Belajar Ngentot Dengan Tante

Author:

Cerita Dewasa – Cerita mesum ini terjadi dekat Tebet Timur Dalam. Malam ini cerita skandal Tante mengenakan daster pendek tak berlengan, ada kancingkancing di tengahnya, dari atas ke bawah.Tumben, kamu tidur siangIya Tante, tadi main voli di situ jawabku tangkas.Kamu suka main voli ?Di Kampung saya sering olahraga Tante Aku mulai berani memandangnya langsung, dari dekat lagi. Ih, bahu dan lengan atasnya putih banget!
Pantesan badanmu bagus Senang juga aku dipuji Tanteku yang rupawan ini.Ah, Kalau ini mungkin saya dari kecil kerja keras di kebun, Tante Wow, buah putih itu mengintip di antara kancing pertama dan kedua di tengah dasternya. Ada yang bergerak di celanaku.Kerja apa di kebun ?Mengolah tanah, menanam, memupuk, panen Buah dada itu rasanya mau meledak keluar.Apa saja yang kamu tanam ? tanyanya lagi sambil mengubah posisi duduknya, menyilangkan sebelah kakinya.Kancing terakhir daster itu sudah terlepas. Waktu sebelah pahanya menaiki pahanya yang lain, ujung kain daster itu tidak ikut, jadi 70 % paha Tante tersuguh di depan mataku. Putih licin. Yang tadi bergerak di celanaku, berangsur membesar.Macammacam tergantung musimnya, Tante. Kentang, jagung, tomat Hampir saja aku ketahuan mataku memelototi pahanya.Kalau kamu mau makan, duluan ajaNanti aja Tante, nunggu Oom Aku memang belum lapar. Adikku mungkin yang laparOom tadi nelepon ada acara makan malam sama tamu dari Singapur, pulangnya malamSaya belum lapar jawabku supaya aku tidak kehilangan momen yang bagus ini.Kamu betah di sini ? Ia membungkuk memijitmijit kakinya. Betisnya ituKerasan sekali, Tante.
Cuman saya banyak waktu luang Tante, biasa kerja di kampung, sih. Kalau ada yang bisa saya bantu Tante, saya siapYa, kamu biasakan dulu di sini, nanti Tante kasih tugasKenapa kakinya Tante ? Sekedar ada alasan buat menikmati betisnya.Pegel, tadi senamnya habishabisanDi antara kancing daster yang satu dengan kancing lainnya terdapat celah. Ada yang sempit, ada yang lebar, ada yang tertutup. Celah pertama, lebar karena busungan dadanya, menyuguhkan bagian kanan atas buah dada kiri. Celah kedua memperlihatkan kutang bagian bawah. Celah ketiga rapat, celah keempat tak begitu lebar, ada perutnya. Celah berikutnya walaupun sempit tapi cukup membuatku tahu kalau celana dalam Tante warna merah jambu. Ke bawah lagi ada sedikit paha atas dan terakhir, ya yang kancingnya lepas tadi.Mau bantu Tante sekarang ?Kapan saja saya siapBetul ?Kewajiban saya, Tante. Masa numpang di sini engga kerja apaapaPijit kaki Tante, mau ?Hah ? Aku tak menyangka diberi tugas mendebarkan iniBiasanya sama Si Mar, tapi dia lagi engga adaTapi saya engga bisa mijit Tante, cuma sekali saya pernah mijit kaki teman yang keseleo karena main bola Aku berharap ia jangan membatalkan perintahnya.Engga apaapa. Tante ambil bantal dulu Goyang pinggulnya ituSekarang ia tengkurap di karpet. Hatiku bersorak. Aku mulai dari pergelangan kaki kirinya. Aah, halusnya kulit itu. Hampir seluruh tubuh Tante pernah kulihat, tapi baru inilah aku merasakan mulus kulitnya. Mataku ke betis lainnya mengamati bulubulu halus.Begini Tante, kurang keras engga ?Cukup segitu aja, enak kokTangan memijit, mata jelalatan. Lekukan pantat itu bulat menjulang, sampai di pinggang turun menukik, di punggung mendaki lagi. Indah. Kakinya sedikit membuka, memungkinkan mataku menerobos ke celah pahanya. Tanganku pindah ke betis kanannya aku menggeser dudukku ke tengah, dan..terobosan mataku ke celah paha sampai ke celana dalam merah jambu itu. Huuuh, sekarang aku betulbetul keras.Aah teriaknya pelan ketika tanganku menjamah ke belakang lututnya.Maaf TanteEngga apaapa. Jangan di situ, sakit. Ke atas sajaKe Atas ? Berarti ke pahanya ? Apa tidak salah nih ? Jelas kok, perintahnya. Akupun ke paha belakangnya.Ampuuun, halusnya paha itu. Kulit Tante memang istimewa.

