Esa merupakan seorang guru honorer dari sebuah sekolah swasta di Bandung.
Esa mempunyai seorang pacar yang bernama Krisna, dia hanyalah seorang buruh pabrik, walaupun begitu
tekad kerja keras untuk menjadi tulang punggung keluarganya-lah yang membuat Esa jatuh hati dan
akhirnya bersedia menjadi pacarnya. Esa sendiri memakai hijab syar’i ketika keluar rumah, termasuk ketika bersama Krisna, seperti sore itu di kontrakan Krisna.
“Aaaaaahhhhh.. uuhh.. Krisnaaa.. nikmatnya, sayangg!” teriakan dan desahan nikmat berasal dari bibir
seorang guru yang sedang memakai hijab, Esa.
Dia sedang mendaki bukit kenikmatan bersama kekasihnya. Seperti biasa, sore itu ketika semua
teman Krisna pulang ke kampung halamannya masing-masing, dia mengayuh perahu birahi bersama Esa.
“Uuuccchh.. memek kamu enak banget ngejepit kontol aku, sayangg.. uuchh!” Krisna hampir tidak tahan
untuk menyemprotkan isi testisnya ketika Esa berkata,
“Iya, kontol kamu juga nusuk banget ke dalem memek Esa, bebbb!” Esa yang saat itu hanya tinggal
memakai hijab hitam, masih menggoyang pantatnya di atas pangkuan Krisna.
“Uuuhh.. kamu kuat banget sih, sayangg? Udah 15 menit belum keluar juga! Uuuhh!” hijabnya yang tergerai
panjang membuat kesan menggairahkan bagi Krisna.
“Aku udah mau keluar, Yang! Uuuhh.. aku harus keluar dimana nih?” Krisna sudah sangat ingin mengeluarkan
spermanya dari tadi pagi ketika melihat foto-foto selfie telanjang Esa yang dikirim via WA.
“Di luar, Sayangg! Uhh.. aku masih masa subur soalnya nih. Uuhh.. bareng-bareng ya, sayangg!” Esa mengingatkan.
Crott! Crott! Hampir lima kali semprotan sperma dari penis Krisna akhirnya jatuh ke atas perutnya
sendiri ketika penisnya dikeluarkan dari vagina sempit Esa.
Esa pun membantu dengan mengocok penis Krisna agar semua isinya keluar, serta sesekali mengulumnya
juga.
“Uuuhh.. sayangku Esa, makasih ya buat ngentot sore ini. Uuuhh.. aku keluar banyak banget nih!” Krisna tidak sadar bahwa Esa hampir klimaks tapi belum mencapai puncak orgasme.
Oleh karena itu, dia seolah tidak peduli ketika jatuh tertidur dan Esa mengocok vaginanya sendiri
dengan dua jari tangannya sendiri.
“Uuuhh.. uuhh.. Krisna, kontol kamu enak banget. Uuhh.. memek Esa bakal selalu kangen kontol kamu! Uuuhh.. kontol kamu boleh Esa bawa ke rumah gak? Uuuhh!” Itulah kebiasaan Esa untuk
menaikkan birahinya, bicara kotor. Dan akhirnya,
Crott! Crott Croootttt! Esa mencapai puncak orgasmenya dan ikut tidur di sebelah Krisna yang sudah
terlelap lebih dulu. Esa tidak tersenyum.
Keesokan harinya.. Esa terbangun dan memakai sebuah kemeja putih polos yang terlalu besar ukurannya karena itu punya Krisna, dan di dalamnya ia tidak memakai daleman. Dia menuju dapur dan mengambil minum
ketika ada suara pintu diketuk.
Tok! Tok! Tok! itu ternyata adalah Pak Jarwo, ketua RT disini. Esa masih mengenakan hijab langsung memak rok nya dan mengancingkan kemejanya sampai atas, dia lalu membuka pintu.
