sebuah cerita dewasa mengenai seorang wanita yang berniat untuk melancarkan niatnya agar terpilih dalam pemilu calon legislatif di daerahnya. Karena merasa tidak begitu percaya diri, maka dirinya pergi ke dukun yang terkenal untuk mendapatkan ‘pegangan’ agar dirinya bisa lolos pemilu tersebut.
“Din, setelah 2 orang ibu-anak itu, aku mau istirahat.” ujar Mbah Parno dari dalam kamar prakteknya setelah memberikan susuk pada seorang pasien.
Baharudin asistennya bergegas keluar menghampiri dua pasien berikutnya dan mempersilahkan masuk ke ruang praktek Mbah Parno. Mbah Parno adalah seorang dukun kondang di daerah Jatim.
Keahliannya sangat tersohor, dari pelet sampai santet. Dari penglaris sampai jabatan, dia tiada bandingannya. Ruang prakteknya yang dipenuhi oleh benda-benda pusaka, dan segenap wewangian kemenyan serta sesaji bagi iblis sesembahannya menambah keangkeran dukun berusia 60 tahun dengan jambang lebat memenuhi wajahnya.
Pasien berikutnya adalah Nyonya Dewista dan diantar oleh puterinya Zahra.
Nyonya Dewista adalah wanita berusia 45 tahun yang sangat anggun. Dia sengaja datang ke Jawa Timur selain untuk menghadiri resepsi teman karibnya kemarin, juga mengunjungi Sang Dukun yang sakti mandraguna ini. Sengaja dia minta antar puterinya, karena kesibukan suaminya sebagai pengusaha yang mengharuskan melakukan perjalanan bisnis ke Eropa.
Jilbab kuning yang membungkus kepalanya menambah keanggunan wanita berparas cantik ini. Di sampingnya adalah puteri sulungnya Zahra yang tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. fantasiku.com
Menurun dari ibunya, Zahra yang masih 18 tahun ini juga memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan Sang Ibu. Gadis ini tampil santai dengan kaos merek Zara yang ketat lengkap dengan jeans hitam yang lekat dengan pahanya yang ramping.
“Silahkan duduk Nyonya Dewista dan Dik Zahra….” ujar Mbah Parno mempersilahkan kedua pasien terakhirnya ini untuk duduk di karpet tepat di depan meja praktiknya.
Mata sang dukun yang tadinya lelah sontak kembali berbinar. Amboi, cantik benar 2 makhluk ini. Mulus, berdada montok, dan ah….ternyata tidak cuma mata sang dukun yang berbinar, penis Mbah Parno pun ikut memberikan sinyal soal santapan malam yang indah dari dua wanita cantik ini. Belum sempat dua pasiennya menyembunyikan kekagetan dengan kemampuan Sang Dukun menebak nama-nama mereka.
Mbah Parno kembali berujar,
“Nyonya Dewista tidak usah kuatir. Nyonya pasti bisa jadi anggota dewan tahun ini….Bukankah begitu yang nyonya inginkan?”
“Be..benar…Mbah Dukun. Gimana Mbah bisa tahu maksud saya?” tanya Nyonya Dewista makin kaget sekaligus makin percaya pada kesaktian sang dukun.
Nyonya Dewista memang salah satu caleg dari salah satu parpol pada pemilu tahun ini. Dan di saat peraturan bukan lagi pada nomor urut, melainkan suara terbanyak, membuat sang nyonya menjadi ketar-ketir.
“Hahahaha…iblis, setan dan jin mengetahui semua maksud di hati.” ujar Mbah Parno bangga.
“Tapi, ini tidak gampang, Nyonya….” ujarnya lagi. fantasiku.com
“Maksud Mbah Dukun? Bagaimana caranya? Apa saja akan saya lakukan untuk itu Mbah.” ujar Nyonya Dewista tidak sabar.
“Aura kharisma Nyonya tertutupi oleh tabir gelap sehingga tidak keluar. Harus ada banyak pengorbanan, dan sesembahan agar itu semua keluar. Tapi itu ada ritualnya, bisa diakali, Nyonya tidak perlu kuatir.” Kali ini Mbah Parno mulai ngawur.
Semua kalimatnya sengaja dirancang untuk mendapatkan keuntungan dari dua wanita cantik ini. “Kamu dan puterimu harus total mengikuti ritual yang akan saya siapkan. Sanggup?” “Sanggup,Mbah” “Dik Zahra sanggup membantu Mama?” tanya dukun yang sedang horny ini pada puterinya.
