Cerita dewasa: Pulang ke rumah, aku kaget melihat istriku ngentot dengan dua pria lain (part 3)

Author:

(Lanjutan dari part 2)

“Aarrhhhh gede banget sayang, sesek memekku” desahku saat penisnya masuk seluruhnya. Ak lalu bergoyang diatas tubuhnya dengan nafsu yg membara. Mas Be yg gemas segera meremas payudaraku dan memainkan putingnya baik itu dengan jarinya atau dengan mulutnya. Kunikmati sodokan penisnya di memekku, kunikmati jilatan, kuluman atau gigitannya di putingku. Kuresapi rasa perih di pantatku akibat tamparan tangannya. Semua yg ia lakukan terhadap tubuhku sebisa mungkin kunikmati dengan penuh birahi. Hingga akhirnya ak meraih orgasme yg entah ke berapa hari ini. tubuhku mengejang diiringi desahan nikmat yg keluar dari mulutku.

“Aasrhhhhh ssshhh aahhh nikmat banget sayang aahhhhh” jeritku saat badai orgasme menerpa tubuhku. Seketika tubuhku lemas dan ambruk menindih tubuh mas Be. Mas Be dengan lembut mengelus rambut dan punggungku. Ia juga dengan mesra mencium keningku membuatku melayang.

“Ak belum keluar lho sayang” ucap mas Be saat ak dianggap kelamaan mengatur nafas.

“Hehehe maaf sayang, habis nikmat banget ngentot sama sayangku. Sebagai ganti permohonan maaf hukum dan siksa ak sayang” ucapku pada mas Be. Ia lalu mengambil beberapa buah jepitan baju yg telah ia siapkan dan menyuruhku untuk kembali bergoyang diatas tubuhnya. Ak kembali menaik-turunkan pinggulku, mas Be dengan mantap memegang 1 payudaraku. Mas Be dengan sadisnya menjepit putingku dengan penjepit baju lalu memuntirnya.

“Aaaarrrkkkkkkhhhhhh” jeritku kesakitan namun mas Be tidak menghentikan aksinya. Ia kembali menjepit bagian payudaraku dengan penjepit baju hingga kedua payudaraku dihiasi jepitan baju. Mas Be dengan seenaknya memuntir penjepit yg bersarang di kedua payudaraku. Kuresapi rasa nikmat dan rasa sakit yg menjalari tubuhku. Ak sudah pasrah menerima apapun perlakuannya. Tubuhku semakin liar bergerak diatas tubuhnya, naik turun maju mundur dan kadang kuputar pinggulku membuat mas Be merasakan keenakan. Ak kembali mempercepat gerakanku karena ak akan kembali meraih orgasme. Mas Be yg mengetahuinya hanya tersenyum dan membiarkanku meraih orgasmeku. Setelah

orgasmeku reda mas Be membalikan tubuhku hingga ak berada di bawah. Ia buka pahaku lebar-lebar lalu melesakkan kontol besarnya.

“Aarrhhhh” rintihku saat mas Be menghentakkan pinggulnya hingga kontol besarnya terbenam seluruhnya di memekku. Kupandangi wajahnya dan kupagut bibirnya. Mas Be mulai menggenjot tubuhku dengan ritme beraturan membuatku semakin merintih dan mendesah nikmat. Jepitan baju yg bersarang di payudaraku segera ia cabut karena mengganggu tangannya. Ak sudah benar-benar pasrah mau diapain aja olehnya. Mataku terpejam menikmati sodokan kontolnya di memekku ditambah remasan tangannya di payudaraku. Sungguh kenikmatan yg sangat luar biasa yg tak pernah kudapat dari suamiku. Ak seakan tak peduli dengan statusku hingga ak semakin terbang melayang.

