Cerita Dewasa Indonesia – cerita bokep ini adalah cerita mesum hot. Aku, Haryanto (nama samaran), dipanggil singkat Yanto. Setelah kerja 2 tahun lebih, aku dipindahtugaskan ke kota B ini, tidak seramai kota besar asalku, tapi cukup nyaman. Aku dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bertugas mendampingi suaminya di luar negeri. Sekaligus menjaga dan merawat rumahnya, ditemani seorang mbok setengah tua yg menginap, dan tukang kebun harian yang pulang tengah hari. Dua bulan sudah aku tinggal di rumah ini, biasa-biasa saja. Oya, rumah ini berlantai dua dengan kamar tidur semuanya ada lima, tiga di lantai bawah dan dua di lantai atas. Lantai atas untuk keluarga kakakku, jadi aku menempati lantai bawah. Kita mulai yah cerita sex ini.. Di samping kamar tidurku ada ruang kerja. Aku biasa kerja disitu dengan seperangkat komputer, internet dan lain-lain. Suatu ketika, aku kedatangan seorang dokter giri, drg Retno, ditemani asistennya, Tina. Mereka mau mengkontrak satu kamar dan garasi untuk prakteknya. Untuk itu perlu direnovasi dulu. Aku menghubungi kakakku melalui sarana komunikasi yang ada, minta persetujuan. Dia membolehkan setelah tanya-tanya ini itu. Maka mulailah pekerjaan renovasi dan akan selesai 20 hari lagi. Sementara itu, drg Retno menugaskan Tina untuk tinggal di kamar tidur yg dikontrak juga, disamping garasi yg hampir siap disulap jadi ruang praktek. Mulailah kisah dua anak manusia berlainan jenis dan tinggal serumah…. Sudah dua minggu Tina tinggal di rumah ini. Dia biasanya membawa makan sendiri, seringkali aku ikut makan bersama dia kalau kebetulan masakan mbok dirasa kurang. Tina berlaku biasa saja mulanya, dan aku tidak berani lancang mendekatinya. Tina berperawakan hampir sama tinggi denganku, tidak gemuk tetapi tidak kurus. Selalu berpakaian tertutup sehingga aku tidak berhasil melihat bagian yang ingin kupandang. Wajahnya cukup manis. Suatu hari, mbok minta ijin pulang kampung setelah bekerja 9 bulan lebih tanpa menengok anak cucunya. Aku mengijinkan mbok pulang.
Mbok akan minta tolong pembantu tetangga menyediakan makanan
untuk aku selama mbok pulang. Nah, pagi
hari itu aku mengantar mbok ke setasiun
bus dengan mobil kantorku, baru pulang untuk mengambil berkas dan berangkat
lagi ke kantor. Tina pergi ke klinik dokter gigi Retno dengan motor, biasanya
jam setengah delapan pagi sudah kabur dan pulang jam lima atau enam petang,
bergantung kepada banyaknya pasien. Untuk praktisnya, masing-masing membawa
kunci rumah sendiri. Sore hari setelah
mbok pergi itu suasana rumahku sepi. Aku pulang jam empat sore dan sempat
melihat-lihat kebun dan mengambil daun-daun kering lalu membuangnya di tempat
sampah. Tina baru sampai di rumah sekitar jam setengah enam, tanpa aku tahu.
Dia ternyata ada di jendela memandangku bekerja di kebun. Ketika matahari sudah
doyong ke Barat, aku baru melihat ke jendela dan nampak Tina tersenyum di
baliknya. Segera aku masuk rumah. “Sudah lama kamu datang, Tina?” Dia mengangguk. “Aku melihat kamu bekerja di
kebun, suatu pemandangan indah, laki-laki rajin bekerja keras… Kagum aku
dibuatnya.” Aku tertawa sendiri, lalu
masuk kamar untuk mandi. Kamar mandiku ada dalam kamar tidur, jadi aku bebas
berjalan telanjang masuk keluar atau dengan melilitkan handuk saja, seperti
sore itu. Keluar kamar mandi, aku terkejut, karena Tina ada dalam kamar
tidurku. “Aku masuk tanpa permisi, maaf ya, kamu marah?” Aku jawab, “ Ah tidak,
masak marah sih, disambut perempuan seksi dan manis…? Aku mau tukar baju, kamu
mau tetap di sini atau…?” Tina tersipu.
“Oh, mau buka handuk, gitu? Aku tunggu di sofa, mau ada perlu sama kamu.” Tina keluar kamar. Aku mengenakan kaos oblong dan celana
boxerku, lalu menghampiri Tina di sofa, duduk di sebelahnya. Dia menjauh. “Kamu
sudah mandi, aku belum… nanti kamu nggak betah di dekatku..” Aku cuma senyum saja. “Ada pelu bicara apa,
Tina…?” Dia bimbang sebentar, lalu, “Aku mau numpang mandi di kamar mandimu. Ada
shower air hangat kan? Water heater di kamar mandiku rusak, mbok belum sempat
panggil tukang…”
Sambil senyum, aku jawab, “Tentu, silahkan saja, tapi pintu
kamar mandi jangan dikunci, sulit membukanya. Tenang, aku tidak akan mengintip
kamu mandi, jangan takut…” Tina tertawa,
“Tidak ngintip tapi langsung melihat…? Mana ada laki-laki membuang kesempatan.”
