Tiba-tiba terdengar ponselku berdering, segera kulihat dan tertera nama Nin Erna memanggil. Ada apa gerangan Nin Erna malam-malam begini meneleponku. Kugeser layar ponsel dan menjawab panggilan itu.
“Halo, nin.”
“Halo aa, malam. Aduh maaf ini malam-malam nin nelepon.”
“Iya kenapa nin, ada apa ini?” jawabku.
“Ini… A, nin mau ngomongin soal pinjamannya Tante Tante Nanda.” Jawab nin sedikit terbata.
“Oh ya, gimana nin?”
Perkenalkan dulu namaku Beni, di keluarga biasa dipanggil Aa Beni. Aku pengusaha yang tinggal di kota JR, asliku berasal dari kota BG. Saat ini aku sedang liburan di kota BG dan menginap di sebuah hotel. Nin Erna adalah adik dari nenek kandungku, dan Tante Tante Nanda adalah anak ke-4 dari Nin Erna. Semua anaknya perempuan; Tante Cici, Tante Lia, Tante Kalya, dan Tante Tante Nanda. Tante Tante Nanda ini usianya lebih muda dariku sebenarnya, dia memang sempat meminta pinjaman dana kepadaku untuk modal usahanya sebesar 200 juta. Sayangnya usaha dia tidak berjalan baik dan malah mengalami kerugian yang besar. Sebenarnya pinjaman itu sudah lama dan sesuai perjanjian memang tenggat waktu pengembaliannya dalam 2 tahun. Karena aku pun perlu uang itu, jadi aku menagih ke Tante Tante Tante Nanda untuk mengembalikannya. Agak kaget kenapa Nin Erna sampai menelepon untuk membicarakan pinjaman Tante Tante Nanda.
Empat anak Nin Erna dari Kiri: Tante Lia, Tante Kalya, Tante Nanda, Tante Cici
“Iya a, kan aa dari kemarin sudah minta Tante Tante Nanda untuk mengembalikan pinjaman itu. Tapi, Tante Tante Nanda belum bisa bayarnya. Gimana ya a, Nin bisa apa ya supaya ini bisa dibicarakan lagi?”
Hmm menarik pikirku. Nin Erna adalah janda berusia 50 tahunan yang tubuhnya sangat terawat dengan baik, wajahnya putih dan cantik, dan aku senang melihat Nin Erna karena bentuk payudara dan pantatnya yang masih padat berisi untuk seusianya. Bahkan keempat putrinya pun mewarisi hal yang sama, makanya saya senang dengan keluarga mereka. Saya jadi kepikiran kesempatan ini untuk bisa menguasai mereka, terutama Nin Erna dulu.
“Gimana ya nin, saya perlu sekali uang itu soalnya. Gini aja deh, nanti saya kirim paket ke Nin dan saya kasih alamat di paket itu. Kita ketemu di sana.”
“Paket apa a?” tanya nin heran.
“Nanti aku kirim pokoknya, dan aku kasih arahan di paketnya. Tinggal diikuti saja.”
“Oh ya atuh Nin tunggu.”
Kurang lebih body Nin Erna, kalau muka seperti artis chintami dan minanti
Segera kukirimkan long dress ketat yang bisa menonjolkan lekuk tubuh Nin Erna. Kuberi petunjuk untuk memakai dress itu dan datang ke Hotel Maya kamar nomor 301 sendiri dan jangan bilang ke siapa-siapa untuk membicarakan pembayaran pinjaman Tante Nanda.
15 menit setelah kukirimkan melalui ojek online, ponselku berbunyi dan ada pesan WA dari Nin Erna. Dia mengirim foto dress itu dan bertanya,
Ini Nin harus pakai baju ini?
Lalu segera kubalas,
Kalau mau ngomongin utang, datang sendiri ke alamat yang aa kirim pakai baju itu.
Malam ini? Atau kapan? Balas Nin.
Besok sore juga ga apa-apa. Balaksu.
