Cerita Dewasa Artis Zaskia Gothik 2
Kami berangkat dengan mobilnya dan sepanjang hari aku menemani berbelanja barang. Ia tidak menarik uang dariku. Hanya, aku membawakan barang belanjaannya yang banyak. Kami berbelanja di sebuah Mall di bilangan Jakarta Selatan. Hingga masuk ke sebuah toko pakaian yang mewah. Baju dan meja merek ternama di gantung berjejer di rak. Zaskia langsung dilayani oleh pramuniaga toko yang seorang perempuan. Sepertinya dia sudah tahu selera Zaskia.
Kami menunggu dibalik rak yang menggantung baju setinggi dada orang dewasa. Ia berada di sampingku.
“Buka restleting kamu.”
“Maksud kamu?”
“Ah, kelamaan kamunya.” Gerutunya sambil tangannya memegang ujung restleting.
“Eh..Zas..kamu.”
“Diem aja kamu.”
Ia mengeluarkan kontolku. Diurutnya sambil melihat sekitar seolah tidak ada yang terjadi.
“Mbak Zaskia, saya sudah menyiapkan pakaiannya di ruang ganti. Mari saya antar.”
Pramuniaga itu kini berdiri di depanku. Kami hanya terhalang rak baju.
“Oh, baiklah nanti aku kesana.”
Pramuniaga itu melihatku yang gemetar menahan kocokan Zaskia.
“Masnya kenapa? Ada sesuatu?”
“Ah, tidak apa – apa Mbak.”
“Masnya kelihatan tegang.”
“Mungkin saya sedang sakit saja.”
Zaskia berpura – pura menjatuhkan tas tangannya.
“Aduh, jatuh tas saya. Bentar ya, aku beresin dulu.”
Ia berjongkok mengambil tasnya dan mengulum kontolku. Aku terkejut di depan pramuniaga tersebut.
“Masnya tidak apa – apa?”
“Bener koq. Tidak apa – apa. Saya tolongin dulu Zaskia ambilin isi tasnya.”
“Saya bantu aja.”
“Jangan mbak. Zaskia paling sensitif kalo barangnya diberesin orang lain. Biar saya aja yang bantuin. Mbaknya disitu aja.”
Aku sedikit menekuk badanku. Dan kupegangi kepalanya. Kuhantamkan kontolku dimulutnya berkali – kali. Tetapi, aku mencabutnya sesaat kemudian dan membereskan celanaku. Kontolku masih berdiri. Aku memasukkanya ke dalam celana. Dan bertindak seperti biasa.
“Maaf, agak lama. Barang saya berceceran.”
“Tidak apa – apa. Mari mbak saya antar.”
Zaskia berbisik kepadaku.
“Awas ya kamu. Tadi sudah bikin aku kewalahan emut kontol kamu.”
Aku pergi bersamanya ke ruang ganti.
“Kamu bawain pakaian ma celana yang aku ingin coba. Kamu tunggu di luar.”
Dengan beberapa gantung pakaian, aku menunggu di depan kamar gantinya. Kuamati sekitar ruang ganti. Tidak ada kamera atau CCTV yang terpasang. Mungkin untuk menambah kesan privat. Saat itu, cuma kami yang berada di sana. Pramuniaga tadi sudah pergi melayani pengunjung lain.
Zaskia memanggilku sambil mengintip dari balik pintu.
“Masuk buruan jangan ngebantah.”
Ajaib, aku menurutinya dan langsung masuk ke dalam ruang ganti. Sebuah bilik ganti cukup untuk 2 orang dengan suasana yang tertutup. Warna krem dan sebuah cermin yang menampakkan seluruh bagian tubuh.
Zaskia sendiri masih memakai pakaian dalam. Bra berenda beserta CD yang juga berenda berwarna serupa. Ia melihatku dari atas ke bawah.
“Buka gih pakaianmu.”
“Baik, Nona.”
Aku tidak dapat membantahnya. Aku tidak ingin mendapatkan penyiksaan kembali. Aku telanjang dihadapannya. Tanganku sendiri menutup kontolku.
“Apaan sih pake acara nutupin kontol segala. Gue udah tahu bentuknya juga.”
Tanganku disingkirkannya dan kontolku terbebas menyentuh pahanya yang mulus.