Aku malu mendengarnya. “Ah, kamu bisa saja…” itu jawabku sambil memegang
bahunya. “Tuh, mulai ya,..?” katanya
sambil setengah berlari masuk kamarnya mengambil handuk dan lain-lain. Dua puluh menit berlalu, Tina sudah
kembali duduk disampingku. Bau wangi menyergap hidungku. “Eh, Yanto, mau nggak
antar aku beli kacang rebus atau goreng di simpang jalan?” Segera aku mengiyakan. Lima menit kemudian Tina dan aku sudah
bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, sekitar 500 meter jauhnya.
Sepulangnya, tangan Tina menggandeng lenganku dan aku sempat merasakan buah
dada kanannya menyentuh lengan kiriku. Serrr, darahku berdesir, jantungku
berdegub kencang. Ibu—ibu di warung dekat situ nyeletuk, “Wah bu dokter sudah
punya calon suami… selamat ya?” Tina tertawa kecil. Ibu-ibu itu sudah akrab
dengan Tina, mempersilahkan mampir untuk suatu pertanyaan tentang kesehatan
giginya. Sempat terdengar Tina melayani salahsatu dari mereka sambil menyoroti
mulut si pasien kampung itu dengan batere kecil, lalu menyuruhnya datang ke
klinik besok pagi. Semua pertanyaan dijawab dengan ramah. Aku jadi kagum dengan
keramahan Tina. Pantes kliniknya ramai setiap hari. Pulang rumah, aku dan Tina duduk di seputar
meja makan sambil menikmati kacang rebus dan goreng. Sementara itu aku tetap
mencuri-curi pandang wajahnya, atau turun ke dadanya. Tetap tidak kelihatan
apapun.
Tina seorang perempuan yang tetap menjaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apakah aku bisa menikmatinya, waduh, mengajaknya tidur bersama, pikiranku melayang ke arah hal-hal yang erotis. Tina menyudahi makan kacang karena kenyang, katanya, lalu bangkit pergi ke tempat sikat gigi (wastafel). Aku merapikan meja makan, lalu menyusul Tina untuk sikat gigi di sampingnya. Tanganku mulai nakal. Aku nekad menyentuh bokongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Tina seakan kaget, lalu menepis tanganku sambil sedikit menatapku sementara mulutnya masih penuh busa. Tina berkata, “Jangan mulai nakal… “ Lalu dia membalas mencubit bokongku dan meninju punggungku. “Nih, rasakan, ya…” Dia mencubit berkali-kali dan meninju juga. Lama-lama aku merasa sakit juga, lalu kutangkap tangannya dan kutarik tubuhnya mendekat, tetapi dia berontak dan lari ke sofa. Selesai sikat gigi, aku duduk disebelahnya. “Kamu masih marah, Tina?” Dia menutup matanya, lalu… menubruk dadaku seraya menangis. Aku heran sekali. “Kamu ini…. Kamu ini… bikin aku gemes! Aku jadi nggak tahan lagi. Dadamu basah ya, dengan air mataku. Buka saja kaosmu…” Aku menurut, dia kembali membenamkan wajahnya di dadaku, lidahnya menjilati putingku. Bibirnya menciumi dadaku ke kiri dan ke kanan samapi ke lipatan ketiakku. Ketika lidahnya mau menjilat ketiakku, segera kurapatkan sehingga dia gagal. Wajahnya nampak kecewa. Berbisik, “Kenapa? Nggak mau ya?” Aku jawab, “Nanti kamu nggak tahan baunya, bau keringat laki-laki. Tina, aku ada permintaan…” Tina menjawab lirih, “Minta apa? “ Kujawab, “Mau nggak kamu tidur di kamarku bersama aku?” Tina diam saja, tidak mau menjawab. Wajahnya sudah ditarik menjauh. Aku takut dia marah. Lalu berbisik, “Kalau aku bilang… tidak mau, kamu marah?” Aku jawab, “Aku tetap membujuk sampai kamu mau. Sinar mata dan wajahmu mengatakan kamu mau…” Tiba-tiba Tina bangkit dan berjalan ke kamarnya. Di pintu masuk kamar, dia memalingkan wajahnya lalu menggapai aku supaya mendekat.
Baca Juga Cerita Mesum Hot : NGENTOT PERKOSA ADEK MANTAN PACARKU dan TANTE NITA
Aku segera bangkit, menuju kamarnya. “Kamu saja yang tidur
di sini, mau?” Aku menggelengkan kepala. “Kamar mandi untuk kamu kan ada di
kamar tidurku,gampang untuk segala keperluan…” Tina tersenyum mengangguk.
