Adera Adekku paling terakhir rencanaya mau mengerjakan tugas kelompok kampus dengan teman temannya di rumah, Adera dikaruniau wajah yang cantik dengan dandanya yang selalu modis sehingga banyak teman cowok yang naksir dengannya, walaupun dia sudah tau kalau Adera mempunyai pacar. Waktu itu aku sedang santai santai karena libur kerja.
Saat itu seluruh keluargaku, kecuali Adera, sedang pergi ke Mal untuk membeli keperluan bulanan. Aku tidak berminat ikut dengan mereka karena sekarang sedang tanggal tua.
“Teh, Adera keluar sebentar ya! Mau ke rumah teman dulu. Nanti kalau ada telepon dari teman Adera yang namanya Indra, suruh langsung datang ke rumah aja. Dia mau ngerjain tugas kampus bareng Adera…” kata Adera yang sudah terlihat siap mau pergi. “Ok deh adikku yang cantik…!” candaku.
“Makasih ya Teh…” jawab Adera sambil tersenyum kemudian bergegas pergi. Tidak lama setelah Adera pergi, telepon rumah berdering. Ketika aku angkat ternyata dari salah satu teman Adera yang bernama Indra. Sesuai pesan Adera, maka aku menyuruh Indra untuk langsung datang saja ke rumah.
Sekitar 20 menit kemudian, kudengar ada suara ketokan di pagar depan rumahku. Setelah aku membuka pintu rumah untuk melihat siapa yang datang, ternyata ada 3 orang anak muda sedang berdiri di depan pagar rumahku.
“Maaf, mau nyari siapa ya?” tanyaku.
“Saya Indra, temen kampusnya Adera. Aderanya ada Kak?” jawab salah satu dari mereka.
Ternyata Indra tidak datang sendirian, melainkan dengan dua orang yang kemudian aku tau mereka juga teman kelompoknya Adera.
“Adera masih di rumah temannya. Tunggu di dalam aja yah, mungkin sebentar lagi Adera pulang…” kataku mempersilahkan masuk.
“Makasih Kak…” sahut mereka hampir bersamaan.
“Dasar Adera! Temannya kok cowok semua sih…” gumamku pelan saat mereka sedang membuka pintu pagar. Setelah berkenalan, aku baru tau nama dua orang teman Adera yang lain, yaitu Angga dan Ryan.
Secara fisik, mereka berwajah biasa-biasa saja. Indra berkulit sawo matang, kurus, berambut cepak dan dekil. Sedangkan Angga dan Ryan tidak jauh berbeda dengan Indra, tapi mereka berkulit lebih hitam, keduanya berambut keriting.
Menurutku mereka semua lebih mirip berandalan daripada mahasiswa. Walaupun aku tidak pilih-pilih dalam berteman, tapi aku jadi merasa risih dengan penampilan mereka.
“Kok Adera mau sih berteman dengan mereka…” pikirku dalam hati.
Sekedar berbasa-basi, aku menemani mereka ngobrol di ruang tamu. Pada awalnya obrolan kami hanya di sekitar kegiatan kampus mereka saja. Hari itu aku memakai kaos longgar warna krem tanpa bra dengan bawahan celana pendek ketat warna putih. Selagi mengobrol, terkadang aku menangkap mata mereka melirik ke arah dada dan pahaku.
Tapi karena mereka adalah teman-teman adikku, maka aku berpikiran positif saja. Apalagi usia mereka juga baru 18 tahunan, jadi masih anak kecil menurutku.
“Kok kakak nggak ikut pergi sama keluarga? Gak bosen di rumah sedirian…?” tanya Ryan.
“Kakak lagi malas ikut. Lagian banyak godaan kalo liat barang-barang bagus. Kakak takut boros nih…” candaku.
“Emang Kak Rena ngapain aja kalo lagi sendirian gini? Nggak takut ada orang masuk apa? Untung aja kami dateng ya. Jadi bisa jagain Kak Rena deh…” kata Indra bercanda.