“Iya, Pak Jarwo kan? Ada apa ya, Pak?”
“Eh, ada neng Esa. Begini, neng, ada sesuatu yang harus dibicarakan. Boleh saya masuk? Kang Krisna-nya
ada? Atau teman-temannya yang lain?”Bingunglah Esa untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalau dibilang
ada maka teman-teman Krisna akan dipanggil.
Tapi kalau dijawab tidak ada, maka Esa dan Krisna akan langsung diarak keliling desa karena dituduh
berbuat asusila. Mata Pak Jarwo pun tak pernah lepas dari payudara milik Esa, wanita yang selama ini
tertutup dan memakai hijab ternyata bisa menjadi binal juga, begitulah pikir Pak Jarwo.
“Tidak ada, Pak.” akhirnya Esa menjawab dengan jujur. Pak Jarwo tersenyum licik.
“Ah, begini… tadi malam ada laporan dari warga bahwa neng Esa menginap berdua disini dengan kang Krisna.
Sudah menjadi etika moral disini bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, bisa jadi fitnah bahkan bisa
kita arak keliling desa.” Pak Jarwo menjelaskan duduk permasalahan dengan santai.
“Iya, Pak, saya minta maaf. Lain kali tidak akan saya ulangi lagi.” Esa berusaha memilih kata-kata
dengan hati-hati agar tidak salah ucap dan supaya kejadian kali ini tidak menjadi buah bibir masyarakat
desa.
“Oh ya, bapak mau minum apa? Saya bikinkan kopi ya,” Esa berusaha mengalihkan bahan pembicaraan.
“Tapi ada beberapa syarat ketika neng Esa ingin kejadian ini tidak menjadi besar, mungkin neng Esa bisa buatkan saya kopi terlebih dahulu.” ujar ketua RT ini dengan begitu santainya.
Esa pun berjalan menuju dapur diikuti ekor mata Pak Jarwo yang sudah sangat lapar untuk menyantap belahan pantat montok kepunyaannya. Diam-diam Pak Jarwo mengikuti Esa ke dapur, dan seketika itu pula mendekap Intan dari belakang dan menutup mulutnya.
“Ini syarat pertama, saya mau kopi susu dan… susunya langsung dari sini.” Pak Jarwo mengelus pelan
payudara Esa yang tidak ditutupi bra dan hanya dilapisi oleh kemeja tipis.
Seketika Esa berusaha berontak, tapi apalah daya Esa melawan kekuatan Pak Jarwo. Esa juga takut Krisna terbangun dan memergoki mereka.
“Hmm.. kamu memang binal, pagi-pagi sudah menggoda saya dengan tidak memakai bra.” ujar Pak Jarwo.
“Esa baru bangun tidur, Pak Jarwo.” Esa sudah memahami maksud dari Pak Jarwo yang mendekapnya saat
ini dan mencoba santai.
“Pak Jarwo mau pakai susu? Yang kanan apa yang kiri? Aahh..” kata Esa manja. Seketika itu juga Esa berubah menjadi sangat binal dengan harapan permainan ini cepat selesai.
Mendengar Esa yang dipikirnya susah ditaklukan lalu menjadi seperti pelacur, tak ayal penis Pak Jarwo
pun menegang kuat bahkan hampir keluar dari celana bahannya karena saking panjangnya.
“Esa, Esa… kamu luarnya saja berhijab, guru honorer, tapi dalamnya tidak beda dengan para
perek yang saya temui di jalanan. Kalau begitu langsung masuk ke syarat kedua, kamu harus menjadi budak
seks saya.” kata Pak Jarwo sambil tangannya terus menerus meremas payudara bulat milik Esa.