“Masih gak puas aku emutin tadi? “
Ia memandangku dengan tatapan yang bernafsu. Tangan halusnya kembali menggerayangi kontolku dengan tenaga.
“Nanti, dicukur yah bulunya. Ganggu tahu gak.” Katanya sambil mengelus kemudian mencabut bulu diatas kontolku.
“Auuwwwhh………..Sssssshhhh…………Sakit dicabut bulunya.”
Aku kembali tidak bergairah dengan peristiwa tersebut. Ia berjongkok dan menatap kontolku.
“Hey, kamu koq loyo lagi. Ayo dunk tegang lagi kayak tadi.”
Diciumnya dan dibelainya dengan wajahnya. Kulit wajahnya membuatku merinding bergetar mengalirkan kembali nafsu yang hilang. Sesekali bibirnya mencium dan lidahnya menyentuh kontolku yang kembali bersemangat. Harus kuakui, ia adalah seseorang yang mampu mengendalikan nafsu laki – laki sepertiku.
Kontolku kembali menegang. Ia membuka bibirnya dan menjulurkan lidahnya sebagai jalan untuk masuk kontolku di mulutnya. Lidahnya yang basah melumuri bagian bawah kontolku yang lancar masuk ke dalam mulutnya. Aku mendongak nikmat hangatnya mulut Zaskia yang mengoral kontolku.
Kepalanya maju mundur mencoba memuaskan hasratku. kontolku lancar mengikuti alur gerakan kepala Zaskia.
“eeeeeemmmmmhhhhh……..ssssssllllllluuuuurrrrrrppppp pp………………….eeemmmmmmhhhh………….sssshhhhhhhh………..”
Aku mencabut kulumannya. Meski, ia tengah menikmatinya. Aku tidak akan tahan jika terus seperti ini. bibir Zaskia segera kucium dengan mesra. Kali ini, pikiranku tidak akan tahan dengan godaannya. Aku meremas – remas payudaranya. Aku tidak akan bosan untuk meremasnya. Aku memainkan putingnya diluar bra. Sial, Nonaku yang satu ini benar – benar seksi. Aku beruntung bisa menyentuh tubuhnya. Meski, sikapnya yang membuatku sebal.
“Gue sange tahu. Kalo mainin tetek sekalian dibuka.” Katanya kesal.
Ia merekatkan wajahku di payudaranya dan kumainkan kedua benda itu hingga ia meracau.
“aaaaaaaacccchhhhh…………..eeeeemmmmmmmmmmmmmmhhhhhhh hhhhhhhh……………..ooooooooooooooooocccccccccccchhhhhh hhhhh………………..sssssssssssssssshhhhhhhhhhhhhhh……………… .ssssssssssssssssssssss………”
Tanganku bergerak aktif di CD nya yang basah. Kurangsang memeknya yang sangat kuinginkan. Perlahan, aku memasukkan tanganku dan aku berhasil memasukkan 2 jari ke dalam memeknya. Mengetahuinya, ia segera menangkisnya.
“Dasar gak tahu diri. Dikasih tetek minta memek.”
ia melepaskan diri dan kembali berbenah. Sial, aku mengacaukannya.
“Maaf Zas….eh Nona……tidak ada maksud seperti itu.”
“Kamu mau aku laporin ke polisi? Turutin Gue makanya.”
“Iya. Aku minta maaf.”
ia mengambil sikap dan menonjolkan pantatnya yang terkenal dengan goyangannya.
“Kali ini, gue maafin. Masukin gih kontol lu ke bool gue. Buruan sebelum gue berubah pikiran lagi.”
Aku membasahi lubang pantat dengan ludah dan kontolku juga kulumuri ludah. Aku memasukkannya perlahan. Tidak ada perlawanan, kontolku masuk dengan sedikit usaha. Tidak seperti punya Gita yang susah sekali dimasuki. Zaskia mulai mencengkram kontolku dan membiasakannya.
“Udah masuk. Kerjain bool gue sekarang. Orang – orang bisa curiga gue lama – lama disini.”
Teringat jika saat ini berada di kamar ganti. Aku segera menunaikan pekerjaan ini. kupegangi pinggulnya dan memacu pantatnya dengan liar. Zaskia menutup mulutnya dengan tangannya sementara tangan lainnya bersandar di cermin.