Besok Nin datang ke sana.
Tidak kubalas lagi pesan itu. Pikiranku sudah tidak sabar untuk besok hari. Apa yang akan kulakukan kepada Nin Erna? Akan kupersiapkan semuanya biar bisa kudapati apa yang selama ini kuinginkan. Aku harus menaklukan Nin Erna dan menguasainya.
***
Pada sore hari yang cerah ini pada ponselku muncul notifikasi WA yang ditunggu-tunggu daritadi.
Nin lagi di jalan ke sana sekarang.
Pesan singkat yang membuat pikiranku berkecamuk, antara senang, takut, deg-degan, sekaligus horny. Pesan itu hanya kubalas dengan oke. Kamar hotel kurapikan dan kunyalakan aromaterapi supaya suasananya bisa mendukung.
Tiga puluh menit kemudian ada suara bel di kamar hotel yang sudah kupesan. Aku intip dari pintu, ternyata itu Nin Erni. Segera kubuka pintu dan mataku terbelalak, aku terpaku memandangan Nin Erni yang berada di depanku menggunakan dress ketat yang kukirim kemarin. Aku tak bisa berkata apa-apa. Nin Erna berdandan cantik tapi tidak berlebihan, dan yang membuat mataku tak bisa lepas adalah keindahan dari payudaranya yang menonjol luar biasa dalam dress itu, seolah menantangku untuk meremasnya.
Nin Erna pakai dress ketat seperti ini
“A… Aa…!!!”
Panggilan Nin membuyarkan lamunanku dan menyadarkanku dia masih berada di luar.
“Eh Nin, ayo silakan masuk!”
Nin Erna berjalan masuk disusul aku di belakangnya. Luar biasa pemandangan dari belakang ini, bokong Nin Erna yang besar bergerak kiri kanan sangat berirama. Tidak salah aku menyuruhnya memakai dress ketat itu, benar-benar membuat tubuhku berdesir. Mata ini tak bisa berhenti menikmati setiap jengkal lekuk tubuhnya.
“Silakan nin duduk di sana.” Pintaku menunjuk kursi meja kerja yang biasa ada di kamar hotel.
“A, kenapa ya ketemunya di sini dan kenapa nin harus pakai baju ini?”
“Di sini kan lebih privasi dan leluasa buat ngobrol masalah kita nin.” Jelasku.
“Baju itu sebagai hadiah aja buat nin. Dan sepertinya cocok sekali, nin makin cantik.” Pujiku melanjutkan.
Nin Erna hanya tersenyum kecil mendengar pujian dariku. Dia pasti merasa bahwa di usianya masih bisa disebut cantik adalah sebuah kebanggan tersendiri.
“Jadi gimana soal utangnya Tante Nanda? Nin malu sama aa sebenernya.”
“Nin udah tahu perjanjian aa sama Tante Tante Nanda gimana?” Nin menggeleng. “Ok kita liat dulu surat perjanjiannya, ini Nin baca dulu aja.”
Nin Erna serius membaca surat perjanjian utang itu, sementara aku sibuk memperhatikan Nin. Membayangkan apa yang ada dibalik dress ketat itu. Oh Nin Erna, tubuhmu indah sekali walau sudah berumur, ingin rasanya aku menikmatinya. Malam ini akan kubuat kamu dalam kuasaku.
“Nin bisa lihat, disitu janjinya 2 tahun sudah dikembalikan. Dan jika tidak dikembalikan dalam waktu yang sudah ditentukan, aa berhak meneruskan masalahnya secara hukum. Karena ga ada itikad dari Tante Tante Nanda untuk menyelesaikan utangya.” Jelasku.
“Iya a, Nin juga bingung. Tante Nanda juga sudah cerita sama nin. Makanya nin ke sini mau cari Solusi dari aa supaya ini jangan dulu sampai ke urusan hukum.” Nin menghela nafasnya.
“Nin… apa saja bisa nin lakuin supaya masalah ini selesai.” Lanjutnya.
