Namaku Bob, umurku 35 tahun, manajer di sebuah perusahaan swasta. Aku
sudah 6 tahun menikah dengan Sari, istriku, 30 tahun. Sebelum menikah,
kami berpacaran selama hampir 5 tahun, dan selama itu pula aku memiliki
seorang teman wanita bernama Cindi. Aku dan Cindi memang memiliki
komitmen untuk berteman, tidak lebih, tapi terus terang, istriku tidak
mengetahui hubunganku dengan Cindi. Setelah menikah, aku putus hubungan
dengannya. Akupun sempat mencarinya tetapi tidak berhasil, Cindi seolah
lenyap ditelan bumi. Rumahnya telah pindah entah kemana. Hingga pada suatu
saat….
“Bob?” suara wanita terdengar menyapaku. Aku saat itu sedang makan
siang di sebuah restoran fast food di mall tidak jauh dari kantorku. Secara
spontan aku menengok ke arah suara itu….”Cindi??”kataku kaget sambil
berdiri dari tempat dudukku. “Ya, aku Cindi…”,jawab wanita cantik
itu. Cindi memang cantik, tubuhnya yang semampai dengan tinggi kurang
lebih 170-an cm dan berat proporsional, kulit putih, hidung bangir dan buah
dada yang lumayan besar sekitar 36-an. Dulu sempat aku ingin menyatakan
jatuh hati padanya, tapi aku ingat komitmenku dengannya. Tapi anehnya,
dulu, pada saat pertemanan aku dengannya, sepertinya kami seperti orang
pacaran, kami saling membelai walau tidak sampai ke bagian vital,
terkadang saling mencium, berpegangan tangan bila berjalan, terkadang malah
aku melingkarkan tanganku di pinggangnya. Sering kali aku memancing
pembicaraan mengenai perasaan kita masing-masing, tapi Cindi tetap
bersikeras bahwa hubungan kita sebagai teman, tidak lebih. Terkadang aku
menjadi bingung, di satu sisi aku sebenarnya mencintainya, di sisi lain, dia
hanya menganggap aku sebagai teman. Selama berteman, Cindi hampir tidak
pernah menjalin hubungan atau jalan dengan cowok lain, kemana-mana dia
selalu jalan denganku bahkan keluarganya sangat mempercayaiku.
Walhasil, karena aku merasa hanya sebagai teman, hubunganku dengan Asri
(istriku), aku lanjutkan sampai ke jenjang perkawinan. Pada saat aku
menyerahkan undangan ke Cindi, tampak ada perubahan di wajahnya. Dia hanya
bertanya,”kamu kapan pacaran dengan Asri?” yang lalu kujawab dengan jujur
bahwa aku pacaran dengan Asri selama 5 tahun dan sebagainya. Entah kenapa
setelah aku jawab jujur, dia lalu bilang bahwa dia tidak enak badan dan
lalu masuk ke kamarnya. Aku jadi bengong en bingung sendiri….setelah
itu, aku kehilangan jejaknya…dia dan keluarganya telah pindah karena
orangtuanya pindah kerja ke tempat baru jauuh di luar P. Jawa.
“Hei…kok bengong sih?” Cindi membuyarkan lamunanku…..”Eh..oh…aku
kaget saja ketemu kamu…kamu tambah…tambah….” “Tambah
apa?”jawabnya. “Tambah cantik!, ayo duduk…”kataku sambil menyilakan duduk di
sampingku. Tercium bau harum yang sangat amat kukenal….Cindi mengenakan
blazer merah muda dengan baju dalem warna senada. Ketika duduk,
blazernya dibuka dan kulihat baju dalemnya tanpa lengan sehingga menonjolkan
lengannya yang putih mulus . photomemek.com
“Kamu kemana aja sih Cin….aku mencarimu kemana-mana….katanya ke
Banjarmasin yah?”tanyaku penasaran. Entah kenapa ada rasa bergejolak di
dadaku…..Rasa itu sepertinya muncul lagi….
“Eh iya Bob, ayahku kan ditugaskan ke sana…sekarang aku lagi ada
tugas dari kantorku di Jakarta….terus kabarmu gimana Bob? Sudah punya
anak berapa?”jawab Cindi balik bertanya.