“mmmmhhhh…………mmmmmmmmhhhhhhhhhhhh…………..mmmmmmmmmmm mhhhhhhhhhh………..”
“uuuuhhhhhh………..aaaaaaaahhhhhhhhhhhhh……………..uuuuuu uuuuuuhhhhhhhhhhhh………aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh……..”
Terus memacunya hingga ia sendiri ikut menggerakkan pantatnya. Cengkeramannya dimainkan sesuai tempo yang membuatku berdebar. Tidak kubiarkan payudaranya menggantung sembarang. Kugenggam dengan penuh nafsu memeluh diseluruh badannya. Begitu pula denganku yang berkeringat. Kuciumi punggungnya yang berpeluh menggairahkan jiwa.
“Nona……Aku sudah gak tahan…….”
“Kocokin memek gue juga……..udah gak tahan.”
Kedua tanganku beringsut ke memeknya. Kumainkan memeknya dengan kedua tanganku. Kumasukkan jemariku ke sela memeknya yang sudah basah. Beberapa saat kemudian, aku mengejang tidak bergerak. Waktunya telah tiba, aku tidak dapat menahannya lagi.
“Mmmmmmiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisssssssssss……………… …..”
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaacccccccchhhh hhhhh…………”
Pejuhku menyembur didalam pantatnya. Ia menjepitku begitu keras dan orgasme hingga tanganku basah oleh cairan nikmatnya. Kontolku mengecil dengan sendirinya. Pantat Zaskia pun melepaskan cengkramannya. Pejuhku mengalir keluar dari lubang pantatnya.
“Ambilin Butt Plug di tas gue. Pejuh lu gak boleh bersisa disini.”
Aku mengambil tas dan mencari benda yang berbentuk segitiga yang berbahan cukup keras.
“Cepetan masukkin biar gak netes.”
Aku memasukkan butt plug ke pantatnya. Sedikit desahan terdengar. Namun, ia segera tersadar dan merapikan diri.
“Ngapain masih disini? Gue mau pake baju. Lu juga pake baju buruan dan keluar sebelum ada yang ngeliat lu masuk.”
Segera keluar dari kamar ganti. Untung, tidak ada yang melihatku keluar. Aku kembali berdiri. Keringatku belum kering sepenuhnya. Pramuniaga tadi kembali menghampiriku.
“Mohon maaf saya tidak dapat melayani Mbak Zaskia. Tadi ada pelanggan lain.”
“Tidak apa – apa. Aku sudah memegangi bajunya tadi.”
“Masnya mau saya gantiin? Sampai keringatan begitu.”
“Akh, tidak mbak. Mungkin saya Cuma sedikit kurang sehat aja karena berdiri disini. Tapi tidak apa – apa. Sebentar lagi juga selesai. Mbaknya layanin pelanggan lainnya saja.”
“Maaf mas saya permisi dulu.”
Singkat cerita, kami berdua keluar dari toko dan menuju tempat dimana Zaskia akan melakukan acara Off Air. Aku menunggunya di mobil sambil sesekali pergi ke kedai makanan. Zaskia menghubungiku mengatakan aku harus menemuinya. Ia bersama gengnya yang sekarang eksis di televisi. Kalau tidak salah, cecepy atau cewek cewek heppy jika tidak salah. Mereka duduk dalam satu meja.
“Kau memanggilku?”
“Oiya, kamu bawain ini gih. Masukkin di mobil takut lupa.” Katanya sambil menyerahkan sebuah tas dari karton.
“Baiklah.”
“Tunggu dulu. Oiya, kenalin nih namanya Grha.”
Zaskia mengenalkanku kepada temannya, yaitu Julia Perez dan Ayu Ting Ting.
“Jadi, nih asisten baru kamu? Lumayan juga. Mau dunk.” Kata Ayu.
“Enak aja. Nyari dunk makanya.”
“Betah – betahin ya sama eneng satu ini.” Julia menambahi.
“Emang gue apaan?”
Aku kembali ke mobil. Pikiran kotor terlintas di pikiranku. Aku membayangnya nikmatnya dioral Ayu Ting Ting dan menyusu payudara Julia yang membuatku pusing. Kuredakan pikiran itu dengan menyetel musik kencang.
