Ian dan Febi berencana merayakan ultah Febi di komplek villa milik orangtua Ian di daerah Lembang, Bandung, Jawa Barat sana. Untuk meramaikan acara itu Ian sengaja mengundang teman-teman dekatnya semasa SMA.
Dari kesemua temannya ternyata hanya 4 orang yang bersedia ikut.
”Cewek lo bawa aja biar tambah rame, lagian gua juga belom kenal sama cewek lo,” begitu ajak Ian ke salah seorang temannya.
”Surya sama Tari ceweknya, Adit, Rama, Terus Reza sama Mia, cuma itu Hon yang bisa ikut,“ jelas Ian pada Febi.
”Gapapa deh, lumayan dari pada gak ada yang ikut.”
Akhirnya pagi itu semua sudah berkumpul di rumah Ian. Surya dan Tari yang paling terakhir datang.
”Hey guys sory ya telat abis rumah cewe gua kan paling jauh. He.. he.. he..he… o iya kenalin nih cewek gua.“
Sambil tersenyum Tari menanyalami teman- teman Surya satu persatu. Disaat itu lah secara diam diam Ian menaruh hati terhadap pacar temannya itu.
Pagi itu Tari memang terlihat lucu dengan menggunakan jilbab dari bahan kaos lengan panjang ditambah celana jeans sedikit ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.
”Gila cewe kalem kaya gini bisa ditidurin Surya,” pikir Ian dalam hati.
Ian memang sedikit banyak mengetahui cara berpacaran mereka berdua melalui obrolan mereka saat berkumpul, mereka kadang menceritakan apa saja yang sudah mereka lakukan dengan pacar-pacar mereka.
Dengan menggunakan 3 mobil mereka semua berangkat ke Bandung.
Komplek villa milik keluarga Ian memang sedikit terpencil. Terdiri dari 1 rumah induk, dan beberapa cottage kecil, juga ada kolam renang di depan mini restaurant tapi yang membuat laris villa itu adalah pemandangan kota Bandung di saat malam.
Setelah menempuh perjalanan selama 4 jam akhirnya ketiga mobil itu memasuki pekarangan villa.
Beberapa pegawai villa itu langsung menyambut mereka dengan ramah.
”Selamat datang, Den.” sapa salah satu dari mereka.
”Semuanya sudah disiapkan sesuai pesanan Aden minggu lalu. Ini kunci rumah induknya Den.“
”Makasih Mang, maaf ya jadi ngerepotin, cottagenya rame ya Mang,“ ujar Ian.
”Ah Aden gapapa kok Den kan udah jadi tugas saya, rame Den maklum akhir pekan cuma ada 1 di belakang rumah induk yang kosong tapi pemandangannya kurang bagus.” ujar Mang Ujang.
”Oh gitu, yaudah deh Mang kita istirahat dulu.“ sambil menyelipkan beberapa puluh ribu Ian masuk disusul temannya yang Lain.
”Nah, selamat datang di villa gua, tapi berhubung kamarnya cuma 3 cewek kumpul di kamar ini, gua sama Surya di kamar depan, Dit lo ma Rama di belakang ya?“ begitu jelas Ian.
”O, iya semua minuman ada di kulkas juga makanan kecil tinggal ambil aja di lemari dapur.“
Tanpa banyak komentar semua setuju. Setelah merapikan barang bawaan mereka masing-masing dan berganti pakaian Febi bergegas keluar kamar, ”Berenang yuk.” ajak Febi.
”Wah ide bagus tuh mumpung masih sepi tuh kolamnya.” jawab Adit.
”Sayang kamu tadi bawa baju renang?” tanya Surya pada Tari.
”Enggak, abis gak tau kalo mau berenang.“ ujar Tari
”Udah gapapa kalian berenang aja biar aku yang ngeshoot kalian. Sini sayang, handycamnya aku yang bawa.” lanjut Tari.
Mereka semua tersenyum tanda setuju. Terdengar canda tawa mereka di kolam sore itu dan Tari mengabadikan semua kejadian itu. Tari sempat kagum terhadap bentuk tubuh Ian yang atletis karena rutin fitness
”Coba cowok gua badannya kaya Ian pasti macho…” pikir Tari.
