Cerita Mesum, kali ini menghadirkan cerita dewasa tentang pengalaman seorang istri yang memiliki bibir indah bernama tania yang pergi mengunjungi mertua nya namun ketika di rumah mertua nya nia malah mengalami skandal dengan mertua nya sendiri. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa pengalaman yang dialami tania.
Kami adalah pasangan suami istri yang baru saja menikah satu tahun, karena kesibukan saya dan suami saya yang begitu padat, setelah menikah salama satu tahun saya dan suami saya baru saja memiliki waktu luang untuk mengunjungi ayah mertua saya untuk saling bersilahturahmi. nama mertua saya adalah hadi.
Selama sepekan saya dan suami saya tinggal di rumah mertua saya Semua berjalan normal sampai terjadi tragedi di hari terakhir kami menginap.
Tragedi itu bermula, ketika hari itu suami saya harus pergi dengan teman teman masa kecil nya dan akan bertandang ke rumah salah satu teman kecil nya yang sudah lama tidak berjumpo. Seperti biasa saya menyiapkan makanan untuk bapak mertua saya dan suami saya.
saya sempat berbincang bincang ringan dengan mertua saya. Kemudian saya bergegas ke kamar mandi untuk mandi karena merasa kegerahan. karena terburu buru saya pun lupa mengunci pintu kamar mandi, entah sengaja atau tidak tiba tiba terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. ternyata yang masuk itu adalah mertua saya yang kebetulan hendak pula buang air dan tanpa sengaja aku pun melihat ‘pemandangan’ yang berbeda pagi itu. Rupa-rupanya mertua saya kebelet pipis hal itu terlihat jelas dari deras nya kucuran air seni yang mengalir kuat dari otong nya.
setelah selesai buang air kecil mata mertua saya langung menatap saya dengan liar seakan tak ingin lepas melahap tubuh mulus ku yang tanpa di tutupi sehelai benangpun. karena tidak tinggal bersama mertua saya ini tidak pernah melihat tubuhku dalam keadaan terbuka yang pernah di lihat nya adalah tubuhku yang mengenakan gaun seksi setinggi dada.
Tubuh mulus ku yang semampai dengan tinggi 170-an, dengan kulit putih susu dan dada yang kencang menggantung tersebut, selama ini selalu kututup kerudung dan baju muslim yang rapat. Selain itu, saya biasanya lebih di kenal dengan sifat sopan santun dan sangat menitikberatkan tentang soal penjagaan aurat. Malahan didalam rumah sekalipun saya tidak pernah menanggalkan kerudungnya melainkan ketika bersama suaminya saja.
Namun kini, saya yang sedang mandi dan lupa mengunci pintu itu tak lagi mampu menyembunyikan kemolekan tubuh ku dari tatapan penuh nafsu ayah mertuaku. Ayah mertua saya sempat diam sejenak tanpa mengeluarkan satu pata kata pun. Dia hanya diam dan terlihat menelan ludah hal itu terlihat dari dari jakung nya yang naik turun. Tiba tiba terucap pertanyaan dari ayah mertua saya yang seolah membela diri kamu kenapa di sini dan kenapa tidak mengenakan pakaian?
Bapak tadi saya lupa mengunci pintu, namun sebelum saya menyelesaikan perkataan saya. tiba tiba ayah mertua saya mengunci pintu kamar mandi. saya yang saat itu kewalahan berusaha menutup kedua payudara saya dan vagina saya tidak dapat keemana mana. Saya pun terdesak ke pojok dengan wajah ketakutan melihat seringai binal yang menghiasi wajah mertua yang selama ini terlihat pendiam dan sangat saya hormati.
‘Aa..Aayah apa yang ayah lakukan ini? i?! tanya ku dengan terbata-bata . mertua saya hanya tersenyum sinis sambil matanya meliar ke segenap jengkal tubuh ku yang sedang berusaha saya tutupi dengan kedua tangan ku. Tanpa berucap sepatah katapun, ayah mertua saya mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu.
aku pun terpekik ketika melihat “batang’ ayah mertua ku yang hitam dan kecil mendadak menjadi besar dan panjang serta tegak mengacung ke arahku. “A..ayah jangan yahh, ttoo..long keluar, yah..tolong..”, keadaan ini sangat menakutkan bagi saya apalagi ketika ayah saya mulai beringsut mendekat.
namun kata kata saya diabaikan, saya yang tidak rela diperlakukan begitu mencoba untuk menerobos ke sisi kiri ayah mertua saya untuk mencapai pintu. Namun keadaan menjadi bertambah buruk ketika ayah mertuaku dengan sigap menangkap pinggang ku dengan tangan kirinya yang kukuh sembari tangan kanannya bergerak kilat menghentak melingkar di dada ku “Breet” kini aku pun berusaha meronta rontah. Namun lingkar ayah mertuaku sangat kuat serta saat ini tangan nya sudah berada di payudaraku.
