Namaku Paijo, aku hanyalah seorang office boy di sebuah kantor cabang perusahaan telekomunikasi di Bogor. Pekerjaan sehari-hariku bersih-bersih kantor dan melayan para karyawan serta staff. Aku belum menikah di usia 30 tahun ini, karena masih mengumpulkan biaya modal nikah. Walau begitu aku rutin bermasturbasi untuk memenuhi kebutuhan libidoku.
Salah satu yang sering jadi bahan coli ku hari ini adalah Vina, seorang karyawati berhijab berusia 25 tahun yang menurutku sempurna. Wajahnya cantik, bodynya aduhai, toketnya besar. Selain karyawan Vina juga seorang selebgram. Foto-fotonya di IG sering aku nikmati sebagai bacolku setiap malam. Aku juga sering mengintip dan curi-curi pandang kepada Vina di kantor,
Aaaaahhhh Sayangg Aaaahhhh Vina ku sayang Aaaaaahhhh. Aku membayangkan meremas-remas toket Vina, lalu menelanjanginya, menciuminya, lalu menggenjotnya. Akhirnya aku mengeluarkan air maniku yang cukup banyak. Aku ke kamar mandi sebentar lalu tertidur.
Selamat pagi Bu Vina, ujarku kepada si montok yang kutaksir.
Eh mas paijo, rajin amat nih sudah bersih-bersih. Kata Vina kepadaku.
Iya nih bu, hehe.. Bu Vina makin cantik aja.. aku mencoba mengakrabkan diri.
Ih bisa aja nih, aku kerja dulu ya mas Paijo.. ujar Vina menuju ruangannya.
Duh, kapan ya aku bisa jadi suaminya Vina. Pasti enak banget kalau bisa ngentotin Vina. Pikiranku melayang-layang.
***
Pak Paijo, tolong bereskan gudang ya. Keluarkan barang-barang yang tidak diperlukan. Ujar bosku.
Ah siap pak.! Saya kerjakan. Ujarku.
Akupun beres-beres gudang, tiba-tiba aku menemukan sebuah benda yang mirip lampu Aladdin.
Kok benda begini ada di sini? Mirip yang di film-film? kataku dalam hati.
Akupun iseng menggosok benda itu, siapa tahu keluar jin. Setelah aku gosok, ternyata benar, tiba-tiba ada asap yang keluar dari benda itu. Lalu munculah sesosok jin dengan penampilan kakek tua berambut putih namun masih bugar.
Eh buset, kok beneran kayak di film? aku pun jadi ingat film Kabayan yang juga punya pembantu jin.
Aku mencoba mencubit tanganku dan menampar wajahku sendiri, sialan sakit. Berarti ini bukan mimpi, ini nyata.
Siapa kamu? tanyaku kepada sosok di depanku.
Hahaha.. aku adalah jin penunggu lampu ini, siapapun yang menggosok lampu itu akan kukabulkan tiga permintaannya.
Wow, serius, kayak di film beneran nih. Boleh apa saja kan permintaannya? tanyaku.
Boleh, aku punya kesaktian yang bisa mengabulkan apa saja permintaanmu. Ujar jin itu.
Ah segera saja aku membayangkan Vina, aku ingin bisa ngentot dia.
Jin, aku ingin bisa mantap mantap sama Vina. Ujarku.
Hahaha.. Gampang itu.. Lalu jin itu pun memejamkan mata dan membukanya lagi.
Selamat, keinginanmu sudah terkabul. Hihi.. ujar jin itu.
Kok gak terjadi apa-apa? dalam hati ku bertanya.
Tiba-tiba hpku berdering, wah ada telepon dari Vina.
Halo Bu Vina
Eh Mas Paijo, siang ini kita makan siang bareng yuk! ujar Vina
Wah, eh iya bu. Siap
Oke, ditunggu ya Mas Paijo.
Oke bu..
Wah beneran berhasil kamu jin hehe. Aduh aku kok jadi deg degan nih. Ujarku..
Hahaha.. Om jin mau balik dulu ke lampu ya tuan.. Nanti kalau perlu lagi tinggal gosok. Jaga lampu itu baik-baik.. ujar jin tersebut.
Oke siap jin lalu jin tersebut menghilang.
***
Penampilan Vina saat bertemu Paijo:
Aku sudah tak sabar ingin ngentot Vina, wah belum minum obat kuat nih wkwkkwk. Setelah menyelesaikan pekerjaanku membereskan gudang, aku kemudian menuju ke ruangan mbak Vina. Tak seperti biasanya, dia tersenyum dan seperti senang melihatku datang. Aku kemudian masuk ke ruangannya.
Mas, makan siangnya gak jadi aja ya, saya takut ada yang curiga staf lain. Ujar Vina.
Oh iya bu, baik.. ujarku, waduh, kok begini? Dalam hati ku bertanya-tanya, jangan-jangan jin nya gagal.
Tapi nanti, saat pulang kantor, aku tunggu di hotel mercury ya pak, nanti aku kabari kamarnya. Ujar Vina..
Wah asyik akhirnya ujarku dalam hati..
Eh Pak Paijo, ehmm tapi sekarang aku mau dpnya dulu ujar Vina..
Eh, maksudnya? Wah saya harus bayar ya bu? tanyaku.
