Cerita dewasa: Istriku memuaskan nafsu bu Dibyo di ruang tamu

Author:

Pada suatu malam, ketika gue lagi ngerjain laporan kantor di rumah, tiba-tiba ada yang ngetok pintu depan. Gue bingung, siapa yang dateng malem-malem begini? istri gue, Sophia, bangkit dari sofa dan bukain pintu.

“Hai, Nyonya Dibyo! Ada apa nih?” kata Sophia, suaranya ramah dan kaget.

“Hai Sophia, gue baru aja dari rumah temen di sini. Gue cuma mampir sebentar,” jawab Bu Dibyo.

Gue coba fokus sama kerjaan, tapi penasaran gue nggak bisa ditahan. Gue intip ke ruang tamu, liat Sophia dan Bu Dibyo ngobrol akrab. Gue kaget pas liat Sophia cuma pake lingerie tipis, nggak pake celana dalam. Vaginanya keliatan jelas, dan putingnya mengeras di balik kain tipis.

Bu Dibyo pake baju ketat yang nunjukin lekuk tubuhnya. Toketnya gede banget, bikin kontol gue keras liat mereka berdua.

Tiba-tiba, Sophia liat gue dan senyum. Dia bisik-bisik ke Bu Dibyo, terus ketawa kayak anak sekolah. Gue cemburu, penasaran mereka ngomongin apa.

Tanpa basa-basi, Sophia naruh tangannya di paha Bu Dibyo, jarinya nyentuh celana dalamnya. Bu Dibyo kaget, matanya melotot.

“Sophia, kamu ngapain?” tanyanya, hampir berbisik.

“Aku cuma bales budi,” jawab Sophia, suaranya serak nafsu. “Kamu tusuk vaginaku terakhir kali, sekarang giliranku.”

Wajah Bu Dibyo merah senang, jarinya Sophia mulai jelajahi tubuhnya. Gue liat Sophia geser celana dalam Bu Dibyo dan mulai gosok klitorisnya pelan-pelan.

“Oh, Sophia,” Bu Dibyo mendesah, kepalanya mendongak. “Enak banget.”

Sophia terus manjain Bu Dibyo, jarinya makin cepat. Gue bisa liat cairan basah merembes dari celana dalam Bu Dibyo, dan gue makin terangsang.

Tanpa sadar, gue udah deketin mereka, mata gue nggak lepas dari adegan erotis di depan gue. Sophia liat gue, senyum nakal.

“Suka liatnya, Sayang?” tanyanya, suaranya menggoda.

Gue angguk, nggak bisa ngomong. Sophia isyarat gue mendekat, dan gue nurut, kontol gue keras di balik celana.

“Kenapa nggak gabung sama kita?” usulnya, jarinya masih di dalam vagina

Bu Dibyo.

Gue nggak perlu diminta dua kali. Gue buru-buru buka celana dan keluarin kontol gue, ngelus pelan sambil liat Sophia manjain Bu Dibyo.

“Oh, sial,” Bu Dibyo mendesah, tubuhnya gemetar. “Aku mau squirt. Ahhhhhhh, ahhhhh, ahhhh”

jari-jari Sophia makin cepat, dan orgasme Bu Dibyo meledak kayak ombak. Dia teriak, tubuhnya bergetar, cairan menyembur dari vaginanya membasahi sofa ruang tamu kami dan menyemprot hingga ke lantai, membasahi tangan Sophia dan lantai.

Gue liat dengan takjub saat orgasme Bu Dibyo mereda, tubuhnya lemas. Sophia narik jarinya dari vagina Bu Dibyo, tangannya berkilau basah.

“Kamu nakal banget,” kata Sophia, suaranya penuh kasih sayang.

Bu Dibyo senyum, matanya sayu karena kenikmatan.

“Aku nggak bisa nahan,” jawabnya, hampir berbisik. “Kamu bikin aku liar.”

Sophia condongin tubuh dan cium Bu Dibyo dalam-dalam, lidah mereka saling terjalin. Gue liat mereka saling jelajahi tubuh masing-masing.

Gue nggak tahan lagi. Gue lebih dekat, kontol gue nempel di paha Sophia. Dia lepas ciumannya dan liat gue, matanya nakal.

“Kayaknya udah waktunya kamu gabung,” katanya, suaranya penuh hasrat.

Gue nggak butuh dorongan lagi. Gue posisiin diri di belakang Sophia, kontol gue masuk ke vaginanya yang basah. Dia mendesah senang, tubuhnya menyambut gue.

Kita gerak bareng, tubuh kita seirama. Bu Dibyo nonton kita, matanya penuh hasrat sambil mainin dirinya sendiri.

“Sial, kalian seksi banget,” erangnya, jarinya mainin klitorisnya.

Orgasme Sophia datang duluan, tubuhnya gemetar saat dia mencapai klimaks. Gue bisa rasain vaginanya mencengkeram kontol gue, basahnya menyelimuti gue.

Gue nggak bisa nahan lagi. Gue rasain orgasmeku mendekat, buah zakarku menegang.

“Aku mau keluar,” erang gue, suaranya penuh kenikmatan.

Sophia liat gue, matanya penuh hasrat.

“Keluarkan di dalam memekku,” pintanya, suaranya penuh kebutuhan.

Gue nggak bisa nahan. Gue keluar dengan keras, spermaku memenuhi vagina Sophia, dia mengerang senang.

Kita ambruk di sofa, tubuh lelah dan puas. Bu Dibyo meringkuk di samping kita,

tangannya di paha Sophia.

“Itu luar biasa,” bisiknya, matanya penuh kenikmatan.

Sophia senyum, matanya penuh cinta.

“Sudah kubilang kita cocok bareng,” jawabnya, suaranya penuh kasih sayang.

Gue setuju banget. Malam itu salah satu malam terpanas dan paling memuaskan dalam hidup gue. Mungkin nggak lama lagi kami bertiga akan melakukan threesome atau ngeseks bertiga, dan istriku sudah setuju.