“Apa saja nin?” tanyaku menegaskan.
“Iya a, apa saja.”
“Tanpa kecuali?” tanyaku.
“Hmm… apa pun asal bisa menyelesaikan masalah.”
“Utang Tante Tante Nanda 200 juta, kitab isa selesaikan dengan cicilan. Mau berapa tahun nin cicil ini?” jelasku.
“Pasti cicilannya besar ya a, nin sanggup ga ya bayarnya?”
“Gini, aa ada solusi yang bisa aa tawarin ke nin. Ini antara kita berdua saja nin.”
“Apa itu a?”
“Nin bisa membayar cicilan utang itu dengan nin kerja sama aa. Gimana?”
“Kerja? Kerja apa maksudnya a?”
“Kerja jadi asisten pribadi aa.”
“Aspri? Jadi nin mesti ngapain?”
“Nin mau terima?” nin mengangguk tanda setuju. “Pekerjaan pertama nin sekarang, nin masuk ke kamar mandi di sana. Bersih-bersih, mau mandi dulu silakan. Di kamar mandi aa sudah siapin baju kerja buat nin. Silakan dipakai. Kalau sudah siap, aa tunggu di sini.”
Nin terlihat ragu-ragu untuk melangkah ke kamar mandi. Dia beberapa kali menoleh ke arahku sebelum masuk ke kamar mandi. Aku hanya memberi isyarat dengan tangan untuk memintanya masuk ke kamar mandi. Nin Erna pun langsung masuk ke kamar mandi. Tidak terdengar apa-apa di sana. Aku tunggu sampai 15 menit, dia belum keluar juga. Aku mendekati kamar mandi dan mengetuknya.
“Nin, baik-baik saja? Perlu bantuan?”
“Ng-nggak a, nin ga apa-apa. Ini cuma bingung, ini nin harus ngapain?”
“Nin pakai aja dulu bajunya, nanti aa jelasin di luar.”
Setelah itu terdengar suara shower, sepertinya nin mandi dulu. Sekitar 10 menit aku menunggu akhirnya Nin Erna keluar dari kamar mandi. Dia memakai baju yang kusiapkan, lingerie cosplay maid. Aku akan jadikan dia pelayanku malam ini. Lagi-lagi aku terperanga dan tak bisa melepas pandanganku dari sosok pelayan seksi di depanku. Usia 50 tahun tetapi kulit masih kencang, putih mulus, payudara besar menjulang sangat menantang. Indah sekali.
Nin Erna pakai lingerie maid
“A… Nin pake baju ini harus ngapain ya?” tanya Nin menyadarkanku.
“Ini pekerjaan pertama nin untuk aa. Jadi pelayan aa. Nin harus melayani aa, mulai dari makan, minum, nyusu, sampai seks…”
“Nyusu, seks?” nin bereaksi kaget. “Maksudnya a?”
Aku mendekati Nin, memegang pundaknya, “Iya, nin harus melayani semua keinginan aa, termasuk ini…” tanganku membelai lehernya perlahan perlahan turun ke dadanya.
“Aa…! Apa-apaan ini?” nin menepis tanganku.
“Tenang Nin. Tadi kan nin sudah lihat perhitungan utang Tante Nanda. Dalam 2 tahun harusnya Tante Tante Nanda nyicil ke aa sebesar 8 jutaan tiap bulan. Bisa?” Nin hanya menggelengkan kepala.
“Tuh kan. Sekarang tinggal pilih Tante Nanda atau Nin yang mau nyicil buat lunasin utangnya?”
Nin Erna hanya terdiam, mukanya memerah menahan marah dan malu. Matanya sedikit berkaca-kaca. Ada rasa tidak tega sebenarnya, tapi apa dayaku nafsu sudah menguasai kendali diri. Aku Kembali mendekati Nin.
“Sekarang Nin jadi pelayanku ya. Sekarang lakukan kegiatan seperti berpura-pura sedang membersihkan lantai.” Perintahku.