Terpampanglah tubuh mulus ku yang tidak dibaluti apapun dan tidak bisa saya tutup lagi, saya sangatlah malu kini saya bugil tanpa sehelai benangpun dan tengah dipeluk oleh ayah mertuaku yang sudah telanjang bulat.
ayah mertua ku kini dengan bebas menatapi tubuh mulus saya yang merupakan menantunya dari dekat; dari dua bukit menawan yang menghiasi dada yang kembang kempis ketakutan hingga gundukan vaginanya yang begitu mengundang.
Bulu kemaluan yang membayang tipis serta mencuat malu-malu di sekeliling selangkangan ku membuat mertua saya tercekat dan tak mampu berkedip. Sebaliknya, saya yang tadi nya meronta ronta untuk melepaskan diri mendadak lemas, karena kehabisan tenaga sendi saya waktu itu serasa luluh di dalam pelukan ayah mertua saya yang tanpa saya sadari telah meremas remas payudara ku dan saya hanya mampu memejamkan mata serta mulai menangis tertahan.
‘Hiks hiks.. ayaah, jangan berbuat seperti ini ayah,..hikz hikz.. aku ini istri anakmu..” bisik ku lirih sambil terus terisak. namun ayah mertua saya yang telah lama tidak merasai kehangatan liang kemaluan perempuan sama sekali tak menggubris kata kata ku.
Dihentakkannya tubuh saya dengan penuh nafsu hingga tersandar ke dinding kamar mandi. saya masih berusaha melindungi diri dari terkaman mertua saya namun saya kemudian membalikkan badan ke dinding berusaha menjaga payudara dan kemaluannya dari pandang liar mertuaku.
Namun itu tak bisa menghentikan mertuaku dan tanpa banyak berkata dan menunggu dia langsung menerkam tubuhku. “wahh..” terdengar suara yang keluar dari mertuak ku yang ternganga saat dia membalikkan tubuh ku yang lemas hampir tidak bertenaga dan tidak dapat melawan lagi dan bersitatap dengan sepasang bukit kenyal dan ranum dengan dua puncak merah muda yang mendadak tersembul di depan dada ku.
Dengan nafas tersengal-sengal karena nafsu yang memuncak ayah mertua ku tak menunggu lama untuk beraksi. Dengan sigap dijejalkannya tengan kirinya ke mulut ku yang masih tersedu tersebut untuk menahan isakannya, sedangkan bibirnya yang tebal segera menuju ke arah puting ku yang sedikit mengeras karena dari tadi sudah di remas remas oleh mertua ku .
terlihat jelas wajah ayah mertua ku walaupun sudah dicengkeram nafsu hingga ubun-ubun berusaha keras untuk tidak terburu-buru dalam memanfaatkan peluang ini. Bibirnya tampak asik mengulum puting merah muda milikku serta dengan acak mengecup sekeliling buah dada kanan milikku.
Dia tidak hanya mencium namun bibir kasarnya juga mencecap dan mencubit pinggiran gundukan bukit ku dengan lahap. Secara bersamaan telapak tangan kanannya terentang menangkupi buah dada kiri saya.
Jari-jarinya yang kukuh kini mencoba menjamah pangkal buah dada milikku dan pelahan mulai menekan-nekan dengan teratur. saya merasakan sensai yang luar biasa pada puting kiri milikku yang kini berada di tengah telapak mertua saya tentu saja tergesek-gesek bersamaan dengan gerakan jarinya yang makin lama makin kencang.
hal itu membuat saya meregang, saya dapat merasakan bibir dan jari jemari mertuanya menjelajahi dadaku. leher saya mendongak tegang saat itu ada perasaan geli dan nikmat yang sebelum ini hanya saya dapatkan dari suamiku, kini dapa saya rasakan dari gelutan mertuaku. Rasanya ingin mendesah namun bibir mungilku terhalang tangan mertua ku.
saya waktu itu hanya mampu melenguh pendek di saat perasaan saya mulai terbagi antara rasa terhina dan kenikmatan, antara malu dan perasaan bersalah dengan naluri wanita ku untuk menuntaskan birahinya yang mulai menguasaiku.
mertua ku ini peka akan hal ini, segera dieratkannya terkamannya. Bibirnya masih terbenam di dada ku namun kini lidahnya mulai bermain, berputar menyapu buah dada saya itu dari pinggir menuju tengah serta menjilat tegak puting ku yang mulai teracung kencang dan kemudian menghisap-hisapnya dengan sangat dalam.