“Aaakkkhhhh ak mau keluar” ucap mas Be yg semakin cepat menyodok memekku

“Bareng sayang aaarhrhhh ak mau keluar lagi.” Mas Be yg mendengar rintihanku segera membekap tubuhku. Ak membalasnya dengan memeluknya sementara kakiku membelit kakinya.

“Aaarrrhhhhh keluar sayang aawrhhhh” jeritku saat orgasme kembali menerpa tubuhku. Mas Be lalu menyusul orgasmeku, ia hentakan penisnya kuat-kuat hingga penisnya semakin terbenam di memekku. Lalu kurasakan cairan hangat menyirami rahimku sebanyak 5 atau 6x. Nafas kami sama-sama memburu seperti orang habis lari maraton. Mas Be lalu memagut bibirku dan kubalas pagutannya seakan ini yg terakhir. Setelah nafas kami mulai normal mas Be merebahkan tubuhnya di sampingku dan memeluk tubuhku erat.

“Makasih Mas Be sayang. Mila puas banget hari ini” ucapku kembali mencium pipinya. Mas Be tersenyum lalu membalas ciumanku.

“Makasih juga ya Mila sayang. Mas juga puas, kamu memang pinter melayani pria” ucap mas Be kembali memagut bibirku.

Kami berciuman agak lama sebelum dering ponselku menyadarkanku. Kulepas pagutan dan pelukannya, lalu kuraih ponselku. Terdapat beberapa pesan dari guru paud rangga dan suamiku. Pertama tentu kubalas pesan suamiku dengan emot cium. Lalu kubuka pesan berupa foto dari guru rangga. Ak amati perkembangan

anakku saat berada di paud yg kini sudah semakin besar. Saat ak sedang melihat foto kegiatan anakku, mas Be memelukku dari belakang. Ia kecup belakang leher dan telingaku membuatku merasa geli. Kami lalu melihat beberapa foto rangga di ponselku.

“Anakku dah besar ya”

Kembali ke Pov Agus

aku pulang hampir tengah malam, saat ak buka pintu kulihat istriku Mila tertidur di sofa. Satu tangannya masih memegang ponselnya dan kulihat ia berusaha menghubungiku beberapa kali namun tidak terjawab karena ponselku kehabisan daya. Ak lalu membopong tubuhnya ke dalam kamar dan ku rebahkan di ranjang. Ak lalu mengambil ponselnya dan dengan sedikit pengetahuan ak berhasil meretas ponselnya. Ak lalu menaruh ponsel istriku di meja rias, kemudian ak cuci muka dan cuci kaki lalu berganti pakaian. Ak segera ikut rebahan di ranjang di samping istriku, kuselimuti dirinya dan ak lalu kucoba memejamkan mata. Ak senyum-senyum sendiri mengingat kejadian di rumah Nisa. Tak disangka sebelumnya jika ia memendam rasa padaku, hal itu ia ungkapkan sesaat sebelum ak pamit pulang. Ia dengan sendirinya menggenggam tanganku lalu menyenderkan kepalanya di lenganku.

“Jika suatu saat nanti ak dipinang seseorang ak ingin pria itu memiliki sifat seperti bapak” ucapnya membuatku menoleh ke arahnya. Iapun tersenyum memandangku lalu memeluk lenganku. Kubiarkan beberapa saat sambil melangkah menuju mobilku yg terparkir di sebrang jalan.

— Kejadian Dirumah Nisa —

Masih Pov Agus

Ak tiba dirumah kedua orang tua Nisa setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit. Meski rumahnya cukup deket namun karena terjebak macet akhirnya kami tiba dirumahnya menjelang magrib. Ak disambut kedua orang tua Nisa dan ak langsung dipersilahkan masuk. Ak diperkenalkan ke seluruh anggota keluarganya, sampai ke keluarga besarnya juga dikenalkan. Ak dan kedua orang tuanya basa-basi sebentar lalu kami melanjutkan utk beribadah di masjid dekat rumahnya. Selepas beribadah ak kembali ke

rumah Nisa dan betapa terkejutnya diriku saat orang tuanya menjamuku seakan tamu penting. Mulai dari makanan ringan hingga makanan berat mereka sajikan. Tak lupa beberapa minuman dingin maupun panas tersaji dengan rapi di meja ruang tamu. Ak yg tak biasa makan berat selepas petang hanya mengambil cemilan dan secangkir kopi.