Beberapa saat kemudian, aku bersama Zaskia sudah berada di mobil. Kali ini, ia mengajakku di sebuah hotel di dekat Tol Jakarta – Cikampek di bilangan bekasi. Aku melakukan proses check in dan menuju ke kamar.
“Gue mau mandi dulu. Tunggu di kasur aja.”
Aku menyiapkan kamar itu hingga terkesan romantis. Kunyalakan lilin aromaterapi dan kuredupkan lampu dan mengganti penerangannya hingga nyaman dipandang mata. Aku menaburi kasur dengan serpihan bunga segar. Setidaknya, aku tidak akan mendapat hukuman jika aku menyiapkan ini.
Zaskia keluar dari kamar mandi dan terkejut.
“Kamu apain kamar ini.”
“Aku menyiapkan agar Nona bisa istirahat dengan tenang. Nona sudah sangat capek dan mengizinkan saya untuk menyentuh Nona.”
Ia tidak berkata apa – apa. Ia hanya menyuruhku untuk mandi. Aku menyanggupinya. Aku membersihkan diri dan keluar setelah selesai. Aku mendapati Zaskia di kasur dengan pakaian dalam seperti kucing. Ia memakai bando dengan kuping pendek, sarung tangan dan sarung kaki berbentuk telapak kucing, semuanya berwarna abu – abu.
“Meow….meow….meow….”
Ia berjalan kepadaku layaknya kucing dan mengusapkan kepalanya di kakiku.
“Meow….meow….meow….”
Aku menuntunnya ke atas kasur. Aku mengambil pakaian untukku. Ditahannya aku, ia memelukku dari belakang.
“Meow…..meow……meow……meow…”
Kubelai wajahnya yang cantik. Ia mengeong memahami bahwa ia adalah kucing dan aku majikannya. Ia mencakar wajahku dengan mesra, dan kubalas dengan ciuman hangat.
“Mmmmhhhh……”
Aku menyisipkan tanganku di payudaranya. Jemariku memainkan putingnya yang sudah tegang. Dengan bra yang terangkat menampakkan putingnya, kami berganti posisi. Ia kini mulai menghisap kontolku. Dikulumnya dan diremas zakarku dengan keahliannnya. Sangat manis, ternyata seorang Zaskia bisa sangat submisif. Ia merangkak ke atas tubuhku dan membalikkan badanku di atas. Aku berdiri bertumpu dengan lututku.
“Meong…..meong…….meong……meong…..meong. …”
Ia mengisyaratkan tangannya bergerak di memeknya dan melihat kontolku dengan penuh harap. Akhirnya, ia meminta penetrasi.
Kurangsang memeknya hingga basah. Kulepaskan CDnya yang menempel. Aku berancang – ancang mengarahkan kontolku ke memeknya. Kontolku sudah memasuki liang memeknya.
“Meooo…….sssssHhhh…..nggggg”
Dia masih saja bersikap seperti kucing. Lebih enak dari pantatnya. Mulai aku goyangkan pinggangku. Kontolku beradu dengan memeknya.
“Sssshhhh…..meeeee……ssssshhhh……ooooo…. …ooooocccchhhhh……..aaaaaahhhh…….nnnnnggg ggg…….uuuuuhhhhh……..aaaaahhhhh…..meeeeoo o,,,,,,,sssshhhh…..mmmmmhhhh….”
Wajahnya menikmati setiap gerakannya. Ia bersikap imut lucu seperti kucing. Aku mengangkatnya. Kulipat lututku dan kududukkan dia di depanku. Tidak lupa aku terus menggenjotnya sambil menyusu payudaranya.
“Ssssshhhhh……….oooooccccchhhhh……..hhhhhm mmmmmm………”
Tidak lagi terdengar ia mengeong. Hanya mendesah seperti wanita normal. Kami berganti gaya ke doggie dan aku melihat bongkahan pantat yang begitu seksi. Kutampar – tampar hingga kemerahan.