Baca Juga Cerita Panas Indonesia : Anak Ibu Kost Bahenol Yang Nikmat

Kalau ada lalat hinggap di paha itu, mungkin tergelincir karena licin!Aku mulai tak tenang. Nafas mulai tersengal, entah karena mijit atau terangsang, atau keduanya. Aku tak hanya memijit, terkadang mengelusnya, habis tak tahan. Tapi Tante diam saja.Kedua paha yang diluar, yang tak tertutup daster selesai kupijit. Entah karena aku sudah tinggi atau aku mulai nakal, tanganku terus ke atas menerobos dasternya.Eeeh desahnya pelan. Hanya mendesah, tidak protes!Kedua tanganku ada di paha kirinya terus memijit. Kenyal, padat. Tepi dasternya dengan sendirinya terangkat karena gerakan pijitanku. Kini seluruh paha kirinya terbuka gamblang, bahkan sebagian pantatnya yang melambung itu tampak. Pindah ke paha kanan aku tak raguragu lagi menyingkap dasternya.Enak To, kamu pintar juga memijitAku hampir saja berkomentar :Paha Tante indah sekali. Untung aku masih bisa menahan diri. Terus memijit, sekalikali mengelus.Ke atas lagi To suaranya jadi serak.Ini yang kuimpikan! Sudah lama aku ingin meremas pantat yang menonjol indah ke belakang itu, kini aku disuruh memijitnya! Dengan senang hati Tante!Aku betulbetul meremas kedua gundukan itu, bukan memijit, dari luar daster tentunya. Dengan gemas malah! Keras dan padat.Ah, Tante. Tante tidak tahu dengan begini justru menyiksa saya! kataku dalam hati. Rasanya aku ingin menubruk, menindihkan kelaminku yang keras ini ke dua gundukan itu. Pasti lebih nikmat dibandingkan ketika memeluk tubuh mbak Mar dari belakang.Ih, geli To. Udah ah, jangan di situ terus ujarnya menggelinjang kegelian. Barusan aku memang meremas pinggir pinggulnya, dengan sengaja!Cape, To ? tanyanya lagi.Sama sekali engga, Tante jawabku cepat, khawatir saat menyenangkan ini berakhir.Bener nih ? Kalau masih mau terus, sekarang punggung, ya ?. Aha, daerah jamahan baru!Bahunya kanan dan kiri kupencet.Eeh desahnya pelan.Turun ke sekitar kedua tulang belikat. Lagilagi melenguh. Daster tak berlengan ini menampakkan keteknya yang licin tak berbulu. Rajin bercukur, mungkin. Ah, di bawah ketek itu ada pinggiran buah putih. Dada busungnya tergencet, jadi buah itu terbuang ke samping.
Nakalku kambuh. Ketika beroperasi di bawah belikat, tanganku bergerak ke samping.Jarijariku menyentuh tumpahan buah itu. Tidak langsung sih, masih ada lapisan kain daster dan kutang, tapi kenyalnya buah itu terasa. Punggungnya sedikit berguncang, aku makin terangsang.Ke bawah lagi, aku menelusuri pinggangnya.Cukup, To.. Kedua tangannya lurus ke atas. Ia tengkurap total. Nafasnya terengahengah.Depannya Tante ? usulku nakal. Lancang benar kau To. Tante sampai menoleh melihatku, kaget barangkali atas usulku yang berani itu.Kaki depannya kan belum Tante aku cepatcepat meralat usulku. Takut dikiranya aku ingin memijit depannya punggung yang artinya buah dada!Boleh aja kalau kamu engga cape. Ya jelas engga dong! Tante berbalik terlentang. Sekejap aku sempat menangkap guncangan dadanya ketika ia berbalik. Wow! Guncangan tadi menunjukkan eksistensi kemolekkan buah dadanya! Aduuh, bagaimana aku bisa bertahan nih ? Tubuh molek terlentang dekat di depanku. Ia cepat menarik dasternya ke bawah, sebagai reaksi atas mataku yang menatap ujung celana dalamnya yang tibatiba terbuka, karena gerakan berbalik tadi. Silakan ditutup saja Tante, toh aku sudah tahu apa yang ada dibaliknya, rambutrambut halus agak lurus, hitam, mengkilat, dan lebat. Lagi pula aku masih bisa menikmati sisanya: sepasang paha dan kaki indah! Aku mulai memijit tulang keringnya. Singkat saja karena aku ingin cepatcepat sampai ke atas, ke paha.Lutut aku lompati, takut kalau ia kesakitan, langsung ke atas lutut, kuremas dengan gemas.Iih, geli. Aku tak peduli, terus meremas. Paha selesai, untuk mencapai paha atas aku raguragu, disingkap atau jangan. Singkap ? Jangan! Ada akal, diurut saja. Mulai dari lutut tanganku mengurut ke atas, menerobos daster sampai pangkal paha.Aaaah, Tooo . Biar saja. Kulihat wajahnya, matanya terpejam. Aku makin bebas.Dengan sendirinya tepi daster itu terangkat karena terdorong tanganku. Samarsamar ada bayangan hitam di celana dalam tipis itu. Jelas rambutrambut itu. Ke bawah lagi, urut lagi ke atas. Aaah lagi. Dengan cara begini, sahsah saja kalau jempol tanganku menyentuh selangkangannya. Sepertinya basah di sana. Ah masak. Coba ulangi lagi untuk meyakinkan. Urut lagi. Ya, betul, basah! Kenapa basah ? Ngompol ? Aku tidak mengerti.To panggilnya tibatiba. Aku memandangnya, kedua tanganku berhenti di pangkal pahanya. Matanya sayu menantang mataku, nafasnya memburu, dadanya naikturun.Ya, Tante mendadak suaraku serak. Dia tak menyahut, matanya tetap memandangiku, setengah tertutup. Ada apa nih ? Apakah Tante .. ? Ah, mana mungkin. Kalau Tante terrangsang, mungkin saja, tapi kalau mengajak ? Jangan terlalu berharap, To!Aku meneruskan pekerjaanku. Kini tak memijit lagi, tapi menelusuri lengkungan pinggulnya yang indah itu, membelai. Habis tak tahan.Uuuuh desahnya lagi menanggapi kenakalanku. Keterlaluan aku sekarang, kedua tanganku ada di balik dasternya, mengelus mengikuti lengkungan samping pinggul.Too . panggilnya lagi. Kulepas tanganku, kudekati wajahnya dengan merangkak di atas tubuhnya bertumpu pada kedua lutut dan telapak tanganku, tidak menindihnya.Ada apa, Tante panggilku mesra. Mukaku sudah dekat dengan wajahnya.Matanya kemudian terpejam, mulut setengah terbuka. Ini sih ajakan. Aku nekat, sudah kepalang, kucium bibir Tante perlahan.Ehhmmmm Tante tidak menolak, bahkan menyambut ciumanku. Tangan kirinya memeluk punggungku dan tangan kanannya di belakang kepalaku. Nafasnya terdengar memburu. Aku tidak lagi bertumpu pada lututku, tubuhku menindih tubuhnya. Menekan. Ia membuka kakinya. Aku menggeser tubuhku sehingga tepat di antara pahanya yang baru saja ia buka. Kelaminku yang keras tepat menindih selangkangannya. Kutekan. Nikmatnya!Ehhhmmmmmm reaksinya atas aksiku.Kami saling bermain lidah. Sedapnya!Aku terengahengah.Dia tersengalsengal.Tangan kananku meremas dada kirinya. Besar, padat, dan kenyal! Ooooohhhh, aku melayang.He!, ini Tantemu, isteri Oommu!Iya, benar. Memangnya kenapa.Mengapa kamu cium, kamu remas dadanya.