“Oooh..auugh..aaach..” desah tertahan tiba tiba keluar dari mulut ku makin sering terdengar saat tangan kanan mertua ku tidak lagi berbasa-basi dan kini mulai kembali meremas-remas buah dada kiri ku serta jari jemari dan telapak tangannya bergantian memilin, menarik, dan memijit puting yang satunya lagi. Saya sangat sensitif ketika di sentuh di bagian payudara. hal itu membuat saya terbang dan hilang kendali.
Tidak kurang dari lima menit mertuaku menikmati dada saya yang merupakan menantunya sendiri dengan posisi berdiri. Berkali-kali lehar dan kepala saya terhentak-hentak ke dinding mengikuti hisapan dan remasan ayah mertuaku. fantasiku.com Kemudian tanpa terduga saya yang mulai terbuai gairahnya,tiba tiba terasa gigitan di bagian dada ku dan ternyata ayah mertua ku sedang menggigit buah dada saya sekencang-kencangnya dan tangan kanannya meremas keras puting kiriku. “Aaaah..” jerit kesakitan bercampur kenikmatan dari bibir saya secara spontan menyeruak kencang karena saat bersamaan mertua ku melepaskan tangan kirinya.
Tubuh ku ketika itu tersandar kaku di dinding, seluruh ragan ku mengejang dan kepala ku terdorong ke depan dengan bibir yang membulat tanpa suara ketika tangan kiri mertua ku yang sudah bebas mulai menyelinap ke pangkal pahaku, menggeser cepat di pinggir bibir kemaluann ku serta kemudian menghujam langsung ke kelentit saya.
Telunjuk itu kemudian mula terasa berputar-butar di dalam liang kemaluan saya dan mengorek-ngorek kelentitnya dengan pilinan-pilinan liar. Bibir ku makin terbuka lebar lebar saat tangan kanan mertua ku menarik turun naik tangan dan jari jari liar nya.
Mertua saya kini sudah dalam posisi berjongkok, sambil terus mengorek kelentit saya matanya terbeliak lebar saat menatap kemaluan ku yang masih belum merekah yang terpampang begitu dekat di depan matanya. “oh.
anak ku, engkau sungguh anak yang beruntung ..” gumam nya dia menyaksikan guratan dan lekak-lekuk vagina yang begitu menantang.
Di tempelkannya hidungnya disamping telunjuk kirinya yang masih giat bekerja dan kini mulai mengocok kencang. “Oooh.. sedaaap..” desis ayah mertuaku yang saat dia membaui aroma wangi vagina saya yang mulai bercampur bau lelehan cairan kewanitaan di liang kemaluan saya yang juga mulai bengkak.
Mata ku kini masih terpejam, keringat membasahi punggung serta kepalanya sudah tersandar lagi ke dinding menahan rasa perih dan nikmat yang datang bergantian. Namun itu tidak berlangsung lama, kepalanya kembali terdorong ke depan dan mulutnya bibirnya kembali melenguh kelezatan saat pak Kadek melanjutkan aksinya.
“”Aiiih..aah..aaah..aaahhh..” desis itu keluar saat pak Kadek menggunakan lidahnya untuk menggantikan jari telunjuknya dalam memainkan kelentit Rina. Lidah pak Kadek menyisir pinggir luar bibir kemaluan Rina secara vertikal naik turun, naik turun, sebelum menggelincir ke tepi bagian dalamnya dengan menyapu liang hangat itu secara horizontal dan kemudian membenamkannya dalam-dalam secara berulang-ulang, keluar-masuk, keluar-masuk.
mertua saya seakan dimabuk kenikmatan yang mendalam. Dicecapnya hangat lipatan-lipatan vaginaku dengan lahap. Seperto orang kelaparan, Sudah bertahun-tahun seperti nya dia tidak merasakan sensasi yang dahyat ini. Dimainkannya kelentit kemaluan ku dengan lidah dengan sapuan-sapuan dan pilinan-pilinan kecil namun mantab.
Sembari mengulum dan menghisap, ke dua belah tangan nya mulai bergantian meremas bongkahan pantat ku. Tak henti-henti kesepuluh jemari gempal pria uzur itu membenamkan cengekeramannya ke dalam dua bongkahan daging yang bulat tanpa cacat milikkuu.
Sesekali telunjuk kanannya menusk keras lubang vaginaku dan mengocoknya. Tak terperikan gelombang kenikmatan yang menjalari segenap indra tubuhku. Tanpa sadar tangan saya yang selama ini tergantung lemah di kedua sisi tubuh saya bergerak ke depan mencengkeram rambut tipis pak Kadek dan mendorong kepala mertua ku tersebut agar makin terbenam ke dalam kemaluan ku.