Nin Erna melaksanakan perintahku, dia pura-pura mengepel lantai dengan membelakangiku. Sontak saja bongkahkan pantatnya yang besar terpampang jelas sekali, sangat seksi sekali. Ternyata dia memakai g-string paketan dari lingerie maid tadi. Semakin membuat kepalaku pusing, langsung aku dekati Nin Erna, kutempelkan tanganku di dua bongkahan pantat itu, aku elus-elus pantat itu yang hangat. Nin Erna hanya terdiam saja. Aku berlanjut memainkan g-stringnya dengan maksud menggesek-gesek memek Nin Erna. Memeknya berbulu tetapi tidak terlalu lebat, sepertinya rajin dibersihkan.
“Jangan a, jangan lakuin ini sama nin.”
“Diam saja nin, nikmati saja. Aa tahu nin sudah lama tidak mendapatkan kenikmatan ini. Sebentar lagi nin akan menikmatinya lagi.” Kataku.
Aku mainkan jariku di memek Nin Erna. Nin Erna hanya melenguh menahan rasa antara malu, sakit, mungkin juga merasa enak. Aku gesek-gesek memek itu sampai memeknya basah.
“Tuh enak kan nin? Sampe basah gini. Udah siap kayaknya.” Godaku.
Aku langsung mengeluarkan kontol dari celanaku yang sedari tadi sudah menjulang tegang. Aku geser g-string supaya kontolku bisa masuk memek Nin Erna. Aku tempelkan kepala kontol ku di bibir memeknya.
“A… jangan… jangan…”
Tak kuhiraukan dia, aku langsung memasukan kontolku ke memeknya dalam sekali dorongan bless… kontolku tertanam di memek hangat Nin Erna.
“Ah…” teriak Nin Erna.
“Gimana nin? Rasanya kontolku? Udah lama ya memeknya ga dimasukin kontol. Nikmati ya!”
Aku langsung memaju-mundurkan kontolku. Memompa Nin Erna dengan doggy style favoritku. Memek nenek 60 tahun ini rapat dan hangat. Sudah terlalu lama tidak ada yang menjamah sepertinya. Semakin cepat kugenjot Nin Erna, semakin nafas dia tidak beraturan, awalnya meringis sampai merintih pelan, dan mendesah kecil.
“Ah…ah…mmmpphhh” rintih Nin Erna.
“Enak nin?” tanyaku sembari melepas kontolku.
“Mmm…Ah…” suara Nin Erna pelan terdengar seperti kecewa.
Aku cabut kontolku dan membersihkanya dengan tisu basah, lalu aku menuju ke wajah Nin Erna. Aku perlihatkan kontolku kepadanya.
“Gimana nin, gede ga? Suka kan nin?” tanyaku.
Nin Erna hanya melongo menatap kontolku yang berdiri tegak dan keras dihadapannya. Aku perlahan mendekati wajahnya, aku sodorkan kontol ini ke mulutnya.
“Ayo nin, sepongin kontol aa!” pintaku.
Nin Erna menggeleng dan menutup mulutnya. Aku terus berusaha memasukkan kontol ke mulutnya, dan akhirnya masuk juga. Aku melalukan gerakan memompa di mulut Nin Erna, aku entot mulutnya.
“Ah… Nin Erna, mulutmu enak juga… isep nin isep…” tak kusangka Nin Erna pun menghisap-hisap kontolku dengan lahap. Sepertinya dia sudah terangsang juga.
Aku sudah tak tahan lagi, aku cabut kontol dari mulut Nin Erna. Aku bopong Nin Erna ke atas ranjang dan kuletakan di pinggiran ranjang. Dengan posisi ini aku bisa melihat payudaranya yang besar. Aku Kembali beraksi memasukkan kontolku ke memek Nin Erna dengan posisi misionaris ini. Aku buka lingerie bagian atasnya hingga payudaranya terlihat dengan jelas. Dengan posisi ini Ketika aku genjot payudaranya ikut bergoyang menambah suasana semakin sensual.
