Cerita Dewasa Terbaru Lesbi Kakak Adik – Riska yang habis mandi dan keluar dari kamar mandinya ia melihat adiknya Tari dengan wajah yang merah merona wajah cerianya dia baru pulang dari sekolah dengan masih mengenakan baju putih dan rok abu abunya, Tari tidak melihat orang yang beraada di rumah dengan gerak cepatnya dia masuk kamar dan menyalakan AC.
Cerita Seks Terbaru Ia mencuci muka dan tangannya di kamar mandi dalam kamarnya saatmendengar kakaknya bertanya, “Hey, gimana pengumumannya?”
Tari keluar dari kamar mandi mendapatkan Riska bersandar di pintukamarnya dengan tangan ke belakang.
“Tari diterima di SMA Theresia, Kak!” jawab Tari dengan ceria.
Riska berjalan ke arahnya dan memberikan sebuah kado terbungkus rapi.
“Nih, buat kamu. Kakak yakin kamu diterima, jadi udah nyiapin ini.”
“Duuh, thank you, Kak!” Tari setengah menjerit menyambar kado itu.Riska duduk di ranjang Tari sementara adiknya duduk di meja belajarnyamembuka kado itu dan mendapatkan sebuah gelas berbentuk Winnie thePooh, karakter kartun kesukaannya, sedang memeluk tong bertulisan“Hunny”.
Kali ini Tari benar-benar menjerit, “Aaah, bagus banget!Thank you, Kak!”
Tari melompat ke ranjang dan memeluk kakaknya erat-erat, dan dengantiba-tiba mencium bibir Riska. Riska tersentak, bukan karena Tarimenciumnya, tapi karena getaran elektrik yang ia rasakan dari bibiradiknya yang basah menyambar bibirnya dan menyebar ke seluruhtubuhnya.
Ciuman yang sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik itumembuat jantung Riska berdebar. Tari melepas ciumannya, namun takmelepas pelukannya yang erat. Riska tersenyum berusaha menutupi perasaannya, lalu mengecup bibir adiknya dengan lembut. Tari meletakkan gelas itu di meja kecil di sisi ranjangnya dan merebahkandiri. Ia menarik Riska agar berbaring di sisinya, lalu kembalimemeluknya.
“Kak, Tari kangen nih ama Kakak. Sejak Kak Riska pacaran ama Mbak Anna,kapan kita pernah tidur bareng lagi? Cerita-cerita sampe ketiduran?Nggak pernah kan?”
“Bukan gitu, ,” jawab Riska, “Kakak kan kuliahnya sibuk, bukan karenapacaran ama Anna.
”Riska kembali merasakan dadanya berdebar hanya karena dipeluk olehadiknya yang cantik ini. Ia baru menyadari bahwa ia memang sudah lamasekali tak pernah sedekat ini dengan Tari.
“Lagian ngapain sih Kakak pacaran ama Mbak Anna? Ntar ketahuan Papabaru tahu lho!” kata Tari sambil mengernyitkan dahinya seakan memarahikakaknya.Wajah Tari begitu dekat dengan wajahnya, membuat Riska merasa canggungdan semakin berdebar. Riska berusaha keras meredam ketegangannya danmenutupi perasaannya dari adiknya.
“Sok tahu kamu,” kata Riska, “Papa kan udah tahu Kakak pacaran ama Anna.Malah sebelum berangkat ke Jerman, Anna pernah ketemu dan ngobrol amaPapa. Sekarang Papa udah bisa kok nerima kenyataan bahwa Kakak emanglesbian.
”Hangatnya hembusan napas Tari di lehernya membuat Riska semakin berdebardan ia merasakan panas yang hebat dari selangkangannya. Riska tahu iatak mampu menahan diri lebih lama lagi saat celana dalamnya mulaiterasa lembab.
“Sana mandi dulu kamu!” tukas Riska sambil mendorong adiknya, “Kamu baumatahari!”“Ngg..” balas Tari kolokan walau tetap melepaskan lengannya yangmelingkari pinggang Riska.“Tapi Kakak jangan pergi dulu. Tari masih kangen ama Kakak,” kata Tari sambil berjalan ke kamar mandi.