Habis enak, dan ia tak menolak.Dua kancing dasternya telah kulepas, tanganku menyusup ke balik kutangnya.Selain besar, padat, dan kenyal, ternyata juga halus dan hangat!Tibatiba Tante melepas ciumanku.Jangan di sini, To katanya terputusputus oleh nafasnya.Tanpa menjawab aku mengangkat tubuhnya, kubopong ia ke kamarnya. Uuuuuhhh lenguhnya lagi.Ke kamarmu sajaSebelum sampai ke dipanku, Tante minta turun. Berdiri di samping dipan. Aku memeluknya, dia menahan dadaku.Kunci dulu pintunya Okey, beres.Kulepas seluruh kancingnya, dasternya jatuh ke lantai. Tinggal kutang dan celana dalam. Buah dada itu serasa mau meledak mendesak kutangnya!Kupeluk lagi dia. Dadanya merapat di dadaku.Tooo, hhehhhhhhh katanya gemas seperti menahan sesuatu.Kami berciuman lagi. Main lidah lagi.Tangannya menyusup ke celanaku, meremasremas kelaminku di balik celana.Eehhmmmmmm dengusnyaDengan kesulitan ia membuka ikat pinggangku, membuka resleting celanaku, merogoh celana dalamku, dan mengeluarkan isinyaEehhh Ia melepas ciuman, melihat ke bawah.Ada apa Tante Tanyaku diselasela dengus nafasku.Besar sekaliIa mempermainkan penisku. Menggenggam, meremas.Geli, geliii sekali.Stop Tante, jangan sampai keluar. Aku ingin pengalaman baru, Tante. Ingin memasuki kelaminmu..sekarang!Kutarik tangannya dari penisku. Untung Tante menurut. Aku tak jadi keluarKulepas tali kutangnya, tapi yang belakang susah dilepas. Tante membantu. Buah dada itu terbuka. Wow.luar biasa indahnya. Belum sempat aku menikmat buah itu, Tante memelukku. Meraih tangan kananku, dituntunnya menyelip ke celana dalamnya. Dibawah rambutrambut itu terasa basah. Diajarinya aku bagaimana jariku harus bermain di sana : menggesekgesek antara benjolan dan pintu basah itu.Uuuuuuhhhhhh, Tooo..Dilepasnya bajuku, singletku, celanaku luar dalam. Aku telanjang bulat. Kutarik juga celana dalamnya. Ia telanjang bulat juga. Luar biasa. Pinggang itu ramping, perut itu rata, ke bawah melebar lengkungannya indah. Rambutrambut halus itu menggemaskan, diapit oleh sepasang paha yang nyaris bulat. Seluruhnya dibalut kulit yang putih dan mulusnya bukan main!.Ditariknya aku ke dipan. Ia merebahkan diri. Kakinya ditekuk lalu dibuka lebar. Dipegangnya kelaminku, ditariknya, ditempelkannya di selangkangan. Rasanya terlalu ke bawah. Ah, dia kan yang lebih tahu. Aku nurut saja. Tangannya pindah ke pantatku. Ditariknya aku mendekat tubuhnya. Sesuatu yang hangat terasa di ujung penisku.Tangannya memegang penisku lagi. Belum masuk ternyata. Disapusapukannya kepala penisku di pintu itu. Sementara ia menggoyang pantatnya. Geliii, Tante. Aku manut saja seperti kerbau dicucuk hidung. Memang belum pengalaman! Didorongnya lagi pantatku. Meleset!Pernah kupikir waktu pertama kali aku melihat kelamin Tante beberapa hari lalu, mana cukup lubang sesempit itu menampung kelaminku yang lagi tegang ?Tante membuka pahanya lebih lebar lagi, mengarahkan penisku lagi, dan aku sekarang yang mendorong. Kepalanya sudah separoh tenggelam, tapi macet!Kelaminmu besar, sih!keluhnya. Padahal barusan ia mengaguminya.Ia menggoyang pantatnya danbless. Masuk separoh.Aaaaahhh teriak kami berbarengan. Terasa ada sesuatu yang menjepit penisku, hangat, enak!Pantatnya bergoyang lagi, tumitnya mendorong pantatku.Blesss..masuk lagi. Makin hangat, makin sedap, dan geli.Goyang lagi, aku dorong sekarang.