“Sanggup,Mbah.” Sahut Zahra demi sang mama tercintanya.
Mulailah Mbah Parno komat-kamit sambil melempar kemenyan pada pembakarannya. Matanya tiba-tiba melotot. Dan suaranya menjadi parau.
“Kalian berdua ikut aku ke ruang sebelah….Sebelumnya Nyonya minum air dalam kendi ini. Air suci dari negeri jin Timur Tengah.” Mbah Parno menyodorkan kendi yang memang disiapkan khusus, dengan rerempahan yang mengandung unsur perangsang yang sangat kuat.
Niat kotornya sudah mulai dijalankan. Di sebelah ruang praktik utama terdapat gentong besar berisi bunga-bunga aneka macam. Dan sebuah dipan kayu, serta meja kecil di dekatnya. Lebih mirip kamar mandi. Mbah Parno menyuruh Nyonya Dewista masuk mendekati gentong. Dan memberi perintah agar Zahra melihat dari depan pintu ruangan.
“Kita mulai dengan pembersihan seluruh tabir itu, Nyonya. Rapal terus mantra ini dalam hati sambil aku mengguyur badan Nyonya….Mojopahit agung, Ratu sesembahan jagad. Hong Silawe,Hong Silawe. ” lanjut Parno.
Tangannya mengambil gayung di gentong dan mengguyur pada tubuh Nyonya Dewista. Air kembang pun dalam sekejap membasahi jilbab dan gamis hitam Nyonya Dewista. Semakin memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh Nyonya ini yang masih ramping dan terjaga.
“Edan..ngaceng penisku rek.” batin Mbah Parno.
Tangannya yang satu bergerak menggosok tubuh yang sudah basah itu. Dari ujung kepala Nyonya Dewista yang masih terbalut jilbab kuning, dahi, hidung, bibir, leher, dan merambat ke dua gundukan di dada Nyonya Dewista. Sempat Nyonya Dewista terkaget dengan sentuhan tangan kasar sang dukun, tapi buru-buru dia konsentrasi lagi dengan rapalannya.
“Bagus terus konsentrasi Nyonya. Jangan sampai gagal, karena akan percuma ritual kita…Sekarang lepas baju Nyonya biar reramuan kembang ini meresap dalam kulit Nyonya.” Perintah Mbah Parno yang langsung dituruti oleh Nyonya yang sudah ngebet jadi anggota dewan ini.
Nyonya Dewista benar-benar telanjang bulat sekarang. Tubuh putih mulus dengan kulit yang masih kencang. Melihat mangsanya dalam kendali, Mbah Parno semakin berani. Badannya dirapatkan, agar penisnya menempel di belahan pantat Sang Nyonya yang montok. Jemarinya semakin nakal memainkan puting Nyonya Dewista.
Terus turun ke sela-sela paha Nyonya Dewista, memainkan vagina Sang Nyonya. Setelah 5 menit, tampak tubuh Nyonya Dewista bergetar, tanda-tanda bahwa ramuan perangsang sudah mulai bekerja.
Mbah Parno menuntun Nyonya Dewista ke dipan kayu yang ada di ruangan itu dengan semua letupan birahi yang semakin tidak tertahankan. Perhitungannya, tak lama lagi, Sang Nyonya akan tidak mampu berdiri karena melayang di antara alam sadar dan bawah sadarnya. Setelah membaringkan mangsanya, Mbah Parno meneruskan rangsangannya.
Bibir tebalnya terus mencium seluruh tubuh Sang Nyonya. Wewangian kembang membuat nafsunya semakin tidak tertahankan lagi. Bibir dan lidahnya menyerbu bibir vagina Sang Nyonya.
Edan, orang kaya emang beda. Jembutnya aja ditata. Wanginya juga beda, batin Mbah Parno sesaat setelah melihat vagina Nyonya Dewista. Nyonya anggun ini mulai terangsang hebat.
Tubuhnya menggeliat-geliat setiap sapuan lidah Parno memutar-mutar klitorisnya. Pantatnya naik turun seakan ingin lidah Mbah Parno tertancap lebih dalam.
“Eeeemmm….”Desah Nyonya Dewista penuh kenikmatan.
“Ini saatnya.” Pikir Mbah Parno membuka pakaian dan celananya dengan buru-buru lalu naik ke atas dipan, mengambil posisi di sela paha Dewista.