“Kalau begitu, kamu tunggu di kamar, ya, nanti aku menyusul kamu.” Jantungku
hampir berhenti berdetak mendengarnya. (Tina mau lho, tidur denganku…!) Segera aku berjalan ke kamarku, lalu
merapikan ranjang, meletakkan dua handuk melintang di atasnya. Tak lupa
mengoleskan krim tahan lama pada kepala kemaluanku, lalu memakai sarung setelah
melepaskan semua pakaian. Belum satu
menit, Tina sudah berdiri di depan pintu kamar. Melihat aku memakai sarung, dia
berkata, “Kamu ada sarung lagi? Aku ingin memakai. Rasanya praktis ya?” Aku
mengangguk lalu membuka lemari pakaian, mengambil sarung lagi, kuserahkan
kepada Tina. Dia membawa sarung itu
masuk kamar mandi, melirik manis sambil berkata, “Jangan ikut masuk, ya?” Aku
tertawa saja, lalu berbaring bertelanjang dada sampai pinggang. Sarung itu
menutup bagian bawah setelah pinggang. Tina keluar kamar mandi dengan sarung
menutup bagian dada sampai pinggul. Dia meletakkan pakaiannya, termasuk BH dan
celana dalam kuning, di meja. Dia melirik lalu tersenyum, “Lihat BH dan celana
dalamku? Nih, biar puas melihatnya.” Dia mendekati aku lalu memamerkan BH dan
celana dalamnya ke dekat wajahku. Aku mendekatkan hidungku pada celana
dalamnya, tetapi dengan cepat dia menariknya sambil tertawa. Dua detik kemudian, dia merebahkan diri di
sebelahku. Aku melihat wajahnya, berpandang-pandangan selama beberapa puluh
detik. Kudekatkan bibirku pada pipi, dahi, lalu… ke bibirnya.
Dia melumati bibirku, perlahan mulanya. Lalu perlahan
membuka mulutnya, sehingga kini mulutku bisa mengisap mulutnya sambil bergoyang
ke kiri ke kanan, lalu lidahku bertemu lidahnya. Tina menghembuskan napasnya
seperti tersengal, lalu kembali mengisap mulutku bergantian. Lengannya
merangkulku, dan kini, yah, benarlah, dadaku bersentuhan dengan buah dada Tina
yang kencang mencuat dan berputing keras.
Dalam berahi yang makin membara, aku dan Tina sudah tidak memikirkan
apa-apa lagi. Tiga gerakan cukuplah melepas sarung-sarung itu, sehingga tubuh
Tina yang telanjang bulat sudah nempel erat dengan tubuhku. Dia mendorongku
sehingga telungkup di atas tubuhku yang telentang, sambil terus mengisap dan
mengisap dan mengisap mulut seraya bergoyang-goyang ke kiri kanan dan buah
dadanya menekan menggeser-geser di dadaku. Aku sudah terbawa ke awan yang
tinggi. Lenganku merangkul tubuhnya erat-erat, jembut Tina bergesekan dengan jembutku,
aduh bukan main nafsuku berbaur dengan nafsu Tina. Kemaluanku yang sudah keras
itu bergesekan dengan bibir kemaluan Tina, pahanya bergerak-gerak sebentar
menjepit pahaku sebentar menindih dan entah gerakan apa lagi. Sebelas menit kemudian Tina melepaskan diri,
mengangkat tubuhnya sambil memandangku. “Bagaimana rasanya, enak dan
nikmat..?” Aku jawab, “Bukan main… Tina,
oh ina, buah dadamu.. padat mencuat, aku nikmati sekali. Kamu merasa nggak…
jembut kita beradu? Jembutmu yg lebat, menambah nikmatnya….” Belum sempat
kalimatku selesai, Tina sudah menindihku lagi, kali ini dia membuka lengannya
sehingga lidahku bisa menjilat ketiaknya yang halus tidak berambut. Kuciumi
ketiak Tina beberapa saat, dan tubuhnya menggelinjang. “Ohh, Yan… Yanto… geli sekali rasanya…” Aku pindah
ke ketiak yang satu lagi, dan Tina kembali menggelinjang. “Kamu doyan ya,
menilat ketiak cewek?” Kujawab,
“Ketiakmu harum dan indah bukan main. … Siapa bisa tahan membiarkan tidak
dicium?” Kujilati terus kedua ketiaknya, dan Tina mengaduh-aduh penuh nikmat.
Didadaku masih terasa buah dadanya menggeser-geser. Pinggulnya bergoyang terus,
sampai suatu ketika, dia setengah berteriak, “Yanto… aku nggak tahan….