“Aku, baru satu…kamu gimana? Sudah nikah?”
“Belum Bob, enggak ada yang cocok….”, kurasakan tangan Cindi menempel
di lenganku….Eh…tiba-tiba “adikku”bergerak-gerak gelisah….
“Lo? Kenapa, eh…kamu mau makan apa? Kamu pasti belum makan….yuk,
kita pesan, aku yang bayar…”kataku sambil berdiri.
“Iya nih, aku lapar…betulkan kamu mau bayarin aku?”balasnya sambil
berdiri..”Iya…iya..yuk…”
Akhirnya kami berjalan ke sebuah restoran ayam goreng fastfood. Sepuluh
menit kemudian, kami kembali ke meja.
“Cindi…Cindi…sebenarnya aku kangen sama kamu….mengapa waktu
pernikahanku kamu tidak datang?”
“Sibuk Bob, mempersiapkan pindah rumah” Cindi menjawab sambil menatap
makanannya. Aneh, setiap pembicaraan mengenai pernikahan dan keluargaku,
dia tidak berani menatapku.
“Kamu kangen enggak sih sama ku? Surat enggak ada, telpon
apalagi…padahal kan kamu tahu telpon dan alamat kantorku kenapa sih?’tanyaku agak
mendesak.
“Mana sempat Bob, aku sibuk sama pekerjaanku di Banjarmasin”, lagi-lagi
Cindi tidak menatapku.
“Eh…kamu sudah kerja yah sekarang?”tanyaku. “Iya, di perusahaan
angkutan di Banjarmasin, sejak kemarin aku ada di Jakarta karena kantorku
menugaskanku untuk ke pusat”,jawabnya. Nah, kali ini dia menatapku.
“Terus kapan kamu pulang kembali?”tanyaku…. “Besok lusa,”jawabnya.
“Eh, kamu kerja di bagian apa sih?”tanyaku sambil teringat bahwa
kantorku juga membutuhkan tenaga kerja wanita untuk Accounting, Finance dan
Administrasi.
“Finance Bob,…emangnya kenapa?”jawabnya. Gotchaaa!!! Aku akan suruh
dia ngelamar ke kantorku, so aku bisa terus berdua-an dengannya….Kok
yah seperti pucuk dicinta ulam tiba…?, pikirku. fantasiku.com
“Begini Cin….gimana kalo kamu melamar di kantorku….terus terang aku
tidak berkata bohong, kantor ku membuka banyak lowongan untuk di kantor
cabang dan di pusat, untuk hal itu kantorku telah pasang iklan di
beberapa surat kabar, lamaran yang datang juga udah banyak….gimana kalo
kamu ngelamar, nanti aku yang bawa langsung ke manajer HRD di
kantorku….oke ya?” jawabku.
“Eh, kamu masih di kantor yang lama itu yah? “tanya Cindi.
“Iya, emangnya mau pindah kemana? Sekarang boro-boro pindah, masih
bekerja aja sudah sukur…gimana tawaranku, mau kan?”
“Iya, tapi tunggu aku pulang dulu ya, soalnya aku kan harus ketik
lamarannya, terus ijasah-ijasahku masih di Banjarmasin….oke?”jawab Cindi.
Jangaaan…jangan pulang lagi,pikirku…
“Jangan Cind…gini aja, nanti sore selepas kerja, aku jemput kamu,
terus kamu ke kantorku, kita ngetik disana, untuk ijasah nanti saja
belakangan yang penting, lamaranmu masuk dulu, oke?”
“Terus kalo ortuku melarang gimana?”jawabnya bimbang
“Cindi, kantorku akan menawarkan karir dan gaji yang
menarik…percayalah, kamu akan berkembang di sana….bilang saja gitu sama
ortumu….nanti kalo kamu keterima, kita cari tempat kos di Jakarta….atau kamu
bisa hubungi saudara-saudaramu disini…” Wah, kalo dia kos di
Jakarta,,….kacau juga nih dunia persilatan, sekarang aja tititku udah enggak mau
dieem….