“Apa yang Mbah lakukan pada Mama?”Tiba-tiba semua perhatian Mbah Parno terbelah oleh pertanyaan Zahra.
Iya, ada anaknya yang nonton dari tadi. Beda ama ibunya, Zahra tentu saja masih sangat sadar.
“Tenang cah ayu. Mamamu harus melakukan ritual tertinggi kharisma asmaradana. Aku harus menyatu lewat persenggamaan untuk membongkar tabir jahat pada Mamamu. Mamamu harus ditolong. Kamu mau pengorbanan Mamamu tidak sia-sia bukan,Nduk?”
“Iya,Mbah.” “Sekarang diam di situ. Dan bantu perjuangan Mbah dan Mama dengan rapalan tadi….” perintah Mbah Parno sambil mengembalikan konsentrasinya pada penisnya yang sudah berdiri tegak. fantasiku.com
Urat-urat penisnya semakin membesar, pertanda sudah sangat siap untuk melakukan penetrasi. Kepala penis Mbah Parno yang mirip jamur raksasa berwarna hitam itu kini sudah berada di bibir vagina Nyonya Dewista.
Bibir vagina yang sudah basah karena cairan itu merekah saat kepala penis Sang Dukun mulai membelah masuk. Mbah Parno mengatur napasnya. Perjuangannya untuk menembus vagina Nyonya satu ini ternyata cukup sulit. Diameter penisnya terlalu besar untuk vagina Nyonya Dewista. Baru kepala penisnya yang mampu masuk.
“Aaaaah…seret juga milikmu,Dewista sayang. penis suamimu payah rupanya. Tahan sedikit ya. Mbah akan beri kenikmatan hebat…” bisik Parno pada telinga Dewista.
Dilingkarkannya tangan gempal Sang Dukun pada pantat montok Nyonya Dewista. Dadanya bersandar pada dua payudara Dewista. Dan dengan hentakan keras, dibantu tekanan tangannya, penis Parno melesak masuk.
“Eeeeemmmphmm,…mm..mm.” Desah Dewista sambil merem melek. Pengaruh ramuan perangsang plus hentakan tadi rupanya membuat sensasi luar biasa bagi Dewista.
Parno pun merasa nikmat luar biasa. Dibanding milik istri mudanya pun, milik Dewista masih lebih legit. Mungkin karena orang kota pandai merawat diri, pikir Parno sambil menikmati pijatan vagina Dewista.
“Plok…plok…plok…plak…plak…plak..” suara perut Mbah Parno bertemu kulit putih Dewista.
Sesekali Mbah Parno menelan ludahnya sendiri melihat batang besarnya yang hitam pekat keluar masuk vagina Dewista yang putih mulus. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa.
“Ooooh…Mbah.” Dewista mengeluh panjang.
Tubuhnya mengejang hebat. Orgasme melanda wanita molek ini rupanya, batin Parno. Terasa cairan hangat mengalir deras membasahi batang penis Parno. Parno mengejamkan matanya menikmati sensasi hebat ini. Ia sengaja membiarkan Dewista menggelinjang dalam orgasmenya.
“Sekarang saatnya,sayang. Jurus entotan mautku. 6 isteriku sendiri tidak ada yang bisa tahan…”Bisik Mbah Parno sambil tersenyum setelah melihat orgasme Dewista sudah reda.
Parno mulai mempercepat genjotannya. Naik turun tanpa lelah. Pantat Dewista pun mengikuti irama genjotan Mbah Parno. Sesekali sengaja dia tarik penisnya hingga hanya menyisakan kepalanya.
Membuat pantat Nyonya Dewista terangkat seakan tidak rela barang besar itu keluar dari vaginanya. Mbah Parno menarik tubuh Dewista hingga mengubah posisi menjadi duduk. Sambil memeluk pinggul Dewista, Parno meneruskan sodokannya.
Dewista pun mengimbangi dengan meliuk-liukkan pinggulnya. Gerakan pantat Dewista membuat penis dukun tua itu seperti diremas-remas. Karena hasratnya yang sudah memuncak. Nyonya Dewista mendorong Parno rebah. Dan kini Nyonya anggun itu mengambil kendali dengan liarnya. Rambut panjangnya terurai berkibar-kibar. Peluhnya membuat kulit putihnya seakan mengkilap.