“Nin, tetekmu gede banget. Aku suka sekali, sering aku membayangkan tetekmu. Sekarang akan aku nikmati!” aku menggenjot nin sembari menghisap payudaranya. Bergantian kiri kanan. Mulut menghisap pentil kiri, dan tangan memainkan pentil kanannya.
“Hhmm…ah…ah…” hanya desahan kecil yang terdengar dari Nin Erni.
Mungkin sekarang dia sudah pasrah aku entot, juga mungkin dia meraskan kenikmatan yang selama ini sudah tidak didapatinya lagi.
“ah… nin… Enak… enak… banget memeknya nyedot, memeknya jepiiiit bangeettt!!!” entah tiba-tiba kontolku terasa seperti dihisap oleh memek Nin Erna.
Sepertinya dia merasakan kenikmatan, semakin kencang sedotan memeknya semakin kencang kugenjot dia. Semakin kencang kugenjot, tiba-tiba kurasakan memeknya semakin kencang menghisap kontolku dan badan Nin Erna bergetar kuat sekali. Sepertinya dia orgasme.
“Udah keluar nin? Enak ya?” kataku.
Nin Erna hanya menutup matanya tanpa berkata-kata.
“Ayo jepit lagi nin, sebentar lagi aku keluar.”
Semakin keras aku genjot, semakin cepat kontolku mengentot memek Nin Erna.
“Ah…nin aa mau keluar… enak…”
“Jangan di dalem, A!” tiba-tiba Nin Erna teriak.
Aku yang sudah tak tahan tidak menghiraukannya, dan croooooootttt… Spermaku menyemprot kencang di dalam memeknya Nin Erna.
“Ah… nikmat!”
Nin Erna segera mendorong tubuhku dan melepas kontol dari memeknya. Dia buru-buru lari ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian dia keluar dari kamar mandi.
“Aa, kenapa dikeluarin di dalem?” tanya Nin Erna.
“Ga kuat nin, enak bangeet! Kenapa emang?”
“Aa jahat, kenapa lakuin ini sama nin? Nin masih bisa hamil”
“Wah masa, kan udah menopause?” tanyaku kaget.
“Belum, nin masih rutin mens. Jadi masih bisa hamil.”
“Gimana dong nin? Nanti hamil?”
“Tadi udah nin cepet bersihin, nanti nin minum obat biar ga hamil.”
“Jadi aman nin? Bisa dong nanti lagi?” tanyaku.
Nin Erna hanya diam saja.
“200 jutanya belum lunas loh!” jelasku.
“Iya!” jawab nin singkat dan langsung merapikan lagi pakaiannya.
“A… nin pulang dulu ya!”
“Iya nin, makasih ya. Nin Enak banget, aa bakal rajin ke sini buat nagih utang hehe…” lalu aku mengantar nin ke pintu dan memasukan amplop berisi uang ke dalam tasnya.
Sebelum Nin Erna melangkah ke luar pintu, aku tarik sebentar lalu aku cium bibirnya dengan penuh nafsu. Dia sempat membalas tapi tak lama, dilepasnya bibirku.
“Nanti lagi A!”
Lalu dia pergi meninggalkan kamar hotelku.
Sejak kemarin malam setelah video call dengan Nin Erna yang sangat membara aku sudah tak sabar ingin segera menuju kota BG untuk menemui Nin Erna. Kontol ini tidak berhenti ngaceng setiap bayangin Nin Erna. Pagi ini setelah menyelesaikan semua, aku berangkat segera ke kota BG. Kulajukan mobil dengan kecepatan tinggi agar segera tiba di rumah Nin Erna. Butuh empat jam dari kota JR ko kota BG dengan mobil via tol. Untungnya lalu lintas dalam keadaan lancar. Tanpa berhenti lama di tempat istrihat, aku segera memacu mobil ke rumah Nin Erna. Sebuah komplek perumahan kluster yang penghuni yang sedikit dan tetangga yang tidak terlalu bersahabat, hanya saling menyapa sekadarnya.
