Aku hanya ingin berbagi cerita sukses tentang berpoligami. Perkenalkan namaku Arsyad, umur 35 tahun. Aku menikah pertama kali pada usia 26 tahun dengan seorang wanita bernama Nurshanti yang pada saat kunikahi usianya masih 20 tahun. Jujur aku sangat puas memiliki isteri seperti Nurshanti yang cantik dan hangat di ranjang. Namun setelah lima tahun kami menikah mulai timbul masalah, yakni Nurshanti divonis tidak bisa memberiku keturunan.
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya isteriku itu setuju dan rela untuk dimadu, tapi dengan syarat dia yang mencarikan isteri keduaku. Aku sih tak ambil pusing dengan itu.
Suatu hari ketika pulang kantor, aku akhirnya dipertemukan isteriku dengan calon pilhannya. Dia ternyata teman dekatnya waktu SMP dan sekarang sudah menjadi janda, namanya Dina. Pertama kali bertemu tentu aku sangat canggung, bagaimanapun aku ingin tetap menghargai Nurshanti sebagai isteri pertamaku, namun wanita bernama Dina itu sungguh memiliki karakter yang komplemen dengan Nurshanti.
Jika Nurshanti berwajah lembut dan keibuan, Dina berwajah agak nakal dengan gaya yang seronok. Dalam hal body, jika Nurshanti tinggi langsing dan berkulit putih, Dina justru agak montok dengan kulit hitam manis. Pada malam itu Dina menggunakan t-shirt dan rok sebatas lutut. Dari balik kaosnya itu aku bisa membayangkan ukuran buah dadanya bisa mencapai 36C, berbeda dengan Nurshanti yang cuma 34A.
Melihat Dina yang sangat menggairahkan itu ingin aku langsung menyetujui kalau Dina menjadi isteri keduaku, namun demi menjaga harga diri isteriku, aku pura-pura santai saja. Kamipun mengobrol ngalor-ngidul pada malam itu sampai waktu untuk istirahat. Selama mengobrol, aku sungguh terangsang dengan penampilan Dina yang montok dan menggoda itu, sehingga ketika masuk kamar, aku langsung menumpahkan birahiku pada Nurshanti.
Saking buru-burunya kami bercinta, kami lupa pintu kamar masih terbuka. Aku baru sadar kalau pintu terbuka ketika aku sudah dalam posisi menggenjot isteriku dari belakang dalam posisi doggy style. Saat itu aku terhenyak ketika kulihat wajah Dina yang terpaku di depan pintu kamar kami. Jelas sekali aku melihat wajah Dina yang mupeng melihat kami sedang bersenggama. Hal itu membuat aku semakin bernafsu menggenjot Nurshanti yang juga dilanda birahi. Dalam waktu tak terlalu lama, isteriku meraih orgasmenya, aku sendiri masih belum mau melepas orgasmeku.
Pada saat menyudahi ronde pertama itulah isteriku juga sadar bahwa permainan kami ditonton oleh Dina, temannya. Pertama kulihat raut wajah Nurshanti agak malu, namun ketika melihat batang penisku yang masih mengacung keras, dia kemudian memanggil Dina.
“Dina, masuk yuk!”, dia berjalan ke arah pintu dan kemudian menggandeng sahabatnya yang montok itu masuk ke kamar.
“Kamu mau ini?”, tanya isteriku sambil memegang batang penisku.
“Hmmm.. emang boleh?” tanya Dina malu-malu pada isteriku.
“he3x… aku kan udah bilang kalau kamu bakal jadi maduku, boleh dong coba dulu”, canda isteriku.
Dengan penuh kerelaan, Nurshanti menarik tangan Dina untuk memegang batang penisku yang besar dan keras.
“Nur, benar kamu enggak apa-apa?” tanyaku
Nurshanti tersenyum padaku,”Silahkan mas, nikmati aja tubuh Dina yang montok ini”.
Nurshanti kemudian memegang buah dada Dina. “Lihat nih mas, gede banget ya?”, katanya padaku sambil membantu Dina membuka kaosnya. Sejurus kemudian buah melon Dina yang dibungkus bra hitam sudah terpampang indah dihadapanku. Dengan santai isteriku menarik mangkuk bra Dina sehingga puting susunya yang coklat menghadap ke arahku.
“Sini mas, dicobain susunya Dina”, ajak isteriku. Dengan agak malu-malu aku meremas-remas buah dada montok Dina dan kemudian mulai mengulum putingnya.
“Wow, rakus banget mas, he3x…”, canda isteriku melihat aku begitu bernafsu menikmati kebesaran buah montok di dada Dina. Kamipun tertawa bersama dan suasanya menjadi sangat cair. Dina yang juga sudah dibakar birahi semakin tak malu memintaku untuk berpindah ke buah dada yang satunya.
Isteriku tidak tampak cemburu, bahkan jelas kulihat ia jadi bernafsu lagi melihat aku mencumbu Dina. Ia justru dengan cekatan membuka rok Dina dan juga memeloroti celana dalamnya, sehingga sahabatnya itu kini sudah berbugil ria di hadapanku.
“Wah…udah basah nih mas, minta dimasukin”, sela isteriku sambil meraba selangkangan Dina.
“Iya Nur, udah gak tahan nih”, jawab Dina”, boleh minta masuk ya?
“Tuh mas, ayo…”, Dina mengelus-ngelus daerah kemaluan Dina seakan menawarkan “kue apem” Dina kepadaku.
Aku sejenak meninggalkan Dina dan kemudian menciumi isteriku, kami berpagutan dalam birahi.
Dina tanpa canggung berjongkok dan kemudian menjilati dan mengemut penisku sementara aku dan isteriku masih saling berciuman.
“Dina, kamu nungging deh, doggy style” kata isteriku yang segera diiyakan oleh Dina.
Pantat bahenol Dina lengkap dengan “kue apem”nya benar-benar menggodaku, akupun dengan segera melakukan penetrasi ke dalam kehangatan liang surgawinya sambil terus berciuman dengan isteriku.
Dina melenguh hebat ketika penisku mulai keluar masuk liang vaginanya yang sudah lama tidak terjamah itu dan dalam waktu tak terlalu lama dia meraih orgasmenya, sementara aku masih belum juga.
Melihat aku masih belum orgasme, isteriku kemudian menggantikan posisi Dina.
“Ayo mas, kocok di memek saya”, kata isteriku
Aku pun meneruskan permainan di dalam liang vagina Nurshanti dan akhirnya memuntahkan spermaku ke dalamnya. Dahsyat sekali rasanya.
Ketika aku mencabut penisku yang basah oleh sperma dari liang vagina Nurshanti, Dina dengan tanpa malu-malu menjilati penisku. Gila, aku jadi “on” lagi. Penisku mulai mengeras lagi dan Dina semakin liar mengulum penisku dalam mulutnya sampai akhirnya aku orgasme kedua kali dengan menumpahkan sedikit sperma ke mulut Dina. Sungguh malam yang menyenangkan.
Seminggu kemudian aku menikahi Dina dan kamipun resmi hidup bersama dengan permainan seks bersama yang selalu seru dan panas.
TAMAT …….,,,,