“Hong Silawe,…uuuggh…mmm..mmmph…Hong Silawe…aaaaahhh…” Dalam gerakan liarnya pun Dewista tidak lupa membaca manteranya.
Mbah Parno tersenyum dan menikmati itu sebagai pemandangan yang begitu erotis. Dua tangannya meraih dua payudara Dewista yang terayun turun naik. Meremasnya dengan gemas.
Sesekali tubuhnya terangkat untuk memberi kesempatan bibirnya mengulum dua puting yang menggoda itu. Nyonya Dewista mengerang dengan hebatnya. Sebuah percumbuan yang hebat ini mungkin baru kali ini dia alami seumur hidupnya.
“Ooooohh….ooohh…uuuggh… Hong….aaaaah…Silawe..Ratu…j agaaaad…aaaah” Dewista semakin meracau tak karuan.
Tubuhnya mulai tak kuasa kembali menahan kenikmatan dahsyat ini. Dewista terus meliuk di atas tubuh tua Sang Dukun. Pantatnya mengayun dengan irama yang semakin kacau. Dan, kedua tangannya memegang rambut panjangnya.
“Bagus, sayang…terus rapal.rapal…aaah…rapal..kita sampai bareng, Dewistaku….hhhhmmpphh..”Mbah Parno pun merasakan penisnya mulai berkedut.
Sambil mencengkram keras pinggul Nyonya Dewista. Mbah Parno membantu mempercepat kocokan dari bawah. Tubuh Mbah Parno mulai menegang. Dan sambil bangkit mendekap Nyonya Dewista, Mbah Parno mengeluh keras,
“Aaaaaaaaagghhh…ghh…Dewista…” “aaaaagggh….mmmmph…mmmp…aaaaah.” Nyonya Dewista pun menyambut pelukan Sang Dukun.
Tubuhnya bergetar untuk kedua kalinya. Rupanya inilah kali kedua Dewista mendapat orgasme hebat di dipan kayu ini. Badan seksi Nyonya yang anggun ini pun ambruk didekapan Parno yang masih merem melek menikmati sisa orgasmenya dari caleg cantik ini.
Dua-tiga menit ia memeluk Dewista, membiarkan penisnya menikmati hangatnya liang peranakan Dewista. Setelah menidurkan Nyonya Dewista yang kelelahan di dipan, Sang Dukun melepaskan penisnya dari vagina Nyonya Dewista. Ia bangkit dari dipan dan menghampiri Zahra yang mandi keringat menyaksikan mamanya disetubuhi dengan hebat tadi. Kaos ketat Indah yang basah keringat menampakkan kemolekan gadis yang baru merekah ini.
“Hong Silawe…Silawe…mamamu sudah melakukan ritual paling beratnya, Cah Ayu. Biarkan dia istirahat dulu.” ujar Mbah Parno sambil menggamit tangan Zahra yang masih terpaku dengan apa yang baru dia lihat tadi.
Mbah Parno menuju karpet besar di area meja praktiknya. Ia kemudian meneguk air teh dalam gelas seng yang besar di mejanya. Dipandanginya Zahra yang duduk di karpet. Benar-benar sangat cantik daun muda ini. Rambutnya yang dipotong pendek dengan tubuh yang langsing dan padat, memperlihatkan energi muda dari gadis yang sporty ini. Dengan masih telanjang, Mbah Parno mendekati Zahra yang duduk memandangnya. Batang penisnya mulai menegang lagi, ingin merasakan nikmatnya Memek belia ini.
“Zahra, dengarkan aku. Tinggal selangkah lagi. Dan semua ritual ini bergantung kamu sebagai puterinya. Kamu ikuti saja perintahku. Kita tuntaskan ritual agung ini.Siaap?”
“I…i…ya..Iya Mbah…” Zahra menjawab, gadis ini agak tergagap karena pandangannya yang terfokus pada penis Mbah Dukun yang kembali perkasa.
Kilatan bekas cairan Memek mamanya masih nampak dari batang penis Mbah Parno.
“Hong Silawe…Silawe…kemari Nduk. Hisap kontol ini dengan mulutmu. Lakukan dengan benar ya Cah Ayu.” perintah Mbah Parno sambil menyodorkan penisnya di depan mulut mungil Zahra yang masih duduk bengong di karpet tebal ruang praktiknya.
