Cerita dewasa: Meskipun sudah janda, memeknya bikin ketagihan

Author:

Pada sekitar setahun yang lalu Mami meninggal dunia karena kanker payudara yang diidapnya sudah cukup parah.

Selama 2 tahun Mami menderita sakit, padahal dulunya sebelum terkena tumor ganas payudara Mami begitu indah. Montok, besar dan kencang. Aku pernah melihat beberapa kali sewaktu Mami melepaskan BH-nya di kamar.

Sebenarnya salah Mami juga sih, mungkin Mami tidak mau menyusahkan keluarga, sehingga penyakitnya itu Mami simpan sendiri dan mengobatinya sendiri dengan obat-obat tradisional.

Sewaktu payudaranya sudah membengkak, pecah dan mengeluarkan nanah baru kami ketahui.

Mami hanya bertahan hidup selama satu minggu di rumah sakit, karena sudah sangat terlambat. Mungkin sudah suratan tangan Mami.

Mami meninggal dunia dalam usia 45 tahun, meninggalkan Papi dan aku, karena Mami dan Papi hanya mempunyai seorang anak. Papi berumur 49 tahun pada saat Mami meninggal dunia, aku berumur 19 tahun, baru saja mulai kuliah.

Setelah satu tahun Mami meninggal dunia Papi menikah lagi dengan seorang janda tanpa anak berusia 36 tahun. Aku memanggilnya Mami Ghea. Wajahnya cukup cantik, berkulit sawo matang dan payudaranya tidak kalah montoknya dengan payudara Mami dulu.

Kami bertiga bisa hidup dengan rukun dalam satu rumah, malahan Mami Ghea terlalu baik terhadapku jauh dari keburukan seorang ibu tiri yang katanya lebih jahat dari ibu kota, ah… hoax-lah berita itu!

Pada suatu malam sudah hampir jam 11 malam aku masih duduk di depan komputer mengetik tugas kuliahku tiba-tiba secara samar-samar aku mendengar suara aneh dari kamar Papi dan Mami Ghea.

Suara itu seperti tidak asing bagi telingaku, “…ahhh… Pap..piiihh… ooohh… oohhh…”

Itu pasti suara Mami Ghea tatkala menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dengan Papi.

Terusiklah pikiranku untuk mengintip mereka melalui lubang ventilasi di atas pintu kamar yang hanya ditutupi kawat nyamuk karena kamar Papi dan Mami Ghea tidak memiliki AC.

Kuangkat meja di ruang tamu dan kutinggikan dengan sebuah bangku untuk mataku bisa menjangkau lubang ventilasi di atas pintu. Jadilah aku mengintip Papi dan istri barunya bersanggama.

Seketika itulah aku menjadi terpana melihat apa yang terjadi di tempat tidur Papi dan Mami Ghea.

Mami Ghea telanjang bulat ditindih oleh Papi yang hanya mengenakan kaos singlet. Aku tidak tau sudah berapa lama Papi menindih Mami Ghea dengan pantat bergerak naik-turun.

Yang aku tau adalah aku belum nonton 5 menit, Papi sudah mengerang, “Aaaaa…aahhh…!!!” seperti Papi sudah mengalami ejakulasi.

Benar saja sebentar kemudian aku melihat Papi meninggalkan Mami Ghea berbaring terlentang dengan telanjang bulat di tempat tidur, memeknya yang berambut hitam di atasnya tampak basah mengeluarkan cairan berwarna putih milik Papi.

Akan tetapi berselang tidak berapa lama kemudian aku mendengar suara protes dari Mami Ghea pada Papi, “Bagaimana sih Papi ini… belum 5 menit sudah selesai? Mami kan belum apa-apa…!”

“Habis mau bagaimana lagi Mam, kemampuan Papi hanya bisa segitu… nggak bisa dipaksakan…” jawab Papi santai. Aku melihat kontol Papi yang seukuran sekitar 10 sentimeter sudah terkulai lemes tak bertenaga.

“Minum obat…. pergi ke dokter…!” jerit Mami Ghea marah duduk di tepi tempat tidur hampir mau menangis. “…sudah Mami suruh berulang kali, tapi Papi bandel….!”

Papi terlihat seperti tanpa bersalah sedikitpun, aku melihat ia segera tidur membelakangi Mami Ghea yang terlihat sangat kecewa.

Sungguh kasihan Mami Ghea, gumamku dalam hati melihat peristiwa di malam itu.

Apa yang kusaksikan di malam nas itulah yang kemudian menjadi awal dari ibu tiriku menjadi wanita idamanku yang selalu hadir dalam setiap kali aku melakukan kegiatan masturbasi.

Tidak pernah aku pikirkan sebelumnya kalau BH dan celana dalam kotor Mami Ghea yang sering ditinggalkan di kamar mandi membuat aku terbang ke awang-awang setiap kali aku mencium aromanya.

