Rina adalah seorang sekretaris muda dan cantik yang bekerja di kantor ku. Dia baru berusia 26 tahun dan baru saja kehilangan suaminya karena serangan jantung mendadak. Aku bisa melihat kesdihan di matanya karena suaminya meninggal.
Suatu hari, aku melihatnya menangis di kantorku. Aku bertanya ada apa, dan dia menceritakan tentang kematian suaminya. Aku mencoba menghiburnya dengan mengatakan padanya untuk tetap kuat dan tabah. Aku juga meyakinkannya bahwa jika dia membutuhkan sesuatu, dia bisa meminta bantuan padaku, apapun itu.
Tiga hari setelah kematian suaminya, Rina datang padaku dengan permintaan yang aneh dan tidak biasa. Dia merasa horny dan ingin aku memuaskan nafsunya. Aku terkejut dan heran dengan permintaannya, mengingat dia baru saja kehilangan suaminya tiga hari yang lalu. Dia begitu cepat melupakan suaminya itu dan menyerahkan kehormatannya padaku. Tentu saja kesempatan ini tidak aku sia-siakan apalagi dia asih muda, cantik, dan bodynya uh mantab banget seperti model. Aku menyetujui permintaannya dan dia memberikan alamat rumahnya.
Malam itu, aku tiba di rumah Rina. Aku disambut oleh Rina dan aku kaget karena dia menyambutku hanya dengan menggunakan pakaian tank top dan hot pants. Terlihat bentuk toketnya yang besar menyembul lewat tank topnya itu bahkan dia juga tidak pakai BH, pentil toketnya sangat jelas terlihat. Dalam hatiku si Rina ini pasti cewek nakal, tapi aku suka cewek yang nakal.
Di depan rumahnya aku melihat masih ada beberapa perabot yang digunakan saat prosesi acara penguburan suaminya masih ada di sekitaran rumahnya. Dia mempersilahkan aku masuk dan dia membuatkanku teh hangat. Setelah berbincang-bincang sejenak, dia membawaku ke kamar tidurnya, kemudian dia mengunci pintu. Walaupun aku sebenarnya merasa serba salah, karena seperti melakukan hal yang tabu. Tapi, aku juga tidak bisa menyangkal nafsu membara yang kurasakan saat bersamanya.
Rina berbaring di tempat tidur dan melepaskan baju dan celana hot pants yang dia pakai, wow, tubuhnya sangat indah, seperti Rose dalam film Titanic. Kemudian aku juga melepaskan baju dan celanaku lalu aku menghampiri Rina di tempat tidurnya, kemudian menidurinya, menindihnya, aku menyedot toketnya yang ebsar sambil meremasnya, dia menggelinjang keenakan, aku cium bibirnya, aku lumat lidahnya. Kami berciuman dengan gairah. Sementara itu tangan Rina meraih kontolku yang kemudian dielus dan dikocoknya, kontolku mengeras dan ngaceng maksimal, kemudian aku bilang padanya kalau aku siap untuk mengentotnya. Dia kemudian bilang kalau aku langsung masukkan saja kontolku ke dalam memeknya, dan aku memasukkannya. Terasa memek Rina sangat hangat dan cengkramannya masih terasa kuat, walaupun dia sudah janda yang pastinya sudah dientot suaminya berkali-kali tak terhitung banyaknya. Rina mendesah keras, dia memelukku dengan erat, kuku-kukunya yang panjang terasa menancap di punggungku saat dia kuentot. Semakin cepat gerakan entotku, pelukannya semakin kuat.
Rina mendesah keenakan, dia bahkan menggerahkan pinggulnya untuk menyambut sodokan kontolku. Kami bergerak bersama dalam gerakan yang semakin cepat. Sepertinya dia sudah seratus persen melupakan suaminya. Birahinya sangat tinggi. Desahan dan erangan-erangannya menjadi tanda bahwa suaminya yang telah meninggal adalah masa lalu yangs udah dia buang jauh-jauh. Aku mencium leher Rina, merasakan denyut nadinya yang berdebar kencang. Dia berkata padaku “Aku cinta kamu Toni, aku mau kamu entot setiap hari”. Au kaget dan spontan menjawab “Aku juga cinta kamu Rina, aku akan mengentotmu setiap hari sampai kamu puas”.
Setelah bergulat ngentot, akhirnya aku sudah tidak bisa menahan lebih lama ejakulasiku. Aku bilang padanya kalau aku mau ngecrot. Rina bilang “Muncratkan saja pejuhmu di dalam memekku Toni”, buat aku hamil. Lalu dengan beberapa genjotan terakhir, kontolku meledak mengeluarkan cairan kenikmatan “ahhh, ahhh, ahhhhh”, crooottt, crooottt, crooottt, pejuhku yang hangat menyembur di dalam memek Rina, saking banyaknya sampai tumpah-tumpah ke luar memek karena memek Rina sudah penuh dengan pejuhku. Tubuh Rina pun bergetar hebat saat aku ngecrot di memeknya. Aku memenuhi memeknya dengan benihku. Kami berdua merasakan kenikmatan seks yang luar biasa.
“Terima kasih Toni sayang,” bisik Rina. “Enak banget, lebih enak dientot kamu daripada dientot sama almarhum suamiku dulu. Janji untuk ngentot aku setiap hari ya” begitu kata Rina. Aku kemudian menjawab “Oke, siap, aku siap menjadi cowok pemuas nafsu seksmu”. Rina kemudian tertawa lebar dan kemudian dia mencium bibirku.
Sesaat berselang aku pamit karena waktu sudah sangat larut bahkan sudah hingga jam 2 pagi. Karena kita besok harus bekerja dan bertemu lagi di kantor. Keesokan harinya di kantor, dia sudah seperti biasa, tidak ada raut kesedihan di wajahnya, bahkan dia bisa ketawa-ketiwi. Malamnya kita janjian ngentot lagi di rumahnya. Nikmatnya Rina.