“A-apa, Pak? Budak seks? Esa siap memberikan semuanya buat Pak Jarwo kok, Pak Jarwo bisa entot Esa
dimanapun dan kapanpun. Uuuhh.. remas terus susu Esa dong, Pak. Esa yakin kontol Pak Jarwo lebih
bisa muasin memek Esa daripada kontol Krisna.. uuhh.. uuhh..” Esa semakin tidak bisa mengontrol kata-katanya ketika dia merasakan kerasnya penis Pak Jarwo yang sengaja digesekkan ke belahan pantatnya.
“Oke, bawa kopi dan susunya ke ruang tamu. Kamu harus telanjang, hanya pakai handuk dan hijab temui saya.
Bisa?”
Pak Jarwo dengan sangat jumawa memerintah Esa. Esa pun berbalik dan mengemuti jari-jari tangan Pak
Jarwo sambil berkata dengan suara manja,
“Apa pun yang Pak Jarwo mau dengan tubuh Esa, Esa akan berusaha muasin Pak Jarwo dan membuat Pak
Jarwo setia sama memek Esa. Uuuhh.. Pak Jarwo tunggu aja di ruang tamu, yaa..” Usai berkata begitu,
Pak Jarwo pun akhirnya meninggalkan Esa di dapur dan menuju ruang tamu.
Esa sendiri masih merenung di dapur, dia bingung kenapa dia mau mengiyakan permintaan Pak Jarwo untuk
melayaninya pagi ini padahal Krisna, kekasihnya yang tampan, masih tidur nyenyak di kamarnya. Tapi Esa
tak ingin dia dan Krisna pada akhirnya dituduh berbuat asusila dan diarak keliling desa, mau ditaruh
dimana harga diri dan nama baik keluarganya? Padahal sehari-harinya Esa memakai hijab syar’i.
Banyak pertanyaan muncul di kepalanya saat itu. Satu hal yang membuat Esa akhirnya mantap menjadi
budak seks Pak Jarwo mulai pagi ini adalah ukuran penis Pak Jarwo yang tadi digesekkan ke pantatnya,
seakan membelai vagina dan lubang pantatnya. Esa seketika itu juga tersenyum dan membawa kopi panas ke
ruang tamu.
“Ini, Pak, kopinya. Esa mau siap-siap dulu, Pak Jarwo tunggu ya..” Sambil mengelus pantat Esa, Pak Jarwo berkata,
“Iya, pelacur, jangan lama-lama ya.. saya tidak punya waktu banyak.” Pak Jarwo tersenyum menjijikkan.
Esa pun berjalan menuju kamar tidur bsambil menggoyangkan pantat, mempertontonkan kemontokan tubuhnya
pada Pak Jarwo. Sampai di depan pintu, ia menengok ke belakang dan dengan kerlingan mata nakal, Esa
menjilat bibirnya sendiri. Uuuh! Penis milik Pak Jarwo sudah tidak tahan ingin segera mencoblos vagina Esa saat itu juga, tapi Pak Jarwo masih bersabar. Tak berapa lama kemudian, Esa keluar hanya dengan
memakai handuk dan hijab. Ia berjalan menuju ruang tamu dan duduk menyamping di pangkuan Pak Jarwo.
“Pejantannya Esa, nih maunya udah diturutin. Sekarang Pak RT cabul ini mau apalagi?” Esa berusaha
menjadi pelacur yang baik walau dalam hatinya masih ada sedikit keraguan.
Pak Jarwo yang ditanya seperti itu malah semakin memuncak birahinya, tapi memang beliau adalah pria yang
sudah sangat matang, tidak mau terburu-buru.
Maka sambil mengelus lengan Esa yang terbuka, ia berkata,
“Sekarang berdiri di hadapan saya, buka handuknya, terus rentangkan sambil kamu duduk di pangkuan saya
sekarang. Ayo lakukan!!” Esa segera berdiri, membuka lipatan handuknya dan memperlihatkan vaginanya
yang tercukur rapi serta payudaranya yang montok dengan putingnya yang berwarna pink mencuat ke atas,
tanda dia sendiri pun sebenarnya dalam kondisi terangsang.