Kami kembali ke gaya awal dan kali ini aku menaruh kakinya di pundakku dan kugenjot tanpa henti. Ia hanya meracau dan mendesah tidak beraturan. Sebentar lagi akan keluar, aku menambah kekuatanku untuk menggenjotnya. Menyadari aku sebentar lagi keluar, ia malah menolakku. Aku tidak mengacuhkannya. Aku harus sampai pada ejakulasiku.
“Sssshhhhhh……jangan….buru….buru……aaaah hhh…….stop……jangan……di…..dalem…… .oooocccchhhh….”
Tetap saja aku menggenjotnya. Kutampar mukanya hingga ia mengeluarkan air mata. Kini, ia pasrah. Wajahnya tidak menampakkan ekspresi apapun kecuali pasrah dan menikmati semua ini.
Tidak sadar, kontolku sudah memuntahkan pejuh ke dalam memeknya sembari aku sibuk menggenjotnya. Tetap kupaksa hingga aku tidak berdaya. Zaskia terdiam pasrah. Aku berbaring di sampingnya. Ia membalikkan badannya ke samping. Aku memeluknya dari belakang.
“Makasih, Nona.”
Aku terlelap memeluk tubuh Zaskia.
Keesokan paginya. Aku terbangun dengan kaki dan tangan terikat. Kulihat 2 orang berdiri di depanku. Ia adalah Julia dan Ayu. Sementara, Zaskia menangis di dekatnya.
“Lu apain sahabat gue. Dasar babi.” Umpat Julia.
“Numpang crot doank lu. Modal kontol doank.” Ayu menambahi.
“Zas, lu dientot ma cowok brengsek kaya gini.” Tanya Julia
Zaskia tidak menanggapi. Ia masih saja menangis.
“Kita berdua bakal ngehukum lu. Kita bakal ngentotin lu abis – abisan.” Kata Ayu.
“Jupe, lu mau yang mana di abisin duluan?”
“Gue bakal ngocokin dia pake tangan ma tetek gue ampe mampus.”
“Yaudah. Gue pake strap on. Gue bakal ngehajar bool dia ampe kagak bisa berak. Beraninya dia ngentotin Zaskia ampe crot di dalem.”
Oh Shit, muncul 2 Nona yang lebih parah dari Zaskia. Mereka melucuti pakaiannya. Tentu saja, mataku lebih fokus ke payudara Julia yang besar. Berbeda dengan Ayu yang lebih kecil. Kulit putihnya membuatku tertarik.
“Apa lu liat – liat tetek gue?” Julia menghampiriku dan memegang kontolku begitu keras. Tangannya bisa meremukkan kontolku kalau seperti ini. Tanpa membuang waktu, ia langsung mengocok kontolku. Pejuhku keluar dengan cepat karena kocokannya.
“Segitu aja udah crot. Gimana mau jadi lelaki.”
“Makanya itu, Jupe. Jangan kasih ampun ma ni orang. Abisin aja orang ini.”
Selanjutnya Ayu langsung memasukkan sebuah dildo yang terpasang di depan celana dan mulai menghujamkan benda itu ke dalam anus.
“Nnnggggghhhhh……”
“Rasain lu disodomi ma gue. Ilang harga diri lu sebagai cowok.” Umpat Ayu.
Sementara, Julia masih terus – terusan memaksakan kontolku agar ereksi dan ejakulasi berulang – ulang. Ia memakai tangan dan payudaranya untuk membuat kontolku memuntahkan pejuhnya hingga limit terakhir. Ayu masih sibuk menghujam anusku dengan keras.
Aku sudah tidak memperdulikan kenikmatan. Nafsuku sudah berganti menjadi kepasrahan. Aku tidak bernafsu melihat mereka mempermainkanku. Rasa sakit yang didera anusku telah aku abaikan. Entah sudah berapa kali aku memuntahkan pejuhku. Kini, aku melihat Zaskia terdiam disampingku dengan pandanganku yang semakin kabur.
Pandanganku masih gelap, aku tidak kuat membuka mata. Hanya kudengar suara sayup – sayup mereka berbicara.
“Udah ah. Pejuh dia udah gak bersisa. Percuma dikocok juga.” Kata Julia.
“Bool dia udah loss kali sampe gak berasa lagi. Lagian, sampe kotorannya ngotorin kasur.” Kata Ayu.
“Itu akibatnya kalo ngecrot di dalem memek gue.” Kata Zaskia.
