Cerita Dewasa Permainan Singkat Tante

Author:

Aku diundang untuk dating kerumah tante usianya sih sudah kepala 3 tapi body dan kelakuannya seperti masih ABG sungguh seksinya seperti gadis yang belum pernah ML, aku datang dirumahnya karena untuk mengambil dana dan mengonsep yang mana buat perayaan ultahnya, aku kesana siang pukul 14.00 setalah semua aku sketsa aku berikan ke tante NAVA.

Singkat cerita, aku diterima langsung oleh Tante NAVA. “Silakan masuk Dra..” ujar Tante NAVA kepadaku membuka percakapan kami setelah mungkin selama 5 menit aku menunggu di depan pintu rumahnya sambil membayangkan apa saja yang akan kubicarakan nanti dengan Tante NAVA.
“Oh.., terima kasih Bu..” jawabku yang sebelumnya terbengong karena melihat Tante NAVA hanya mengenakan daster pendek berwarna merah dan terlihat tonjolan puting payudaranya yang terlihat cukup besar. Puting payudaranya terlihat karena Tante NAVA memang tidak menggunakan BH-nya.
Kami berdua pun masuk dan duduk di ruang tamu. Setelah itu Tante NAVA menutup kembali pintu rumahnya tanpa menutup hordeng di kaca.
“Bagaimana.., bagaimana..?” ujar Tante NAVA sambil menyulut sebatang rokok yang diambilnya dari meja di depan kami.
“Mmm.. begini, aku telah selesai membuat draf acara Ibu dan sekarang..” “Tidak-tidak.., aku tidak membicarakan tentang my party, aku percaya kepadamu kok untuk menghandelnya, kamu kan sudah profesional..” potong Tante NAVA dengan memujiku sambil beberapa kali menghisap rokoknya dalam-dalam.
“Lalu maksud Anda bagaiman itu apa..?” timpalku sambil menatap lurus ke arah wajah Tante NAVA yang masih menikmati hisapan terakhirnya pada rokok yang baru sebentar dinyalakannya.
Sambil mematikan rokok di atas asbak yang tersedia di meja, Tante NAVA mendekatkan posisi duduknya ke arahku.
“Maksudku ini loh Tuan..!” jawab Tante NAVA sambil menyentuh senjataku dan meremasnya, kontan saja ada yang bergerak di dalam celana bahan panjangku. Dan tanpa menunggu jawaban dariku, Tante NAVA sudah menurunkan reslueting celanaku dan tangan kanannya pun masuk menyelinap ke dalam celana dalamku dan langsung dikeluarkannya senjataku.
Setelah itu digoyang-goyangkannya. Ternyata senjataku belum total bangunnya. Sambil menggoyangkan penisku, Tante NAVA melepaskan daster yang dipakainya dengan tangan kirinya, dan.. terlihatlah bukit indah berwarna putih dengan puncaknya yang berwarna hitam cukup besar dan terlihat agak keras puncaknya (size Tante NAVA ternyata 34 dengan cup c)
Rupanya Tante NAVA memiliki hasrat tersimpan kepadaku ketika dia melihatku melakukan persetubuhan dengan Shebi yang waktu itu sedang hamil. Aku memang sudah mengetahuinya dari Shebi kalau Tante NAVA itu adalah seorang penganut free seks, sehingga apa yang dilakukannya padaku saat ini bukanlah sesuatu yang baru untuknya.
Dan menurutku ini adalah kesempatanku juga untuk menikmati tubuh indahnya. Langsung saja tanpa mempedulikan situasi yang ada, seperti hordeng yang masih terbuka lebar, aku pun langsung membelai perlahan bukit putih menantang yang ada di depanku dan belum kupijit atau kupilin puting pyudaranya yang hitam besar.
Dari belaian itu kurasakan ada bintik-bintik kecil mengelilingi ujung puting payudara Tante NAVA (kata orang pertanda yang memilikinya adalah orang yang pandai bercinta). Dan dari aksi Tante NAVA sendiri, dia sudah mulai mengulum senjataku dan terkadang menggigit helm-nya. Mendapat aksi yang cukup asyik itu, tentu saja senjataku menjadi total bangunnya.
Dan tiba-tiba, “Kring.. kring.. (kurang lebih 6 kali berdering)” terdengar deringan yang berasal dari dering handphone milik Tante NAVA, dan bunyi deringnya cukup khusus, karena yang kuketahui, dering handphone Tante NAVA tidak seperti itu.
“Sorie Dra.. kayanya aku harus angkat telepon dulu nih, ini sepertinya dari menejerku deh.. aku takut ada perlu penting, atau mungkin mengingatkan jadwalku..” katanya sambil menyudahi aksinya dengan senjataku, padahal baru saja aku mau menikmati tubuh indahnya, termasuk payudaranya yang menantang itu.
Tante NAVA berjalan menuju meja makan untuk mengambil handphone-nya tanpa terlebih dahulu membenahi dasternya yang terlihat melorot, karena Tante NAVA berdiri dan berjalan begitu saja.