Perlahan-lahan dengan menyunggingkan senyum nakal, Esa duduk di pangkuan Pak Jarwo.
“Hmm.. bapak ini banyak maunya deh, Esa juga paham kok caranya muasin tua bandot mesum kayak bapak.
Bapak tenang aja ya..” Sehabis berkata begitu, Esa perlahan mendekatkan bibirnya yang ranum ke telinga
Pak Jarwo,
“Jangan selesai terlalu cepat ya, suami Esa sayang.” Esa berbisik dengan begitu mesra dan itu membuat
jantung Pak Jarwo semakin berdetak kencang.
Esa mengulum telinga Pak Jarwo dengan pelan dan mesra, dengan tangan masih memegang handuk dan memeluk
leher Pak Jarwo, seakan-akan mereka tak ingin terlihat orang lain. Pak Jarwo pun tersenyum licik,
menyadari ketidakpercayaannya bagaimana begitu mudah ia menaklukkan guru honorer yang sehari-harinya berjilbab ini. Dengan tangannya yang kasar, Pak Jarwo mengelusi buah dada Esa yang hanya bisa dibayangkannya selama ini.
“Uuuhh.. Pak Jarwo nakal ya tangannya. Kok cuma dielus sih, Pak? Diremes juga dong, ini kan punya bapak
sekarang. Hihi,” Esa pun mulai terbawa arus birahi ketika bibirnya menyentuh bibir Pak Jarwo yang
kental dengan bau tembakau,
tapi itu malah menambah gairahnya untuk mengulum bibir pejantan tuanya.
“Uuhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. uuhh.. Pak Jarwo lebih aktif dong! Uuuhh.. hmm.. mmhh..” Lidah mereka berdua
saling bertautan, beradu seakan saling mendorong keluar.
Kecipak suara mereka juga sangat keras karena Pak Jarwo sangat menyukai seks yang sedikit kasar dan
berisik, maka dia coba meludahi mulut Esa dan Esa dengan sangat setia menelan semua air liur Pak Jarwo.
Pak Jarwo meremas payudara Esa dengan sedikit kasar, membuat Esa melenguh nikmat. Jari-jari tua itu
mulai
memilin puting guru honorer berhijab tersebut, pegangan tangan Esa pada handuk pun lepas karena Esa tidak
tahan dengan sentuhan-sentuhan tangan Pak RT tersebut. Tangan Esa mengelus rambut Pak Jarwo yang
sudah memutih dengan penuh rasa sayang.
“Uuuhh.. Pak Jarwooo.. bapak pasti udah lama gak ngerasain tubuh montok kayak Esa ya? Esa pagi ini jadi istri bapak deh, Esa akan bikin bapak ngerasain surga dunia ya.. uuhh..” Esa menarik kepala Pak
Jarwo menuju payudaranya, berharap putingnya diemut bibir tua namun menggairahkan tersebut.
“Hmm.. umm.. mmm.. puting kamu memang manis, sama seperti orangnya. Hihi..” Pak Jarwo mencolek dagu
Esa sehingga pipi Esa pun semakin memerah mendengar pujian tersebut.
Pak Jarwo terus mengemuti puting Esa dan akhirnya.. mencupang payudara Esa dengan keras dan berisik.
“Auuuww!! Pak Jarwo, pelan-pelan dong ah. Esa gak mau Krisna sampe bangun, nanti Esa gak ngerasain
kontol Pak Jarwo pagi ini..” PakJarwo melempar handuk yang tadi dipakai Esa, meremas pantat gadis itu
dan menciumi lehernya.
Pak Jarwo berubah menjadi beringas karena ia sebenernya sudah tidak tahan dengan segala kata-kata yang
keluar dari mulut Esa saat ini.