“Hmmm…iya deh, nanti aku telpon ortuku dulu….sebentar yah, aku cuci
tangan dulu…”
Aku mengiringi kepergiannya dengan tatapanku, kulihat goyangan
pinggulnya ktika berjalan…waduuuh biyuuuungg….mati aku…..seksi
beneeeerrrr…gimana kalo ditiduri yah….ampuuuun…
Untuk menghilangkan rasa stresku, aku nyalakan sebatang Marlboroku dan
mengisapnya dalam-dalam…..
Cindi kembali ke mejaku. “Oke, sekarang aku antar kamu ke kantor
yah..sekalian ingin tahu kantormu biar nanti sore aku bisa
menjemputmu….”kataku.
“Kamu tidak takut ketahuan istrimu?”jawabnya.
“Lo, emangnya kita ngapain? “kataku heran.
“Ayuk deh,….”jawab Cindi. Kamipun bergegas menuju tempat parkir.
Setelah mengantar Cindi, aku kembali ke kantor. Lama rasanya hari ini
menunggu jam 5 sore. Aku jadi gelisah sendiri. fantasiku.com
Tepat jam 4.30 sore, aku berangkat menjemput Cindi. Sampai di
kantornya, Cindi sudah menunggu di depan. Aku bukakan pintu, lalu berangkat
kembali ke kantorku.
Sampai di kantorku sudah jam 6 sore, sudah sepi tinggal beberapa office
boy saja. Kubuka pintu ruanganku dan kupersilakan Cindi masuk.
“Wah…enak juga ruanganmu ya Bob…”jawabnya sambil melepas
pandangannya ke seluruh ruanganku. “Yah lumayan lah….”jawabku. Setelah berbasa
basi dan menawarkan dia minum, aku membuka laptopku…Cindi duduk dan
membuka blazernya. Akupun mengambil tempat duduk di sampingnya. Jarak
kami berdua praktis hanya beberapa senti saja.
“Nah, sekarang kamu ketik deh lamaranmu…”kataku mempersilakannya.
Jari-jari lentiknya mulai bermain di atas papan keyboard laptopku.
Aku tidak tahan melihat pipinya yang putih mulus yang berada hanya
kurang lebih 4 cm dari hidungku. Sambil pura-pura mengambil berkas, aku
mencoba untuk menciumnya. Ternyata Cindi diam saja ketika bibirku mengenai
pipinya. Eh….kok diem, pikirku…akupun semakin berani saja….Kucoba
merangkulkan tanganku ke pundaknya…
“Boob….kamu ngapain? Usaha yah?”
“eh…eh…enggak…kamu marah yah, dulu kan juga suka
begini….”kataku sambil tanganku tetap melingkar di pundaknya.
“Malu ah, nanti ada yang lihat…”jawabnya.
“Siapa? Semua udah pada pulang tuh….”kataku.
Cindi akhirnya mendiamkanku. Aku memainkan rambutnya yang sebahu dan
hitam…Kucium lagi pipinya…Cindi menoleh padaku dan tersenyum…manis
sekali senyumannya….
Kupegang wajahnya, lalu kuberanikan diri mencium dan melumat bibirnya
yang tipis…. Awalnya dia berontak, lama-lama akhirnya dia
pasrah….dan membiarkanku melumat habis bibir tipisnya….tangannya berhenti
mengetik…Kami berciuman lama sekali…kucoba memainkan lidahku…Cindipun
membalasnya dengan hangat….
“Cindi…aku kangen sama kamu….”
“Aku juga Bob…aku juga….”
Kami terus berpagutan….
Tangankupun kupindahkan ke arah buah dadanya…..kuremas buah dadanya
yang kenyal…Kami semakin larut dalam nafsu kami berdua…..bibirku
kuarahkan ke lehernya….”Aah…ah….Bob…..ahhh…’desah Cindi semakin
membangkitkan gairah birahiku….
Tangankupun mencoba membuka ritsleting baju dalemnya…..hingga
akhirnya Cindi hanya mengenakan bh dan roknya….bibirku terus menyelusuri
leher dan bibirnya….kubuka rok dan bhnya….akhirnya kulihat tubuh bugil
Cindi…tubuh yang sebenarnya kuidam-idamkan sejak dulu…..