Eh bukan gitu, oh ya.. panggil aku Vina aja ya, gak usah pake bu. Ujar Vina.
Eh iya Vina, terus gimana? tanyaku..
Maksudnya nanti di hotel kan kita gituan, sekarang aku mau kamu remas-remas toket aku sama aku mau nyepong kontol Pak Paijo? ujar Vina.
Wow, binal sekali kamu Vina, beneran nih? tanyaku.
Eh iya pak, mumpung karyawan lain lagi pada makan siang. Ujar Vina.
Dan bibirku menyentuh bibir Vina. Lembut. Saling melumat, lidah kami bertautan. Tangan kananku turun, dari bahu Vina menuju pinggang, memainkan pinggang Vina, sedikit meremasnya.
“Mmmm, geli … ujar Vina
Kemudian mulai naik, menyusuri bentuk badan Vina, dan berakhir di bawah lengan kanan, kemudian disusupkan tanganku, sasarannya bukan lain buah dada Vina. Aku memainkan jemari di atas gundukan daging itu, mulai kuremas, perlahan, namun keras. Baju yang digunakan Vina keliatannya bukan sebuah penghalang.
“Aaaaahhhh, Enaaakkk Pak. Ohh Teruss..” ujar Vina.
Aku tidak peduli, kini aku mencium telinga kiri Vina. Membuat Vina semakin mendesah.
“Aaaaaaahhhhhh, sssssssssssss.”
Badan Vina semakin didekatkan ke badanku, hal ini mempermudahku meremas buah dada Vina. Dan bibirku kali ini mendapatkan leher Vina, masih tertutup jilbab kuningnya.
Tangan kiriku bergerak, mendapatkan buah dada kiri Vina, kini kedua buah dada Vina dipermainkan. Diremas, keras, namun perlahan. Mulutku pun kini kembali melumat bibir Vina yang indah itu. Memasukan lidahnya jauh ke dalam rongga mulut Vina.
“Mm, slurpp, mmmmmmppp.” Air liur kami mengalir di sela-sela mulut.
Aku memeluk tubuh Vina, dan Vinapun balas memelukku. Lidah kami kembali bertemu. Ciuman kami semakin dahsyat, saling gigit dan saling lumat. Aku kemudian dengan tidak sabar mengangkat baju Vina, terlihatlah gundukan daging putih nan indah dibalik BH berwarna hitam. Dan itu pun tidak lama, Bh itu disingkirkan ke atas. photomemek.com Kini buah dada Vina terpapar indah, dengan puting yang masih belum keluar sempurna. Namun itu tidak mengurungkan jari-jariku untuk mencubitnya, mencoba menarik puting-puting itu keluar.
“Aaaaahhhhhss, Pak, geli. Ah ah ah, jangan di sedot, geli bangettttttttt…. ” ujar Vina keenakan.
Namun aku terus menyedot kedua puting itu silih berganti, meremasi dua gunung kembar yang bulat indah itu. Membusung kencang. Aku merasa bahagia dan senang, bertahun-tahunaku melihat benda ini. Sebelumnya hanya bisa melihat saja. Namun ini, aku bisa melumat habis buah dada impian para lelaki ini.
“Eh, mau ngapain?” Vina bertanya.
“Mau gini.” Tangan Sangku memeluk Vina dari belakang, kemudian meremas kedua buah dada Vina. Meremasnya, kali ini lebih cepat dan keras. Membuat nafas Vina semakin memburu. Bibirku tidak henti menciumi telinga dan leher Vina, masih dari luar jilbabnya. Dan kini, penisku mulai kutekankan keras, ke belahan pantat Vina yang masih tertutup rok hitam.
Vina merasakan benda keras itu, dia tau itu apa, tapi dia tidak mempedulikannya. Rasa geli ini, dan sensasi bermain di kantor, membuatnya serasa di dunia lain. Walaupun begitu, matanya tetap awas, melihat keadaan.
Tiba-tiba kepalanya ditarik ke belakang, dan aku mulai melumat bibirnya, rakus.
“Hmmmmmmmppppppp, ah, ssssss. Cup, slurppp. Pak ahhhh, remes yang keras.”
Tanpa menunggu perintah dua kali, aku kembali meremas buah dada Vina, kali ini lebih keras. Setelah beberapa lama, tangan kananku turun ke arah selangkangan Vina, dengan cepat aku menyelipkan tangan ke dalam rok hitam Vina.
Di bawah sana, tanganku mulai memainkan jemarinya di atas belahan vagina Vina, masih di luar celana dalamnya, namun ini membuat dia semakin tak kuasa, sebelumnya, cairan vagina Vina sudah mulai membasahi selangkangan, kini, ditambah dengan ku, perasaan yang Vina rasa semakin dahsyat. Dan tiba-tiba “Aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh.” Gelombang itu datang, orgasme. Nikmat. Dan membuat dia lemas hingga hampir terjatuh, jika tidak ditahan oleh ku.
“Kenapa Yang? Keluar ya?”
Vina hanya diam dengan nafas yang memburu.
Kami merapikan diri, terutama Vina, yang jilbab kuningnya sudah acak-acakan dan BH nya dia rapihkan kembali.,,,,,,,,,,,,,,,,,,