Zahra masih terdiam terpaku. Dadanya naik turun, dengan nafas masih memburu. Terasa Memeknya basah karena cairan. Ada perasaan aneh menyaksikan pergumulan Mama yang begitu dicintainya dengan lelaki tua itu. Pergumulan itu begitu membuat rasa keingintahuannya muncul, meskipun rasa takut begitu dominan saat ini. Pengalaman pertama yang justru didapatkannya dari mama dan lelaki tua yang lebih pantas menjadi kakeknya itu.
“Nduk, ayo, keburu roh gaib yang mau membuka tirai penghalang cita-cita mamamu pergi..” ujar Dukun Parno mendekat.
Penisnya yang berdiri begitu tegak dengan urat-urat besar dan warna hitam pekat, terlihat begitu menakutkan bagi sang dara. Bandot tua ini sudah tidak tahan untuk mencicipi tubuh anak kota yang begitu terawat. Begitu putih seperti mamanya. Begitu langsing dan terawat.
“Zahra takut Mbah…” desah Zahra perlahan, sambil kedua telapak tangannya saling meremas.
Mbah Parno menghela nafasnya. Dia mengelus rambut hitam mangsanya dengan senyum manis.
“Tidak usah takut Cah Ayu. Semua tidak menyakitkan. Kamu harus melakukannya sebelum pengorbanan mamamu dan Mbah percuma. Kamu sayang mamamu, bukan?” Sang Dukun pun menebar jebakan mautnya membuat Zahra tidak memiliki pilihan kecuali menganggukkan kepala.
Dan dengan sigap, Mbah Parno mendekatkan penisnya di depan bibir mungil itu. “Jangan sampai kena gigi ya Cah Ayu. Kulum, sedot dan pakai lidahmu…begitu ritualnya.”
Masih dengan ragu-ragu Zahra memegang penis yang hingga begitu besarnya tidak cukup dalam genggamannya. Mbah Parno segera mendorong kepala Zahra maju mundur.
“Hong Silawe…Silawe…setan belang, jangkrik monyong….terus Nduk.” ujar Parno keenakan.
Zahra terus mengulum batang penis Parno. Setiap sedotan membuat lelaki bejat itu merem melek. Terkadang, saking tidak sabarnya Parno mendorong terlalu keras hingga separoh batangnya menyodok masuk ke dalam tenggorokan Zahra. Air liur Zahra membasahi hangat penisnya, menggantikan sisa-sisa cairan kemaluan mamanya sendiri.
“Hoooo oooh…bener gitu caranya Cah Ayu…”
Mbah Parno makin kelojotan, batang penisnya semakin membesar sehingga nyaris membuat Zahra kesulitan bernapas tiap kali dukun cabul itu memaksa batangnya memenuhi mulutnya. Tangan Parno meremas-remas rambut pendek Zahra.
“Ah, beruntungnya aku. Anak ini cantiiiiik banget. Mirip artis sinetron Agnes Monica. Mungil, namun seksi,” pikir Parno.
“Sekarang jilati kantong bola kontol Mbah sayang….di situ tempat semua pengasih untuk membuka tirai penghalang Mama…” lanjut Parno.
Dan Zahra pun menurut. Dua buah zakar Parno dikulumnya bergantian. Membuatnya tidak kuasa menahan semua kenikmatan ini. Dia pun menjadi semakin bergairah dan bernafsunya.
“Sekarang giliran Mbah….” tanpa ba-bi-bu karena diselimuti nafsunya.
Tangan-tangan dan lidah Parno berebutan menjamah tubuh gadis cantik yang baru tumbuh-tumbuhnya ini.
“Mbah, Zahra malu…” Ketika dua tangan Mbah Parno berusaha melucuti kaos ketatnya.
Tangan-tangan mungil Zahra berusaha menahannya. Namun, Parno tidak peduli lagi. Diserangnya ketiak kiri-kanan sang gadis sambil menarik kaosnya. Breeet….terlihatlah dada putih mulus dengan dua gundukan Zahra bentuknya masih dalam perlindungan Bra putihnya. Tidak sebesar mamanya memang, tapi bentuknya begitu paripurna, pikir Parno. Belum pernah dijamah laki-laki. Masih bentuk alami yang mengundang tangan-tangan kasarnya meremas dengan gemas.
“Demi mamamu sayang….demi mamamu.” Parno membaringkan tubuh Zahra yang didera kebingungan dan rasa nikmat yang pertama kali dia rasakan itu ke karpet.