Esa melenguh menahan desahannya yang sebenarnya sudah tidak tertahankan, ia baru ingat bahwa ia lupa
mengunci pintu kamarnya dan Krisna bisa keluar sewaktu-waktu. Tapi rasa takut ketahuan malah membuat
birahinya makin meningkat. Esa berusaha melepaskan kancing-kancing kemeja Pak Jarwo saat lidah laki-
laki itu semakin ganas melumuri lehernya dengan air liur. Esa melempar kemeja Pak Jarwo entah kemana,
ia begitu kagum melihat dada bidang Pak Jarwo yang sedikit berbulu.
“Aaaahh.. Pak Jarwo, biarkan Esa yang bekerja melayani bapak ya..” Esa tersenyum manja dan turun dari
pangkuan Pak Jarwo secara perlahan sambil menciumi leher lelaki tua itu.
“Aaahh.. Esa, kamu memang pintar sekali memainkan lidahmu di kulit bapak, uuhh!” Pak Jarwo baru kali
ini dimanjakan oleh lidah seorang perempuan, apalagi ketika ciuman Esa turun menuju putingnya. Gadis
itu mencium, menjilat dan sedikit menggigit puting Pak Jarwo.
Birahi Esa sudah tak tertahankan lagi, ia sudah bertransformasi menjadi layaknya pelacur jalanan yang
menghamba pada kenikmatan seksual. Ciumannya kembali turun menuju perut Pak Jarwo yang sudah sedikit
membuncit, walau begitu sisa-sisa hasil fitness zaman dulu masih terlihat samar. Hmm.. dengan sedikit
tergesa-gesa, Esa mencoba melepas ikat pinggang dan celana panjang milik Pak Jarwo, ia sendiri tidak
sabar untuk memanjakan kontol yang tadi digesekkan ke belahan pantatnya.
“Pak Jarwo..” Esa memanggil nama ketua RT tersebut sambil mendesah dan mengerlingkan matanya dengan
nakal, tangannya meremas penis Pak Jarwo sambil menciuminya dari luar celana dalam.
Ah, bagai mimpi jadi kenyataan bagi Pak Jarwo sendiri, ia bisa mengelusi kepala seorang Esa yang
sedang membuka celana dalamnya dan akhirnya mengelus penisnya. Kulit bertemu kulit. Bagaikan adegan film
slow motion, Esa mengecup pelan kepala penis Pak Jarwo.
Cup! Lalu ia mulai menjilati pinggiran penis Pak Jarwo, masih dengan gerakan yang lambat karena Esa
ingin meresapi rasa penis yang mungkin akan menjadi penis favoritnya untuk selamanya. Esa menjilat
penis Pak Jarwo senti demi senti, sambil menutup matanya bagaikan mencoba pertama kali es krim coklat
kesukaannya saat SD.
“Hmm.. mmhh.. umm.. Esa suka rasa Pak Jarwo, mulut ini bakal selalu kangen disentuh kontol Pak Jarwo,
hmm.. mmm..” Penis Pak Jarwo makin tegang mendengar Esa berkata kotor seperti itu.
Mulailah Esa memasukkan semua bagian penis Pak Jarwo setelah dirasa cukup basah oleh liurnya.
Perlahan, sangat pelan, Esa memasukkan semua ke dalam mulutnya, ia ingin penis tersebut menyentuh
ujung tenggorokannya. Lalu juga dengan pelan sekali, Esa melepaskan penis tersebut.
Cup! Penis tersebut sudah begitu tegang ketika pada akhirnya Esa menghisapnya, dari pelan perlahan
menjadi semakin cepat, cepat dan semakin cepat.
“Uhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. Pak Jarwo.. hmm.. mmhh!!”
“Iya, neng Esa?. Kontol saya sepertinya jodoh sama mulut mbak, hehe..”
