Pada suatu hari, suamiku, Rian, sudah pergi bekerja dan anak-anak sudah berangkat sekolah. Aku pun bersiap untuk berangkat ke kantor. Aku menjadi semangat kerja karena beberapa ahri ini ada karyawan baru yang cukup menarik perhatianku. Orangnya tampan dan badannya bagus. Dia adalah, Karman, seorang office boy yang selalu menjaga penampilannya sebagai seorang pria macho meskipun hanya bekerja sebagai petugas kebersihan.
Di kantor, aku menjalani hari-hariku seperti biasa. Namun, setiap kali Karman lewat di dekatku, jantungku selalu berdetak kencang. Hari itu, suasana kantor agak sepi karena banyak rekan kerja yang sedang dinas luar. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk sedikit bersantai di dapur kantor.
Sambil membuat kopi, aku terkejut mendengar suara Karman dari belakang. “Mbak Tiara, lagi bikin kopi ya?”
Aku tersenyum dan menoleh. “Iya, Karman. Kamu mau? Biar aku bikinin sekalian.”
Karman mengangguk sambil tersenyum. “Boleh, Mbak. Terima kasih.”
Sambil menunggu kopi siap, kami ngobrol dengan tema yang ringan-ringan saja. Karman selalu bisa membuatku tertawa karena dia ternyata orangnya asik dan lucu. “Kamu selalu punya cerita menarik, ya,” kataku sambil menyerahkan cangkir kopi kepadanya.
Karman tersenyum dan menatapku dengan tatapan yang lebih dalam dari biasanya. “Tiara, aku mau bilang sesuatu sama kamu.”
Jantungku berdebar mendengar nada serius dalam suaranya. “Apa itu, Karman?”
Dia mendekat, suaranya lebih rendah. “Aku suka sama kamu, Tiara. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku.”
Aku terkejut, namun hatiku menghangat. “Karman, aku juga merasa hal yang sama. Tapi, kita berdua sudah punya pasangan, kamu sudah punya istri dan aku sudah punya suami.”
Dia mengangguk, menatapku dengan penuh pengertian. “Aku tahu. Tapi perasaan ini terlalu kuat.”
Entah kenapa aku juga menaruh perasaan padanya, dan aku ungkapkan lansgung padanya kalau aku juga suka sama kamu Karman. Hari itu menjadi awal dari hubungan gelap kami. Kami bersepakat untuk menjaga rahasia ini dari pasangan masing-masing. Setiap kali ada kesempatan, kami bertemu secara diam-diam. Kadang-kadang kami makan siang bersama di tempat yang jauh dari kantor, atau menonton bioskop berdua dengan alasan rapat atau tugas luar kota.
Suatu hari, kami memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe kecil yang jarang dikunjungi orang. “Aku senang bisa bertemu denganmu, Karman,” kataku sambil memegang tangannya di bawah meja.
Karman tersenyum. “Aku juga, Tiara. Kamu selalu membuat hariku lebih berarti.”
Kami berbicara tentang banyak hal, dari pekerjaan hingga impian masa depan. Saat suasana semakin intim, Karman menggenggam tanganku lebih erat. “Tiara, apa kamu pernah berpikir untuk menjalani hidup ini hanya berdua?”
Aku tersenyum sedih. “Tentu saja, Karman. Tapi kita harus realistis. Kita punya tanggung jawab terhadap keluarga kita.”
Dia mengangguk. “Aku tahu. Tapi aku selalu berharap kita bisa memiliki lebih banyak waktu bersama.”
Pada suatu hari aku dan Karman pergi ke kontrakan kami untuk melakukan hubungan suami istri, ya hubungan gelap kami ini sudah seperti hubungan antara suami dan istri, kami selalu ngentot setiap dua hari sekali, kami sengaja menyewa rumah kontrakan agar kami bebas untuk ngentot kapanpun tanpa takut untuk dicurigai oleh suamiku maupun istri Karman. Aku mengajak Karman untuk ngentot “Karman sayang, nanti ke kontrakan ya, aku mau kontolmu”. “Iya sayanku, nanti kita kekontrakan, aku aku entot kamu sampai puas”, jawab Karman. Lantas kami pun sepulang kerja langsung menuju kontrakan dan kami berasalan pada pasangan resmi kami amsing-masing bahwa ada rapat setelah pulang kerja jadi pulangnya agak telat, dan mereka memakluminya.