Kulumat dan kuhisap-hisap putting susunya yang mulai
mengeras….Tangankupun sibuk meremas dan memilin putting susu teteknya yang sebelah
kiri… Cindi mendesah semakin tidak karuan….kubopong tubuh bugilnya ke
sofa di depan meja kerjaku….kubuka baju dan celanaku…akhirnya kami
telanjang….Aku mulai menindih tubuhnya…
Setelah puas mengisap dan meremas buah dadanya…kuarahkan bibirku ke
arah vaginanya….kujilati bibir vaginanya…tercium olehku aroma
vaginanya yang harum. Pintar juga dia merawat tubuhnya, pikirku….
Dengan kedua tanganku, kubuka lubang vaginanya dan kujilati
g-spotnya….Cindi menggelinjang…..kontolku semakin keras….
“Booob…ah….aaaah……..ahh…aku…mau….ahhhh”
Aku tahu dia mau keluar……tiba-tiba ada cairan hangat dari memeknya,
kuhirup cairan itu…..nikmat……..
“Cindi…sayangku….ah….aku masukkan ya..”kataku sambil mengarahkan
kontolku ke memeknya…
“Masukkan Boob…masukkan sayang….’
Aku masukkan kontolku ke memeknya….Sesenti…dua
senti…tiga….hingga akhirnya kontolku masuk semua ke lubang memeknya…..Aku sedikit
kaget, karena tidak ada darah dan Cindipun tidak merasakan sakit
sedikitpun…sudah tidak perawankah? Ah..cuek saja….kugerakkan pelan kontolku
di memeknya….semakin kencang…kencang…sreeet…sreet…kontolku
maju mundur di memeknya…
“teruusss Bob…ah….aaaaah….enaak bob…..” Cindi menggerakkan
kepalanya ke kiri dan kanan…
Aku terus memompa kontolku di memeknya…..Cindipun menggelinjang
……Lalu kucabut kontolku dan menyuruhnya nungging, Cindipun menurut,
kuarahkan kontolku ke pantatnya setelah sebelumnya kulumasi dengan cairan
dari memeknya….Sodomi adalah hal yang paling kusuka….Istrikupun aku
sodomi
“Aku coba pantatmu ya Cindiku sayang…..”kataku sambil mengarahkan
kontolku ke pantatnya…. Cindipun diam saja….
Kulesakkan kontolku ke lubang pantatnya…eh, aneh…kok tidak sulit
seperti ketika aku mensodomi istriku pertama kali, tampaknya sekarang
lancar-lancar saja…memang sempit, tapi kok Cindi tidak tampak
kesakitan….
Akhirnya kontolku masuk ke lubang pantat Cindi…kupompa kontol ku di
pantatnya….gerakan kepala Cindi semakin liar ke kanan dan kiri…
“Ahhh…Booob…teruuuus…ahhhh…”
“Ciiiin….lubang pantatmu enaak…ahh….ahhhaaahhh…..”, aku
merasakan puncakku semakin dekat. Aku semakin gencar memompakan kontolku di
pantatnya….setelah merasa hampir keluar, aku menariknya,….Cindi lalu
menarik kontolku dan memasukkannya di mulutnya, kontolku memuntahkan
maninya di mulut Cindi. Maniku banyak karena hampir seminggu ini aku
tidak bersetubuh dengan istriku semenjak istriku pergi menengok orangtuanya
di Magelang. Cindi meneguk seluruh maniku yang muncrat di mulutnya,
dijilatinya kepala kontolku sehingga tampak mengkilat….Kami berdua
akhirnya terkapar di sofa ruanganku…
Terus terang, aku heran, sepertinya Cindi sangat ahli ….
Setelah beberapa menit kemudian,
“Bob, aku nerusin ngetiknya yaa….biar bisa lamaranku kamu bawa
besok…”, kata Cindi sambil bangun dan kembali ke meja kerjaku, masih dalam
keadaan bugil. Akupun bangun dan menyalakan sebatang Marlboro dan
segelas air putih. Kembali aku duduk di sampingnya….