Tiba di rumah Nin Erna aku langsung mengetuk pintu dan memanggil Nin.
“Permisi… Nin… Nin Erna!!!” panggilku.
Agak lama tidak ada yang membuka, aku ketuk pintu lebih kencang.
“Iya… tunggu sebentar.” Sahut suara dari dalam.
Pintu terbuka dan Nin Erna kaget melihatku, “Eh ada A Beni udah dateng ke sini. Cepet ya! Ayo masuk!”
Aku pun masuk ke rumah dan langsung terpeson melihat Nin Erna. Betapa tidak, Nin yang selesai aerobic sepertinya, masih menggunakan pakaian senamnya. Pakaian gym yang super ketat sehingga menonjolkan lekuk paha, betis, dan pantatnya yang besar. Atasanya model tank top yang ketat juga, otomatis tetek Nin Erna menggoda untuk aku tatap.
Penampakan Nin Erna dengan pakaian senamnya
“Aa… apa kabar? Cepet banget udah ke sini.” Nin Erna membuyarkan lamunan, meraih tanganku untuk bersalaman.
Ketika salaman langsung aku tarik Nin Erna dan mencium pipi kiri dan kanannya.
“Eh, aa nyosor aja. Nin masih keringetan juga.”
“Hehe… abis ngapain Nin? Sepi di rumah?”
“Lagi senam tadi. Di rumah Nin emang sendiri, kan anak-anak sama suaminya masing-masing.”
“Wah sepi, Nin ga ada suami? Sama aa aja.” Godaku.
“Ih si aa nakal ya. Sok duduk dulu, Nin mau ngambil minum dulu.” Nin beranjak dan pergi ke dapur.
Aku yang sudah sange dari kemarin sama Nin, hanya diam semenit di ruang tamu lalu menyusul Nin ke dapur. Di dapur kulihat Nin sedang menyiapkan minuman dingin, dari belakang jelas terlihat pantat bulat semok itu. Langsung kusergap Nin dari belakang, kupeluk tubuhnya, tanganku melingkar di perut Nin. Aku menghirup lehernya dari belakang.
“Nin, aa kangeen…” kubisikan itu di telinga Nin. Nin menggelinjang kegelian.
“Kenapa a? bentar dong, Nin masih keringetan gini.”
Tanpa kuhiraukan aku tetap memainkan tanganku di lehernya, mencium lehernya. Mendekatkan kontolku ke belahan pantatnya.
“Keringet ini seksi Nin. Tambah bikin nafsu.”
“Hmm… sange ya a? ini ada yang ngeganjel di pantat Nin. Apa ya?” tanyanya sambil cengengesan.
Aku semakin menekankan kontolku ke pantatnya, aku remas kedua tetek besarnya, aku mainkan tetek itu di balik tanktop yang basah yang ternyata tidak memakai dalaman, baik CD dan BH. Semakin kencang permainan tanganku di teteknya, semakin mendesah Nin Erna.
“Ah…mmmm….hhhh…aaaahhh… aa…”
Aku balikan badan Nin Erna, targetku melumat bibir merahnya. Aku cium bibirnya, aku masukan lidahku menjelajahi mulutnya. Nin Erna membalas ciumanku tak kalah nafsu, dilumat balik bibirku dan sesekali menggigit kecil bibirku. Semakin bernafsu aku dibuatnya, tangan kiriku masih asik meremas dan memainkan tetek di luar tanktopnya, tangan kananku sedang asik bergerilya di memek yang masih tertutup celana gym, tanpa CD. Gundukan daging punjaan lelaki itu sangat kenyal, bulu-bulu halus terasa di balik celananya.
“Aa…mmm…geliii…enak…” desahnya yang membuat ciuman kami terlepas.
