Namaku Vitalia Shesa, umurku 18 tahun dan saat ini aku adalah seorang mahasiswi yang baru melewatkan semester 2 dan sedang menjalani semester pendek di sebuah universitas swasta di Jakarta. Rumahku di Jakarta juga, tetapi cukup jauh dari kampus, dan macetnya kota Jakarta memaksaku untuk kos di dekat kampus agar tidak tua di jalan.
Jam kecil di mejaku masih menunjukkan waktu pukul 7 pagi, sementara aku sendiri baru ada kelas jam 10 nanti, jadi aku bisa bersantai dulu karena sedang tidak ada tugas yang harus buru-buru dikerjakan. Aku mulai menyalakan laptopku, lalu browsing internet tanpa tujuan, sekedar membunuh waktu dan menghibur diri saja. Aku menonton video-video dance karena aku sendiri memang suka dance.
Lalu aku menemukan video yang membuatku salah fokus. Sebetulnya hanya video dance biasa saja yang dimainkan oleh 1 pria dan 1 wanita, hanya saja menurutku dancer prianya cukup ganteng dan tariannya menggambarkan kemesraan.
Dengan setengah sadar tanganku mulai menyingkap celana pendekku sendiri. Tanganku langsung menyentuh bibir memekku karena aku memang terbiasa tidak memakai celana dalam saat tidur. Aku mulai berimajinasi bahwa aku lah yang sedang menari bersama pria itu, lalu tanpa sengaja aku tersandung dan jatuh bertumpukan dengan pria itu. Toketku yang berukuran sedang mengganjal di dada pria itu, dan nafas hangat pria itu terhembus ke leherku. Bibir vaginaku mulai basah membayangkan semuanya itu.
Namun tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara dering handphoneku. Dengan enggan aku melirik HP ku, ternyata telepon dari Roro Fitria, temanku. Aku sudah berteman dengan Roro, dari SMP dan sekarang juga 1 kampus, bahkan 1 jurusan dan saat ini 1 kelas denganku. Rumahnya juga jauh seperti aku, namun ia tidak kos dan lebih memilih pulang-pergi.
Roro: “Halo Vi, lo lagi di kosan ga?”
“Iya nih, kenapa Ro? Kepagian lagi?”
Roro: “Hahaha jangan gitu dong, rumahku kan jauh, jadi berangkat cepet, daripada telat kan?”
“Hahaha iye iye, mau ke sini?”
Roro: “Iya nih gw udah ampir sampe, nebeng ya kaya biasa, hehe”
“Ya udah, hehe, ntar ngetok aja”
Lalu telepon ditutup. Tak sampai 5 menit kemudian terdengar ketukan di pintu kamarku.
“Viii, Viiii, gue nih” teriak Roro.
“Iye iye, masuk aja” sahutku. Roro pun membuka pintu kamarku dan langsung duduk di tempat tidur. Aku masih duduk di depan laptopku, imajinasiku pagi itu terpaksa berhenti.
“Pagi amat lo, kepagian sih kepagian, tapi gak 2 jam juga kali” kataku sambil melirik ke jam di mejaku yang menunjukkan waktu pukul 8 pagi.
“Hehehe, tadi pagi gw salah liat jam” kata Roro sambil garuk-garuk kepala.
“Dasar lo ya, dari SMP kok ya ga berubah-berubah”, kataku sambil tertawa dan memukul pundak Roro.
“Eh btw gw blom mandi nih, lo tunggu di sini dulu ya, gw mandi dulu” kataku sambil mengambil peralatan mandi dan baju ganti.
“Oke Vi, gw mainin laptop lo ya” jawab Roro.
“Iya pake aja”, sahutku sekenanya dari dalam kamar mandi. Kamar kosanku memang dilengkapi dengan kamar mandi di dalam.
Aku mulai melepas pakaian dan menyalakan shower dengan air hangat. Memekku masih agak basah, menyisakan nafsu yang dibatalkan oleh kedatangan temanku. Aku mengusap badanku dengan sabun, menjangkau setiap jengkal tubuhku.
“Duh nanggung banget nih, ga enak banget nanggung gini” pikirku sambil memainkan sedikit toketku.
Namun terpaksa aku mandi biasa saja dan mengabaikan basahnya vaginaku yang memanggil minta dipuaskan, karena kalau aku masturbasi dulu pasti akan lama dan membuat Roro curiga.
Aku keluar kamar mandi. Temanku masih browsing laptop, namun kulihat sedikit berkeringat.
“Kenapa lo keringetan gitu, kamar gw AC gini masa masih kepanasan juga sih lo?” tanyaku.