“Ciin…aku mau tanya, tapi kamu jangan marah yaa…”,tanyaku
kepadanya…tanganku bermain di sekitar pentil tetekknya yang menggantung…
“Tanya apa Bob? Kenapa aku enggak perawan, gitu?”jawab Cindi
seolah-olah sudah tahu akan pertanyaan yang akan aku ajukan.
“Iya….juga kenapa pantatmu juga sudah tidak perawan, mau kamu
menjawabnya? Tidak marah kan?’tanyaku.
Cindi menggeleng……dan menghentikan kegiatannya mengetik. Dia
tertunduk, tampak butir-butir bening di matanya….
“Lo…kenapa Cind? Kamu kok nangis? Marah ya sama aku?”kataku panik
sambil memberikan tissue kepadanya.
Cindi menggeleng lagi…..”Lalu kenapa Cin??”
Cindi mengusap air matanya….
“Terus terang aku kecewa saat mendengar kamu mau nikah….memang aku
yang bodoh,…aku sebenarnya sayang sama kamu bob….hanya aku masih ragu
akan perasaanku dulu…,biarlah kita berteman dulu pikirku…aku tahu
kamu telah memberikan tanda-tanda itu padaku, tapi aku belum berani
menangkap tanda-tanda darimu…”
Aku terdiam mendengar itu, akupun juga sebenarnya mencintainya sejak
dulu….
“Terus kenapa kamu tidak perawan lagi?? Apa yang sebenarnya terjadi
Cindi?”, tanyaku penasaran.
“Iya bob, sebenarnya bisa saja aku tidak ikut ortu ke Banjarmasin, tapi
dengan pernikahanmu, aku tidak kuat menerimanya, akhirnya aku putuskan
untuk ikut. Di sana , aku berusaha melupakanmu dan menjalin hubungan
dengan seorang pemuda, kali ini tanpa tedeng aling-aling, aku menjadikan
dia kekasihku…”
“Ternyata…ternyata…dia bajingan Bob,….setelah merenggut semuanya
dariku….dia ternyata telah beristri, dia tidak mau
mengawiniku…….dia merampas keperawananku dan juga menyodomiku berkali-kali…aku
pasrah Bob,…karena sebenarnya dia menjadi semacam pelarianku….Aku akui
aku memang bodoh…..aku sempat dua kali hamil, tapi kami
menggugurkannya…Ortuku tidak mengetahui kebejatan anaknya…” Cindi menangis keras
di dadaku…..Aku belai rambutnya…
“Maafkan Cindi, Bob, Cindi sekarang sudah rusak…tidak seperti
dulu…..Aku juga tidak mau merusak rumah tanggamu Bob… aku batalkan niatku
untuk melamar di kantormu….” Cindi terus menangis di dadaku…..
“Cindi…ketahuilah, aku juga sayang sama
kamu….ah…sudahlah…sekarang kamu pakai baju deh,…teruskan ketikanmu…lamarlah di
kantorku…biar kita bisa bersama, paling tidak bisa saling menjaga….agar kamu
tidak terjerumus lagi….agar kamu bisa mendapatkan pasangan yang cocok
….aku janji mencarikannya, disini masih banyak yang bujangan….aku
janji tidak akan berbuat begini lagi padamu….ini adalah persetubuhan
kita yang pertama dan terakhir….percayalah, aku ini orang yang selalu
memegang janji…..”jawabku.
“Tidak Bob,…hal ini pasti akan terulang….., aku tidak kuasa
memendam perasaan sayang dan cintaku padamu….biarlah dengan jarak dan waktu
mungkin aku bisa melupakanmu….selamat tinggal Bob, temanku,
pacarku…..lupakan aku yaa….”jawab Cindi sambil memakai bajunya. Kulihat
deras air matanya….. Tidak Cindi…tidak….ah…kenapa kita tidak bisa
bersatu sejak dulu……
Setelah mencoba membujuknya, Cindi tetap tidak ingin melamar di
kantorku….akhirnya terpaksa kulepas Cindiku…..kulepas rasa cintaku…..
Sekarang aku tidak tahu lagi dimana dia berada…tapi walau aku tahu
ini dosa, di hatiku terpatri nama dua orang wanita, istriku dan Cindi …..,,,,,,,,,,,