Aku tidak peduli dengan mereka semua lagi. Aku hanya ingin lepas dari mereka.
Waktu berlalu. Aku mendapati diriku masih di tempat yang sama. Sudah tidak terikat lagi. Tidak ada siapa – siapa disana. Namun, bau kotoran melanda kamar ini. Segera aku melepaskan sprei dan selimut serta menaruhnya di keranjang cucian. Aku terbangun dengan sakit di anusku. Kontolku juga nyeri. Aku melangkahkan kakiku pelan – pelan menuju kamar mandi. Terasa perih ketika menyentuh air yang mengguyur deras di badan ini. Aku tidak tahu harus berkata apakah anugerah atau musibah mengenal Zaskia. Dengan langkah yang sama, aku mencoba duduk di samping kasur. Tidak nyaman sekali. Aku menelepon ke Front Desk.
“Halo, Front Desk. Kamar xxx ada yang bisa kami bantu.”
“Saya ingin menanyakan kapan saya harus check out.”
“Check out bapak sudah diperpanjang hingga 2 hari kedepan. Dilakukan oleh Ibu Zaskia.”
“Ibu Zaskia menitipkan pesan untukku?”
“Tidak ada pak.”
“Baik, terima kasih.”
Aku melangkahkan kaki ke pintu kamar. Terkunci. Sial, aku dikunci dari luar. Aku kembali menelepon Front Desk untuk mengambil kunci. Namun, urung dilaksanakan karena kebijakan hotel. Aku melihat sekitar. Ada sajian makanan yang sudah dingin. Aku memakannya untuk mengganjal perutku. Tidak ada yang dapat aku lakukan selain menunggunya kembali dan menyembuhkan diriku serta menghilangkan bau yang tidak enak ini.
Aku bersantai di dekat jendela. Jalan tol dilintasi lampu sorot yang terus berjalan cepat. Entah jam berapa ini. Mungkin sekitar dini hari. Pintuku dibuka, dan petugas hotel membopong ketiga wanita itu masuk ke dalam kamar.
“Maaf Pak Grha. Mereka kami temukan dalam keadaan mabuk di lobby. Kami mengantarnya kesini karena ini kamar Ibu Zaskia.”
“Terima kasih sebelumnya.”
Terbersit sebuah ide jahat. Aku akan membalas perbuatan mereka.
“Mas, namanya siapa?”
“Gardi, Pak.”
“Mas Gardi. Saya bisa minta tolong?”
Aku melihat ketiga orang ini dalam keadaan mabuk parah hingga tidak sadarkan diri.
“Mas, tahu itu siapa?”
“I – Itu artis mas.”
“Suka?”
“S. – suka, Pak.”
“Siapa yang paling disuka?”
“Ayu ting – ting, Mas.”
“Mas, misalnya saya minta tolong masnya buat ngentotin Ayu ting ting bisa?”
“Ah, Bapak ngaco. Saya gak mungkin ngelakuin itu.”
“Saya yang nyuruh. Tetapi, saya minta disediain handycam dan ajak temen mas satu lagi.”
“Baik, Pak. Saya akan sediakan.”
“Tapi, ingat. Jangan sampai bocor ke luar. Kalo sampe bocor, Masnya akan saya abisin.”
“I – Iya Pak, saya janji.”
Tergesa – gesa. Ia mencari handycam untukku. Tidak lama, ia datang dengan temannya yang bernama Narfi.
“Kalian pasang handycam itu dan rekam aksiku terhadap 3 wanita ini.”
“Baik, Pak.”
“Kalian boleh milih Julia atau Ayu. Tapi jangan dekati Zaskia. Dia milikku.”
Aku melihat 3 wanita yang menyiksaku tadi terkulai lemas. Aku melucuti pakaianku. Kontolku masih terasa nyeri. Aku menggapai Julia dan kulepaskan CDnya. Tanpa aba – aba, aku memasukkan kontolku ke memeknya. Ia hanya menggerakan kepalanya ke kanan ke kiri tanpa sadar. Aku semburkan pejuhku di dalam memeknya. Berganti dengan Ayu ting ting, aku melakukan hal yang sama. Saat ini aku hanya berniat memuntahkan pejuhku di dalamnya. Tidak ada nafsuku yang membara. Memek Ayu basah oleh pejuhku. Aku berpindah ke Zaskia. Dalam benakku, aku membenci wanita ini. Namun, gairahku mengatakan lain. Aku melakukan hal yang sama. Dan aku melihat kedua orang tadi telah melepaskan celananya dan mengocok kontolnya.