“Nak agus sy ijin merokok ya, nak Agus merokok juga gak?” ucap ayah Nisa yg bernama pak Broto.
“Wah silahkan pak, sy juga perokok tapi gak sering. 1 bungkus bisa 2 hari baru habis” balasku sembari kukeluarkan sebungkus rokok. Ak dan Pak Broto ngobrol banyak hal, terutama tentang Nisa putri keduanya.

“Dulu waktu Nisa udah diangkat jadi karyawan tu dia seneng banget. Sampai-sampai dia bela-belain berangkat paling awal pulang paling akhir. Bapak sih seneng liat Nisa yg biasanya manja udah berubah jadi lebih mandiri” ungkap Pak Broto. Jika diingat-ingat Nisa dulu anak magang yg gak diterima divisi akunting. Lalu Pak Gun meminta Nisa untuk magang di divisi marketing. Entah gimana ceritanya akhirnya Nisa mau. Kebetulan saat itu ak menjabat supervisor dan kulihat kinerjanya bagus. Maka tak heran Pak Gun setuju saat ak mengusulkan Nisa untuk diangkat karyawan. Kuingat lagi awal-awal Nisa magang sering kumarahi karena kinerjanya kurang bagus. Namun lambat laun dia bisa memahami alur kerjanya dan berhasil closing di bulan pertama ia magang. Tentu hal itu menjadi nilai plus, ditambah saat itu divisi marketing merupakan divisi inti di kantor cabang.

Jam 7 kurang acara pertunangan kakak Nisa dimulai. Ak yg awalnya hanya duduk di ruang tamu diajak Nisa untuk ikut acara. Kulihat sekilas Nisa tampak sangat cantik, lebih cantik dari biasanya. Dengan gamis dan jilbab warna krem membuat kecantikan dirinya semakin terpancar. Ak yg awalnya kikuk menjadi lebih relaks setelah tiba-tiba Nisa menggandeng tanganku. Hingga pada satu waktu ibu Nisa yg bernama bu Siti nyeletuk,

membuatku tersipu

“Nisa tuh sering ngomongin nak Agus lho” ucap bu Siti, Nisa yg disampingku melotot seakan meminta ibunya tidak berbicara lebih banyak.
“Oohh pantes telinga saya sering panas bu. Ternyata ada yg ngomongin saya” jawabku asal membuat Nisa semakin tersipu.
“Ibu kira tuh nak agus udah berumur banget. Eh taunya masih seger banget, tau gitu daridulu ibu minta kenalan” ucap bu siti yg langsung mendapat deheman dari pak Broto. Nisa kulihat senyum-senyum sendiri. Entah apa yg ada di pikirannya. Tapi bisa kusimpulkan jika Nisa sedikit memendam rasa padaku. Ak lalu memanfaatkan momen tsb untuk mengalihkan pikiran negatifku terhadap Mila istriku. Ak semakin erat menggandeng tangannya, bahkan tak jarang ak merangkul pundaknya atau melingkarkan tanganku di pinggangnya.

Acara dilanjutkan dengan syukuran Pak Broto yg purna tugas. Ak semakin nyaman berada di keluarga Nisa sampai-sampai ak lupa dengan kondisi rumah. Jam 10 malam, ak ijin pamit pulang. Kusalami kedua orang tua Nisa dan kuucapkan Selamat pada kakak Nisa yg sudah bertunangan. Sebelum masuk mobil Nisa semakin tersipu saat tiba-tiba ak memeluknya.