Ciuman dukun itu memborbardir bibir mungil Zahra, dan seluruh bagian lehernya. Dan dua tangannya yang lebih kuat menarik lepas BH itu dari dua payudara yang ingin disentuhnya langsung. Kulit ketemu kulit. Parno berhenti sejenak. Pemandangan yang luar biasa membuatnya tertegun. Bahkan ketika malam pertamanya saat mengambil kegadisan isteri pertamanya, tidak pernah dia menemukan sensasi sehebat ini.
“Hong Silawe…Silawe. Kamu cantik sekali Nduk. Dua payudaramu ini harus disedot untuk mengeluarkan hawa penolong mamamu….”
Seperti tak sabar, bibir tebal Parno pun menyerbu dua puting payudara Zahra bergantian. Tangannya pun bergantian meremasnya. Kadang gerakan halus melingkar searah jarum jam di sekitar puting, kadang remasan terhadap semua bagian payudara Parno.
“Aaaahh…Mbah.”
Zahra mulai terhayut dalam permainan Mbah Parno yang begitu membuat dirinya melambung. Dua putingnya sudah mancung karena rangsangan hebat Sang Dukun yang kaya pengalaman ini. Setelah kurang lebih 20 menitan dicumbu. Tubuh Zahra menggeliat namun dengan kaki masih terkatup. Sang Mbah pun menggelar serangan kilat tahap berikutnya. Salah satu tangannya mulai mengarah ke selangkangan Zahra. Dibelainya selangkangan gadis itu dari luar. Mulut dan tangan Parno mulai bergeser posisi turun, ke perut dengan dua tangannya masih bergantian memutar-mutar puting Zahra. Zahra pun makin menggelinjang. Memeknya pun semakin basah.
“Mbah, sudah jangan Mbah…”Zahra tiba-tiba tercekat dalam sadarnya.
Tangannya memegang dua tangan Parno yang sudah berhasil membuka kancing dan resliting celana jeans yang membungkus bagian bawah tubuhnya. Sial, hebat juga kesadaran bocah ini, pikir Parno. Rupanya penaklukannya menjadi tidak mudah sekarang.
“Kamu mengacaukan semuanya!!!!” bentak Parno dengan membuat mimik wajah paling angkernya. “Roh marah dan pengorbanan mamamu sia-sia malam ini…Sudahlah, lenyap mimpi mamamu!!!”
Zahra yang terduduk sambil meringkuk pada dua pahanya tertegun melihat akting top markotop sang dukun. Perasaan bersalahnya mulai muncul. Diliriknya tubuh mamanya di dipan yang masih mandi peluh karena percintaan hebatnya tadi.
“Ah, mama sudah berjuang keras, dan tak pantas aku menghancurkannya,” batin Zahra.
Melihat lawannya bingung, Parno pun semakin memasang akting cuek dan marah. Dan ia membalikkan badannya menuju meja persembahannya. Zahra pun terlihat mulai panik.
“Maaf,Mbah. Zahra cuma takut. Nggak pernah Zahra seperti ini….”Zahra pun menubruk tubuh Mbah Parno dari belakang. Tak sengaja dua tangan mungil itu bersentuhan dengan penis Mbah yang sudah lapar ini. Parno pun tersenyum…..
“Masih bisa diatur asal Zahra benar-benar siap dalam upacara ini. Sekarang Mbah bersila di sini. Zahra berdiri tiga kaki dari posisi Mbah. Lakukan perintah Mbah….” ujar Mbah Parno dengan nada tinggi. Zahra menurut.
“Apa perintah Mbah…?”Tanya Zahra setelah berada di jarak yang diinginkan Parno.
“Kamu bisa menari Nduk? Liukkan tubuhmu, menarilah untuk menggoda sang roh gaib datang lagi…..yak, terus raba badan neng sendiri. Yah, begitu….mulai lepas celana jeans itu!”
Parno menikmati Abg cantik ini menari begitu erotisnya, meliukkan pinggulnya yang ramping, dengan dua payudara yang bergantung bebas naik turun mengikuti gerakan Zahra.
“Rebahkan tubuhmu di karpet itu,Nduk…” ujar Parno lirih sambil menahan nafsunya yang sudah melambung.
Tubuh seksi Zahra yang mengkilap basah oleh keringat dan air liur Parno rebah tidak jauh dari Parno. Lelaki tua ini pun merangkak menghampiri ibu jari kaki Zahra. Dengan lembut dikulumnya jari-jari kaki Zahra, terus bibirnya menelusuri betis, dan terus menaiki paha sang dara jelita ini.