“Ah ngga, ini kan tadi gw dateng emang keringetan, ya belom ilang aja” sahut Roro.
Aku tidak memikirkan jawabannya lagi, lalu ngobrol-ngobrol saja dengan Roro sampai hampir jam 10.
“Berangkat yuk Shel, jam 10 kurang nih” ajakku. Roro mengangguk dan mengambil tasnya. Lalu kami berdua keluar kamar, tak lupa aku mengunci pintu kamarku.
Kami berdua sampai kelas, lalu absen, dan mengikuti kelas perkuliahan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa hari itu, kecuali dosenku memberi tugas untuk dikerjakan berkelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 3 orang. Tugas ini waktunya cukup panjang karena tugasnya juga tidak mudah. Tentu saja aku dengan Roro, lalu 1 orang lagi?
“Eh kalian baru berdua ya, gw ikut dong, masih ada slot ga?” tanya Erwin tiba-tiba.
Temanku yang bernama Erwin ini sebetulnya punya geng sendiri, cowo semua, hanya saja jumlahnya berempat. Mau tidak mau satu orang harus mencari kelompok lain karena diharuskan bertiga.
“Nah kebetulan, yaudah, kita baru berdua kok” sahutku.
Tak lama kemudian kelas bubar. Hanya ada 1 kelas itu saja untuk hari itu.
“Makan yuk, terus abis ini kita diskusiin bentar tugas yang tadi, rada susah lho itu, mending mulai dipikirin dulu” ajakku kepada Roro dan Erwin.
“Ya udah boleh” sahut Erwin.
“Yah tapi gw mesti sampe rumah rada cepet hari ini, ga bisa besok aja?” sahut Shelly.
“Yah kalo besok gw yang ga bisa” sahut Erwin.
“Yaudah gini aja, hari ini gw ama Erwin discuss dulu, lo pulang dulu aja Ro gak papa kok, progressnya bisa kita obrolin besok di kosan gw atau chat, gampang lah” kataku.
Kami sepakat, selesai makan Roro pamit dan tinggal lah aku berdua dengan Erwin, menuju kosanku untuk membicarakan tugas yang tadi diberikan. Aku membuka kunci kamarku dan membuka laptopku yang memang tadi tidak aku matikan, hanya di-sleep saja.
“Sambil cari data di internet dulu aja kali ya”, kataku sambil membuka browsernya. Alangkah kagetnya aku karena yang terbuka adalah website bokep.
“Wah buset Vi, lo pagi-pagi nonton ginian?”, tanya Erwin.
Pasti Roro yang membuka website itu, pantas saja tadi pagi berkeringat, pasti abis masturbasi tuh anak, namun aku berpikir cepat, tidak mungkin aku bilang Roro yang buka, ntar diapa-apain lagi sama Erwin.
“Iya nih, aduh lupa gw close lagi hahaha”, sahutku sambil menahan malu, pikirku kalau sama aku Erwin ga bakal berani, lagipula toh sebenarnya aku juga suka buka website bokep.
“Haha nih web mah biasa aja, nih gw kasih yang lebih yahud”, sahut Erwin sambil mengambil alih laptopku dan membuka beberapa situs yang sebenarnya sebagian besar juga aku sudah tahu. Namun tak urung harus kuakui nafsuku naik karena Erwin membukanya sambil menyetel beberapa video.
“Iya kan lebih bagus kan daripada yang tadi hahaha”, kata Erwin.
“Iya win”, jawabku sekenanya sambil melirik sepintas ke arah Erwin.
Kulihat di celananya pun ada tonjolan, pasti mulai terangsang juga, namun sudah kuduga dia tidak berani macam-macam sama aku. Tapi vaginaku makin basah, memanggil minta penuntasan. Aku mulai berpikir kenapa ga dimanfaatin aja si Erwin, daripada masturbasi sendirian?
“Eh iya Win, gw ke kamar mandi bentar ya”, kataku.
“Hayoo mau ngapain di kamar mandi, hahaha”, ledek Erwin.
“Enak aja, cuma cuci muka aja kok yee”, jawabku.
Sebenarnya ini hanya strategiku. Aku lalu ke kamar mandi, mencuci muka dan dengan sengaja menyipratkan sedikit air ke bajuku, supaya aku punya alasan untuk ganti baju. Lalu aku mengambil kaos putih yang agak tipis, ganti baju, lalu kembali ke depan laptop.
“Hah lo ngapain sampe ganti baju Vi?” tanya Erwin.