Ayo kamu di atasku…”
Aku memutar tubuhku sehingga kini berada di atas tubuh Tina. Kedua
lengannya merangkul punggungku, “Duh,.. tubuhmu sungguh kekar… aku sangat
menikmati…. Ohh….” Sekarang aku menindih buah dadanya, sambil mulutku
mengisap-isap dan isap mulutnya. Lidah Tina masuk ke dalam mulutku dan kuisap,
alu giliran lidahku menelusuri mulutnya. Tina mengggelinjang, lalu membuka
kedua pahanya. “Masukkan kemaluanmu…. pelan-pelan ya, besar sekali kemaluanmu…
ooohhh… sudah… sudah masuk semuanya… oohh nikmatnya… nikmatttt sekali…..”
Pinggulnya bergoyang naik turun makin cepat seiring dengan gerakan naik turun
pinggulku. Terasa kemaluanku dijepit dan disedot kemaluannya. Aku mengeluh,
“Tina, kemaluanmu sempit… duhh nikmatnya dijepit dan… disedot kemaluanmu…
ooohhh Tina…” Dia menjawab, “Yan… jangan keluar dulu ya…. Aku masih ingin lama
nih, menikmati … persetubuhan ini..” Lalu menggelinjang hebat ke kiri ke kanan,
mulutnya tertutup rapat dalam mulutku dan mengeluarkan suara lenguhan seorang
perempuan yang sedang penuh nikmat.
Gerakan tubuhku dan Tina menimbulkan bunyi kecupak-kecupak saat
kemaluanku menembus jembut dan kemaluannya yang sudah basah. Aku bertanya,
“Tina, boleh kujilat jembutmu,…kemaluanmu….?” Segera dia menggelengkan kepala,
meski mulutnya masih dalam mulutku. “Jangan sekarang,… jangan dilepasss… nanti
saja… oohh,… nikmatnya…” Aku menggeserkan tubuh Tina kesamping,
supayua dia tidak kepayahan menanggung beban tubuhku.
Dia berbaring disampingku sambil lidahnya terjulur minta diisap. “Tina,…. Aku minta ludahmu…” Dia menjulurkan lidahnya, kali ini penuh ludahnya. Segera kuisap dan kusedot mulutnya dan kuisap ludahnya semua. Tina menggelinjang. “Kamu di bawah, mau…” Aku menggeser kembali, telentang di bawahnya. Tubuh Tina seluruhnya menindih tubuhku, buah dadanya kembali bergeser-geser. Kemaluanku berhasil masuk dari bawah, dibantu tangan Tina. Tina mengdesah, “Ooohh… aduhhh… nikmatnya, aduuhh… kemaluanmu memenuhi…. Kemaluanku penuh kemaluanmu, ohhh… terus, Yanto, terus genjot dari bawah…. Oohh…. Ohhh, nikmat sekali, …. “Gerakan tubuh Tina dan aku makin cepat sampai, “ Aku tidak…. Tidak tahan lagi…. Mau keluar…. Oohhh… keluar… Yanto…! Aku sudah keluar…. teruskan, teruskan…. Masih nikmat…. Mau lagi.. Yanto…. Kemaluanmu… nikmat sekali….. adu jembut, nambah nikmat…. Aku mau keluar lagiiiii…! Yanto, aku … nggak tahan, …keluar lagi, sudah dua kali… sekarang kamu dong, semprotkan manimu… ooohhh… ohh… terus Yanto, kamu harus puasss…” Aku bergerak terus, tetapi pengaruh krim tahan lama membuatku tidak gampang keluar. Aku berbisik, sambil lidahku menjilati lehernya, “Tina, masih nikmat… atau mau ke kamar mandi dulu, lalu berbaring sambil istirahat 30 menit dan ….. mulai babak kedua…?” Tina berbisik mesra. “Aku mau, Yanto, berkali-kali semalam suntuk bersetubuh dengan kamu…. Sekarang ke kamar mandi dulu… “ Dia beringsut mau turun ranjang, tangannya menggapai tissue lalu mengelap kemaluannya. Llau berjalan beringsut sambil terus memegang tissue di kemaluannya. Aku menyusul dia. Kemaluanku basah dengan air mani Tina, tetapi tidak sampai mengucur. Di kamar mandi, Tina berbisik, “Yanto, kamu… hebat… sebagai laki-laki, bisa memuaskan aku berkali-kali.”