“Kalian ngapain ngocok? Entotin nih Ayu dan Julia. Zaskia biarin aja. Awas kalo sampe tangan kalian nyentuh tubuhnya.”
“Baik, Pak.”
Aku berdiri di belakang handycam. Aku merekam 2 tingkah petugas hotel yang mendapat durian runtuh bisa melakukan hubungan badan dengan artis. Aku sudah lelah untuk bernafsu. Saat ini, aku akan membalaskan dendam kalian. Tingkah mereka kadang sangat lugu. Aku tertawa melihatnya. Zaskia sengaja kutaruh di sofa agar ia dapat beristirahat.
Mereka menyelesaikan tugasnya dengan baik. Aku tetap memberi mereka peringatan jika hal ini bocor ke publik. Mereka pamit diri dan keluar dari kamar setelah membantuku membersihkan ke 3 wanita ini.
Aku terbangun siang hari. Mereka pun sama. Dengan tetap memakai gaun mereka, aku berpura – pura tidak tahu.
“Pagi, Cecepy.”
“Loh koq kita ada di sini?” Tanya Julia.
“Tadi malam petugas hotel mengantar kalian masuk ke kamar.”
“Sebentar sebentar.” Kata Ayu.
“Tenang, aku tidak melakukan apa – apa terhadap kalian. Kau tahu, Kontol dan Anusku masih sakit.”
“Kamu nungguin kita?” Ujar Zaskia.
“Iya. Bisa saja aku meninggalkan kalian saat mabuk dan mungkin petugas hotel mengambil kesempatan. Tetapi, tidak kubiarkan hal itu terjadi.”
Aku bangun dengan nyeri masih melanda. Mereka bangun dari kasur dan mengumpulkan energi.
“Nona Zaskia, makasih udah ngijinin aku crot di dalem memek kamu.”
Aku mengecup keningnya.
“Ih….pagi – pagi udah so sweet banget.” Kata Jupe.
“Jadi iri deh aku. Lain kali ma aku dunk.” Ujar Ayu.
“Enak aja. Dia milik gue.” Balas Zaskia.
“Pengen deh punya seseorang kayak kamu.” Kata Ayu.
“Gue udah bilang kan dia yang paling romantis. Kalian aja yang gak becus nyari.” Celoteh Zaskia.
“Eh, kalo bosen sama Zaskia. Nih tetek aku masih kebuka buat kamu.” Goda Julia.
“Untuk sekarang, Zaskia is the best.”
Kami saling berciuman di depan mereka.
Setelah itu, kami berpisah dan melanjutkan kehidupan kami. Aku masih memegang bukti video mereka. Mungkin akan berguna suatu hari nanti. Dan beberapa hari kemudian, aku bersama Gita menghabiskan waktu berdua.
“Sayang, masih sakit kontolnya.” Tanya Gita sambil mengelus pelan kontolku.
“Sedikit sih, Git.”
“Yaudah aku emut lagi.”
“Makasih Gita Sayang.”
Gita mengoral kontolku dikasur. Aku menghabiskan masa penyembuhanku bersama Gita. Lagu kenangan dari MLTR mengalun indah.
“Setelah gak sakit. Boleh dimasukkin ke memek gak?”
“Boleh dunk, Gita.”
“Kapan sembuhnya? Udah gak tahan. Masa diemut mulu.”
Ia menjilatinya seperti kucing. Hah, kucing. Aku sedikit teringat tentang dia. Tapi, aku ingin menikmati waktuku bersama Gita. Toh, sebenarnya kontolku sudah tidak nyeri. Hanya alasan yang kubuat agar Gita bisa bersamaku.
“Kamu udah siapin memek kamu?”
“Udah gak sakit lagi.”
“Kita coba yuk.”
Aku merangkul tubuh Gita dan merebahkannya ke kasur. Kami melakukan hubungan badan yang mesra.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,