“Itu tadi pas cuci muka baju gw kecipratan, kan dingin, jadi gw ganti aja”, jawabku.
Aku duduk sementara Erwin berdiri di belakangku, aku yakin pasti Erwin sedang menikmati pemandangan punggungku dan tali BH ku yang pasti agak terlihat karena tipisnya kaosku.
“Engg, Vi?”, kata Erwin.
“Ya Win?”, kataku tanpa menengok, memancingnya.
“Vi…”, panggil Erwin lagi sambil menyentuh pundakku dengan ragu.
“Iya Win?”, sahutku sambil menengok dan mencondongkan badan sedikit saja. Erwin pasti sekarang melihat BHku dari depan, ditambah dadaku pasti membusung karena aku agak melengkungkan badan.
Tanpa kusangka tiba-tiba Erwin langsung menyergapku, memelukku dengan erat dan bibirnya langsung memagut bibirku dengan sangat bernafsu. Memang aku yang memancingnya, fantasiku.com namun aku tak menyangka bahwa ternyata Erwin seberani itu. Karena kaget aku meronta-ronta, berusaha melepaskan diri, tapi Erwin makin mengencangkan pelukannya dan memagut bibirku makin kuat.
“Hmmmpph…mmmff..!”, cuma itu suara yang bisa kukeluarkan, lalu tiba-tiba Erwin melepas bibirku dan mengendurkan pelukannya.
Aku langsung mendorongnya keras hingga jatuh ke tempat tidurku.
“Lo gila ya win!”
“Sorry Vi, aku ga tahan, maaf ya, aku benar-benar ga tahan”
Aku diam.
Erwin: “Maaf banget Vi, plis maafin aku, aku janji aku ga akan kaya tadi lagi”
Aku berjalan mendekat ke Erwin.
Erwin: “Vi? Aduh marah ya, ya wajar sih, sorry aku khilaf. Yuk lanjut bikin tugas gimana Vi?”
Plak! Aku menampar Erwin dengan keras. Erwin bengong. Lalu aku mengusap lembut pipinya yang merah akibat tamparanku. Wajah kami benar-benar dekat sekarang, aku dapat merasakan hembusan nafas Erwin dan aku yakin dia juga merasakan hembusan nafasku.
Lalu Erwin mendekatkan wajahnya, dan mencium bibirku, tapi kali ini dengan lembut. Ia membuka bibirku dan menghisap lidahku. Aku membalas ciumannya, kami saling berpagutan, bermain dengan bibir dan lidah kami selama beberapa menit, saling hisap, saling cumbu. Ia melepas bibirnya sebentar dan memandangku. Aku menatapnya sayu. Lalu ia mulai menciumku lagi dengan lembut. Aku tersentak kaget ketika merasakan ada tangan yang menyentuh pinggangku, lalu bergerak naik mengelus payudaraku dari luar baju. Erwin melepas ciumannya, memelukku lembut dan menghembuskan nafas hangat ke leherku, sehingga aku makin terangsang.
Erwin kembali menatapku, tampaknya ia ingin memastikan kalau aku tidak marah. Aku hanya menatapnya sayu. Sekarang ia tahu ia dapat melanjutkan permainannya. Tangannya lalu bergerak membuka kausku yang tipis. Diremasnya toketku dengan lembut dari luar BH. Aku mendesah. Aku tahu bahwa ini pasti akan berlanjut semakin jauh. Ada rasa takut, ada sedikit rasa sesal, perasaanku bercampur aduk, namun nafsu lebih kuat menuntunku sehingga aku menerima, bahkan menikmati permainan ini.
Kami saling diam, tidak ada satu katapun terucap dari bibir kami. Kurasa pikiran Erwin pun berkecamuk, sama seperti aku. Yang aku tahu Erwin bukan tipe yang mungkin pernah melakukan seks, karena itulah aku sungguh tak menyangka ia bisa seberani itu tadi. Namun permainan ini terus berlanjut meski kami saling diam. Tangan Erwin bergerak ke belakang, melepas pengait BH ku. Sekarang kedua toketku yang berukuran cukup proporsional terpampang tanpa penutup apapun. Erwin lalu mencium leherku dan menjilatnya sedikit, tangannya meremas lembut kedua toketku.
Tiba-tiba tangan kanannya bergerak turun, meraba pahaku. Ia berusaha melepas celanaku, aku membantunya dengan melepas celanaku sendiri, sehingga sekarang hanya tersisa celana dalam putih saja yang masih menutup memekku. Erwin bergegas melepas baju dan celananya sendiri, sehingga kami sama-sama hanya memakai celana dalam. Kulihat tonjolan penis Erwin yang sudah sangat keras, meronta-ronta ingin dibebaskan.