Lanjut ke kontrakan, setelah kami berdua tiba di kontrakan tanpa terlebih dahulu melepas baju, Aku langsung menciumi Karman, rasanya sudah lama memekku ini tidak dimasuki kontol Karman, padahal dua hari yang lalu sperma Karman sudah kukuras habis di dalam memekku ini yang membuat memekku sampai merah karena disogok oleh kontol Karman yang jumbo.
Kami berciuman sampai puas, lantas Karman mulai mengarahkan mulutnya menuju selangkanganku dan dia menurunkan celana shortku dan juga celana dalamku lantas ia mulai menjilati memekku dengan liarnya, dia menyelipkan lidahnya ke sela-sela memekku rasanya enak banget, kemudian dia juga memasukkan jari-jarinya ke dalam memekku dan mengocoknya, sungguh luar biasa rasanya nikmat banget, cairan memekku mulai melelh di tangannya, kemudian dia berdiri dan membalikkan badanku ke tembok, dia menurunkan celananya dan mengeluarkan kontolnya yangs udah ngaceng itu. Dalam kondisi masih berpakaian kerja, Karman mengentotku smabil berdiri, memasukkan dan mengeluarkan kontolnya dengan gerakan cepat dari memekku, akupun mengerang keenakan, “Ahh bangsat, enak banget Karman, teruskan sayang”, Karman pun semakin cepat mengentot diriku, aku selalu menikmati dientot oleh Karman, kontolnya itu gede banget, memekku rasanya penuh diisi oleh kontolnya, setelah 15 menit, Karman akhirnya sudah tidak kuat lagi menahan jepitan memekku dan dia mau ngecrot, “Aku sudah gak kuat Tiara, aku mau ngecrootttt”, “Ahhh, ahhhh, ahhhh” crooottt, crooottt, croootttt…sperma Karman yang putih kental itu menyembur di dalam memekku, seperti biasa, Karman selalu membuang spermanya di dalam memekku karena aku yang memintanya, aku mau memekku ini diisi oleh orang yang aku cintai, yaitu suamiku dan juga Karman.
Setelah beberapa waktu berlalu aku hamil anak Karman, suamiku mengira itu adalah anak hasilaku ngentor dengannyapadahal aku yakin itu adalah anak aku dan Karman, karena suamiku kalau ngentot aku selalu membuang spermanya di luar, sednagkan Karman selalu membuang spermanya di dalam memekku. Tahun demi tahun berlalu, dan hubungan gelap kami tetap terjaga. Kami terus bertemu diam-diam, selingkuh itu memang enak.
Suatu sore yang tenang, setelah sebagian besar rekan kerja pulang, aku dan Karman bertemu di sebuah ruangan kosong di kantor. “Aku kangen, Tiara,” katanya sambil memelukku.
“Aku juga, Karman sayang.
Kami saling berpelukan dan berciuman, aku juga memegang kontolnya karena aku memang suka mengelus-elus kontol Karman dan itu sudah biasa bagiku. Anak-anak hasil hubungan gelap kami terus bertambah, hingga kini kami memiliki lima anak. Masing-masing anak kami rawat dengan penuh kasih sayang.
Pada suatu hari, aku dan Karman sepakat untuk melakukan sesuatu yang berani yaitu mengajak pasangan resmi kami untuk makan malam bersama di sebuah restoran. Rian, suamiku, dan Rina, istri Karman, tidak mengetahui hubungan gelap yang kami jalani. Ide ini muncul dari Karman, yang ingin melihat bagaimana perasaan kami saat berdekatan dengan pasangan masing-masing dalam satu ruangan.
Aku berdandan dan berhijab seperti wanita sholehah, padahal aku adalah seorang istri nakal yang berkhianat di belakang suaminya, bahkan hingga punya lima anak hasil hubungan gelap dengan Karman. Jadi total anakku ada tujuh, dengan suamiku dua anak dan dengan Karman lima anak, kebayang betapa longgarnya memekku, dientot oleh dua pria dan melahirkan tujuh anak.
Lanjut ke acara makan malam. Jantungku berdebar saat kami tiba di restoran. Karman dan Rina sudah menunggu di meja yang terletak di sudut ruangan. Karman tersenyum menyambut kami, dan aku merasa campuran perasaan antara gugup dan senang.
“Selamat datang, Tiara, Rian,” sapa Karman dengan ramah.
“Terima kasih, Karman,” balas Rian dengan senyum lebar. “Ini ide bagus untuk makan bareng.”