Sekilas Tari sempat geli melihat tonjolan besar dibalik celana renang yang ketat.
”Gedean mana ya sama punya Surya…hi..hi..hi..” Tari bepikir nakal.
Karena lupa dicharge sewaktu berangkat handycam Surya mati. Tari segera menanyakan batere cadangan ke Surya.
”Ada di tas, Say,” jawab Surya.
”Feb pinjem kunci villa dong mau ngambil batere sekalian ke kamar mandi.” ujar Tari ke Febi.
Setelah mendapatkan kunci Tari berjalan ke rumah induk yang letaknya beberapa meter dari kolam renang. Ian memperhatikan lekuk bokong Tari yang sintal ketika Tari pergi.
”Wah semok banget tuh pantat, Sama Surya aja mau masa sama gua gak mau. Pasti dia ketagihan kalo kena rudal gua,” pikiran Ian mulai nakal.
Ian memang terkenal playboy disaat SMA dan tak jarang banyak perempuan yang tergoda ketampanannya.
Tanpa sepengetahuan Febi ia juga sering meniduri cewek yang baru dikenalnya. Sambil menawarkan mengambil makanan kecil dan minuman Ian segera menuyusul Tari ke rumah induk. Karena terlalu asyik bercanda di kolam yang lain pun tidak curiga dengan niat jahat Ian.
Di kamar Tari yang sedang mencari batere sempat kaget ketika Ian masuk.
”Eh elo Yan, ngagetin aja kirain siapa.” kata Tari.
”He..he..he kaget ya, sory gua mau ambil rokok di jaket sekalian ngambilin anak-anak cemilan,” jawab Ian mengalihkan.
”Udah baterenya ke kolamnya bareng ya sekalian bantuin gua bawain cemilannya anak-anak…” pinta Ian.
”Mmmm… iya deh tapi tunggu bentar ya gua pipis dulu.” ujar Tari.
”Wah ikuuut dooong…” jawab Ian mulai nakal.
”Gila lo … ha..ha..ha..” Tari tersenyum sambil tertawa.
Setelah Tari masuk ke kamar mandi yang ada di kamar depan dimana Ian dan Surya tidur disitu Ian pun mengatur strategi. ”Wah kesempatan nih, harus main cepet nih … kalo gua pake di kamar ini gua bisa lihat kalo ada orang yang dateng.“ begitu kira-kira rencana Ian.
Sambil menunggu Tari, Ian memperhatikan keadaan sekitar. Kemudian Ian berdiri di balik pintu kamar.
Tari pun keluar ketika Tari hendak menutup pintu kamar mandi tiba-tiba saja Ian menyekapnya mulutnya sambil tangan kanannya mencoba mendekap tubuh Tari. Tari yang masih terkejut dengan apa yang sedang dialaminya mencoba sekuat tenaga melawan.
Tapi karena ukuran tubuhnya yang jauh lebih kecil dia hanya coba berteriak itu terhalang telapak tangan Ian yang dengan kuat menutupi mulutnya. Perlahan-lahan perlawanan Tari mulai melemah.
Mengetahui hal ini Ian dengan cekatan melorotkan celana renangnya dan rudalnya yang besar itu menyembul keluar.
Dan dengan kekuatannya Tangan kiri Ian menurunkan sejauh mungkin legging ketat Tari.
Ian tersenyum ketika tau ternyata Tari menggunakan G-string karena dengan menarik tali belakangnya ke samping dengan sangat mudah kemaluan Ian bisa menggesek-gesek vagina Tari.
Hanya dengan sekali sentakan kemaluan besar milik Ian bisa sedikit menerobos masuk ke liang hangat vagina. Tari yang masih berusaha memberontak tak sadar gerakannya malah membuat kontol Ian malah masuk semakin dalam ke vaginanya.
Dengan susah payah akhirnya suruh rudal Ian tertanam di vagina Tari. Ian sempat terpejam merasakan sempitnya milik Tari.