Erwin memegang tangan kananku, lalu memasukkannya ke dalam celana dalamnya. Aku tersentak agak kaget ketika tanganku menyentuh penisnya. Sebetulnya ini bukan pertama kalinya aku menyentuh senjata milik lawan jenis, perawanku sendiri sudah hilang beberapa tahun lalu sewaktu aku masih SMP. Aku melamun mengingat masa-masa itu, kejadian yang kemudian kusesali, tapi itu cerita lain. Tampaknya Erwin sadar kalau aku melamun, mendadak ia memasukkan tangannya dan memainkan bibir memekku yang tentu saja sudah basah. Kami lalu saling melepas celana dalam, kini kami sama-sama polos.
Erwin berbalik menjatuhkanku ke tempat tidur, lalu menciumku kembali. Kami sama-sama tahu kalau kami sudah sama-sama bernafsu, siap segera melanjutkan permainan ini ke langkah selanjutnya. Erwin mulai memposisikan kepala kontolnya di depan bibir memekku. Ia menatapku seakan meminta persetujuan. Aku mengangguk. Lalu Erwin segera menempelkan kepala kontolnya dan menggesek-gesekkannya sebentar dan mulai mencoba memasukkan juniornya ke dalam memekku. Aku terpekik pelan ketika kepala penisnya sudah masuk. Bagaimanapun memekku masih sangat sempit walaupun sudah tidak perawan dan sudah basah. Hanya 1 penis yang pernah merasakan hangatnya vaginaku, sejak kejadian di SMP itu aku tidak pernah melakukannya lagi hingga sekarang.
Erwin memagut bibirku lagi, ia menghisap bibir dan lidahku kuat-kuat supaya aku tidak teriak, bagaimanapun kami sedang berada di kos-kosan dan tentunya tidak ingin terdengar oleh orang lain. Erwin mendorong penisnya perlahan, menyeruak liang vaginaku semakin dalam. Aku sedikit meneteskan air mata karena sedikit sakit, walaupun penis Erwin sendiri berukuran biasa saja, kuduga panjangnya 14 cm dengan diameter 3 cm.
Erwin sudah berhenti mendorong, sepertinya kontolnya sudah masuk seluruhnya. Ia diam sejenak, membiarkan memekku beradaptasi dengan penisnya. Lalu Erwin mulai menarik perlahan penisnya, lalu mendorongnya masuk kembali. Ia mulai menggenjot pelan vaginaku. Aku merintih, kurasakan dinding vaginaku berdenyut-denyut di dalam sana. Kulihat Erwin memejamkan matanya, melenguh pelan dan berhenti sejenak, tampaknya ia merasakan denyutan vaginaku. Lalu ia mulai menggenjotku lagi. Gerakannya terkadang kurang beraturan, maklum pasti belum banyak pengalamannya. Namun kami sama-sama menikmatinya.
Aku merasakan Erwin mempercepat irama genjotannya. Aku mendesah-desah tertahan, takut kedengeran ke luar. Tiba-tiba Erwin menggenjotku dengan cepat sampai toketku terguncang-guncang dan beberapa detik kemudian mendadak Erwin mencabut penisnya dan menembakkan spermanya sebagian ke perutku, namun beberapa muncrat jauh sampai ke dadaku dan ada sedikit yang sampai ke mukaku. Kaget juga aku tiba-tiba disemprot begitu.
Belum 5 menit kami bermain, namun Erwin sudah keluar. Erwin merem melek menikmati orgasmenya. Beberapa saat kemudian ketika gelombang orgasmenya sudah selesai, ia menatapku. Aku balas menatap sayu kepadanya. Aku sedikit kecewa karena aku belum keluar. Namun ternyata dugaanku salah, Erwin segera menggesekkan kepala penisnya lagi ke klitoris dan bibir vaginaku, ternyata kontol Erwin masih keras! Ia akan melanjutkannya ke ronde ke-2, permainan yang sesungguhnya ternyata baru dimulai.
Erwin mulai mendorong penisnya lagi ke vaginaku perlahan-lahan sampai masuk setengahnya. Lalu ia mulai menggenjotku, hanya dengan penis setengah masuk. Aku keheranan. Namun belum selesai aku heran akan perlakuannya, tiba-tiba ia menarik penisnya sampai tinggal kepala penisnya, lalu mendorongnya dengan cepat sampai masuk sedalam-dalamnya.
“Aaaaahh…hhmhpphh..!!”, aku mendesah keras, untungnya ia sigap segera memagut bibirku lagi.