Baca Juga Cerita Dewasa : Aku Pasrah Di Gauli Teman Suamiku

Masuk semuanyaSeedaaaaaaaaap!Tante bergoyang.Nikmaaaaaaaat!Tante menjepit.Geliiiiiiiiiiiiiiii!Kutarik pelan. Terasa gesekan, enak. Ya, digesek begini enak. Tarik sedikit lagi, dan kudorong lagi.Idiiiiiiiiiiih, sedaaaaapp Too Tante berteriak, agak keras.Geli di ujung sana. Tariik, dorooongMakin geli..Geli sekaliTak tahaaaaaannTahan dulu, ToTak mungkin, sudah geli sekali.lalu..Aku melambung, melayang, melepas..Aaaaaahhhhhhh teriakku. Nikmatnya sampai ke ubunubun.Mengejang, melepas lagi, berdenyut, enak, melepas lagi, nikmat sekali..!Genjot lagi, To teriaknyaMana bisa.Ayo, ToAku sudah selesai!Tante masih menggoyangAku ikut saja, pasifTooooo, ..Tante gelisah, goyangnya tak kubalas. Aku sudah selesai!Eeeeeeeeehh keluhnya, sepertinya kecewa.Bergerakgerak tak karuan, menendang, menggeliat, gelisah..Penisku mulai menurun, di dalam sana.Tante berangsur diam, lalu sama sekali diam, kecewa.Tinggal aku yang bingung.Beberapa menit yang lalu aku mengalami peristiwa yang luar biasa, yang baru kali ini aku melakukan.
Baru kali ini pula aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan berhubungan kelamin.Nikmatnya susah digambarkan.Hubungan kelamin antara pria yang mulai menginjak dewasa dengan wanita dewasa muda.Samasama diinginkan oleh keduanya.Keduanya yang memulai.Berdua pula yang melanjutkan, keterusan dankepuasan.Kepuasan ? Aku memang puas sekali, tapi Tante ?Itulah masalahnya sekarang.Aku menangkap wajah kecewa pada Tante.Perilakunya yang gelisah juga menandakan itu.Aku jadi merasa bersalah. Aku egois.Aku mendapatkan kenikmatan luar biasa sementara aku tak mampu memberi kepuasan kepada lawan mainku, Tante Yani.Terlihat tadi, ia ingin terus sementara aku sudah selesai.Aku bingung bagaimana mengatasi kebisuan ini.Aku masih menindih tubuhnya. Penisku masih di dalam.Buah dadanya masih terasa kencang mengganjal dadaku.Pandangannya lurus ke atas melihat plafon.Aku harus ambil inisiatif.Kucium pipinya mesra, penuh perasaan.Maafkan saya, TanteTante menoleh, tersenyum dan balas mencium pipiku.Sementara aku agak lega, Tante tak marah.Kamu engga perlu minta maaf, ToHarus Tante, saya tadi nikmat sekali, sebaliknya Tante belum merasakan. Saya engga mampu, Tante. Saya belum pengalaman Tante. Baru kali ini saya melakukan ituBetul ? Baru pertama kamu melakukan ?Sungguh TanteEngga apaapa, To. Tante bisa mengerti. Kamu bukannya tidak mampu. Hanya karena belum biasa saja. Syukurlah kalau kamu tadi bisa menikmatiNikmaaat sekali, TanteTante diam lagi, mengeluselus punggungku. Nyaman sekali aku seperti ini.To panggilnya.Ya, TanteIni rahasia kita berdua saja ya ? Tante minta kamu jangan katakan hal ini pada siapapunTentu Tante, tadinya sayapun mau bilang begitu Tibatiba aku ingat sesuatu. Mendadak aku jadi cemas.TanteHhmmGimana kalau Tante nanti .. Aku tak berani meneruskan.Nanti apa ?Akibat perbuatan tadi, lalu Tante ..Hamil ? potongnya.YaEngga usah kamu pikirkan. Tante sudah jagajagaSaya engga mengerti TanteTo, lain kali saja ya Tante jelasin. Sekarang Tante harus mandi, Oommu kan sebentar lagi datangAh, celaka. Sampai lupa waktu. Aku bangkit hendak mencabut.Pelanpelan To katanya sambil menyeringai, lalu matanya terpejamEeeeeehhh desahnya hampir tak terdengar, ketika aku mencabut kelaminku.Kubantu ia mengenakan kutangnya. Buah dada itu belum sempat aku nikmati. Lain kali pasti!Tante aku memanggil ketika ia sudah rapi kembali.Kupeluk ia erat sekali, kubisikkan di dekat kupingnyaTerima kasih, Tante lalu kucium pipinya.Ya jawabnya singkat.Sana mandi, cuci yang bersih niih katanya lagi sambil menggenggam penisku waktu bilang niihOoohhh, nikmatnya hari ini aku.Malam ini pertama kali aku ciuman dengan nikmat, pacaran sampai keterusan. Pertama kali penisku memasuki kelamin wanita. Pertama kali aku menumpahkan air ku ke dalam tubuh wanita, tidak ke perut atau ke lantai.Lebih istimewa lagi, wanita itu adalah Tante Yani.Wanita dengan tubuh yang luar biasa.Bentuknya, potongannya, halusnya, padatnya, putihnya, bulunya..Padahal wanita itu sudah 26 tahun, sepuluh tahun di atas usiaku. Tapi lebih padat dari Si Ani yang 17 tahun, lebih manis dari Si Yuli yang sepantaranku, lebih indah dari Si Rika yang seumurku.Yang masih mengganjal, wanita itu Tanteku, isteri Oom Ton. Ya, aku meniduri isteri Oomku! Aku mendapatkan pengalaman baru dari isterinya! Aku memperoleh kenikmatan dari meniduri isterinya. Isteri orang yang membiayai sekolahku, yang memberiku makan dan tempat tinggal!Betapa jahatnya aku. Betapa kurangajarnya aku.Aku sekarang jadi pengkhianat!Mengkhianati adik misan ayahku!Tapi, keliru kalau semua kesalahan ditimpakan kepadaku.Siapa yang menyuruh memijat ?Okey, seharusnya memijat saja, kenapa pakai mengelus ?Pakai meremas pantat ? Habis, siapa yang tahan ? Aku masih 16 tahun, masih sangat muda, tapi sudah matang secara seksual, mudah terrangsang.Tante sendiri, kenapa tidak menolak ? Bisa saja ia menempelengku ketika aku mau mencium bibirnya di karpet itu. Bisa saja ia menolak waktu aku membopongnya ke kamarku. Dan aku, bisa saja memberontak waktu ia merogoh celana dalamku, waktu ia menggenggam kelaminku dan diarahkan ke kelaminnya.Kesimpulannya : salah kami berdua!Tapi, aku ingin mengulangi .!***Paginya, kami sarapan bertiga, Aku, Oom, dan Tante. Aku jadi tidak berani menatap mata Oom waktu kami berbicara.
