“Sekali lagi aku menguap. Perjalanan ini pasti membosankan pikirku. Aku melirik penumpang yg duduk di sebelahku.
Wanita yg duduk di sebelahku cantik sekali. Kulitnya putih bersih, mukanya manis. Rambutnya dipotong pendek. Mukanya mengingatkanku akan sebuah karakter dalam kartun Jepang Amy dalam film Sailormoon.
Mataku mulai berkeliaran, dadanya tdk terlalu besar dan tdk terlalu kecil tapi kelihatan ketat dan tdk menunjukkan kekenduran sedikitpun.
Bajunya putih ketat terbuat dari bahan yg elastis menunjukan lekukan tubuhnya yg sempurna. Perutnya datar dan pinggangnya yg melekuk sungguh aduhai. Tak kusadari dia melihat ke arahku.
“Kok ngeliatin kayak gitu sih Mas?” Mukaku langsung merah padam menanggung malu.
Aku gelagapan bilang,
“Maaf Non habis kamunya cakep banget sih.” Di luar dugaan dia cuma tersenyum kecil.
Sambil mengulurkan tangannya dia berkata,
“Nama saya Nilla, nama kamu siapa?” aku agak bengong sebentar tapi kemudian menjabat tangannya dan menjawab,
“Eh.. nama saya Ricky.” Tangannya lembut sekali.
Pikiranku mulai ngeres. Wah enak sekali kalau yg dipegang itu kemaluanku.
“Kok jabat tangannya nggak lepas-lepas sih?” aku tersentak lagi dan minta maaf.
Aku mengambil majalah dan mulai membacanya untuk menutupi mukaku yg mulai merah menahan malu. Aku memang boleh dibilang jarang ada pacar walaupun aku boleh dibilang lumayan. Kalau masalah seks, aku sih personal experience masih belum ada, cuma masturbasi saja pernahnya. Aku sudah ngebet sekali nge-seks dengan cewek tapi sampai sekarang peruntungan masih belum ada.
“Eh kamu pernah sekolah di SMP XXX (edited) bukan?” tanyanya secara tiba-tiba.
“Kamu kok tahu?”
“Tadi waktu ngeliat kamu rasanya aku pernah ngeliat kamu sih, apa lagi ngedenger nama kamu. Aku dulu pernah sekelas sama kamu.”
“Tapi rasanya nggak ada yg namanya Nilla di kelasku.”
“Waktu itu aku belum ganti nama, waktu itu namaku Gizha , inget nggak?” Aku seperti tersentak saja, si Geizha itu pacar impianku, biarpun badannya tdk perfect tapi cantik sekali.
Tapi cewek yg di depan mataku ini kelihatannya lain sekali, jauh lebih cantik.
“Oh kamu toh, gila, kamu beda banget. Kamu dulu kayak anak kecil saja, sekarang kayak bidadari saja,” timpalku.
Dia cuma tersipu saja, kemudian kami pun mulai menceritakan keadaan masing-masing. Ternyata setelah lulus SMP, dia pergi ke Kanada untuk belajar di sana. Dari Kanada, dia berjalan-jalan ke Taiwan dan dalam perjalanan balik ke Kanada tapi bakal tinggal di L.A untuk sementara. Sementara di Kanada, dia tdk ada cowok, katanya sih tdk ada yg mengejar dia. Gila, pikirku, cewek cakep, body perfect seperti dia tdk ada yg mengejar.
Akhirnya makan malam pun mulai dihidangkan. Sebagai penumpang First Class, kami ditawari bermacam jenis arak dan anggur.
“Whisky please,” ucapku kepada sang pramugari.
Dia menuangkan segelas Whisky. Nilla ternyata memilih untuk minum Brandy. Sewaktu makan malam dihidangkan, lampu mulai diredupkan. Tiba-tiba saja aku ada rasa untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya yg tak tersampaikan sewaktu di Surabaya.
“Nil, aku mau tanya nih tapi kamu jangan kaget ya..” Sambil tetap mengunyah dia menoleh ke arahku dan mengangguk. “Nil, aku waktu di xxxx (edited) dulu udah mulai suka sama kamu, tapi tdk ada kesempatan dan keberanian.”
“Rik, kamu mah gombal,” jawabnya sambil meminum Whisky-nya.
“Nil, yg mau aku tanyain, kalau misalnya aku ngejar kamu gimana?”