Tapi Pak Jarwo tetaplah seorang pria tua, ia tak akan tahan kalau begini terus. Maka dari itu sebelum
spermanya keluar, segera ia membangunkan Esa dan menyuruh gadis itu kembali dipangku olehnya untuk
mulai memasukkan penis ke dalam liang vagina Esa yang sudah begitu basah. Esa juga berpikir kalau
lama-lama, Krisna bisa bangun dan memergokinya bergumul mesra dengan Pak Jarwo. Maka Esa pun naik dan
duduk di pangkuan Pak Jarwo, tangannya yang lembut memegang dan mengarahkan penis Pak Jarwo ke dekat
bibir vaginanya.
“Uuuhh.. Pak Jarwo.. puaskan Esa ya, Pak.. cup!” Esa mencium pipi keriput Pak Jarwo dan menurunkan
tubuhnya perlahan-lahan supaya penis Pak Jarwo bisa masuk secara sempurna ke dalam lorong vaginanya.
“Hhhh… saya tidak menyangka bisa ngentot sama neng Esa. Tenang aja, bukan Jarwo namanya kalau gak bisa
muasin memek perempuan, hehe..” Pak Jarwo membantu dengan menaikkan pinggulnya guna menyambut pantat
Esa yang semakin turun menyelimuti penisnya dengan kehangatan liang vaginanya.
“Uuhh.. hhh.. mmhh.. uuhh!!” Esa mulai mendesah ketika ia mulai memompa penis Pak Jarwo dengan vagina
sempitnya yang bak perawan. Sambil menggenjot, ia meremas rambut Pak Jarwo dan menciumi pipinya.
“Aahh.. neng Esa! Uuhh.. uuhh.. memek neng enak banget, belum pernah saya menikmati memek seperti ini,
uuhh!”
Darah tua Pak Jarwo mulai berganti menjadi darah muda kembali, tangannya mengelus punggung dan pantat
Esa yang sedikit demi sedikit mulai berkeringat. Kecipak pertemuan penis dan vagina perempuan dan
lelaki berbeda usia ini begitu berisik, untung saja Krisna memang terbiasa bangun siang karena ini hari
Minggu. Esa yang mengetahui hal itu menerima saja tumbukan penis di vagina yang sehari-harinya hanya
diisi oleh penis kekasihnya.
“Uuuhh.. teruusshh, Pak Jarwoo.. kontol bapak memang tidak ada duanyaaa!!” Selesai berkata seperti itu,
bibir Esa mencium, mengulum bahkan seperti akan memakan bibir Pak Jarwo, begitu ganas, liar dan
beringas.
Esa terbiasa menerima perlakuan seksual yang lembut dari Krisna, tapi sekarang ia menjadi liar karena
kenikmatan yang kelewat batas.
“Uuuhh.. uuuhh.. Neng Esa! Ayo ganti gaya, saya mau neng nungging, saya mau doggy style! Uuhh.. hhhh!”
Pak Jarwo merasa bahwa ia harus mengeluarkan spermanya di vagina Esa, kalau bisa menghamilinya. Esa
akhirnya turun dari pangkuan Pak Jarwo dan dengan berpegangan pada sofa, ia menunggingkan pantatnya yang
montok ke arah Pak Jarwo.
Pak Jarwo berdiri dan mencoba memasukkannya ke vagina Esa saat tiba-tiba ia berkata,
“Neng Esa yang binal, rayu kontol saya biar mau masuk ke memek neng dong, hehe..” Dia tersenyum
menjijikkan.
“Uuhh.. Pak Jarwo.” Esa mendesah sambil menggoyangkan pantatnya seakan menyambut penis Pak Jarwo yang
semakin mendekat ke liang vaginanya.
“Ayo dong kontol Esa sayang, masuk ke memek Esa . Esa udah gak tahan banget pengen disodok sama kamu, terus
disemprot pake peju, uuhh!” Esa berkata dengan manja sambil memperlihatkan muka sayu,
menggigit jarinya sendiri dan itu cukup membuat Pak Jarwo kembali menusukkan penisnya ke vagina Esa dengan ganas!