Tak lama kemudian saya mendesah kecil dan lemas “Ooooouughhh…aaaayaaahhh…..” seiring dengan meledaknya seluruh gairah yang selama ini tertahan. Runtuh sudah pertahanan terakhir saya, tubuh ku mengejan dan melengkung ke depan sementara seluruh liang vagina ku telah banjir dengan cairan kenikmatan yang lengket dan membasahi vagina ku.
ayah mertua kyu kini melepaskan wajahnya dari kemaluan ku, dengan seirama tangannya dilepaskan dari kedua bongkah pantat ku yang semox. Dipandangnya tubuh lemas saya pelahan-lahan merosot turun di dinding kamar mandi sampai akhirnya kemudian terduduk.
ku pejamkan mataku, bibir ku membentuk bulatan “o’ kecil sementara tarikan garis wajah ku menyiratkan kepuasan yang tak terkira sebelum kemudian wajah rupawan itu terkulai ke arah bahu kiri. Tanpa menunggu waktu lama mertuaku kembali bergerak maju lagi.
kedua kaki saya di tarik hingga sepenuhnya saya telentang di lantai kamar mandi dan tidak lagi bersandar di dinding. Dengan sigap dijilati bagian dalam paha kanan ku sementara tangan kirinya berkeliaran mengelus-elus paha dan betis kanan ku. saya hanya dapat memandangnya sayu, sementara kepala saya waktu itu, menggeleng-geleng pelahan ke kiri dan ke kanan mencoba menahan rangsangan kenikmatan baru yang dilakukan mertuaku dan belum pernah di lakukan oleh suami ku.
rangsangan baru yang nikmat benar benar membuat saya memekik kecil saat tanpa berkata apapun, mertua ku kini pun mulai menyibakkan lebar-lebar ke dua kaki ku yang sebelumnya masih terentang berdekatan. saya sadar akan apa yang akan dilakukan oleh mertua saya kemudian.
Dengan lirih menahan segala gairah saya yang meluap luap saya masih berusaha berbisik mengingatkan mertua ku “Jangan ayah..janng..auuuh”, tiba tiba aku tidak bisa menjerit kembali karena kurasakan sesuatu yang besar panjang dan sangat padat menerjang masuk ke dalam vagina ku ternyata batang otong mertua ku yang hitam itu sudah hampir setengah jam tegak berdiri, kini di masukkan menerobos ke dalam meki ku dan itu terasa sangat besar sekali.
tubuh saya seperti terkuunci bahunya ayah mertua saya sehingga saya benar benar tak mampu melawan saat tubuh tambun mertua saya mulai menindih saya. Kedua kaki saya yang terbuka masih susah untuk memasukkan batang ayah mertuaku.
Sedikit demi sedikit batangnya disodok-sodokkan keluar masuk dalam liang vagina ku yang kini telah basah berlendir, awalnya pelan kemudian makin lama makin laju. Kadang-kadang ayah mertuaku menahan batangnya di tengah memek ku kemudian memutar pinggulnya pelahan dan dengan mantap bergantian ke arah kiri dan kanan, lalu kemudian tiba-tiba dibenamkannya lagi dalam-dalam hingga menembus pangkal vagina saya.
Lama kelamaan saya tidak mampu lagi berbuat apa-apa selain mengikuti langsam sodokan dan tarikan ayah mertua saya. Terlebih lagi karena bibir dan lidah mertua ku bagaikan orang kelaparan tak pernah henti menyapu puting dan bibir ku.
Satu waktu saat menyodokkan batangnya dalam-dalam, bibir mertuaku secara bersamaan melumat puting kiri dan kanan milikku yang sudah mengeras menjulang secara bergantian. saya hanya mampu memejamkan mata menahan kegairahan yang telah mengambil alih diriku lalu setelah hampir lima belas menit tiba tiba saya merasakan sesuai yang akan keluar dari dalam vagina ku hal itu membuat saya tanpa sadar mendesah nikmat“Eemmmm..urrrghh..aaahhhhhh, aaahhhh, aahhhh…”
Untuk kedua kalinya saya meledak dalam birahi. tubuhku mengerang kemudian mendongak dengan mata yang membola meskipun bibir saya telah terkatup rapat.
mertua ku menyeringai lebar saat melihat tubuh saya tenggelam dalam kenikmatan. Ditunggunya sampai tubuh ku normal dan kini saya terkulai lagi ke lantai dan saya tetap memejamkan mata. “hmm.. ayo sayang, permainan kita belum selesai..” geram mertua saya saat kemudian dia dengan kasar membalikkan tubuh saya.
mertua ku yang nafsunya masih tidak puas, memaksa tubuhku yang sudah tidak berdaya untuk menungging dengan siku menempel lantai. Segera disibakkannya dua bongkah pantat untuk membuka jalan bagi batangnya yang masih tegak mengacung ke arah liang kemaluan saya.