Aku segera menarik tanktopnya ke bawah, tidak kubuka agar sensasinya berbeda. Tanktop diletakan di bawah teteknya yang besar.
“slurppp”… aku langsung menciumi teteknya, menjilat, dan menyedot putingnya yang besar. Tetek sebelahnya aku pilin putingnya dan kuremas-remas. Teteknya yang basah dengan keringat mengeluarkan aroma kecut yang membuatku bertambah nafsu, aku jilati keringatnya yang asin tapi tidak mengurangi nafsuku untuk memainkan seluruh tetek Nin Erna.
“Sedot a… hisap susu Nin… enaaaak… ah…ah….” Racau Nin Erna, sementara aku sibuk sendiri.
Tanganku beralih lagi ke memeknya, aku mainkan memeknya di balik celana gym Nin Erna. Aku gesek-gesek naik turun, sesekali kubuat gerakan memutar dan gerakan pura-pura memasukan jari ke memeknya.
“Aah… terus a terus…” pegangan tangan Nin Erna di tepian meja kitchen set semakin kencang.
Kakinya meregang dan menengang, puting teteknya semakin tegak dan kencang. Memeknya kurasakan berdenyut.
“Ah… terus a, gesek… kenceng…. Ah…ah… ah…”
Badan Nin Erna begetar kencang, pegangan tangannya semakin melemas, kakinya seperti tak kuat berdiri.
Aku tatap matanya, “Enak Nin? Keluar?” Nin hanya tersenyum tidak berkata.
Aku bopong Nin Erna dan ku bawa ke matras tempat Nin tadi senam aerobic. Kurebahkan Nin Erna di sana, aku lucuti celanannya sampai terlihat gundukan memek yang sudah basah.
“Giliran aa ya, mau ngentot Nin!” kataku sambil melepas celana dan CD.
“Duh burungnya udah ga tahan ya a? sini masuk!” sahut Nin sambil menepuk-nepuk tangannya di memek dia.
Bless….. kontolku masuk sempurna ke memek Nin Erna yang terlentang indah.
“Ah…” desahnya.
Aku memompa memek Nin Erna dengan posisi misionaris ini, terlihat teteknya berguncang maju mundur seiring genjotanku. Sesekali kuremas dan kuhisap tetek itu, tak akan kubiarkan mengganggur terlalu lama.
“Ah…ah… aa kuat banget… burungnya gede gini…”
“suka ga Nin?”
“Suka. Nin udah lama ga dimasukin, Nin enaaak… ayo aa…”
“ah Nin… diapain ini?” aku merasa kontolku semakin dijepit sama memek Nin.
“hehe…nikmati a…ini bonus bayar cicilan a…”
“terus Nin…jepit!” semakin cepat aku menggenjot Nin Erna.
“ah…mmm…aa… enak aa… genjot teruss…”
“iya Nin…memek Nin enak banget…”
“kontol aa juga enak… ini Nin kasih enak lagi…” semakin dijepit kontolku di dalam memeknya.
“Ah… Nin ga kuaat!!!”
Setelah menggenjot 15 menit dalam posisi itu, akhirnya aku tubruk badan Nin Erna. Aku sedot teteknya, aku kencangkan genjotanku…
“Ah…ah… Nin… Aa mau keluar… ah… aha……!”
Croooooot!!!! Sperma ku menembak di dalam memek Nin Erna. Rasanya lega sekali.
“Enaaakk a?”
Aku mengangguk, “Ga apa-apa di dalem Nin?”
“Ga apa-apa, aman. Nin udah minum obat, kok”
Aku tersenyum, kucium bibirnya dan ambruk di atas tubuh seksi Nin Erna.
“Capek a…?”
“Iya… Nin bikin lemes”
“Hehe… aa bisa aja. Nin mandi dulu atuh a…”
“Ikuuuut” sahutku.
Kulepas kontol dari memek Nin Erna. Nin beranjak dan menuju ke kamar mandi. Aku beranjak dan menyusul Nin ke kamar mandi.