Sampai satu tahun, sampai aku bosan melihat Mami Ghea bersetubuh dengan Papi yang pada akhirnya adalah kekecewaan demi kekecewaan yang dialaminya, sehingga timbul dalam pikiranku bahwa aku ingin ‘mengobati’ kekecewaan Mami Ghea, ibu tiriku itu.

Tiba pada satu malam, aku berkesempatan pergi berdua ke pesta pernikahan dari kakak sepupuku, anak dari kakak Papi. Papi tidak bisa ikut, karena baru kemarin pergi ke luar kota mengurus pekerjaannya yang tidak bisa ditinggalkan.

Mami Ghea tampil dengan dandanan yang begitu cantik dan dengan dress terusan dari bahan batik. Pastilah bagi orang yang belum kenal dengan Mami Ghea akan menyangka ia adalah istriku, bukan ibu tiriku.

Pulang dari pesta, sebelum masuk ke kamar ia menyodorkan punggungnya padaku meminta aku menurunkan ritsleting dress-nya setelah ia menyimpan sandalnya di rak sepatu.

Sreettt…

Ritsleting yang panjangnya sepinggang itu berhasil kuturunkan dengan sekali tarik, sehingga terbukalah punggung Mami Ghea yang telanjang di depanku.

Begitu dekat tidak sampai 20 sentimeter punggung telanjang berbalut BH hitam itu berhadapan dengan wajahnya.

“Sekalian BH Mami dong…” suruh Mami Ghea.

Aku yang sudah terlanjur terpesona mengidam-idamkan Mami Ghea, mengidolakannya setiap kali aku bermasturbasi ria mana mungkin tidak mau melakukan perintahnya?

Jari tanganku hanya dengan sekali pites, dua pengait BH-nya berhasil kulepaskan sehingga bertambah telanjang punggung Mami Ghea di depanku, kemudian tanpa ragu-ragu kucium punggung telanjang tersebut dan kuelus dengan telapak tanganku kemulusan kulitnya.

“Hikss…” Mami Ghea tertawa geli.

“Aku tertarik, Mam…” kataku seraya kulingkarkan kedua tanganku ke pinggang Mami Ghea memeluknya dari belakang.

“Mami sudah bekas banyak laki-laki, Sandi… sebelum Papimu, adalah mantan suami Mami, lalu Mami pernah pacaran. Mami sudah tidak perawan sewaktu pacaran dengan matan suami Mami… Mami gak tega memberikan padamu, karena Mami sudah menganggap kamu sebagai anak Mami sendiri…” jelas Mami Ghea.

“Sebodoh dengan semuanya itu Mam, itu semua masa lalu Mami, sekarang Sandi ingin membahagiakan Mami….”

“Mami bahagia kok…”

“Siapa bilang…? Mami tidak usah membohongi diri sendiri…” terus kucium leher Mami naik ke belakang telinganya…

“Ssssthh… oohhh… ahhh… anak Mami, jangan gitu ah, Mami jadi merinding semua deh….”

“Maka itu Mam, yuk…” ajakku menangkupkan kedua telapak tanganku di payudaranya dari luar dress-nya. “Mami jangan takut, tidak akan kuceritakan pada siapa-siapa…”

“Ya sih, tapi bagaimana dengan Papimu, sayang….”

“Kita jaga jarak…”

“Ugghh… kalau ada maunya gitu, deh….”

Tidak kutunggu lagi. Dari belakang kulepaskan dress Mami Ghea dan juga BH-nya yang sudah longgar.

Setelah itu dengan tubuh yang setengah telanjang hanya berbalut sepotong celana dalam mini setinggi bokongnya yang padat, Mami Ghea masuk ke kamar.

Sampai disitu, aku sudah tidak ingat dengan Papi lagi. Aku melepaskan pakaianku menyusul Mami masuk ke kamar.

Kurobohkan Mami Ghea di tempat tidur dan kucium payudaranya yang montok berputing mancung berwarna coklat gelap. Mami Ghea memejamkan matanya menikmati apa yang aku lakukan terhadap payudaranya. Kucium, kujilat dan kuhisap putingnya sdhingga membuat Mami Ghea berkali-kali menggelinjang kesedapan.

Jelas saja, karena ia tidak pernah mengalami itu semua dari Papi. Turun ke perutnya, pusernya kujilat. Dan selanjutnya sewaktu kucium selangkangannya yang masih berbalut celana dalam, ia baru menolak. “AHH… JANGAN…!”

Tapi kupaksa meski ia memberontak dengan menggeliat dan kedua kakinya menerjang, justru memudahkan aku melepaskan celana dalamnya dan kupentangkan kedua pahanya lebar-lebar seraya kutunduk mencium memeknya yang berambut hitam tidak rapi di atasnya.

“Ughhh… nakal kamu ah, Sandi… ooohh… ahhh…” rintihnya saat lidahku menjilat bibir memeknya.