Mungkin karena ada perasaan bersalah. Sedangkan Tante, biasabiasa saja. Sikapnya kepadaku wajar, seolah tak terjadi apaapa. Tak ada pembicaraan penting waktu makan.Tante bangkit menuangkan minuman buat Oom. Kupandangi tubuhnya. Aku jadi ingat peristiwa semalam. Rasanya aku tak percaya, tubuh yang ada di depanku ini, yang sekarang tertutup rapat, sudah pernah aku tiduri. Aku ngaceng lagi..Susah sekali aku berkonsentrasi menerima pelajaran hari ini. Pikiranku ke rumah terus, ke Tante. Bagaimana ia menuntunku masuk. Bagaimana aku mulai belajar menggesek, terus keenakkan. Aku ingin lagi!Tante bagaimana ya, apakah ia ingin lagi ? Aku meragukannya, mengingat semalam ia tidak puas. Janganjangan ia kapok. Tadi pagi sikapnya biasa saja. Mestinya sedikit lebih mesra kepadaku. Memangnya kamu ini siapa.Lebih baik begitu, wajar saja, kan ada suaminya.***Dua hari kemudian ketika aku pulang sekolah, kulihat ada mobil Oom di garasi. Apakah Oom Ton tak ke kantor hari ini ? Atau janganjangan Oom tahu kalau aku ..Ah, jangan berpikir begitu. Dua hari terakhir ini sikap Oom kepadaku tak ada perubahan apaapa. Sikap Tante juga wajarwajar saja. Justru aku yang kelimpungan. Bayangkan. Setiap hari ketemu Tante. Aku selalu membayangkan dalamnya, walau pakaian Tante tertutup rapat. Lalu, terbayang, aku sudah pernah menjamah tubuh itu, dan terangsang lagi.Selama dua hari ini aku betulbetul tersiksa. Terlihat paha Tante yang sedikit tersingkap saja, aku langsung naik. Ooh..! Aku ingin lagiiiiii.Siang ini aku makan sendirian. Kamar Tante tertutup rapat. Oom pasti ada di dalam, mobilnya ada. Tante juga tentunya. Mungkin mereka sedang ? Siangsiang ? Biar saja, toh suamiisteri. Sekejap ada rasa tak nyaman. Tanteku sedang ditiduri suaminya! Aku iri! Memangnya kamu siapa ?Baru saja aku selesai menyantap sendok terakhir makananku, kemudian mengangkat gelas, ketika tibatiba pintu kamar terbuka, Tante keluar, mengenakan baju tidur. Aku terpana. Tanganku yang sedang memegang gelas berhenti, belum sempat minum, terpesona oleh Tante dengan baju tidurnya. Kelihatan ia baru bangun tidur, melihatku.Sudah pulang, ToUdah dari tadi TanteIa tutup pintu kamarnya kembali lalu mendekatiku, dan tibatiba mencium pipiku erat, lenganku merasakan lembutnya sesuatu yang menandakan Tante tak memakai kutang.Hampir saja aku menumpahkan air minum karena kaget.Ada kabar gembira.katanya berbisik. Sebelum aku berreaksi atas aksinya itu, Tante sudah beranjak ke belakang meninggalkanku.Aku jadi penasaran. Penasaran pada benda lembut yang mendesak lenganku tadi, serta pada kabar gembira apa ?Ketika Ia kembali lagi, aku berdiri untuk memuaskan rasa penasaran tadi.Tante menempelkan telunjuknya ke mulut sambil matanya melirik ke kamar. Aku mengerti isyarat ini. Jangan ganggu, ada suaminya.Sejam kemudian kulihat Oom Ton duduk di sofa ruang tengah bersama Tante. Oom Ton berpakaian rapi berdasi, seperti hendak ke kantor, sedangkan Tante mengenakan daster pendek tak berlengan berkancing tengah, daster kesukaanku. Terlihat segar, baru saja mandi, mungkin.Tarto Oom Ton memanggilku.Ya, OomOom mau ke Bandung, dua hari. Kamu jaga rumah ya ?Ini rupanya kabar gembira itu!Baik, Oom, kapan Oom berangkat ?Sebentar lagi, jam tigaDua hari Oom tak ada di rumah, tentunya dua malam juga. Dua malam aku menjaga rumah, bersama Tante.Dua malam bersama Tante ? Bukan main!. Eit, jangan berharap dulu, ya. Kan tadi Ia bilang kabar gembira ?Kok kamu yakin kabar gembiranya Tante adalah karena Oom ke Bandung ? Jangan sok pasti ya!Aku melirik Tante, Ia biasabiasa saja.Pak Dadan datang membawa tas di bahunya, masuk garasi menghidupkan mesin mobil.Papa berangkat ya, MaYa, Pa, hatihati di jalan, ya ?Mama juga hatihati di rumahOom mencium pipi Tante, lalu menciumi Si Luki.Jaga baikbaik, ya ToYa, OomSeisi rumah mengantar Oom sampai depan pintu pagar, melambai sampai mobilnya berbelok ke jalan Tebet Timur Raya.Semuanya masuk ke rumah kembali. Hatiku bersorak. Dadaku penuh berharap dan kepalaku penuh rencana.Luki dibawa pengasuhnya ke rumah sebelah.