Dan aku masih duduk di posisiku sambil mengocok sendiri senjataku sambil melihat tubuh Tante NAVA yang hanya dibalut oleh celana dalam hitam yang tipis, menambah seksi saja tubuh Tante NAVA yang masih proposional. Lalu setelah memutuskan hubungan handphone-nya, Tante NAVA pun kembali berjalan ke arahku dengan mimik wajah yang agak kecewa.
“Soriee Dra.. aku harus NGAMEN dulu..” ujar Tante NAVA dengan nada agak kecewa (Ngamen berarti dia harus kerja dan berarti.. harus meninggalkanku yang sudah gantung ini). Kemudian Tante NAVA pun mendekatiku sambil tangan kirinya menyisihkan ke samping celana dalamnya
Sehingga terlihat bulu tipis hitam dengan klirotis yang menggantung, dan dia pun langsung bediri di atasku (aku masih berpakian lengkap, tetapi senjataku telah keluar dan dia pun mulai menurunkan pantatnya serta memegang penisku untuk diarahkan ke lubang kemaluannya).
“Tenang Dra.., kita masih ada sedikit waktu, dan aku akan selesaikan dulu tugasku yang ini, baru kita pergi NGAMEN..” ujar Tante NAVA yang dengan sedikit susah payah memasuki penisku ke dalam liang kemaluannya yang sudah memperlihatkan lembab dan basah itu.
Dan setelah beberapa lama dengan usahanya, dia pun sukses dan langsung saja dia mulai aksinya menaik-turunkan pantatnya. Selang beberapa saat saja keringat sudah berpeluh di tubuh kami berdua (kira-kira setengah jam posisi kami seperti tadi dan hanya Tante NAVA yang sudah orgasme).
Sementara aku belum orgasme, meskipun aksi dari Tante NAVA sangat dasyat (maksudnya goyangannya).Dan karena diburu oleh waktu, akhirnya Tante NAVA menyudahi aksi menunggangiku dan langsung menyuruhku melepaskan seluruh pakaianku yang masih melekat (dan memang masih lengkap).
Setelah melepaskan seluruh pakaian yang melekat pada tubuhku, aku pun bugil. Tante NAVA langsung menarikku ke kamarnya dan langsung masuk ke dalam kamar mandinya (di kamarnya yang besar terdapat kamar mandi yang cukup besar pula).
“Gimana nich..? Belum selesai, apalagi keluar, pusing kan kalau nggak selesai gini..” kataku ditengah perjalanan kami ke kamar mandinya.
“Abis kamu LAMBRETA (lambat) sekali sih keluarnya..!” ujar Tante NAVA sedikit ketus. Dan dia pun langsung menyalakan shower, lalu membasahi tubuhnya dan langsung merapatkan tubuh indahnya ke dinding sambil merenggangkan kedua kakinya.
“Ayo Dra.. cepat masukin..! Biar kamu cepat keluar, dan kita teruskan pertarungan ini setelah aku pulang NGAMEN..” pintanya sambil tangannya merebahkan bibir vaginanya.
Melihat posisi tubuh yang menantang ini, aku pun langsung tidak banyak bicara lagi, langsung saja kuhujami senjataku ke liang vagina Tante NAVA yang sudah basah itu.
“Ehm.. ini baru asyik Bu.., Ehmm..” desahku ketika batang kejantananku menghujami dengan gerakan cepat pada liang senggamanya yang sangat menantang itu.
“Iya, cepat..! Cepat.. iya lagi Dra.. terus.. aahh.. ahh..” hanya desahan dan gerakan saja yang mengikuti irama siraman air shower di kamar mandinya. Dan setelah 20 menit berlalu dengan posisi dimana aku menghujami Tante NAVA dari belakang sambil memilin dan memijat payudara Tante NAVA yang tubuhnya rapat dengan tembok kamar mandi, terasa senjataku sudah mulai berdenyut, dan,
“Mbaak.. aku mau..” ujarku terbata-bata dan langsung dipotong oleh Tante NAVA, “Keluarin di dalam saja Dra..!”
“Aku juga mau keluaar lagi..!” teriak Tante NAVA diikuti orgasme yang kedua kali, dan kali ini cairan yang keluar cukup banyak, sehingga membuatku tidak dapat bertahan lebih lama lagi.
“Crot.. crot.. crot..!” akhirnya aku pun orgasme juga. Setelah kami berorgasme ria, Tante NAVA pun langsung menghadiahiku dengan kecupan di bibirku.
“Kamu oks Say..?” bisik Tante NAVA dan langsung dia pun mandi untuk mempersiapkan diri di acara NGAMEN-nya. Aku pun hanya terduduk berbugil ria sambil memperhatikan Tante NAVA mandi.
“Dra.., kalau kamu mau nambah jangan sekarang ya..?” ujar Tante NAVA yang terlihat risih karena pandanganku yang tidak lepas dari tubuh bugilnya. Dan akhirnya setelah mandi, Tante NAVA berpakaian dan juga mempersiapkan kebutuhan NGAMEN-nya.
Aku pun yang sudah berpakaian kembali menunggu Tante NAVA di ruang tamu, karena Tante NAVA memintaku untuk menemaninya ke acaranya itu. Kami pun pada saat acara yang dihadiri oleh Tante NAVA berlangsung, sempat melakukan pertempuran yang singkat, tetapi sangat asyik, karena segalanya disertai oleh perasaan khawatir dan itulah yang membuat permainan singkat kami lebih menarik.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,