Setelah menggigit dua bongkahan daging itu dengan bernafsu, tangan mertua saya memegang sisi punggung saya lalu menekan batangnya kedalam lubang vagina saya. Punggung saya yang berbentu seperti gitar dan putih membuatkan mertua saya semakin bernafsu. namun saya sudah lemas tidak bertenaga alhasil saya hanya bisa pasrah dengan perlakuan ayah mertua saya waktu itu.
“Aaah..sakkkiiitttt ..ayahhh..”, jerit saya lemah saat liang memek saya kembali ditusuk-tusuk oleh batang ayah mertua ku dengan beringas. Sodokan-sodokan bertubi ayah mertua saya dengan gaya doggy style ini sedemikian laju sehingga kembali membuat saya merem melek dan mendesisi-desis, menahan sakit dan nikmat namun saya merasakan denyutan batang otong ayah mertua saya mulai mengeras sepertia nya dia akan ejakulasi terlihat dari tatap layu saya ayah mertua saya mulai mengejang seakan ingin menuju klimaks
saya pun panik dan berusaha menahan goyangan ayah mertua saya dan menjerit “..jangaannn, jangn lepaskan didalamm..yahh’, pinta saya dengan kecil yang lirih. photomemek.com mertua saya sesaat berhenti dan kemudian berkata “Baiklah tapi dengan satu syarat”, kata ayah mertua saya. “kamu harus hisap batang ni sampai keluar air kalau tidak ayah lepaskan mani ayah ke dalam rahimmu, bagaimana?”. “Baiklahhh” jawab saya dengan pasrah.
ayah mertua saya kemudian segera merambat naik dan mengarahkan batang kemaluan nya menuju ke arah kepala saya yang sudah kembali telentang di lantai. Dia meletakkan kedua lututnya di samping saya dan kemudian menarik kepala saya yang tengah lunglai itu untuk menghadap batangnya yang masih tegak.
“Ayo , kulum batang ayah”. Walaupun jijik, saya terpaksa mengulum batang ayah mertuaku. Batang yang hitam dan berotot itu segera saja emmenuhi rongga mulut saya. Kuluman demi kuluman segera dilakukan saya coba lakukan dengan sisa tenaga yang ada. Seesekali ayah mertua saya meminta saya bergantian untuk menjilat, mengulum dan mengocok.
Sudah lebih lima menit saya melakukan itu semua namun ayah mertua saya belum menunjukkan tanda-tanda ingin berejakulasi. Malahan ayah mertua saya terus meramas buah dada saya. Akhirnya saya pun kewalahan.
‘ saya setengah sadar saat tenaga saya telah musnah dan kesadaran mulai meninggalkan diri saya. saya pun pingsan karena keletihan. setelah saya sadarkan diri kini tubuh saya terlentang. Tanpa saya sadari, ayah mertua saya masih memasukkan batang kemaluan nya di dalam memek saya dan melakukan sodokan-sodoakan yang lebih liar dan kencang daripada sebelumnya.
Sesaat kemudian ayah mertua saya pun mengejan wajahnya tegang mendongak ke atas dengan batang yang tertanam penuh dalam liang vagina saya, lalu “ Aaaaargh… dia mendesah….aarrghhh..” cairan sperma menyembur dari batang mertua saya memenuhi setiap lekuk dan liku vagina milikku yang kini terlihat bengkak dan mengalir deras menuju rahimnya. ayah mertua saya pun terkulai lemas di atas tubuh yang juga lemas setelah tak sadarkan diri.
Setelah beristirahat selama satu jam, ayah mertua saya bangkit. saya sendiri masih terkulai lemah di lantai kamar mandi. ayah mertua saya tersenyum puas.
Dengan hati-hati dia membopong tubuh saya yang lemas kembali ke kamar setelah mengenakan pakaiannya. Dia pun menunggu saya tersadar dan mengancam saya untuk tidak menceritakan apa yang terjadi.
Akhirnya, dia pun pergi meninggal saya di kasur dalam keadaan bugil. sayang yang merasa malu untuk menceritakan kejadian itu memilih untuk merahasiakan kejadian itu dari pengetahuan suami saya selama berbulan-bulan dan berharap tidak pergi mengunjungi mertua jahanam tersebut.
Dua bulan berlalu sejak peristiwa di bilik mandi tersebut berlalu dan saya kini positif hamil. Suami saya gembira tiada kepalang mendapat berita itu tanpa mengetahui perkara sebenarnya. Sebaliknya saya sangatlah gelisah.
Walaupun ayah mertua bejat saya telah berjanji untuk tidak menumpahkan spermanya ke dalam liang kemaluannya, namun karena saya setengah sadarkan diri saya tidak pernah tahu pasti akan hal itu. Hanya saja, saya memilih untuk memendam ketakutan itu sambil berharap tidak pergi berkunjung ke rumah ayah mertua jahanamnya tersebut agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
singkat cerita saya pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat. Setelah 9 bulang mengandung dan melahirkan anak laki-laki, dia hidup dalam kebahagiaan bersama dengan suami saya. Hanya saja, kebahagiaan itu tidak berusia panjang.