Baca Juga Cerita Mesum Hot : TANTE RAHAYU NAFSU SEX dan SEKS BINAL PACAR GUE
Aku menjawab, “Baru dua kali, Tina… “ Dia tersenyum, berbisik, “Semalam suntuk bisa berapa kali, ya? Aku kepningin terus, berahiku tidak…. tidak terbendung, sudah ditahan berhari-hari. Untung mbok pergi ya, jadi kita bebas ….” Aku menunduk, lalu kuserbu kemaluannya, kuciumi jembutnya, kujilati kemaluannya sampai dia kembali mengeluh nikmat. “Duhh, Yanto, … kamu merangsang lagi… ooh… ohh, aku terangsang… ayo balik ranjang… tapi, aku mau mengisap kemaluanmu dulu… waduh, sudah tegang lagi…” Mulutnya mengulum, mengisap kemaluanku beberapa menit. “Tinaaa…. Sudah, sudah, nanti aku crot dalam mulutmu, saying sekali. Lebih nikmat crot di dalam kemaluanmu…” Tina tertawa, “Nggak kuat ya? Pakai krim lagi? Biar kuat berjam-jam?” Aku mengangguk lalu memeluk tubuh Tina, buah dadanya kembali nempel dipinggangku. “Tina,… merasakan buah dadamu, sungguh nikmat…” Sampai di ranjang, kembali dia menindihku. “Kamu di bawahku dulu ya… Eh, belum pakai krim?” Aku beringsut ke meja lalu mengoleskan krim di kepala kemaluanku. “Nih, sudah pakai krim. Tidak takut crot dulu, sejam lagi rasanya.” Kembali tubuhku ditindih Tina, mulutnya kembali menyeruput mulutku, buah dadanya bergerak ke kiri kanan di dadaku, aduh nikmat sekali. “Kamu nafsu lagi, Tina?” Dia mengangguk, “Ya, kali ini sampai sejam baru aku keluar…. Ketiga keempat, kelima….” Aku menikmati posisi begini (sebutannya Woman on top missionary sex)
selama sekitar 25 menit, terus menerus menyeruput mulut
Tina, menelan ludahnya, merangkul erat tubuhnya, mencengkeram bokongnya yang
aduhai, dan seterusnya. Tina juga menikmati perannya, memandang wajahku dengan
sayu, menjulurkan lidahnya, masuk ke mulutku seraya menelusuri seluruh rongga
mulutku, mengisap, mengisap, menyedot, menyedot, terus menerus. Pinggulnya
bergerak ke kiri ke kanan, maka terasalah jembutnya bergesekan dengan jembutku,
pahanya kadang-kadang menuruni pahaku supaya kemaluanku bisa menggeser-geser
kemaluannya yang sudah basah itu.
Setelah sekitar 25 menit itu, Tina melenguh dan mendorongku supaya
bergeser ke samping, lalu berbisik, “Kamu naik ke atas ya… aku sudah nggak
tahan, ingin dimasuki kemaluanmu…. Yang lama dan dalam,… jangan cepat-cepat, ….
putar pinggulmu, nah gitu….ooh… nikmatnya, Yanto, terus… nikmatttt sekali…. Mauku sih yang lama,…. terus, …
sekarang kemaluanmu… benamkan ke dalam kemaluanku, terus….. yang dalam… ohh,
ohh, mmm… mmm…” Mulutnya kusedot sedot
terus, dan dia membalas sedotanku, jadi cuma bisa mengeluarkan suara … mmm….
mmmm…. ahh… ahhh.. Sementara dadaku
menindih buah dadanya, sungguh nikmat sekali. Buah dada yang mencuat dan
kencang. Tiap lelaki pasti akan menikmatinya dalam posisiku ini. Aku sendiri
mendesah kencang sambil menggerakkan pinggulku, naik turun dan putar-putar. “Tin…
ooohh… jembut…. jembut kita…. beradu… nikmat sekali ya…?” Tina mendesah dalam mulutku, mmm… lalu
menjawab, “Betul… jembut ketemu jembut…. dadamu menindih buah dadaku… nikmat sekali, Yantoooo… aku nggak tahan
lagi… aku mau keluar lagi … Yantooo…. aku … keluar… crot crot…. Oohhh…
nikmatnya….” Lengannya melingkari tubuhku dengan kencang. “Yanto,… tubuhmu…
enak sekali kurangkul… kekar, …
begitu jantan… nikmat sekali.. jangan lepas dulu ya….
teruskan, Yantoooo… aku masih bisa lagi, … “ Aku gerakkan pinggulku naik turun
terus, kurasakan batang kemaluanku disedot dan dijepit kemaluan Tina…
Kemaluannya berkedut-kedut… Untung aku pakai krim tahan lama. Siapa sih bisa
tahan kemaluannya dijepit dan disedot begitu. Sekitar 12 menit, Tina kembali
mengeluh panjang dalam mulutku, lalu pinggulnya mengejang keras dan… terasa
lagi cairan hangat membasahi kemaluanku di dalam kemaluan Tina. Dia
terengah-engah, sambil mengisap mulutku dia berbisik, “Yanto… aku sudah keluar…
empat kali ya?” Aku menjawab, “Ya, baru empat kali. Masih mau empat kali lagi
sampai pagi?” Tina berbisik, “Istirahat
dulu yuk, setelah bersih-bersih di kamar mandi. Kamu hebat sekali, ya, belum
keluar juga air manimu. Nanti aku mau mengisapnya ya, sisa-sisa air manimu,
dalam mulutku, kalau sudah keluar dalam kemaluanku….” Dia menuntunku jalan ke
kamar mandi sambil menempelkan buah dadanya di sampingku… Perasaanku sudah
tidak karuan, lelaki menghadapi perempuan yang nafsunya besar dan tidak dapat
dibendung lagi. Di kamar mandi, Tina
mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil menjilati pipi dan leherku. “Yanto….
kamu jantan tulen… aku ingin terus dipeluk dan diapakan saja sampai pagi… “
Lalu menyabuni kemaluannya dan mengusap kemaluanku, dan menyirami lalu mengelap dengan handuk. Tina berbisik, “Mau kuisap… kemaluanmu?” Aku
menolak, takut ngecrot di kamar mandi,
lalu kepeluk dia menuju ranjang lagi.