Kami duduk dan mulai berbincang. Pembicaraan mengalir ringan, dari topik pekerjaan hingga kehidupan sehari-hari. Sesekali tatapan Karman dan aku bertemu, dan ada percikan listrik yang hanya kami berdua yang bisa merasakan.
“Rina, kamu beruntung punya suami seperti Karman. Dia selalu bekerja keras,” kataku dengan senyum.
Rina tertawa kecil. “Terima kasih, Tiara. Karman memang suami yang baik.”
Makanan datang, dan kami mulai makan sambil terus berbincang. Rasa canggung perlahan hilang, tetapi perasaan takut kebongkar juga tetap ada. Karman tiba-tiba mengirim pesan WA kalau ia ingin dikocokin kontolnya di toilet, karena kata Karman spermanya sudah penuh dikontolnya dan ingin segera di keluarkan karena kalau tidak dia akan masturbasi sendiri karena istri Karman sedang mens, jadi tidak bisa ngentot dengannya. Karman lanjut WA bahwa skenarionyaa dalah aku terlebih dahulu pergi ke toilet kemudian Karman menyusul. AKu pun menyanggupinya karena aku kasihan dengan Karman sudah lebih dari tiga hari aku tidak emmberinya jatah ngentot karena kami berdua sibuk. Setelah beberapa saat, aku pergi ke toilet.
“Maaf, aku izin ke toilet dulu,” kataku sambil bangkit dari kursi.
“Jangan lama-lama ya, sayang,” kata Rian sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum dan berlalu.
Beberapa menit kemudian, Karman juga berdiri. “Aku juga mau ke toilet sebentar,” ujarnya.
Aku berjalan menuju toilet, melewati lorong yang agak sepi di belakang restoran. Ketika aku menoleh ke belakang, aku melihat Karman mengikuti. Jantungku semakin berdebar.
Saat kami sampai di area belakang yang sepi, kami lansgugn masuk ke toilet bareng. “Tiara, aku enggak tahan,” kocokin kontolku pakai tanganmu, keluarkan spermaku”, katanya. “Iya sayang, keluarin cepat ya, jangan lama-lama, takutnya mereka curiga”, “Iya sayang, tolong kamu ngocokinnya yang cepat ya biar cepat ngecrotnya”, kata Karman. Aku pun mengocok kontol Karman ini dengan sebelumnya membasahi tanganku dengan lirku, aku mengocok kontol Karman dengan perlahan kemudian semakin lama semakin cepat, aku mgncok kontol Karman dnegan gerakan yang cepat, Karman pun nafasnya mulau tersengal-sengal semabari mendesar “ahhh, ahh, ahhh”, “Aku mau ngecrot sayang, aku mau ngecrottt, ahhhh”, “Keluarkan semua spermamu sayang muncratkan semua” kataku, lalu dengan beberapa kocokan terakhir kontol Karman ngecrot, crooottt, crooottt, crooottt, sperma Karman yang jumlahnya kurang lebih 5 sendok makan, muncrat ke dinding toilet, dan sebagian meleleh di tanganku, aku pun kemudian mengurut kontol Karman untuk emnegluarkan sperma yang tersisa di batang kontolnya hingga habis. “Terima kasih sayangku, istri gelapku”. Aku pun menjawab “Sama-sama sayang, aku akan melakukan apapun untukmu”, jawabku, Aku kemudian mencuci tanganku dan Karman aku beri tisu untuk mengelap kontolnya. Setlah itu kami kembalike meja makan kami, namun yang berjalan dulu adalah aku setelah ebebrapa menit, Karman ikut bergabung agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Rian dan Rina tidak curiga sedikitpun. Mereka melanjutkan obrolan seolah tidak ada yang terjadi. Aku duduk di sebelah Rian, merasakan perasaan bersalah yang bercampur dengan kebahagiaan yang sulit dijelaskan.
“Sudah selesai?” tanya Rian sambil tersenyum.
“Iya, maaf menunggu lama,” balasku sambil mencoba tersenyum setenang mungkin.
Karman juga duduk kembali di sebelah Rina.
Makan malam itu berlanjut tanpa ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar. Kami berdua terus berusaha menjaga hubungan gelap ini dengan hati-hati.
Dan begitulah, aku dan Karman menjalani hubungan gelap ini dengan penuh cinta dan pengorbanan. Kami berdua tahu bahwa hidup kami dipenuhi dengan kebohongan, tetapi kami juga tahu bahwa cinta yang kami rasakan adalah nyata dan tulus. Dalam setiap detik bersama, kami menemukan kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.