“Makasih ya, atas perjamuannya” ucapku pada Nisa yg masih kupeluk. Nisa mendongakkan kepalanya, kami sama-sama tersenyum dan Nisa semakin erat memelukku.
“makasih pak sudah mau datang. Hari ini Nisa seneng banget” balas Nisa. Kali ini ia menyandarkan kepalanya di dadaku. Ak merasa ada benda kenyal yg menekan atas perutku, kubiarkan beberapa saat karena ak juga menikmati momen ini atau lebih tepatnya mendadak jadi. Ak yg sebelumnya hanya memandang Nisa sebagai bawahan di kantor kini memandangnya dengan perasaan berbeda. Ak lalu melepaskan pelukanku dan dengan tiba-tiba ak mencium pipinya. Nisa sempat mematung karena aksiku yg terlalu nekat. Nisa sampai tak bisa berkata-kata hingga ak masuk mobil dan meninggalkan dirinya. Entah apa yg dia rasakan, namun ak senang sekali ada yg bisa mengalihkan pikiranku terhadap

kelakuan bejatnya.

Keesokan paginya semua terjadi seperti biasanya. Ak dan istriku sibuk mempersiapkan berbagai keperluan untuk beraktifitas hari ini. Lalu ak berangkat ke kantor sementara istriku mengantar rangga ke paud. Yang membedakan situasi pagi ini adalah ak yg tidak terlalu menaruh curiga pada istriku. Ak mencoba bersikap seakan ak tidak pernah mengetahui perselingkuhannya. Mulai hari ini ak hanya ingin fokus dengan tujuanku yakni mengumpulkan bukti perselingkuhan istriku dan mempertimbangkan hasil akhir. Sampai-sampai seharian ini ak tidak sekalipun mengecek cctv. Selain itu hari ini ak mulai lebih deket dengan Nisa. Seharian ini entah berapa kali ak mencium punggung tangan Nisa atau tiba-tiba mencium pipinya. Nisa yg mendapat perlakuan berbeda dariku sama sekali tidak protes atau menolak. Ia seakan mempersilahkan diriku untuk masuk ke hidupnya. Bahkan ak sempat meminta Nisa untuk pindah ke ruanganku. Namun ia belum mengiyakan permintaanku karena takut menimbulkan kecurigaan.

1 minggu 2 minggu berlalu. Ak dan Nisa semakin lengket, tak jarang ak mengantarnya pulang. Ak dan Nisa juga sering jalan berdua setelah jumpa klien. Atau ak yg mengajak Nisa keluar untuk makan siang bareng tentu dengan alibi jumpa klien agar karyawan lain tidak curiga. Hubunganku dengan Nisa semakin dekat dan melangkah lebih jauh. Ketika sedang berdua dengannya ia akan memanggilku dengan sebutan Mas, sementara ak memanggilnya Dek. Hubunganku dengan istriku juga terlihat biasa-biasa saja. Ak sudah hampir tak pernah mengecek cctv dan seakan membiarkan perselingkuhan istriku tetap berlanjut. Meski ak sempat curiga saat tengah malam istriku bangun dari ranjang menuju dapur. Kuintip dirinya yg sedang selfi dengan ponselnya. Ia lalu mengetik sesuatu di ponselnya dan tak lama kemudian ia senyum-senyum sendiri. Ak lalu memutuskan untuk kembali tidur dan menanti esok hari. Karena di kantor ada Nisa yg menjadi pelipur lara. Hubunganku dengan Nisa berjalan selama 2 bulan berikutnya.