Menyadari kejadian ini tanpa sadar Tari merintih. Air mata Tari pun menetes dipipinya Tari tidak menyangka miliknya yang paling rahasia dan selama 3 tahun ini hanya milik Surya kini bisa dirasakan Ian teman pacarnya sendiri.
Tari masih merintih kesakitan ketika Ian pelan-pelan mulai mengoyang kontolnya. Perasaan Tari berkecamuk antara marah, pedih dan anehnya dia juga mulai merasakan nikmat yang berbeda. Mungkin itu karena kontol Ian jauh lebih besar dibanding punya Surya.
Tari juga tidak sadar kalau pantatnya mulai bergoyang mengikuti kocokan Ian. Tari berpikir mungkin dengan pasrah kejadian ini akan cepat berakhir dan hanya mereka berdua yang tau.
Tari tidak mau karena kejadian ini semua berantakan. Tari pun pasrah malah seakan-akan dia juga menikmati pertama kali kontol lain mengaduk-aduk vaginanya.
Menyadari Tari takluk sepenuhnya Ian merapatkan tubuh mungil Tari ke tembok.
Gerakan Ian semakin cepat karena vagina Tari mengeluarkan cairan pelumasnya. Ini pertanda kenikmatan benar-benar dirasakan Tari.
Entah apa yang ada di pikiran Tari saat ini sambil ikut menggoyang pantatnya, tangan kirinya meraih tengkuk belakang leher Ian sambil membalik wajahnya, bibirnya mencium bibir Ian.
Ian sempat terkejut. Ini bukan pemerkosaan tapi murni 2 manusia yang sedang bercinta layaknya 2 kekasih yang di mabuk asmara.
Dengan masih masih menggunakan pakaian lengkap disertai jilbabnya Tari berubah menjadi betina yang menikmati disetubuhi lelaki perkasa.
”Ssssshhhh… teruuuusss… Yan, lebiiihh… cepaaatt…” rintih Tari.
Tangan Ian mulai menyusupi kaos dan bra Tari mencari putingnya. Sambil memilinnya Ian mengimbangi ciuman Tari.
”Kamu menikmatinya sayang?” tanya Ian.
“Iiiia Yan… kontol kamu gede lebih nikmat dibanding Surya… accchh…” Tari meracau keenakan.
Ian tersenyum melihat wajah Tari yang berubah binal dari cermin yang ada di balik kamar. 15 menit sudah ketika Ian mulai merasakan spermanya akan menyembur.
”Aku mau keluar, cantik…” ujar Ian.
Tari yang juga sedikit kaget secepet ini dia juga akan meraih orgasmenya menjawab, ”Di dalam aja say aku lagi ngga subur kok.“
”Kita keluar bareng Yan… aaaaggghhh…” Tari pun mengejang sambil mengeluarkan cairan hangat vaginanya.
”Aaaaaghhhhh…” Ian memejamkan matanya sambil menumpahkan seluruh spermanya.
Ian memeluk erat Tari. ”Kamu sempurna, makasih sayang.” ucap Ian sambil membalikan tubuh Tari kemudian mencium keningnya.
”Ini pertama dan terakhir ya Yan… aku takut orang lain tau dan semuanya jadi kacau.“ jawab Tari sambil menyeka keringat di balik jilbabnya.
”Tenang gak akan ada yang tau… tapi kalau kamu masih mau aku tunggu nanti malam jam 11 di teras depan biar semua aku yang atur, sekarang kamu bersih-bersih aku ke kolam duluan nanti aku bilang ke anak-anak kamu lagi pups.“
Ian pun memakai lagi celananya dan pergi meninggalkan Tari yang masih terdiam seakan tak percaya apa yang baru saja terjadi.
”Hay guys, nih makanannya… sory lama tadi nyokap telepon ngecek sikon.“ ujar Ian sambil membagikan makanan.
”Ech cewe gua mana Yan…?” tanya surya.
”Kayanya tadi di toilet deh Sur, boker kali,” Ian mencoba santai.
”Ooouuuh… yaudah deh, tadi di jalan dia emang bilang perutnya agak gak enak.“ jawab Surya tak curiga dan kembali berenang.
Ian hanya tersenyum membayangkan wanita yang sangat dicintai Surya baru saja dinikmatinya.