Suatu petang, suami saya kembali mengajak anak saya untuk berkunjung ke rumah ayah mertua saya. karena permintaan ayah mertua saya dia ingin menengok cucu pertamanya. hal itu pun membuat dingin sekujur tubuh saya saat mendengar berita dari suami saya.
Kedamaian yang saya pikir telah didapatkan tiba-tiba saja kembali terancam bahaya.
“Ada apa, sayang? Kamu tampak terkejut mendengar kita akan hendak berkunjung?”, tanya sauami saya kepada saya,
“Kau tak suka kah dia menengok anak kita?” tanyanya lebih lanjut.
“Ti..tidak, bang. …saya hanya kaget karena sudah setahun lebih kita tidak berkunjung..”, saya berusaha menutupi kegugupan. “Oh.
saya hanya merasa “saya tidak bisa menjaga beliau dengan baik kerana sibuk menjaga anak kita dan kondisi saya juga masih lemah”, pinta saya dengan cemas.
“Baiklah, karena kita tidak akan lama di rumah ayah , abang akan tunda perjalanan ke rumah ayah sampai kamu merasa siap
“Terima kasih, bang”, saya menghela nafas lega karena tidak akan sendirian menghadapi ayah mertua saya yang bejat.
Namun tidak seperti apa yang saya bayang kan kini malah ayah mertua saya yang datang dengan dijemput Ali di stesen bas. Tidak banyak yang berubah dari mertua saya itu dari saat terkahir kunjungan mereka. Perutnya makin tambun dan kulitnya makin legam, namun yang membuat saya gemetar adalah tatapan mata ayah mertua saya yang makin liar setiap kali memandang ke arah saya.
Mata yang tajam itu seakan mampu menembus kerudung dan baju kurung rapat yang selalu saya pakai. Tatapan mertuanya itu membuat saya mual dan berkunang -kunang setiap kali saya bertemu pandang dengan ayah mertua saya karena mengingatkan saya kembali atas apa yang telah dilakukan ayah mertua saya terhadap saya. Seakan masih terasa benar kecupan-kecupan panas dan remasan kasar ayah mertua saya di sekujur tubuh saya. Sebaliknya, ayah mertua saya bersikap seakan tiada pernah terjadi apapun di antara mereka.
Dua hari sejak kedatangannya semua masih aman bagi saya. ayah mertua saya lebih banyak berbincang dengan suami saya, sedangkan saya memilih lebih sering menghindar dan meminta mak inem, janda tetangga sebelah, untuk menemani menjaga anak saya setiap saat saumi saya harus pergi bekerja.
Namun, naas menimpa pada malam terakhir. Seusai santap malam, saya sibuk mencuci piring di dapur sementara suami dan ayah mertua saya sedang berbincang di teras depan. saya bersenandung kecil, hati saya benar benar dipenuhi kelegaan karena esok semua sumber ketakutan dan mimpi buruk saya karena besok ayah mertua saya sudah pulang kembali ke rumah nya.
Pikiran saya yang menerawang sambil sibuk membasuh piring sisa santap malam membuat saya tidak bersiaga dan tak sadar saat seseorang berjingkat memasuki dapur.
“Oough..”, benar benar membuat saya terkejut saat sebuah lengan yang kekar melingkar di pinggang saya yang ramping dan di saat bersamaan sebuah kecupan yang ganas mendarat di tengkuk saya, menembus kerudung yang saya kenakan malam itu.
“ .kamu semakin cantik ya..”, tiba tiba terdengar suara serak yang berbisik lirih ditelinga saya kemudian serasa melumpuhkan seluruh indera saya. saya benar benar tercekam dengan kengerian oleh ingatan peristiwa memalukan yang saya alami setahun lalu dan gelas yang tengah saya cuci pun terlepas.
“kenapa, sayang? Kamu tak rindukah dengan ayah..? Ayah kangen sekali sayam kamu..”. sosok tersebut bukan lain adalah ayah mertua saya yang kini telah memeluk saya dari belakang tidak dan tidak menyia-nyiakan kelengahan dan keterkejutan saya. Sambil terus berbisik dan menciumi tengkuk dan bahu saya yang masih tertutup jilbab lebar, tangan kiri ayah mertua saya yang semula melingkar di pinggang saya perlahan merayap turun mengarah ke pangkal paha terus ke bagian depan kemaluan saya.
Sementara itu di saat yang bersamaan jari-jemari tangan kanannya menyusup di balik baju kurung longgar yang saya kenakan dengan cepat menyusur dari perut ke arah dadanya.