Pov Mila

Malam itu entah kenapa ak

sulit sekali memejamkan mata. Suamiku sudah tertidur pulas sejak sejam yg lalu. Ak merasa gelisah bukan karena ak tidak terpuaskan namun ada suatu hal yg mengganggu pikiranku. Gelagat suamiku juga biasa saja, ia beraktifitas seperti biasa pagi hingga sore bekerja dan malamnya waktu buat keluarga. Setelah beberapa saat ak memutuskan keluar kamar dan mengambil minum di dapur. Kutenangkan diriku dan mensugesti pikiranku jika semuanya baik-baik saja. Setelah cukup tenang ak kembali ke kamar ketika ak hendak merebahkan tubuhku. Tak sengaja ak melihat ponsel suamiku yg menyala. Ak yg penasaran segera mengambil ponselnya dan kulihat ada beberapa pesan dari bawahannya dan sebuah pesan dari seseorang yg membuat jantungku berdegup lebih kencang.

“Hati-hati dijalan mas ☺” isi pesan Nisa pada suamiku yg dikirimkan sore tadi sebelum suamiku sampai rumah. Setelah berpikir sejenak ak lalu membalas pesannya untuk mencari tahu ada apa gerangan

“Mas?” balasku.
“Astagfirullah, maaf Pak Agus sy salah kirim. Harusnya Agus pacar saya. Mohon maaf sekali lagi Pak Agus dan mohon maaf sudah mengganggu istirahatnya” balas Nisa dengan perasaan bersalah. Bisa-bisanya dia salah kirim. Untung Nisa segera membalasnya, sehingga ak tak perlu merasa curiga. Ak tidak membalas pesannya, dan segera merebahkan tubuh lelahku di samping suamiku. Lelah bukan karena bekerja atau melakukan aktifitas yg berat. Melainkan lelah karena dari pagi sampai siang ak memacu birahi dengan kedua pejantanku.

Keesokan harinya

Ak beraktifitas seperti biasa, melayani suamiku sebelum ia berangkat kerja dan mengantar rangga ke paud. Setelah mengantar anakku, ak lalu menuju warung sayur untuk belanja kebutuhan dapur. Setelah berbelanja ak segera pulang agar bisa secepatnya menyelesaikan pekerjaan rumah dan memasak masakan favorit suamiku.

Setelah sampai rumah, ak dikejutkan dengan kehadiran mas Be. Tak biasanya ia datang disaat bukan jadwalnya meminta jatah nikmat dariku. Ak lalu mengajaknya masuk dan segera mengunci pintu.

“Mas Be sayang,

kok tumben datang. Mau minta jatah ya?” ucapku manja sembari mulai melepaskan pakaian yg kukenakan.

“Hehehe itu nanti saja sayang. Tapi ada 1 hal yg perlu kuberitahu padamu” balas mas Be sembari menarik tubuhku hingga ak duduk dipangkuannya. Ia memagut bibirku dan dengan gemas meremas payudaraku. Kunikmati pagutan dan remasan tangannya, ak hendak membantunya melepas kaosnya. Namun mas Be menahannya, ia lalu mengambil ponsel di saku celananya. Ia lalu menunjukkan sesuatu padaku yg membuat dadaku bergemuruh serta rasa tak percaya dengan apa yg kulihat di ponsel Mas Be.

“Ak tau ini bakal menyakiti perasaanmu tapi ak pikir kamu perlu tau” ucap mas Be disaat ak masih terpaku dengan apa tg yg kulihat.

“Jadi firasatku semalam itu benar adanya” batinku dan seketika air mataku menetes di pipiku.