“Uuuhh.. uuhh.. dasar perek nakal! Perempuan hijab syar’i gini emang doyan kontol kalau udah dipake! Uuhh.. uuhh! Ini bapak entot!
Uuuhh!” Pak Jarwo menggenjot vagina Esa dengan ganas,
sambil menampar pantat gadis itu sampai memerah.
”Uhh! Uhh! Uuhh! Uuhh!” desahan mereka bsaling bersahutan tetapi tetap berusaha untuk tidak terlalu
keras.
Esa juga ikut menggoyangkan pantatnya dan mencari kenikmatan dengan menggosok kelentitnya sendiri
menggunakan jari-jarinya.
“Uuuhh.. uuuhh.. terus, Pak Jarwooo!! Sudah hampir setengah jam berlalu, bapak belum keluar juga!
Uuhhh!” Esa terus mendesah,
sebentar lagi ia akan mencapai klimaksnya!
“Aaahhh.. Pak Jarwoo!! Esa keluaarrrrr!! Aaahhhhh!!” Esa mendorong pantatnya ke belakang dengan
keras, ia ingin penis Pak Jarwo menyentuh ujung rahimnya.
“Aaaahhhhh.. nikmatnya, Pak Jarwo.. aahhh.. bapak belum keluar ya? Yuk keluarin aja, Pak, di dalem juga
gak papa. Hehe..” Kata-kata Esa yang menggoda membuat Pak Jarwo tidak sabar menyirami vagina guru berhijab ini dengan spermanya.
“Aaahh.. aahhh!” Pak Jarwo semakin ganas menusuk vagina Esa sampai suara tumbukan antara pantat Esa
dan pinggul Pak Jarwo semakin berisik, untung saja tidak berapa lama kemudian Pak Jarwo merasa bahwa
spermanya telah berada di ujung penis dan siap buntuk ditembakkan.
“Aaahh.. aaahhh! Memek neng enak banget! Sumpah saya ndak bohong! Aaahhh.. uuuhh.. saya keluar yaaa..
aaaaaaaaahhhhhhhhh!!!” Dengan satu lolongan kuat dan dorongan yang kuat akhirnya sperma Pak Jarwo
meluncur masuk ke dalam rahim Esa.
“Aaaahhh.. akhirnya saya bisa puas ngentot sama memek perempuan kayak kamu, uuhh..” Jatuhlah tubuh tua
namun masih bertenaga milik Pak Jarwo ke sofa, ia masih menutup mata dan terengah- engah.
Belum benar-benar bangun dari kenikmatan surgawi yang baru ia rasakan. Esa sendiri juga ikut menyusul
merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Jarwo, ia bersandar pada dada bidang laki-laki itu sambil memainkan
penis Pak Jarwo yang masih sedikit tegang namun sangat basah.
“Hmm.. saya puas banget bisa main sama Pak Jarwo.. hmm, kontol bapak sekarang bebas keluar masuk memek
Esa deh.. oke pejantan Esa sayang?” Esa sekarang benar-benar manja dan terlihat tidak mau melepas penis
milik Pak Jarwo,
ia sudah takluk dan menghamba pada kenikmatan seksual yang diberikan oleh Pak Jarwo.
“Iya, neng, saya juga puas banget. Hhmm.. ya sudah, pokoknya neng harus janji selalu sedia memek setiap
kali saya sange ya, neng.. hehe, cup!” Pak Jarwo mengecup kening Esa, membuat perempuan itu semakin terbang melayang.
Akhirnya Pak Ja rwo memakai kembali pakaiannya dan pergi dari kontrakan Krisna sebelum hari makin siang
dan Krisna kembali terbangun. Sebelumnya, Pak Jarwo dan Esa sempat bertukar liur sebelum mereka
berpisah. Ah, hari yang indah! Esa akhirnya mandi dan pulang meninggalkan Krisna yang sebenarnya..berpura-pura tidur!!