituin gue..” kata Sonya ke gue saat itu. Saya hanya tertawa ringan.  Terakhir Vita yang masih tidak percaya dengan
pengalaman pertamanya ini. Terus terang saya tidak tega gituin Vita yang masih
imut dan -ramalan saya- pada saatnya nanti Vita akan lebih cantik dari Sonya,
kakaknya. “Son, adik elo boleh gue gituin nggak?” tanya saya ke Sonya sekalipun
terus terang saya juga agak kecapaian. “Jangan dong.. mau loe adik loe
digituin? tapi terserah dia ajalah..” jawab Sonya, dan tanpa diduga, Vita lalu
mengarahkan mulutnya ke barangku. Pikir-pikir emang mending begitu aja deh,
tidak tega saya sama nih anak SMA. “Vit, isep sampe keluar dahh!” kata saya.
Vita pun langsung menghisap kejantanan saya sambil sesekali menjilat-jilat biji
pelirku. Tampak benar kalau dia masih pemula dengan sesekali giginya tanpa
sengaja menggigit barangku.

“Jangan digigit Vit, ntar lepas anu gue. Sampe lepas, ntar
Anggie ama Mpok (Kakak perempuan) loe ngambek berat..” kata saya. Sonya dan
Anggie hanya tertawa sambil membaca majalah Femina milik ibu saya. Akhirnya
sperma saya keluar dan masuk ke dalam mulut Vita seluruhnya. Vita lalu
menjilat-jilat barang saya sampai kering. “Mmmhh.. anak SMA*** (edited) jaman
sekarang, masih kelas 2 udah isep anunya cowok..” goda saya pada Vita.
“Biarin..” jawab Vita agak kesal. 
Setelah itu saya merasa sangat kecapaian. Akhirnya kami tidur berempat
di tempat tidur orang tuaku. Saya di bawah, Anggie di atas, sedangkan Sonya
memeluk saya dari arah kanan, dan Vita dari arah kiri. (Mmhh.. seandainya
posisi tidurku bisa begini tiap hari..) 
Sekitar jam 9 malam kami terbangun, dan langsung mandi. Saya sempat
panik kalau-kalau adik saya curiga akan apa yang sudah kami lakukan. Tentunya
adik saya sudah balik dari tempat lesnya. Setelah mandi dan berpakaian rapi
lagi, kami keluar dan untungnya adik saya sedang berada di kamar tidurnya di
atas dan sudah tidur terlelap.

Mereka pun saya antar pulang ke rumahnya masing-masing dengan aturan mendekati rumah mereka, mereka harus mengocok barangku sampai keluar dan menjilatinya. Pada saat mengantarkan Anggie yang rumahnya di daerah Kemang nampak oke-oke aja, namun pada saat mengantarkan Sonya dan Vita, terus terang saya agak ‘menderita’, soalnya saya harus dikocok dua kali sesuai perjanjian kami. Pertama-tama Vita yang mengocok. Setelah keluar, tanpa menunggu waktu Sonya langsung melanjutkan mengocok kemaluan saya sampai keluar lalu menjilatinya. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan bagi saya.  Demikianlah cerita sex panas indonesia Aku jadi budak seks bapak Mertua yg buas dan Sex theresome Aku Angie Sonya dan adiknya oleh cerita sex hot.