Cerita dewasa: Bibiku ternyata suka melihat penisku yang besar

Author:

aku kecelakaan sepeda motor. Ban sepeda motorku terpeleset saat hendak melewati polisi tidur. tubuhku sakit semua, mataku gelap. Aku baru sadarkan diri setelah sampai di rumah dibawa oleh tukang ojek.

bibiku langsung membawa aku ke kamar. Bibiku sangat khawatir akan keadaanku. dengan panik, ia membaringkan diriku di tempat tidur. Kaosku yang kotor dilepaskannya. Tubuhku diperiksanya dengan teliti dan hanya siku tanganku saja yang lecet berdarah.

Setelah itu celana jeansku dibuka. Pahaku dan kakiku diperiksa oleh bibiku. Ternyata hanya dengkul kakiku saja yang berdarah. Bibiku tersenyum melihat lukaku tidak parah. “Yang penting ini nggak apa-apa ya, Robin.” tiba-tiba bibiku meletakkan telapak tangannya di celana dalamku.

Tentu saja aku kaget. “Ayo, bibi lepaskan celanamu ini. Bibi mau ngelap badan kamu supaya luka kamu bisa Bibi obati,” kata bibiku.

Masa kutolak ketulusan hati bibiku? Tanpa berprasangka buruk terhadap bibiku, aku membiarkan bibiku melepaskan celana dalamku. Jembutku hitam lebat, penisku berbaring lemas.

“Iihhh… ini…” kata bibiku memegang penisku dengan jari jemari tangannya dan ditariknya ke atas sebentar sambil tersenyum genit padaku

Lalu bibiku keluar dari kamarku. Sebentar kemudian ia masuk membawa ember berisi air. Bibiku melap badanku dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat. Setelah badanku bersih, bibiku mengoleskan obat merah ke lukaku yang berada di siku tanganku dan lutut kakiku.

“Badanmu mana yang sakit lagi?” tanya bibiku sembari mengelus pahaku dengan telapak tangannya.

Entah kenapa aku tidak malu telanjang di depan bibiku. Bibiku sudah punya suami. anak mereka 4 orang, sedangkan bibiku berumur 40 tahun. Orangnya putih cantik. Aku tinggal di rumah bibiku sudah hampir 6 bulan dalam rangka kuliah daripada aku ngekost mahal-mahal, lalu ibuku menitipkan aku di rumah adiknya ini.

“Nggak ada lagi Bi, hanya siku dan lutut saja,” jawabku.

Bibiku mengelus pahaku sampai ke atas, lalu telapak tangannya mampir di penisku. “Ini?” tanya bibiku dengan tersenyum seraya jari jemarinya

bermain di penisku yang lemes. “Punyamu ini besar, Bibi suka. Hee… hee…” kata bibiku tertawa.

“Hee… he.. “ aku juga tertawa karena melihat bibiku lucu.

Tapi sungguh-sungguh aku tidak menyangka jika kemudian bibirku merebahkan tubuhnya ke pahaku, lalu penisku diciumnya. Setelah itu, ia mengeluarkan lidahnya, penisku dijilatnya. “Hii… hiikk… enak?” ia bertanya padaku seperti mengajak aku bercanda.

Karena penisku belum pernah dijilat oleh siapapun sehingga aku pun tidak bisa memberikan jawaban pada bibiku. Aku hanya tersenyum. Lalu bibiku kembali menunduk ke penisku. Kali ini penisku dimasukkan ke mulutnya. Mulut bibiku rasanya hangat. Aku membiarkan bibiku mengulum penisku tanpa berani melarangnya karena aku tidak tahu maksudnya kenapa demikian.

Tapi lama-lama aku merasa enak juga saat bibiku memainkan penisku dengan mulutnya. Penisku dihisapnya keluar-masuk dimulutnya. Akibatnya penisku jadi tegang di dalam mulut bibiku. Kemudian bibiku membuka baju yang dipakainya, sehingga tampak BH-nya yang berwarna coklat. BH bibiku besar dan runcing di bagian puncaknya.

Tapi bibiku tidak hanya melepaskan bajunya saja. BH-nya juga dilepaskan. Tetek bibiku besar menggantung. Malu aku melihatnya. Aku benar-benar tidak mengerti maksud bibiku. Sampai kemudian ia menjepit penisku dengan kedua teteknya, lalu penisku dikocoknya dengan teteknya.

Karena nikmat dan terangsang, penisku semakin tegang di dalam jepitan tetek bibiku. Tidak lama kemudian bibiku tahu air maniku mau muncrat. “Mau keluar, ya?” ia tanya.

“Hee.. hee.. ya, Bi…” jawabku malu.

“Keluarkan di sini aja, ya?” bibiku menunjuk ke celana pendeknya.

Bagaimana aku sangka kalau kemudian bibiku melepaskan semua pakaiannya. Seperti aku, bibiku juga telanjang. Aku bila melihat bulu kemaluannya dan celah yang terjepit diantara kedua pahanya yang putih.

akhirnya aku tahu bibiku mengajak aku bermain sex sewaktu ia naik ke atas tubuhku dan mendorong penisku ke lubang yang berada di bawah pahanya. Selanjutnya aku tidak bisa membayangkan bagaimana bibiku menggoyang penisku di dalam memeknya. Aku melihat teteknya yang menggantung ikut bergoyang-goyang.

Bibiku binal, bibiku liar, mungkin ia tidak pernah dipuaskan oleh pamanku. Ia menurunkan tubuhnya, ia memeluk aku, ia mencium bibirku. Kulit kami yang telanjang saling bergesekan. Sakit yang kurasakan dilukaku rasanya sirna saat itu. Spontan membuat penisku bergoyang-goyang di dalam memek bibiku.

Aku menghujam-hujamkan penisku di lubang memek bibiku seperti orang lagi kesurupan. Aku tidak tahu apa yang bibiku rasakan saat itu. Ia merintih,

“aaaghhh….ssshhh….aaaahhh…ooohhhh…uuuggghh….” lubang memeknya licin karena banyak airnya.

Tapi sangat nikmat yang kurasakan. Sampai beberapa detik ke depan goyangan penisku semakin cepat di lubang memek bibiku. Bibiku juga memaju-mundurkan pantatnya dengan napas terengah-engah. Antara goyangan dan gesekan itu timbul kenikmatan yang teramat sangat pada diriku, sehingga tidak bisa kutahan lebih lama lagi, muncratlah air maniku di dalam memek bibiku.

Croott… croottt… crootttt…

Tubuhku lemas seketika, sedangkan bibiku terkapar di atas tubuhku. “Kamu hebat, Robin…” pujinya.

“Kita sudah jadi suami istri dong, Bi?” kataku.

“Haa.. haa.. kamu mau jadi suaminya Bibi?” tanya bibiku bercanda.

“Mau dong, Bi!”

Sejak peristiwa siang itu, aku dan bibiku jadi sering bersanggama seperti sudah menjadi kewajibanku sebagai suaminya. Seminggu 2 kali aku harus memuaskannya di ranjang. Kalau pamanku keluar kota, aku dan bibiku tidur satu kamar.