Kembali ke Pov Agus

Hubunganku dengan kedua wanita di hidupku masih berjalan seperti biasanya. Hingga suatu hari Nisa ijin tidak masuk kerja karena sakit. Awalnya cuma 2 hari namun setelah 2 hari ia meminta ijin tambahan 2 hari lagi. Ak mencoba menghubunginya beberapa kali lewat telepon namun selalu di reject. Ak lalu membiarkan dirinya agar bisa beristirahat dan memutuskan sore nanti ak menjenguknya. Ak lalu melalui hari tanpa kehadiran Nisa, ak yg merasa bosan memilih untuk membuka situs web yg terhubung dengan cctv. Dan seperti yg ak duga istriku beberapa kali mengajak 2 selingkuhannya ke rumah. Mereka saling memaci birahi sampai tiba waktunya Mila menjemput rangga di paud. Kejadian itu terus berulang setiap 2 hari sekali. Ak yg emosi lantas mengumpati istriku berkali-kali. Sepertinya memang tidak ada lagi yg perlu dipertahankan. Ak harus segera mengambil tindakan dan memutuskan hasil akhir. Namun seketika bayangan rangga yg menangis saat masih bayi terlintas dikepalaku. Ak dan Mila sudah menanti kehadiran buah hati selama hampir 4 tahun. Seketika ak dilema, antara berpisah atau bertahan. Satu

sisi ak tidak ingin rangga merasakan apa yg kurasakan saat ak masih sd. Tapi di satu sisi ak tidak bisa mempertahankan pernikahanku dengan Mila karena ia sudah terlalu jauh berkubang dalam nafsu perselingkuhan tanpa ujung.

Ditengah kekalutanku, ponselku tiba-tiba berdering. Terpampamg di layar ponselku nama Nisa. Ak lalu menjawab panggilannya dan menanyakan keadaannya.

“Halo Dek, gimana keadaanmu?” tanyaku. Seketika hening dan kudengar suara Nisa yg sesenggukan.

“Halo Dek, kenapa? Ada apa denganmu?” tanyaku lagi. Tapi tiba-tiba Nisa mematikan sambungan telponnya.

Pov Nisa

— 3 hari yg lalu —

Sore hari ini ak pulang menggunakan ojek online. Setelah ak semakin deket dengan Pak Agus atau yg sekarang kupanggil Mas Agus hampir tiap hari ak diantar pulang. Meski ak beberapa kali mengingatkannya agar istrinya Mila tidak curiga. Namun ia kekeh dan mengatakan jika semuanya baik-baik saja. Sedangkan aku?? Tentu saja ak sangat senang, siapa sih yg gak seneng di anter pulang oleh pria idamannya? Sore itu setelah ak membereskan pekerjaan dan membereskan meja kerjaku ak segera pamit pulang. Mas Agus tidak bisa mengantarku pulang karena ada zoom meeting antara direksi pusat dan manajer divisi di kantorku. Setelah driver ojol tiba di parkiran kantor ak segera turun dan segera pulang.

Hampir 3 bulan ak menjalani kisah terlarang dengan mas Agus. Kami semakin dekat hingga kami tak malu lagi untuk mencium pipi atau bibir. Tak jarang mas agus mencium pipiku saat berada di ruangannya, atau saat kami jalan di mall setelah jumpa klien. Kedua orang tuaku juga sangat welcome dengan kehadiran mas Agus. Ak senang orang tuaku juga senang, itulah yg ak pikirkan.

Setibanya ak dirumah, ak menyalami kedua orang tuaku yg sedang bersantai di teras rumah. Ak lalu masuk kekamarku dan segera mandi untuk menyegarkan tubuhku. Selesai mandi ak ke dapur membuat secangkir teh hangat dan

duduk bersama dengan orang tuaku di teras. Tak lama setelah ak duduk, sebuah mobil berhenti di depan rumah. Begitu penumpangnya turun jantungku seketika berhenti berdetak. Keringat membasahi dahiku, dan ak mematung melihat kedatangan seorang wanita dengan pakaian tertutup namun terkesan sangat anggun dan mewah.

“Assalamualaikum” ucap Bu Mila, membuatku segera tersadar dengan apa yg akan terjadi.
“Waalaikum salam” balasku terbata-bata karena tak menyangka hal ini terjadi begitu cepat. Ak hendak menyalami bu Mila dan mengajaknya masuk. Namun tanganku segera ditepis olehnya.