“Aaaugh..aayah..ach..sayangg..auugh..toolong..” saya menjerit tertahan menahan kecupan yang bertubi-tubi saya terima. Tubuh saya yang semampai terbungkuk ke depan saat jemari kasar ayah mertua saya yang terentang lebar telah menggenggam organ kewanitaan saya dan mulai memainkan nya dengan ganas.
Kedua tangan saya mencengkeram erat tepi tempat mencuci piring sedangkan paha kanan saya yang secara refleks bergerak ke depan mencoba saya gunakan menahan serbuan ayah mertua saya
ayah mertua saya terkekeh melihat reaksi gugup saya tersebut. Jepitan paha saya tidak mampu menghalangi kelincahan jari jemarinya untuk tidak hanya menyentuh namun juga sesekali menusuk celah kemaluan saya.
“Aaauch…”, belum lagi saya mampu meredam permainan jari ayah mertua saya tersebut, mata saya yang semula terpejam menjadi terbeliak dan tubuhnya yang merunduk tersentak ke belakang saat jemari ayah mertua saya yang lain berhasil masuk di balik kutang sutra yang saya kenakan malam itu serta mulai meremas payudara dan memilin puting susu kanan saya serta menjepit dan menarik-nariknya.
“Tenang, L. suami mu sedang bertandang ke rumah teman nya. Ayah pastikan kita punya waktu yang cukup untuk saling melepas rindu.he.he..he.”, ayah mertua saya yang bejat itu melanjutkan bisikannya sambil kesepuluh jemarinya bekerja meremas, menusuk, mengobel, memilin dan mencubit dengan buas.
saya seakan lumpuh mendengar perkataan ayah mertua saya. Tubuh saya tanpa saya sadari bergantian terhentak ke belakang serta terbungkuk ke depan saat remasan-remasan yang dilakukan oleh ayah mertua saya bertubi-tubi mengaduk vagina dan payudara saya secara bersamaan.
“Serangan” yang dilakukan ayah mertua saya baru berlangsung tak lebih dari sepuluh menit namun waktu seakan berhenti bagi saya. Kain kurungnya yang saya gunakan entah sejak kapan telah tersingkap sampai ke pinggang sehingga tangan kanan mertua saya dengan leluasa sudah mencengkeram bulat-bulat kewanitaan saya dari balik celana dalam satinnya.
Jari tengahnya sudah bermain dengan kelentit menantunya dan tak jemu mengocok liang kewanitaan Rina yang mulai basah dengan cairan kewanitaan yang membanjir. Sementara itu lidah dan bibir mertua saya tanpa henti mencecap dan menjilat leher jenjang saya yang telah terbuka karena kerudung putihnya telah disingkapkan ke atas dan menutupi wajah saya yang tertunduk lemah.
saya tidak melakukan perlawanan yang berarti karean sudah pasrah hal tersebut tentu saja juga memudahkan kerja mertua saya di payudara saya. Bergantian sepasang payudara saya dijelajahinya bolak-balik dengan mudah. Telapak tangannya memutar dan meremas, mencengkeram keras dan menekan-nekan tiada hentinya membuat air susu saya keluar.
Pandangan saya waktu itu makin lama makin gelap, remasan dan permainan jari yang dashyat dari mertua saya membuat kesadaran saya main melayang. Nafasnya saya makin lama makin tersengal. . Sebaliknya, mertua saya terlihat sangat bersemangat.
Tangannya yang semula sibuk mengocok liang kewanitaan saya secara kasar menyentakkan celanan dalam saya dan menariknya ke arah bawah. Tanpa bisa saya cegah kain segitiga satin yang mungil itu terus melorot hingga ke bawah lutut.
ayah mertua saya menatap kembali tubuh saya. Tanpa sedar dia berdecak “ck.ck.ck.., betapa indahnya engkau wahai menantuku ..’. Kedua tangan bandot tua itu segera saja meremas dengan gemas payudara saya yang mengalirkan air susu dengan deras karena saya masih menyusi bayi saya.
saya hanya mampu menggeliat kecil ketika sebuah rangsangan yang hebat merambat dari remasan mertua saya dan menggetarkan seluruh indera saya. Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut,ayah mertua saya berlutut di depan saya sehingga wajahnya di bawah payudara saya yang sedang mengeluarkan asi. mertua saya pun menyedot nya seperti anak kecil menyusu dengan ibu nya.
Kedua tangannya kemudian mencengkeram paha saya dan kemudian menyibakkan kaki saya menjadi ngangkang. Sekejap kemudian ayah mertua saya menundukkan kepalanya dan mulai memainkan bibir dan lidahnya di kemaluan wanita saya.
Pertama-tama ditekankannya wajahnya ke seluruh permukaan vagina saya yang sudah basah kuyup akibat ketrampilan jari-jemari nya dan di tambah kali ini asi saya di buat nya keluar tidak berhenti berhenti.