Mbak meneruskan pekerjaannya di belakang. Aman. Tinggal aku dan Tante. Kuberanikan diriku. Kupeluk Tante dari belakang. Betul kan, Tante tak memakai kutang. Wah, sudah lama sekali aku tak menyentuhnya.Tante sedikit kaget, lalu berbalik membalas pelukanku. Cuma sebentar, melepaskan diri.Sabar, dong ToTante Serak suaraku.Nanti malam sajaAha, rencana di kepalaku bisa terlaksana malam ini.Kami duduk berdampingan di sofa, sedikit berjarak. Aku nonton TV, Tante membaca.Aku tak tahan lagi, penisku sudah tegang dari tadi. Sekarang baru jam setengah empat sore. Berapa jam lagi aku mesti menunggu ? Oh, lama sekali.Tante, tolonglah aku. Aku tak sanggup lagi menunggu.Kulihat sekeliling meyakinkan situasi. Luki masih sama si Tinah di tetangga. Mbak Mar menyetrika di belakang. Aman!Kupegang tangan Tante yang sedang ada di pahanya. Dengan begini aku bisa meremasremas tangannya sambil merasakan lembutnya paha. Ia sesekali membalas remasanku, tetap membaca.Ditariknya tangannya untuk membuka halaman buku bacaannya, tanganku tertinggal di pahanya. Kesempatan.Kuusap lembut pahanya. Paha itu masih seperti yang kemarin, padat, kenyal, halus, berbulu lembut. Masih tetap membaca.Aku makin berani, tanganku bergerak ke atas menyusup dasternya. Kuusap celana dalamnya. Nafasnya mulai terdengar meningkat volumenya.Diletakkannya buku itu sambil menghela nafas panjang.To., kamu engga sabaran, ya ? katanya sambil memegang tanganku di bawah sana.Maafkan saya Tante, saya.. saya ..engga kuat lagi Tante, saya ingin lagi, Tante Kataku terputusputus menahan birahi yang mendesak. Kelaminku juga mendesak.Masih sore, ToTolonglah., Tante, saya membayangkan terus setiap ..hari kataku setengah memohon. Aku yakin Tantepun sebenarnya telah terangsang, terlihat dari nafasnya dan aku merasakan basah di celananya. Aku sudah sampai pada titik yang tak mungkin surut kembali. Situasi sekeliling aman. Jadi, apa lagi selain berlanjut ?Saya mohon, Tante kini aku betulbetul memohon.Ditariknya tanganku dari paha, lalu dituntun ke dadanya. Permohonanku diterima.Kuremas buah dada itu yang hanya ditutupi selembar kain daster.Eeeeeeehhh desahnya.Tiga hari lalu, waktu aku pertama kali meniduri Tante (memang baru pertama kali aku berhubungan sex), aku belum sempat menikmati buah dada ini. Waktu itu kami sudah samasama terangsang sehabis aku memijatnya. Aku baru sempat meremasnya, itupun dibalik kutang. Lalu ketika kutangnya sudah terbuka, Tante sudah keburu menuntun kelaminku memasukinya.Sekaranglah kesempatan untuk menikmati dada itu.Kubuka kancing dasternya, satu, dua, tiga.Dada itu mengagumkan.Putih, besar, menonjol, bulat, bergerak maju mundur seirama nafasnya, putingnya kecil agak panjang tegak lurus ke depan berwarna merah jambu.Aku berlutut di depannya, kusingkirkan daster itu, kucium belahan dadanya yang seperti parit kecil di antara dua bukit.Halusnya buah itu dapat kurasakan di kedua belah pipiku.Mulutku bergerak ke kiri, ke dada bagian atas, terus turun, kutelusuri permukaan bukit halus itu dengan bibir dan lidahku. Sementara tangan kananku mengusapi buah kirinya. Luar biasa, kulit itu haluuus sekali! Tangannya mengusapusap belakang kepalaku. Penelusuranku berakhir di puncaknya. Kumasukkan putting itu kemulutku, kukemot.Aaaaaaaahhh lenguhnya pelan sekali.Tangannya menekan kepalaku.Kukemot lagi, kuhisap, kupermainkan dengan lidahku, putting itu mengeras. Puting satunya lagi juga mengeras, terasa di antara telunjuk dan ibujari tangan kananku.Ada kesamaan gerak antara mulut dan tangan kananku. Kalau mulutku mengulum puting, jarijariku memilin puting sebelahnya. Bila bibir dan lidahku merambahi seluruh permukaan buah yang sangat halus itu, telapak tanganku merambah pula. Seluruh permukaan dada itu demikian halus, sehingga ada sedikit yang tak halus di sebelah puting agak ke bawah menarik perhatianku.Kulepaskan muluku dari dadanya, ingin memeriksa. Di sebelah puting dada kiri Tante ada bercak merah. Kuperhatikan dan kuraba. Seperti bekas gigitan. Oh. Aku ingat tadi siang waktu makan. Ini pasti hasil kerja Oom Ton di kamar yang terkunci tadi..Akupun ingin. Betapa enaknya menggigit buah kenyal ini.Dada kanan bagianku.