Kembali dia telungkup di atas tuuhku, lalu berbisik, “Mau main 69?” Aku mau, lalu dia menggeserkan tubuhnya,
berbalik arah.
Buah dadanya menggeser di dada dan perutku. Mulutku sekarang persis berhadapan dengan jembut dan kemaluannya, yang segera kujilat. Begitu juga dia, mulutnya menelusuri biji kemaluanku, lalu batangnya, dan menjilati kepalanya sebelum mengulum dengan penuh gairah. Dia mendesah ketika merasakan jembutnya kuciumi dan bibir kemaluan yang berwarna merah itu kujilati dengan sama gairahnya. Posisi ini berlangsung selama sekitar 10 menit, ketika aku merasakan puncak kenikmatanku nyaris sampai, lalu kuminta dia balik arah lagi. Kembali mulutku mengisap mulutnya, berbau jembut dan terasa agak asin. Dengan gairah penuh dia mengisap mulutku, menjulurkan lidahnya masuk keluar untuk beradu dengan lidahku. Buah dadanya bergerak kiri kanan di dadaku, nikmat sekali rasanya. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan main dengan boneka seks lagi. Kalah nikmat dibandingkan tubuh Tina. Lenganku melingkari punggung Tina, bokongnya kucengkeram dan kuelus. Tina mengerang, “Aku nafsu lagi, Yanto…. kamu begitu pinter… membangkitkan berahiku…” Dia mendorongku ke samping lalu menarik tubuhku sampai menindih tubuhnya. Kembali kutindih buah dadanya, begitu nikmat. Mulutku mengisap mulutnya, dan kemaluanku masuk ke dalam kemaluannya, jembutku bergesekan dengan jembutnya. Pinggulku naik turun, perlahan lalu tambah kencang. Selang lima menit, Tina sudah kelojotan, mengerang dalam mulutku, lengannya mencengkeram punggungku, pinggulnya bergerak cepat naik turun dan kesamping, dan… Tina menjerit tertahan dalam mulutku. Kemaluannya kembali memuntahkan cairan hangat, kurasakan kemaluanku disiram cairan hangat. Dia sampai puncaknya lagi. Dalam kondisi seperti itu, dia tetap memeluk aku. “Yantooo… terus yuk… aku masih bisa keluar lagi. Jangan lepas kemaluanmu, teruskan… 10 menit lagi aku crot… kamu juga kan? Aku merasakan kemaluanmu sudah kedut-kedut.
Baca Juga Cerita mesum Hot : NIMATNYA BELAJAR SEKS SEKOLAHAN
Ayo sama-sama keluar, biar puas bareng…mau?” Aku mendesah sambil terus bergerak pelan,
pinggulku naik turun. “Kamu ini, Tina… manis sekali… wajahmu bikin aku nafsu,
buah dadamu bikin aku nggak tahan…. Tin, rasanya aku mau keluar nih, mana tahan
sih, merasakan nikmatnya semua ini?” Tina senyum mendengar kata-kataku, lalu
memandangku. “Aduhai, Yanto… kamu pemuda ganteng… jantan, … pandai
membangkitkan nafsu perempuan … ayo terus… aku mau nih…. ooh… nikmatnya…” Tubuh Tina menggelinjang dibawah tubuhku,
mulutnya menyedot mulutku, menyedot terus… buah dadanya bergoyang ditindih
dadaku. Aku sudah tidak tahan lagi. Tadi
lupa mengolesi krim tahan lama sekembali dari kamar mandi. Tuuhku bergerak naik
turun dengan cepat, mengeluarkan bunyi kresek-kresek dan kecupak-kecupak ketika
mulutku mengisap mulutnya dan jembutku beradu dengan jembutnya. “Tina,… buah
dadamu… bikin akau tidak tahannn… aku mau keluar nih…” Tina mendesah, “Ayo,
terus…. Aku juga mau keluar lagi… oohhh…. Yanto… mmm… ouww…. nikmat sekaliii….