“Tergantung,” jawabnya polos. Aku tdk banyak tanya lagi, kata “tergantung” sudah membuatku hilang semangat dan putus asa.
Akhirnya piring kami diambil kembali dan waktu telah agak malam dan aku sudah kepingin tidur. Aku minta selimut kepada pramugari pesawat itu dan Nilla pun juga minta selimut. Tapi pramugarinya kembali dan memberitahu kalau selimutnya tinggal satu saja tapi selimut ini cukup untuk dua orang. Akhirnya aku dan Nilla share selimut itu dan tempat menaruh tangan di tengah kuangkat. Aku masih tdk bisa tidur, memikirkan si Nilla.
Bagiku kata “tergantung” adalah sebuah tolakan halus yg menyakitkan. Pernah aku menunggu jawaban seorang cewek yg memberi kata “tergantung” tetapi ternyata dia sudah punya pacar. Tiba-tiba saja aku merasakan kepala Nilla di pundakku, rupanya dia tertidur dan tdk sengaja. Aku tatap wajahnya yg manis dan cakep itu. Bibir imutnya seakan menggodaku untuk menciumnya. Tetapi aku berhasil menahan nafsuku dan mulai membetulkan dudukku. Aku menoleh lagi, seakan aku ingin sekali melihati dia terus.
Akhirnya tanpa peduli resiko, tanganku, kutaruh di pinggangnya sementara tangan satunya kutaruh di belakang kepalanya dan kucium bibirnya. Tanpa diduga, lidahnya mulai menerobos bibirku dan akhirnya lidah kami berduel di dalam mulut kami. Tangannya menarikku supaya lebih dekat. Akhirnya kami beristirahat untuk mengambil nafas.
“Nil, apa sih maksudmu ‘tergantung’?”
“Maksudku, tergantung kamu mau nggak ngejar aku. Kalau kamu mau, sih aku terima saja.” Aku tercengang, ternyata tadi dia cuma main hard-to-get.
Kucium dia sekali lagi tapi kali ini aku mulai ciumi juga lehernya dan kupingnya. Tanganku juga mulai masuk ke dalam bajunya yg ketat itu.
Akhirnya tanganku mulai menyentuh bagian dasar payudaranya, dengan satu gerakan mulus, tanganku mulai menggenggam payudaranya yg lentur itu. Pentilnya yg sudah berdiri itu kumainkan dengan ibu jariku. Dia cuma mendesah kecil. Dia melepas ciuman kami dan di bawah selimut yg hangat itu dia melepaskan kaos dan BH-nya.
Penumpang lain sudah tidur dan kami duduk di kursi paling belakang, sehingga tdk ada yg dapat melihat ataupun menduga apa yg kami lakukan. Setelah itu kami pun mulai melanjutkan permainan kami yg gila ini. Tanganku mulai meraba masuk celananya tak dapat dikira, ternyata dia tdk memakai celana dalam. Tanganku mulai menelusuri “hutan” kemaluannya dan akhirnya menemukan klitorisnya yg juga telah berdiri seperti pentil payudaranya.
Sewaktu tanganku menyentuh klitorisnya, dia bergetar sedikit. Kubenamkan kepalaku di bawah selimut dan dengan lahapnya kuhisap dan kujilat pentilnya sementara tanganku sibuk bermain dengan klitoris dan liang kemaluannya. Desahannya mulai agak cepat dan aku mulai takut ketahuan dan tertangkap. Jadi kucium dia sambil tanganku tetap bermain di kemaluannya.
Akhirnya dia mendapat klimaks dan jeritannya cuma terdengar dalam mulutku. Ledakan klimaksnya sangat dahsyat dan tanganku dibanjiri oleh air bah klimaksnya seolah-olah seperti bendungan pecah keluar dari liang kemaluannya. Celananya kini pun telah basah oleh air klimaksnya. Tanganku yg untuk pertama kalinya bermain dengan kemaluan cewek ini mulai pegal.
Akhirnya kubetulkan posisi dudukku dan kupeluk dia. Dia memakai kembali kaosnya dan bersandar pada dadaku.
“Rik, kamu belum puas kan, aku puasin yah?” Aku mulai gelagapan, jangan-jangan si Nilla mau main di pesawat.
Aku tdk mau menanggung malu kalau ketahuan orang-orang, jadi aku bilang,
“Nil, kamu keliatannya capek, kamu istirahat saja, kamu kalau mau puasin aku boleh saja tapi nanti saja.” Akhirnya pesawat kami tiba di Honolulu, Hawaii untuk mengisi bahan bakar.