Streaming video bokep Kania cewek langganan om-om colmek sambil berdiri

Kucium puting itu kembali, geser sedikit, aku mulai menggigit.Tibatiba Tante mendorong kepalaku.Jangan, To. Kamu..mikir, dong katanya sambil terengahengah.Ah, bodohnya aku. Kalau kugigit tentu nanti berbekas, jelas pemilik sahnya, Oom Ton, akan curiga!Maafkan saya Tante, habis gemas sih.Yahhh.engga apaapa. Kamu harus ingat, ini rahasia kita sajaDipegangnya dadanya sendiri lalu disodorkannya ke mulutku. Gantian, sekarang dada kiri dengan mulutku, yang kanan dengan tangan kiriku.Sudah saatnya untuk pindah ke kamar.Aku bangkit berdiri. Tante masih tergolek duduk. Kancing tengah dasternya sudah semuanya terlepas, menyibak kesamping, tinggal celana dalamnya saja. Dada itu rasanya makin besar saja.Kutarik kedua tangan Tante, tapi ia melepaskannya. Dibukanya gesperku, lalu kancing celanaku, dan ditariknya resleting dan celana dalamku. Penisku yang tegang itu keluar dengan gagahnya persis di depan mukanya.Uuuuuuuuuhhhh Tante melenguh pelan memegang kelaminku, dielusnya.Kok besar sekali sih To, punyamu iniKuraih badannya, kubimbing ia ke kamarku sambil masih memegang senjataku, tertatihtatih kami berdua.Kukunci pintu kamarku, kurebahkan Tante perlahan di dipanku, kulucuti pakaianku, dengan bertelanjang bulat kudekati Tante.Dengan perlahan kupelorotkan celana merah jambu itu. Kembali aku bertemu dengan rambut halus hitam mengkilat itu. Ada cairan bening di sana. Kutindih tubuhnya lalu kakinya menjepit tubuhku. Kamipun berciuman, saling menggigit lidah. Lalu akupun tak tahan lagi.Aku bangkit. Kubuka kakinya lebar. Lubang sempit itu terbuka sedikit, merah. Sekarang aku tak perlu dituntun lagi. Aku sudah tahu. Kutempelkan kepala penisku ke lubang sempit itu, lalu kudorong hatihati.Aaaaaaaaaaahhhhh, To, sedaaaaaapKepalanya sudah masuk. Nikmaaaaaaaaaat!Aku heran, lubang sesempit itu bisa menelan kepala penis besarku. Kenapa kupikirkan ? Yang penting enak.Sambil memegangi kedua belah dadanya, aku mendorong lagi. Enakenak geli atau geligeli enak. Entah mana yang benar. Kudorong lagi, Aaah lagi, enak lagi, geli lagi.Lagi kudorong, sampai habis, sampai mentok.Idiiiiiiiiiiiiih, Toooo, enak sekaliNyaman, sudah didalam seluruhnya.Pinggul Tante mulai berputar. Aku tahu tugasku, menarik dan mendorong. Mulut Tante mengeluarkan bunyibunyian setiap aku mendorong. Melenguh, mendesah, kadang menjerit kecil, atau katakata yang tak bermakna.Kejadian tiga hari lalu berulang. Baru beberapa kali tusuk aku sudah merasakan geli luar biasa. Nampaknya aku tak mampu menahan lagi. Ah, kenapa begini ? Aku tak bisa tahan lama. Aku cemas janganjangan Tante nanti kecewa lagi. Tapi bagaimana lagi, aku sudah hampir tiba di puncak.Aku coba berhenti bergerak sambil menahan agar jangan sampai keluar dulu, persis kalau aku menahan kencing. Tapi begitu aku diam, pantat Tante langsung berputar. Seluruh bagian tubuh yang di dalam sana memerasmeras kelaminku. Oh, aku tak akan berhasil menahan diri. Langsung saja aku bergerak lagi, makin cepat malah. Ocehan Tantepun makin ngawur.Aku jadi cepat, makin cepat dan semakin cepat, lalu . badanku bergetar hebat, mengejang, berulang, memuntahkan, mengejang lagi, muntah lagiTante berhenti berputar, lalu menjepit kakiku, menerima pelepasanku.Rasanya aku mengeluarkan banyak sekaliLalu akupun ambruk di atas tubuh Tante.Aku selesai. Selesai menggetar, selesai mengejang, selesai melepas, selesai semuanya. Tanteku selesai terpaksa. Aku yakin ia kecewa lagi.Tante, gimana Tante, saya engga bisa menahan lagiHmmm, ToMaafkan lagi saya, Tante. Saya gagalSudahlah, ToSaya hanya memuaskan diri sendiriTante bilang sudahlah, kamu lumayan tadiLumayan gimana Tante ?Ada kemajuan dibanding yang lalu. Tante merasa enak, tadiTante bohong! Tante cuma menghibur sayaBenar, To. Memang Tante merasa belum tuntas, tapi kocokanmu tadi bisa Tante nikmati. Aku agak tenteram.Ini karena kamu belum biasa, To. Tante yakin, lamalama kamu akan mampu. Barangmu kerasnya luar biasaGimana caranya supaya saya bisa lama, Tante ?Nanti kamu akan tahu sendiriAjarin saya ya, TanteTante tak menjawab. Akupun berdiam diri. Lama kami berdua membisu.Tante melihat jam, pukul empat sore, lalu bangkit mencaricari pakaiannya yang berserakan.Tante mandi dulu, ya ?Aku membantunya berpakaian.Merapikan karet celana dalamnya, mengkaitkan kutangnya, mengancingkan dasternya.