“Sruup, sruuuup…”, bibirnya mendecap limpahan cairan tersebut dan memagut erat celah kewanitaan saya yang telah di kuak nya lebar. Seluruh tubuh saya bergetar lemah, bibir saya tak mampu lagi memekik dan hanya berbisik lirih saat lidah kasar sang ayah mertua saya mulai menyusuri tiap jengkal vagina saya.
Lidah itu bergerak liar tidak hanya menyusur ke dalam liang kenikmatannya namun juga menyapu tandas setiap celah lipatan yang ditemuinya. Decapan-decapan bibir yang ditingkahi gigitan-gigitan kecil yang terus berulang membuat saya luluh.
Tubuh saya kini sepenuhnya tiarap bertumpu sepenuhnya pada bak cucian tanpa daya. Kepala saya hanya menggeleng ke kiri dan ke kanan saat gigi-gigi ayah mertua saya menggigit ganas bongkahan kewanitaan saya.
Setelah direguknya kelezatan vagina saya, diapun bangkit kembali. “Tahan sayang.. ayah masih mau ragakan satu permainan lagi…he..he.he..”, sambil terkekeh kecil ayah mertua saya menekan tubuh saya ke depan hingga makin mencondong ke bak cucian sementara tangan kirinya menjemba pinggang saya dan menunggingkannya sedikit ke atas.
Diturunkannya resleting celananya dengan batang penisnya yang telah menggembung. teracunglah batang otong ayah mertua saya yang besar, panjang dan hitam itu di depan bongkahan pantat milikku. Tanpa aba-aba batang itu menusuk deras ke dalam celah pantat saya.
“Aaaarghhh…” selunglai apapun saya, tubuh saya mengejang hebat saat penis perkasa ayah mertua saya dengan laju menyumpal kewanitaan saya. Tubuh saya yang semula seakan teronggok lemah di meja bak cucian tiba-tiba terangkat, saya sedikit menarah rasa sakit sebelum kemudian kembali luluh.
Kegelapan mulai merayapi pandangan saya saat pantat saya berguncang-guncang mengikuti irama sodokan penis ayah mertua saya. Tusukan-tusukan ayah mertua saya yang makin lama makin kencang dan dalam itu seakan menghentak-hentak kesadaran saya.
saya hanya mampu bergumam lirih setiap sodokan-sodokan panjang yang dilakukan ayah mertua saya yang bejat bergantian dengan tusukan-tusukan pendek dan cepat menghujam dalam-dalam ke vagina saya. Dalam keadaan yang sangat menderita tersebut saya hanya dapat berharap agar ayah mertua saya tersebut tidak sampai berejakulasi dan menumpahkan spermanya ke dalam peranakannya.
Untunglah, sebelum saya kehilangan kesadaran secara penuh dan ayah mertua asya mencapai puncak, tiba-tiba terdengar bunyi pintu pagar berderit dan salam diucapkan. “Bedebah.”, ayah mertua saya menggeram pelan dan menyumpah-nyumpah karena menyadari sauami saya telah pulang.
Ditusukkannya penisnya ke liang kemaluan saya untuk terakhir kalinya sambil berbisik “ sudah dulu ya sayang..”. Bibir saya mendesis lemah saat menerima tusukan yang dilakukan ayah mertua saya dalam-dalam tersebut. kemuadian ayah mertua saya bergegas melepaskan pelukannya dan menarik celana dalam satin saya kembali ke atas.
Dengan sigap dia menegakkan tubuh saya serta menurunkan kembali baju kurung dan kerudung saya sehingga seluruh tubuh saya itu kembali tertutup rapat. Sebelum meninggalkan dapur dia berbisik lirih ke telinga saya “ Jangan kau bilang ini kepada anak ku, jika kau masih sayang anakmu ..”
Kemudian dengan sigap dia bergerak keluar dapur menuju ruang tamu untuk menyambut suami saya di beranda untuk memberikan waktu pada saya membenahi diri dan memulihkan kesadaran. saya masih bertumpu lemah di bak cuci, pandangan saya benar benar nanar dan pikiran saya masih beku.
Benak saya benar benar dicekam kengerian mendengar ancaman mertua saya tersebut yang tidak lain adalah ayah kandung dari suami saya. saya sadar bahwa bajingan tua itu tidak sekadar menggertak. Namun, saya bersyukur bahwa suami saya datang sehingga dia bisa terhindar dari aib yang lebih besar. Dia berharap malam segera berlalu dan esok mertua durjananya segera pulang ke rumah nya sehingga mimpi buruknya akan berakhir. Sejah saat ini ayah mertua saya masih sering mencoba untuk menyetubuhi saya namun selalu gagal karena saya mencoba untuk selalu menempel ke suami saya seperti lem.
SEKIAN.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,