“Uuuuugh…”Terdengar desisan tertahan dari Zahra. Parno tidak menyia-nyiakan keadaan.
Lidahnya pun menyodok-nyodok Memek Zahra yang terlindung dibalik celana dalam merahnya itu. Zahra semakin kelojotan. Dan dengan cepat, tangan Parno menarik turun celana dalam Zahra dan melemparnya ke karpet.
“Jangan takut Nduk. Semua akan lancar” bisik Parno ketika Zahra menunjukkan keraguan.
Selanjutnya, lidah Parno menyibak rambut Memek Zahra yang tertata rapi ini. Menerobos masuk, menjilati klitoris Zahra. Zahra benar-benar melayang menikmati permainan lidah yang dahsyat dari Sang Dukun. Melihat Zahra mulai menggelinjang, Parno terus melanjutkan serangannya. Lidah Parno menusuk-nusuk liang Memek Zahra yang semakin banjir itu. Tanpa bisa mengontrol dirinya, tanpa terasa tangan Zahra sudah menjambak rambut panjang sang dukun. Dan semakin dekat dengan kenikmatan, semakin keras tangan Zahra menarik rambut Parno.
“Aaaaaahh…hhh..Mbah..” lenguh Zahra.
Tubuhnya bergetar. Perasaan yang luar biasa. Dia mengalami orgasme pertamanya dalam hidupnya sebagai wanita. Parno tersenyum. Dia membiarkan sekian detik Zahra menggelepar dalam kenikmatan. Parno pun merangkak mendekati bibir Zahra, dan menciumnya lembut.
“Sekarang saatnya upacara utama,Nduk. Kamu siap?”
Mangsanya terdiam, masih dalam kenikmatan luar biasa yang tidak pernah dirasakannya. Parno pun mengarahkan kepala penisnya yang mirip jamur besar itu di bibir Memek Zahra. Zahra melenguh saat bibir Memeknya membuka perlahan, saat penis raksasa itu mulai menembus Memeknya.
“Zahra takut,Mbah…” desis Zahra melihat penis besar yang terasa tidak mungkin bisa masuk ke dalam lubang Memeknya itu.
“Sabar Cah Ayu. Sakit cuma di awal. Pengorbanan untuk mamamu…”Parno begitu lihai memainkan perasaan sang dara ini.
Dia pun mempersiapkan pergerakan penisnya. Perlahan kepala penis Parno mulai masuk.
“Aaaah…sakiiiiittt…ttt..tt..,Mbah.” teriak Zahra.
Mbah Parno sudah tidak begitu menggubrisnya. Dia dan senjata pamungkasnya sudah begitu sibuk menikmati sensasi menembus keperawanan gadis seksi ini. penis Parno pun terus bergerak pelan namun pasti diiringi rintihan kesakitan Zahra.
“Sabar,sayang…..Heeeeeehhh…hhhh…”Mbah Parno pun menghentakkan pinggulnya dengan kekuatan penuh.
“Aaaaaahhh…..Mbah…Sakiiiit.”
Bleeeeessss…seluruh batang penis Parno yang besar itu tenggelam dalam Memek Zahra yang begitu terasa sangat sempit. Air mata Zahra mengalir di sela dua matanya merasakan perih selaput daranya dirobek benda besar yang tidak pernah dibayangkan bisa berada dalam liang Memeknnya. Setelah sejenak membiarkan Memek Zahra beradaptasi, Mbah Parno mulai menggoyangkan pantatnya naik turun. Tampak batang besar penis Parno keluar masuk dengan kokohnya. Cairan Memek bercampur darah perawan Zahra. Rapatnya Memek Zahra membuat Dukun sableng ini merem melek menikmati semua kenikmatan yang mungkin sebelumnya hanya bisa didapatkan dalam mimpi. Zahra kelojotan menerima hantaman penis Parno yang terus menerjang tanpa ampun seolah ingin membongkar rapatnya Memek perawan Zahra. Peluh membasahi dua insan yang berjauhan usia itu.
“Uuuuugh…hh..eeeemph.”Zahra melenguh ketika Mbah Parno menarik tubuhnya dalam posisi duduk. Seperti insting alamiah, tubuh Zahra seakan paham untuk mengambil peran dalam pergumulan posisi ini.