Baca Juga Cerita Seks : Aku di Setubuhi di Puncak

Ada sesuatu yang lain kurasakan. Aku merasa demikian mesra membantunya berpakaian. Aku serasa membantu isteriku!Ya, barusan aku merasa meniduri isteriku.Kupeluk Tante erat sekali, agak lama. Lalu kucium pipinya dalamdalam.TanteApa, To ?Tarto sayang Tante kataku tibatiba.Dipandangnya mataku luruslurus.Apa maksudmu ToEngga tahu Tante, pokoknya saya sayang sama Tante. Tante jangan kapok, ya ? Tarto ingin kita terus beginiOh, itu maksudmu. Asal kamu bisa jaga rahasiaBisa, TanteJuga harus hatihatiIya,TanteTanpa kusadari, penisku bangun lagi.Sudah, mandi sana Tante ke luar kamarku***Malam itu aku nonton TV sendirian. Tante ada di kamarnya, tertutup. Aku kesepian. Aku mengharapkan Tante akan ke luar dari kamar menemaniku di sini. Kemudian aku mendekatinya, lalu ciuman, rabaraba, dan diakhiri dengan hubungan suamiisteri.Heran aku, baru tadi sore aku dipuaskan oleh Tante di kamarku, malam ini aku ingin lagi! Aku ingin kenikmatan itu lagi. Aku tetap menunggu.Jam 9 malam. Tante belum juga muncul.Pukul 9.30, tidak juga.Kemarilah Tante, aku merindukanmu.Malam ini adalah malam pertama Oom tak ada di rumah. Ayolah Tante, ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan.Atau kuketuk saja pintunya, lalu aku masuk ?Ah jangan. Itu kurang ajar, namanya.Tubuh indah itu sendirian di kamar.Buah dada putih itu tak ada yang mengelusnya.Kelamin berambut halus itu tak ada yang memasukinya malam ini.Kenapa engkau tidak ke luar ?Barangkali Tante memang tidak membutuhkannya. Paling tidak malam ini.Ya, kalau ia butuh tentunya akan mendekatiku.Jam 10, belum ada tandatanda.Aku putuskan, malam ini memang Tante tak mau diganggu. Biar sajalah. Toh besok siang, sore, atau malam masih ada kesempatan. Oom Ton menginap di Bandung dua malam. Yah, besok sajalah.Tapi aku ingin malam ini!Aku ingin malam ini kelaminku masuk dan kemudian mengeluarkan cairan dengan nikmat!Kemudian aku mengeluarkan penisku yang sudah tegang itu. Kata Tante punyaku ini besar. Entah benarbenar besar, aku tak tahu. Sebab aku belum pernah lihat punya orang lain.Karena tidak ada Oom Ton, aku jadi makin berani menggoda Tanteku. Seperti waktu sarapan tadi. Aku mengeluselus bahu dan lengan atasnya yang terbuka di meja makan. Bahkan mencium pipinya.Hatihati, ToYa, Tante, Kan saya lihatlihat keadaan duluMar ada di belakang katanya.TanteEhm ?Tarto sayang TanteAku udah ada yang punya, To katanya sambil mencubit pahaku. Aku senang.Ya. Pokoknya saya sayang Janganjangan aku jatuh cinta benarbenar sama Tanteku ini.Semalam Tante ke mana. Saya tunggutungguYa. Tante tahu, kamu nonton TV. Kamu masuk kamar jam 10 kan ? Masa mau terusterusan. Aku lega, Tante tak tahu perbuatanku semalam yang menyelinap ke kamar Mbak Mar.Iya dong. Mumpung ada kesempatan. Sekarang juga saya mau kataku nakal.Gila, kamu To. Awas jangan sampai mengganggu sekolahmu!Habis Tante betulbetul menggemaskan Aku ngaceng lagi!Udah ah, berangkat sana, nanti telatTapi nanti lagi ya Tante, janji duluLihat dulu nantiBagaimana tidak mengganggu sekolah, seharian aku ingat Tante terus. Membayangkan apa yang akan kuperbuat nanti bersama Tante. Demikian lah Cerita Panas Indonesia Belajar Ngentot Dengan Tante oleh Cerita sex hot