Kami diperbolehkan menunggu di dalam pesawat ataupun turun pesawat dan melihat-lihat keadaan Hawaii dari ruang tunggu. Aku dan Nilla turun pesawat dan ke ruang tunggu. Kami punya 2 jam untuk jalan-jalan.
“Nil, kita mau ngapain?” tanyaku sambil menggandeng tangannya bak sepasang kekasih.
“Kamu maunya apa?” jawabnya sambil memberikan senyuman seribu arti. Waktu masuk, aku melihat ada iklan hotel dalam airport.
Kuajukan saranku untuk beristirahat di dalam hotel. Nilla setuju saja dan kami memesan satu kamar. Sesampai di kamar, aku langsung merebahkan diri di ranjang setelah melepas kaos dan sepatu serta kaos kakiku. Nilla berdiri di depan ranjang dan menyalakan TV, acara yg ditaygkan adalah MTV. Dia berjalan pelan mendekati ranjang tanpa melepaskan kontak mata. Pinggulnya bergerak ke kiri dan kanan dengan seksinya.
Dengan gerakan yg mulus, dia mulai berdansa dengan seksinya. Satu persatu pakaiannya dilepas hingga badannya tdk terbungkus sehelai kain pun. Batang kemaluanku sudah tegang dan keras seperti baja. Perlahan-lahan dia naik ke ranjang. Dengan kedua lututnya, dia menopang badannya dan dia mulai menunduk dan menNilgkapkan selimut ranjang yg kupakai. Sabukku dilepasnya dan celanaku ditarik sampai ke lutut.
Batang kemaluanku sudah sangat menonjol dan kepalanya keluar dari bagian atas celana dalamku. Kutendang celanaku ke lantai. Celana dalamku dipelorotnya dan mulutnya yg kecil itu mulai mengulum batang kemaluanku.
Semua itu dilakukannya tanpa melepaskan kontak matanya dari mataku. Gerakan mulutnya yg naik turun diiringi dengan sedotannya yg keras sungguh membuat nafsuku meledak. Pinggulku, kugerakkan naik turun seirama dengan naik turun mulutnya. Kepalanya kupegang dan setiap kali kepalanya turun, kudorong kepalanya serendah mungkin agar seluruh batang kemaluanku ditelannya sedalam mungkin. Akhirnya klimaksku mulai mendaki naik dengan tajam, gerakan mulutnya pun mulai cepat dan hisapan-hisapannya semakin keras.
“Nil, aku mau keluar nih, kalau kamu nggak lepasin entar aku bakal nyemprot di mulut kamu nih..” ucapku.
Dia tdk menggubris peringatan yg kuberikan, bahkan gerakannya makin dipercepat.
“Ohh yess.. arghh..” Aku menjerit keras.
Aku seolah melayg di dimensi keempat dan kenikmatan yg kudapat tdk dapat dilukiskan dengan kata-kata sewaktu aku menyemprotkan spermaku di dalam mulutnya yg mungil itu. Seluruh spermaku ditelannya dan batang kemaluanku dijilatinya agar tdk ada setetes sperma pun yg bakal tertinggal. cerita sex
Dia memandangku dan bertanya,
“Gimana, aku hebat nggak?” Hebat? Apa saja yg dilakukannya sangat hebat dan mungkin dia penjilat kemaluan laki-laki yg terbaik di dunia.
Aku tdk tahu berapa tahun dia latihan dan berapa batang kemaluan yg telah dia hisap.
“Nil, aku nggak tahu gimana bilangnya, kamu bukan hebat lagi, kamu the best.”
“Rik, aku tahu kamu cuma basa basi saja. Tadi itu pertama kali aku nyoba ngisep kontol orang loh..”
“Yg bener saja, aku tdk percaya Nil. Masa aku cowok pertama yg kamu isep.”
“Okay deh Rik, aku ceritain deh. Aku dulunya ada banyak cowok, tapi semua tdk cocok. Tiap kali aku sama cowok-cowokku yg dulu datang, kami sampai petting.”
“Terus?”
“Yah, waktu sampai heavy petting, kusuruh cowokku ‘ngisep aku’ tapi tdk ada yg mau. Jadi satu persatu aku putusin.”
“Nah apa hubungannya sama kamu ‘ngisep aku’?”