Aku menjawab dengan sedikit menggoda “Bener nih mau jagain kakak? Ya udah kalo gitu temenin kakak aja ya sampai Adera pulang…”
Mereka pun malu-malu mendengar jawabanku, mungkin karena mereka melihat wajahku yang seperti cewek pendiam, namun ternyata bisa juga menggoda mereka. Setelah saling pandang sejenak, mereka bertiga akhirnya setuju untuk menemaniku sampai Adera pulang.
Mungkin tadinya mereka merasa sungkan berlama-lama karena Adera tidak ada di rumah, namun pikiran mereka berubah setelah aku bersikap ramah. Aku kemudian menyuguhkan minuman dan kue ringan untuk mereka.
Aku sempat merasakan mata mereka sedang melihat ke arah dada yang tidak terbungkus bra saat aku sedang menunduk untuk menaruh mimuman di atas meja. Apalagi kaos yang aku pakai saat itu longgar, sehingga pemandangan tersebut pasti membuat mereka menelan ludah. Tapi aku masa bodoh dengan hal tersebut.
Setelah lama berbincang, ternyata mereka semua orangnya ramah dan enak diajak ngobrol mulai dari topik yang ringan sampai obrolan-obrolan yang agak serius. Sambil makan dan minum kami mengobrol dan bercanda panjang lebar.
Sedang asyik-asyiknya mengobrol, aku mendengar bunyi SMS masuk ke HP-ku. Ternyata dari Adera yang berisikan dia akan pulang sekitar 2 jam lagi, karena masih ada urusan dengan temannya. Setelah memberitahu ke Indra, Ryan dan Angga, ternyata mereka tidak keberatan untuk menunggu selama itu. Kemudian kami melanjutkan obrolan yang sempat terputus.
Di tengah obrolan Indra bertanya “Kalo kakak pacaran ngapain aja sih?”
“Kayak orang pacaran biasa aja. Paling nonton sama makan aja…” jawabku.
“Bukan itu maksud Indra Kak. Maksudnya sampai sejauh mana pacarannya?” tanya Indra lagi yang sepertinya belum puas dengan jawabanku barusan.
“Oh itu maksud kamu Ben? Kalau kakak sih pacarannya paling sampai sebatas ciuman aja. Hayoo pasti kamu udah mikir yang macam-macam ya!?”
aku sengaja berkata seperti itu agar membuat mereka menjadi salah tingkah. Benar saja seperti dugaanku tadi, begitu mendengar jawabanku barusan wajah mereka pun mulai memerah karena malu.
Kemudian karena takut aku marah akibat pertanyaan Indra tadi, mereka semua hanya tertunduk tanpa berani berbicara sepatah kata pun. Suasana ruangan yang tadinya ramai oleh obrolan kami berempat mendadak menjadi sepi.
“Kak Rena, bosen nih ngobrol sambil makan doang. Boleh nonton DVD nggak? Kebetulan Angga bawa Film bagus neh…” kata Angga memecah kesunyian.
“Boleh aja…! Kakak juga suka nonton Film. Yuk kita nonton di ruang tengah…” kataku tanpa curiga DVD apa yang Angga bawa.
Akhirnya kami berempat duduk di sofa ruang tengah untuk siap-siap menonton. Ternyata begitu DVD diputar, aku sempat kaget karena ternyata Film yang Angga bawa adalah Film BF kepanjangan dari Batman Forever.
Namun aku tetap tidak beranjak dari tempat duduk karena adegan-adegan di film tersebut membuat aku penasaran. Ruang tengah itu menjadi hening karena semua terpaku pada layar TV. Walaupun aku sedang serius menonton, namun aku sadar kalau mata mereka melirik ke arah pahaku.
Setelah kira-kira 45 menit lamanya, Film itu pun berakhir. “Kakak serius banget sih nontonnya tadi?” ledek Indra. “Kayak kamu nggak serius aja Ben!” aku membalas ledekan Indra sambil tersenyum. Kemudian aku mengajak mereka untuk bermain kartu sambil menonton Film tadi.
sambil menunggu Adikku Si Adera pulang. Itulah tadi cerita dewasa Main Sambil Liat film BF ( Batman Forever) tunggu kisah selanjutnya dari kiriman pembaca kali ini.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,