“ Aku sampai puncaknya. “Tinaaa…. Aku keluar…. Aku keluar… oohhh… nikmatnya
buah dadamu, jembutmu, kemaluanmu… oouww…. “ Maka crot-crot-crotlah air maniku
dalam kemaluannya. Aku ingat pesannya supaya disisakan air mani untuk masuk
mulutnya. Kuarahkan kemaluanku ke mulutnya dan…. crot-crot lagi dua tetes air
mani dalam mulut Tina. Beberapa menit
aku tergolek di atas tubuh Tina, mengatur napas. Tina juga begitu. Tina puas
empat kai rasanya, dan aku satu kali. Dia berkata sambil senyum manis, “Yanto,
kita sama-sama keluar ya? Sama-sama puas? Besok malam mau lagi? Saban malam…
Aku ini perempuan penuh nafsu, ya? Aku sayang kamu, bakal jadi cinta.” Lalu
berdua aku ke kamar mandi, membersihkan tubuh, lalu tidur sampai subuh.
AKIBAT FITNES BERLEBIH
Pada mulanya aku hanya bergurau dgn perempuan fitnes yg
sering latihan bersamaku. Sudah menjadi kebiasaan kami nonton film begitu
aerobik selesai. Namun kali ini tanpa sengaja Sewaktu VIDEO diputar yg terlihat
malah adegan dimana perempuan sedang mengoral kemaluan lelaki, Namun buru-buru
Almira mematikan TV itu. dan aku memberanikan diri berucap kepada Almira. “Mending aku yg digituin”, katidaku sambil
senyum. Almira ikut senyum dan menimpali, “ Ah, Ded paling-paling kamu juga
tidakut…, cuman omong aja”. ”Mancing ya..” dia menimpali.Aku merasa tertantang
dgn omongannya langsung kujawab, “Gag koq bener deh coba aja nyalain
televisinya”. ”Terus ngapain…, Berani
beneran kamu”, tantangnya tidak kalah ngotot. ”He em…, Lihat aja…, aku udah
tadi kog geregetan lihat kamu”, balasku menantang, kulihat wajahnya memerah dan
tanpa menunggu waktu lagi tangan Almira memijit tombol remote dan kulihat
kembali bagaimana adegan di VIDEO ganasnya perempuan menghisap kemaluan si
lelaki. “Ded terus terang aku sama
kawan-kawan sudah lama memperhatikan dirimu”, belum sempat dia meneruskan dia
sudah menyorongkan mulutnya ke mukaku, dan kepadanya aku langsung membalas dgn
ganas dan buas. Hampir aku tidak bisa bernafas dan dgn sigap tanganku
menjelajah seluruh tubuhnya.
Tiba pada gumpalan daging yg mulai tadi kulirik kini sudah
berada digenggamanku. Dgn lembut kuelus dan kuremas, Almira menggelinjang. Sebab bangku yg
kududuki sempit aku mencoba menggeser Almira pada tempat yg lebih lapang yaitu
di karpet bawah. Perlahan tanganku mulai masuk pada gading susunya lewat celah
ketiaknya. Kenyal sekali, kukucek terus sampai kurasakan puting Almira mulai
mengeras sementara mulutku masih dikuasai oleh lidahnya yg panas. Kutarik
mulutku dan kuangkat kaos Almira lewat kepalanya sehingga kini Almira tinggal
hanya BRA dan rok mininya. Aku melihat
tidak berkedip betapa besar dan indahnya buah dada Almira walaupun sudah
beranak tiga. Dgn cepat kutarik buah dada itu keluar dari BRA-nya. Bibirku
langsung mendarat mulus pada lingkaran coklat kehitaman di tengah buah dadanya.
Kuhisap puting Almira yg mengeras dan besar. Dia mengerang tidak karuan.
Kuteruskan sambil tanganku mengusap seluruh tubuhnya. Aku menindih Almira perlahan, kurasakan
kemaluanku yg mulai membesar menatap perut Almira dan Almira menarik diri ke
atas sehingga kemaluanku mengarah tepat di selangkangannya. Tangan kiriku
memeluk lehernya mulutku ke arah buah dada kiri dan kanan sementara tangan
kananku menjelajah tubuhnya. Kini tangan kiriku berpindah di susunya dan
mulutku menciumi perut dan pusarnya sementara tangan kananku kini pada tempat
yg tadi ditindih kemaluanku yaitu kemaluannya.
Almira terkejut dan, “Ennnnnngghh…, zzzzzz” dan suara itu tidak beda dgn
suara televisi yg kulirik semakin hot saja, tanganku tambah berani saja,
kusibakkan rok mininya dan kuelus kemaluannya. Tanganku tidak sabar dgn cepat
kumasukkan tanganku pada celana dalam-nya dan kurasakan betapa lebat rambut
kemaluannya. Basah dan becak semakin terasa saat lubang kemaluannya tersentuk
jari tengahku. Kuucek perlahan Almira semakin tidak karuan tingkahnya dan
jariku yg lain mempermainkan clitorisnya.