“Aku sayang sama kamu Rik, alasan kedua aku putusin cowok-cowokku yg dulu sebab aku tdk bisa ngelupain kamu. Aku masih inget waktu itu aku diganggu sama orang jahat di dekat Mal Galaxy, kamu ngebantu aku. Kalau nggak ada kamu aku nggak tahu bakalan gimana. Sejak waktu itu aku mulai suka sama kamu.” Hatiku mulai tersentuh dengan ucapannya itu.
Kupeluk dia dan kucium bibirnya. Ciumanku mulai menjalar ke pipinya, kupingnya, dagunya dan lehernya. Tak berapa lama, ciumanku sampai ke buah dadanya. Sambil kucium dan kujilat pentil buah dadanya yg mulai keras dan tegak, tanganku menelusuri perutnya, hutannya dan akhirnya jariku masuk ke dalam liang kemaluannya. Dia mulai mendesah kecil. Tangannya mengelus kepalaku dan rambutku. Ciumanku mulai menurun ke bawah sampai ke liang kemaluannya.
Klitorisnya yg telah berdiri tegak terlihat jelas. Kujilat sekali dan efeknya sangat dahsyat. Jeritan-jeritan kenikmatan mulai keluar dari mulutnya. Sambil jariku keluar masuk lubangnya yg sempit itu, kujilati klitorisnya dengan penuh semangat. Bau odor seks yg keluar dari kemaluannya terasa harum di hidungku, menambah semangatku. Jilatanku keras dan cepat. Irama sodokan jariku kupercepat dan kuperlambat, membuat Nilla menggeliat dan menjerit keenakan.
“Rik, kontolmu Rik, masukin donk..”
“Nil, kamu udah pernah belum?”
“Kok nanya sih? Pasti belum lah!”
“Nil, pertama kali bakal sakit loh.”
“Gini saja Nil, aku tiduran di ranjang and kamu mengangkang di atasku, terus kamu saja yg masukin agar kamu enak. Kalau gitu, semua kamu yg ngatur. Kalau sakit diem, kalau udah biasa masukin lagi.”
“Suka-suka kamu deh.” Akhirnya dia pun mengangkang di atas batang kemaluanku dan berat badannya ditopang dengan lututnya.
Perlahan-lahan dia menurunkan badannya. Tangannya memegang batang kemaluanku dan diarahkannya ke dalam liang kemaluannya. Liang kemaluannya sempit sekali. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku ditelan lubang kemaluannya. Kurasakan ada hambatan di depan batang kemaluanku, rupanya dia masih benar-benar perawan.
“Nil, waktu hymen kamu pecah kamu pasti ngerasain sakit jadi kamu kerasin saja agar sekali langsung masuk.” Dia menurut anjuranku dan menggunakan seluruh berat badannya dan gravitasi, dia menurunkan badannya.
Pada saat yg sama, kuangkat lututku untuk menopang badannya. Jeritannya menggema di dalam kamar yg kecil itu dan seprei ranjang diremasnya kuat-kuat. Kami beristirahat sebentar, agar liang kemaluannya bisa beradaptasi dengan adanya batang kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Setelah kurang lebih 3 menit, kutidurkan dia di ranjang. Kedua kakinya di pundakku dan aku bertanya,
“Nil, aku mulai ya?”
“Iya Rik, tapi jangan sakiti aku.”
“Tenang kalau sakit bilang saja, aku pasti stop.” Pinggulku mulai kugerakan maju mundur dan jariku bermain dengan klitorisnya.
Irama sodokanku dimulai dengan irama yg pelan, dan irama itu terkadang kupercepat. Erangan kenikmatan menggema di dalam kamar. Nilla telah klimaks dua kali selama irama ini kupermainkan. Akhirnya klimaksku pun telah mendekat. Iramanya kupercepat dan Nilla pun mengikuti iramaku dan menarik tanganku agar batang kemaluanku bisa masuk sedalam mungkin.
Pas sebelum aku klimaks, kurasakan dinding lubang kemaluan Nilla mengeras dan mencengkeram batang kemaluanku dengan kuatnya dan dia pun mendapatkan klimaksnya sekali lagi. Tdk lebih dari dua detik, aku pun menyemprotkan spermaku di dalam liang kemaluannya. Badan kami penuh keringat dan aku pun berbaring di sebelah Nilla.
Kami kembali berpakaian dan bergegas menuju pesawat, sebab kami hanya ada sepuluh menit sebelum pesawatnya berangkat.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,