Seesstt….. oohhh…. harum…. sangat nyata aromanya…. segar, memabukkan dan membuat jiwaku semakin melayang-layang semakin kujilat alat kelamin milik ibu tiriku itu.

“AWWWWH… SANDI…. OOHHH…” jerit Mami Ghea saat dua jariku menusuk lubang memeknya yang basah dan clit-nya yang sudah mulai membengkak kuhisap.

Mami Ghea mulai kelimpungan sehingga kedua tangannya mencari pegangan di kain seprei. “Ohhh…. Sandi sayang, iiihhh….”

“Enak bukan…” tanyaku.

“Lebih dari itu…” jawabnya.

“Pasti, baru pertama kali merasakan…. kayak masih perawan kan…?” ledekku yang sudah berhasil menundukkan ibu tiriku.

Masih kujilat memeknya hingga Mami Ghea pun selonjotan saat orgasmenya menerjang, “Oouuuugghhhh…..” erangnya.

“Keluar semua, Mam…?”

“Iya…”

“Lega…?”

“Iya…” jawabnya dengan napas terengah-engah.

Aku memeluk Mami Ghea dan kucium bibirnya, selanjutnya Mami Ghea menuntun batang kontolku ke lubang kelaminnya.

Dengan sekali sodok, bluusss…. batang kontolku tersisa separuh di luar…

“Besar, sayang…” kata Mami Ghea.

“Jangan khawatir, pasti masuk semua dan Sandi seterusnya akan memberikan kebahagiaan sejati pada Mami sehingga Mami tidak perlu kecewa lagi dengan Papi….” kataku romantis.

Mami Ghea mencubit pinggangku sehingga batang kontolku kuhujamkan dengan sekali hentak, telas mlebu kabe batang kontolku ke dalam lubang suci ibu tiriku.

“MMMM…. ENAK MAM, MDMEK MAMI…” desahku mendiamkan batang kontolku terjepit di dalam lubang sempit milik ibu tiriku itu. “ENAK JUGA GAK, MAM…”

“Ya, sayang….”

“Ayo, kita mulai….” ajakku seraya menggoyang pantatku naik-turun segera batang kontolku keluar-masuk otomatis menggesek-gesek dinding memek Mami Ghea yang licin.

Sungguh nikmat kurasakan memeknya, apalagi Mami Ghea kemudian menaik-turunkan pinggulnya sehingga batang kontolku seperti diungkit-ungkit di dalam lubang memeknya pastilah semakin menambah sensasi nikmatku menyetubuhinya.

Tidak rugi aku mendapatkan ibu tiriku, tetapi bagaimana selanjutnya dengan Papi?

Akhirnya air maniku terasa mau keluar juga. Kucium bibir Mami Ghea. Kami pun saling melumat sembari kontolku menyemburkan isinya ke mulut rahim Mami Ghea, crrooottt….. crrooottt…. crrooottt…. crrooottt….

Lagi…. crrooott…. crrooott… crroott…. ahhhh…. crooottt…..

Mami memeluk aku erat-erat sembari kedua kakinya merangkul pantatku.

“Puas, Mam…”

“Iyaaahhh…. sayang, Mami serahkan semuanya padamu ya, tapi harap mulutmu dijaga….”

“Kalau Mami hamil…?”

Mami mencubit pinggangku.

Aku menggulingkan tubuhku turun dari tubuh Mami Ghea dengan kontol menciut. Mami bangun mengambil celana dalam mengeringkan air maniku di memeknya, lalu pergi ke kamar mandi.

Malam itu kami tidur telanjang bulat sambil berpelukan. Mami Ghea segera tertidur.

Tengah malam aku terbangun, aku berusaha memasukkan batang kontolku ke lubang memek Mami Ghea dari belakang sewaktu kulihat selangkangan Mami Ghea terbuka karena pahanya terjepit bantal guling.

Kusetubuhi Mami Ghea dari belakang sampai rahimnya kemudian terisi benihku setelah 2 minggu kemudian, Mami Ghea hamil sudah seminggu.

Papi terima perbuatanku dan Papi mengakui kelemahannya yang terbatas setelah Mami meninggal dunia sehingga tidak mampu memuaskan Mami Ghea secara maksimal, karena Mami Ghea memang besar napsunya….

Memang aku anak durhaka berani melawan kedaulatan Papi, tapi Papi mesti bersyukur setelah istrinya hamil, usahanya semakin maju mungkin bawaan dari oroknya, sehingga Papi jadi sering harus keluar kota menyerahkan istrinya padaku untuk kujaga dan kukeloni.

Mami Ghea yang tidak bisa hamil, sekarang memiliki 2 orang anak yang satu ganteng dan yang satu cantik sehingga lengkaplah sudah kebahagian Papi meski kedua anak itu hasil hubunganku dengan istrinya.