Ia lalu mengulang perbuatannya, menarik penisnya lagi, menggenjotku setengah penis, lalu menyodok vaginaku sedalam-dalamnya. Aku sungguh melayang dengan permainan ini. Tiba-tiba tangannya menyentuh dan memainkan klitorisku. Mulutnya yang memagut bibirku pindah sebentar ke toketku, menjilat dan menghisap putingnya. Aku menahan diriku sekuat tenaga supaya tidak mendesah terlalu keras. Dinding memekku berdenyut-denyut, aku tahu sebentar lagi aku orgasme.
Erwin yang menyadari aku hampir orgasme mempercepat genjotannya dan menyodokku dalam-dalam.
“Mmmppphh win …mau…. keluaaaarr…!!”, teriakku pelan, lalu srrrtt, aku merasakan gelombang orgasme melanda seluruh tubuhku, cairan orgasme membanjir di vaginaku, mendorong kontol Erwin.
Baru beberapa detik gelombang orgasmeku mereda, Erwin langsung menggenjot vaginaku lagi. Vaginaku yang baru saja orgasme tentu saja masih terasa sensitif, aku mau menjerit namun bibirku langsung dipagut erat-erat oleh Erwin. Untungnya ia tahu kalau tidak begitu aku pasti sudah berteriak-teriak. Ia menggenjot memekku dalam-dalam, tak sampai 3 menit aku tahu aku akan orgasme lagi.
Tanpa peringatan memekku berdenyut keras, aku orgasme lagi, cairan cintaku semakin membanjir, Erwin tahu aku tengah dilanda orgasme tapi ia tak menghentikan genjotannya. Air mataku sampai keluar karena orgasmeku terus berlanjut. Tangan kanan Erwin tiba-tiba memainkan klitorisku, sementara tangan kirinya meremas payudaraku dan mencubit pelan putingnya. Aku yang sama sekali tidak menduga akan hal ini kembali orgasme hebat, aku sampai squirting, cairan orgasmeku tumpah ke tempat tidurku dan sebagian lagi ke lantai.
“Mmmpphhh…..!!”, Erwin menarik penisnya dan berjalan di samping tempat tidur sambil mengocok penisnya, kemudian ia ejakulasi, menyemprotkan spermanya ke mukaku.
Aku secara reflek membuka mulutku sehingga beberapa semprotan masuk ke mulutku. Erwin hendak menyuruhku menghisap penisnya, namun aku memberikan kode dan ia mengerti kalau aku tidak mau. Ia lalu berbaring di sampingku. dan terdiam selama beberapa saat.
Erwin: “Vi…”
“Ya?”
Erwin: “Makasih ya Vi.”
“Iya Win, gw juga makasih.”
Erwin: “Maaf ya tadi kalo di awal gw bikin lo marah.”
“Gakpapa kok Win, gw cuma kaget aja.
Jujur gw emang pengen juga, cuma gw ga nyangka lo seberani dan seliar itu tadi di awal”
Erwin: “Hehehe, sorry, abis tadi keburu nafsu sih”
“Hahaha iya Win gakpapa, makasih ya, gw nikmatin banget permainan lo”
Erwin: “Iya Vi sama-sama, gw juga makasih banget, ternyata memek itu sempit dan hangat ya.”
“Hahaha, jadi tadi itu yang pertama buat lo? Tapi hebat juga lo, sebagai orang yang baru pertama kali lo udah bikin gw orgasme berkali-kali”
Erwin: “Haha, kalo itu sih mungkin karena gw suka baca artikel tips-tips berhubungan seks hehehe”
“Ha ha ha… dasar ya”
Erwin: “Mmmm, oh iya Vi, gw mau nanya, tapi jangan marah ya.. Lo udah ga perawan ya?”
“Iya Win, dulu pas SMP gw udah jebol, dijebolin tepatnya, tapi itu cerita masa lalu, hehe”
Erwin: “Oh, oke Vi. Anyway, sekali lagi thanks banget ya Vi”
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Erwin pamit pulang, akhirnya hari itu kami tidak jadi mengerjakan tugas dari dosen, kami malah mengerjakan “tugas” yang lain.
“Bye Vi, gw pulang dulu ya,” kata Erwin.
“Oke Win, ati-ati di jalan,” sahutku.
“Psst, laen kali lagi ya,” bisik Erwin.
“Dasar lo, hahaha, yah liat kapan-kapan deh,” sahutku.
Lalu kami pun berpisah di pintu pagar.,,,,,,,,,,,,,,,,