Pantat Zahra naik turun, pinggulnya meliuk memperkuat remasan Memek Zahra terhadap batang penis Parno. Parno pun menyambut dari bawah dengan sodokan terhebat penisnya.
“Hong Silawe..Silawe…weee…wwweee…wenaaaakkk,Nduk.” Mbah Parno meracau penuh kenikmatan. sekitar 20 menitan dalam deru nafas Zahra semakin ga karuan. Tangannya memeluk Mbah Parno.
“Aaaaahhh…hhh…..hhh..Mbaaaaah..” Zahra orgasme untuk kedua kalinya
Parno menyambut pelukan Zahra dengan lembut. Mengurangi daya sodokan untuk memberikan kesempatan gadis ini menikmati pengalaman orgasme keduanya yang Zahra, Parno memberi kecupan hangat di bibir gadis cantiknya.
“Gimana,Nduk? Siiiiiiap dengan ritual kenikmatan berikutnya sayang?” bisik Parno diiringi anggukan lemah Zahra.
Dengan sigap Parno menidurkan tubuh Zahra dengan tetap memegang pinggul gadis cantik itu dengan dua tangannya yang kuat. Lalu ia mengangkat dua kaki Zahra dan meletakkannya ke pundaknya dengan posisi penis masih di dalam liang senggama Zahra.
“Eeeeemmphh…phh..aaahh…” Zahra mendesah ketika dalam posisi barunya Mbah Parno mempercepat genjotannya.
Semakin cepat batang Parno keluar masuk, diiringi naik turunnya payudara Zahra. Cairan Memek Zahra semakin memberi pelumas bagi rudal raksasa ini untuk mengaduk-aduknya, memaksimalkan kenikmatan dua insan itu.
“Aaaaaah…enak sekali Memekmu Cah Ayu.” bisik Parno sambil meraih puting Zahra dengan bibirnya di sela genjotan itu.
Setelah sekitar setengah jam Mbah Parno tanpa kenal lelah terus menyetubuhi gadis cantik itu. Peluhnya bahkan menetes jatuh di perut langsing Zahra, bercampur dengan keringat sang gadis. Kulit Zahra terlihat semakin mengkilap karena peluh yang membasahi semua bagian tubuhnya. Nafas keduanya saling bersahutan dengan sesekali diiringi erangan penuh kenikmatan. Hingga entah sodokan yang ke berapa ratus kali, tubuh Zahra kembali mulai menunjukkan tanda-tanda orgasme bakal kembali melanda.
“Eeeeergghh..aaaaahh…Mbah…Zahra ga tahan lagi.” desah Zahra sambil mencengkram karpet dengan kuku-kuku tangannya.
“Saaaabaar, sayang….aaaahh..aahh..Mbah juga mau sampai.” Parno mempercepat genjotannya. Urat-urat penisnya berkedut tak mampu dibendungnya.
Dengan semua kekuatannya yang tersisa, dihentakkannya penisnya dalam-dalam hingga mentok ke dasar rahim Zahra. Diiringi teriakan orgasme yang dahsyat.
“Aaaaaahhhhh……aaaahhh….Zahra….Silawe…Aaahhh..Hoong… Zahraaaa….”
Zahra pun mengejang hebat, cairan Memeknya muncrat bertumbukan dengan tumpahan sperma Mbah Parno yang sepertinya memenuhi liang kenikmatannya. Tubuh Parno roboh di atas pelukan Zahra. Lemas, puas, dan nikmat. Parno pelan-pelan mencabut penisnya dari Memek Zahra. Senyuman kemenangannya tersungging di pipinya saat melihat sisa-sisa spermanya menetes keluar dari Memek gadis cantik itu, berbaur dengan cairan Memek dan darah perawan.
“Mandilah, di kamar mandi itu. Upacara kita sukses Nduk. Mamamu akan mendapatkan semua yang diinginkannya.” ujar Parno sambil melemparkan kaos dan jeans pada Zahra yang masih terlentang di karpet.
Gadis ini masih tak percaya dengan apa yang dialaminya. Dipungutnya pakaiannya, dan dengan langkah kaki yang masih lemas dia masuk ke bilik kamar mandi di mana sang mama masih lelap dalam kebugilannya.
The post Cerita Dewasa Bergambar Wanita Seksi Korban Dukun Cabul Tersohor appeared first on CeritaSeksBergambar.