Aku tidak bebas kutarik semua yg melekat di daerah pahanya
yaitu rok dan celana dalamnya, Almira
hanya terpejam merasakan seluruh gerakanku. Kuperhatikan sekarang seorang
perempuan telanjang bulat dgn buah dada yg besar serta rambut kemaluan lebat
dan clitorisnya yg cukup panjang keluar agak kaku. Tanganku terus mengucek
lubang kemaluan Almira dan kudengar lenguhan tidak karuan saat dua jariku masuk
ke lubangnya. Aku terkejut tiba-tiba
Almira bangun dan menarik tanganku menjauh dari lubang kemaluannya, dgn
mendesah Almira menarik kancing bajuku dan menurunkan retsleting celanaku
hingga terlepas dan kini aku tinggal memakai celan dalam saja. Almira
menelusuri tubuhku dgn mulut mungilnya. Kini aku yg merasakan gejolak nafsu yg
luar biasa, kurasakan tangan Almira mengelus kemaluanku dari luar celana
dalam-ku. Mulut Almira semakin tidak
karuan arahnya leher, dada, pinggangku digigit kecil dan perutku juga tidak
luput dari ciumannya aku didorong sehingga posisiku telentang saat ini,
tanganku hanya bisa menggapai kepala Almira yg kini berada di perutku.
Kurasakan tangan mungil mulai meremas-remas keras kemaluanku dan kemaluanku
semakin kaku saja. Kuperhatikan wajah Almira terkejut saat tangannya mulai
masuk celana dalam dan memegang kemaluanku.
Cepat-cepat disibaknya semua penghalang kemaluanku dan kini dia nampak
jelas bagaimana kemaluanku meradang. Kepala kemaluanku memerah dan tangan
Almira tidak sanggup menutup semua bagian kemaluanku. Diremas-remas dgn gemas
kemaluanku dan memandangku mesra, Aku mengikuti matanya dan mengangguk.
Almira mengerti anggukanku dan dgn perlahan mulut Almira
disorongkan pada kepala kemaluanku. Aku merasa hangat saat mulut kecil itu
mendarat pada kemaluanku. Almira mulai
menggila dgn menghisap dan menjilat seluruh bagian kemaluanku. Aku merasakan
kemaluanku berdenyut keras menahan hisapan kuat mulut Almira. “Aaccccccchh…, zzzzzzt..”, Almira semakin
menjadi mendengar eranganku, seluruh tubuhku terasa melayg merasakan panasnya
lidah yg menjilat dan mulut mungil yg menghisap, dan kuperhatikan kepala Almira
naik turun dgn mulut penuh. Tangan Almira juga tidak tinggal diam kuperhatikan
tangan kirinya sibuk meggosok kemaluannya sendiri dan tangan kanannya memegang
kemaluanku dan mengocoknya sementara mulutnya tetap aktif menghisap dan terus
menghisap. Almira kini mulai menjauhkan
mulutnya pada kemaluanku dan tidak seberapa lama dia duduk sambil menuntun kemaluanku
diarahkan pada kemaluannya, rupanya Almira juga tidak sabar ini terbukti dgn
dipaksakan dgn keras kemaluannya untuk tertusuk kemaluanku dan kurasakan
kemaluanku hangat saat menembus lubang kemaluan. Kusaksikan wajah Almira
meringis menahan laju kemaluanku di kemaluannya, dia tidak bergerak
menyesuaikan diri dgn kemaluanku. Aku
merasakan kemaluanku berdenyut seperti dipijat,
Almira perlahan mulai menggoygkan pantatnya naik turun sambil rambutnya tergerai dan kulihat buah dada Almira bergerak dan bergoyg indah, cepat-cepat kuremas dan kuusap-usap buah dada besar itu dan tidak seberapa lama kusaksikan Almira mengejang dgn memelukku erat dan kurasakan ada kuku yg menancap di punggungku ”sszztttttttt…, eeeeeenngghh…, Aku gag tahan Ded…”, lenguhnya. Aku menjadi giat menggoyg kemaluanku menusuk-nusuk kemaluannya yg semakin basah, suara kecipak kemaluannyana saat kutusuk membuatku semakin bergairah dan, aku memegang pinggang Almira untuk mengarahkan semua kemaluanku pada lubangnya, aku mulai merasakan kemaluanku panas dan mau keluar, Akhirnya… “Almira.,., aku mulai gag tahan nicchhh.., mau keluarrrr.., ahhzzzzzzz”, sambil terus kugoyg pantatku berputar dan meremas pinggulnya yg berisi, Almira semakin menjadi dan…, Creet…, creett…, creett. bersamaan dgn keluarnya air maniku aku merasakan ketegangan yg luar biasa bahkan lebih hebat dari yg tadi, kaki Almira kaku dan melingkar pada kakiku dan erangannya semakin keras dan binal. Pagutan tangannya kurasakan sampai aku hampir tidak bernafas, Kami berdua puas dan sama-sama kelelahan. Demikianlah cerita bokep hot ASISTEN DOKTER GIGI dan AKIBAT FITNES BERLEBIH oleh cerita sex hot