“Tenang aja Nisa, saya disini gak lama kok. Saya cuma mau minta tolong ke kamu untuk jauhi mas Agus ya. Kerja seperlunya aja, dan kalo kerjaan dah beres segera pulang. Kasihan orang tuamu nunggu di rumah” ucap bu Mila membuat air mataku menetes di pipi.

“Maaf mbak ini siapanya mas Agus?” tanya bapakku penasaran

“Ohh maaf pak belum kenalan. Saya Mila, istri sahnya mas Agus yg sering nganter Nisa pulang” sambung bu Mila. Seketika ibuku menghentikan aktifitasnya dan menatapku tajam.
“Itu aja ya Nisa, kamu masih muda lho. Kamu gak mau kan dicap PELAKOR? Masih banyak kok perjaka diluaran sana yg masih single dan belum BERISTRI. Itu aja ya, maaf kalo mengganggu waktu nyantainya. Assalamualaikum” ucap Bu Mila dengan nada penuh penekanan. Ia lalu masuk kembali ke mobilnya dan segera meninggalkan rumahku.

“Bapak minta penjelasan langsung darimu ya sayang” ucap bapakku. Seketika tubuhku lemas, kepalaku terasa berat, pandanganku gelap dan ak tak tau mulai dari mana ak menjelaskannya pada orang tuaku.

Pov Agus lagi

Ak tiba dirumah Nisa setelah ashar, ak sengaja datang sebelum jam pulang kantor agar setelah dari rumah Nisa ak bisa langsung pulang. Kuketuk pintu rumah orang tua Nisa sembari mengucapkan salam. Tak lama pintu terbuka dan Pak Broto segera mengajakku duduk di kursi yg

berada di teras.

“Nisa gimana keadaannya pak?” tanyaku pada Pak Broto, namun tidak seperti biasanya. Ia menatapku dengan wajah penuh amarah. Seketika firasatku mengatakan jika ada yang tidak baik-baik saja. Pak Broto menghisap rokoknya dalam-dalam. Ia lalu menghembuskan asap rokok yg tadi ia hisap sembari memijat kepalanya.

“Nak Agus, boleh bapak bertanya 1 hal padamu?” tanya Pak Broto meyakinkanku jika telah terjadi sesuatu di rumah ini.

“Silahkan Pak, saya akan jawab sebisa saya” balasku. Seketika Pak Agus kembali memijat kepalanya. Ia menoleh kearahku beberapa saat lalu pandangannya beralih ke jalanan.

“Apa kamu sudah menikah nak?” tanya Pak Broto. Tentu saja ak terkejut mendengarnya karena setahuku Nisa sudah memberi tahu orang tuanya.

“Apa Nisa belum cerita?” tanyaku balik

“Jawab dulu pertanyaan bapak sebelumnya” tuntut Pak Broto. Ak lalu menyandarkan punggungku ke kursi. Lalu dengan mantap ak menjawab jika ak sudah menikah.

“Terima kasih karena sudah menjawab pertanyaan bapak” timpal Pak Broto.

“3 hari yg lalu istri nak Agus datang kesini. Dia meminta agar Nisa menjauhi Nak Agus, dan meminta untuk bekerja seperlunya saja” sambung Pak Broto. Suasana seketika hening beberapa saat. Ak yg sadar posisiku segera meminta maaf karena telah masuk ke kehidupan putrinya. Ak yakin jika seorang ayah pasti akan selektif memberikan ijin pada setiap pria yg dekat dengan putrinya.

“Saya mohon maaf pak, karena ulah saya nama keluarga Pak Broto tercoreng. Sy berharap Pak Broto menerima permohonan maaf saya. Saya tahu ini tidak cukup dengan hanya permohonan maaf. Saya sadar posisi jika kesalahan saya ini bisa berakibat tidak baik di kemudian hari. Namun untuk sementara hanya ini yg bisa saya katakan” ucapku dengan lugas. Kondisi seperti ini memang sudah ak perkirakan sebelumnya. Kami saling menatap dengan pikiran masing-masing. Ak tau ini sangat menyakitkan namun nasi sudah menjadi bubur. Beruntung bagiku ak dan Nisa tidak terlalu jauh melangkah. Meski kami

sudah saling menerima kekurangan dan kelebihan, namun tetap saja sebagai pria beristri ini adalah jalan yg salah apapun alasannya.

