Aku menikah pada Umur belia, yakni 20 tahun. Aku tak sempat melanjutkan kuliah, karena aku pada Umur tersebut sudah dinikahkan olah orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang laki-laki playboy.
Aku menikah dengan sang playboy, Umurnya sangat renta sekali, 45 tahun pada saat aku dinikahinya. 2 tahun. Aku hidup seranjang dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah merasakan apa yang dinamakan nikmat pernikahan. Padahal, kata teman-teman, malam pertama malam yang paling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama adalah malam neraka.
Ternyata Hanif, suamiku itu mengidap penyakit diabetes yang sangat parah hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama kurang lebih 6 tahun kami menikah selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan saja.
Hanif sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa yang terjadi ia tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat terangsang, konyol sekali.
Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Hanif. Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku.
Pada suatu hari, Hanif harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin terasa kesepian selama itu pula.
Pada suatu hari aku harus pergi menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari suasana segar. Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah restauran.
Disitu aku duduk sendiri di pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan pojok.
Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku. Karena mungkin hanya bangku itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh senyum.
Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik perempuannya yang masih di bangku SMA.
Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor teleponnya. Cowok itu namanya Deny, badannya tegap tinggi, kulitnya putih bersih.
Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji akan saling menelpon kemudian. Sewaktu salaman, Deny lama menggenggam jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku.
Kemudian kami berpisah untuk kembali ke kesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali. fantasiku.com Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu, kenapa hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil mengkhayal, eh…..kok aku sudah dikawasan Thamrin.
Sial banget !!! Tapi Ok lho ?! Sudah satu minggu Umur perkenalanku dengan Deny, setiap hari aku merasa rindu dengan nya.
Suamiku Hanif masih terbaring di rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Hanif tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Deny ke seluler nya. Ku katakan bahwa aku kangen banget dengan nya, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku.
Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Deny mengajak ku jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”.
Deny membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi keamanan privacy. Di hotel itu kami mendapat kamar di lantai VII, sepi memang, suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali
” Kamu sering kemari ?” tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum
” Baru kali ini Tante ” sambungnya.
” Jangan panggil aku tante terus dong ?! ” pintaku. Lagi-lagi dia tersenyum ” Baik ” katanya.
Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, romantis, takut, ah…..macam-macamlah!!!.
Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Deny, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya
Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis tanpa diketahui Deny, air mataku hangat membasahi dadanya.
” Kamu menangis? ” Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius.
” kanapa ? ” tanyanya lagi.
Deni menghapus air mataku dengan lembutnya.
” Kamu menyesal kemari?” tanya Deny lagi. Lagi-lagi aku membisu.
Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbaring di pinggir ranjang itu. Deny duduk disebelahku sambil membelai-belai rambutku. Wah….rasanya selangit banget !. Aku menarik tangan Deny untuk mendekapku, dia menurut saja.
Aku memeluknya erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya. Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan ” penis” sementara belum pernah aku merasakan nikmatnya.
Deny membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat agar dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin aku terangsang.
Dalam sekejap aku sudah bugil total ! Deny memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil. Aduh……jantan sekali dia.
Penisnya besar dan ereksinya begitu keras. Nafasku semakin tak beraturan lagi. Deny mengelus payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penis Deny. Aku terbayang semua adegan yang pernah kusaksikan di film porno.
Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penis Deny. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggeliat setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari Deny mengelus-elus kemaluanku, bulu kemaluanku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya.
Semakin gila saja aku. Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi seks yang meluap. Aku lupa segalanya.
Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbaring dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur.
Deny memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh….kok sakit, perih, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya. Hingga….
Cret…cret…cret…air mani Hendy tumpah muncrat di dalam vaginaku.
Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!!
Deny bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis.
” Jadi kamu masih perawan ” Tanyanya heran.
Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat. Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula.
Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Deny yang mendapatkannya? Ah….bodo amat ! aku juga bingung ! Hampir satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini.
Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama !! Tapi lumayan buat pemula . Setelah istirahat makan, kami tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masih dengan busana seadanya.
Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membersihkan tubuh. Deny juga ikut mandi. Kami mandi bersama, terkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya.
Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang……dan…….oh,….kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi.
Deny agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia malakukannya,. kini dia tampak sedikit kerja keras. Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh….aku menggeliat kenikmatan.
Akupun tak mau kalah usaha, ku kocok-kocok penis Deny yang sudah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film.
Tak kusangka, dengan adegan begitu, Deny mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali.
” Kamu curang ! Belum apa-apa sudah keluar !” Seruku.
” Sorry, enggak tahan….” Jawabnya.
Kutarik dia dan kutuntun penis nya masuk ke kemaluanku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. jav303.com Deny diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah….aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasa ada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.
Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin.
Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk.
” Aku sayang kamu ” Terdengar suara Deny setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu.
Diulanginya kata-kata itu hingga 3X. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali.
” Aku juga sayang kamu Den ” Kataku lirih.
” Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara ” Sambungku lagi.
Deny menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anak muda ini.
Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar. Setelah check out kami menuju Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku.
Deny kembali kerumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karuan. Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,