Setelah beberapa saat, kudengar suara ribut dari dalam rumah. Seketika pintu terbuka dan Nisa keluar dengan wajah berantakan. Bu siti yg menyusul Nisa keluar segera memintaku untuk pulang karena khawatir jika tiba-tiba Mila datang. Tak punya pilihan, ak segera pamit pada Pak Broto dan Bu siti. Lalu saat ak berpamitan pada Nisa, tiba-tiba ia memelukku.

“Mas….” ucap Nisa sesenggukan. Bisa kurasakan ia telah menerima beban cukup berat. Namun ak tak mau membawa Nisa semakin jauh. Akhirnya ak melepas pelukannya dan beranjak dari kediaman orang tuanya. Namun baru beberapa langkah Nisa berteriak.

“Mas, Nisa sayang sama mas Agus” teriak Nisa yg masih sesenggukan dengan tubuh bergetar.

“Nisa sudahlah sayang. Mas Agus sudah beristri dan kamu tau itu jauh sebelum Bapak tau” ucap Pak Broto sembari menenangkan putrinya.

“Mas jangan pergi dulu mas, ak tau apa yg terjadi dengan rumah tanggamu. Ak memang gak mau mencampuri urusan rumah tanggamu. Tapi Nisa tidak terima jika Mas Agus selalu disakiti oleh istri mas Agus sendiri” teriak Nisa dan itu berhasil menghentikan langkahku. Ak lalu berbalik dan menatap matanya. Darimana ia tahu istriku telah selingkuh.

“Nisa udah, jangan kau teruskan lagi. Biarlah mas Agus menyelesaikan masalahnya” bu siti mencoba menenangkan Nisa tapi Nisa malah semakin histeris.

“Ak yang salah mas. Maaf, aku cuma gak mau mas datang ke kantor dengan wajah kusut dan mata sembab. Ak cuma ingin mas Agus tetap jadi mas Agus yg selalu enerjik dan berwibawa. Maaf mas, maafin Nisa. Maaf telah mencampuri urusan rumah tanggamu, maafin Nisa mas” tubuh Nisa akhirnya ambruk. Ia berlutut sembari menutup wajahnya. Tangisnya semakin pecah saat ibunya mencoba menenangkannya. Akhirnya Pak Broto mendekatiku lalu ia menepuk pundakku.

“Pulanglah dulu, besok kita bicarakan ini lagi jika pikiran kita

sudah membaik” ucap pak Broto. Ak akhirnya tetap meninggalkan Nisa yg masih sesenggukan. Sebelum melajukan mobilku, kutatap Nisa sejenak. Dan tak terasa ak menitikan air mata. Ak mendesah lemah lalu benar-benar pergi dari rumahnya. Hal yg membuat dirinya tidak masuk kerja bukan karena ia sakit tapi menahan beban pikirannya seorang diri. Di perjalanan pulang ak seperti orang linglung yg tak tau harus berbuat apa. Mungkin sudah saatnya bagiku untuk segera mengambil keputusan. Ak yakin istriku akan menanyaiku macam-macam. Tapi dari mana istriku tau hubunganku dengan Nisa sementara ak selalu hapus pesan sebelum pulang. Dalam kekalutan dan pikiran yg kacau, ak tiba-tiba lepas kendali hingga mobil yg ak kendarai menabrak pembatas jalan. Pandanganku memudar dan yg mampu kudengar hanyalah teriakan orang-orang yg mencoba menolongku. Tak lama setelah itu ak tak sadarkan diri.

Bersambung ke part 4