Riska duduk dan melipat kedua kakinya rapat-rapat di depan dadanya. Iamemeluk kedua kakinya sambil menyadarkan dagu ke lututnya. Ia menghelanapas dalam-dalam berusaha menenangkan gairahnya.
“Kenapa aku sampai begitu, sih!” ia memarahi dirinya sendiri dalam hati.
“Tari kan adikku sendiri!”“Mungkinkah karena sudah hampir 4 bulan Anna pergi dan aku kangen padapelukan dan sentuhan lembut waTari?” Riska menyelonjorkan kakinya dikasur dan mulai meraba-raba pahanya. Sambil membayangkan dada Anna yang montok, tangan kiri Riska meraba-raba dadanya sendiri, sementaratangan kanannya naik meremas-remas selangkangannya.
Riska tersentak dari lamunannya dan melepas kedua tangannya daribagian-bagian vitalnya dan kembali menarik napas dalam-dalam. Ia takingin terlihat bergairah saat adiknya keluar dari kamar mandi nanti.
Tak memakan waktu lama, Tari keluar dari kamar mandi dalam keadaanbugil.
Ia mengambil celana dalam dan daster dari lemari. Riska menatapadiknya memakai celana dalam, jantungnya yang belum sepenuhnya kembalinormal langsung berdebar lagi melihat tubuh Tari yang langsing namunberisi itu. Tari tidak mengenakan dasternya, tetapi langsung dudukbersila di sisi kakaknya di ranjang dan meletakkan dasternya dipangkuannya.
Riska tersenyum berusaha menutupi gairahnya dan membelai rambut adiknya.Tari memonyongkan bibirnya seperti orang ngambek dan berkata,
“Kak Riska kok mau sih ama Mbak Anna? Dia kan..” Tari tampak agak ragu sebelumakhirnya melanjutkan,
“Dia kan nggak cantik.” Bukannya marah, senyumRiska malah berubah jadi tawa, “Kamu nggak boleh menilai orang daripenampilan fisiknya.
Anna kan baik banget orangnya, lembut dan penuhpengertian. Lagian fisiknya juga nggak jelek-jelek amat. Toket danpantatnya kan gede banget, .
Asyik banget untuk diremas. Danciumannya jago banget. Dia yang ngajarin Kakak ciuman.”
“Iya sih. Toket Tari nggak gede ya, Kak?” kata Tari sambil memandangpayudaranya.
“Siapa bilang?” balas Riska,
“toket kamu gede lagi! Kamu tuh tumbuhmelebihi orang seumurmu. Waktu Kakak 17 tahun, toket Kakak belumsegede kamu.
”Dengan polos, Tari bertanya, “Emang enak, Kak, diremas ama sesama cewek?”
Belum sempat Riska menjawab, Tari meraih tangan kakaknya danmeletakkannya di atas dadanya. Riska tersentak, namun membiarkan Tarimenggerakkan tangannya berputar-putar di dada adiknya yang terasalembab dan segar itu. “Mmmhh..” Tari mendesah dan matanya setengahmenutup.
Gairah Riska yang sudah sulit dikendalikan semakin meledakmelihat reaksi adiknya yang sangat merangsang itu. Riska mulaimeremas-remas dada adiknya dengan lembut lalu memilin-milin putingdada Tari yang terasa semakin membesar dan mengeras.
“Uhh..” Tari kembali mendesah dan membiarkan Riska meraba dan meremasdadanya, sementara kedua tangannya sendiri meremas sprei kasurnya.
Taklagi berusaha mengendalikan gairahnya yang sudah memuncak, Riska meraihdagu adiknya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terusmeremas dada Tari dengan semakin bernafsu.
Riska menarik wajah Tari danmengecup bibirnya yang basah.
“Mmmhh..” reaksi Tari yang hanya berupa desahan itu membakar nafsuRiska. Sambil meremas dada adiknya dengan bergairah, Riska mengulum bibirbawah adiknya yang segera membuat Tari membalas dengan mengulum bibiratas Riska.
Kakak beradik ini saling menghisap bibir selama beberapasaat, sampai akhirnya Riska melepas ciuman mereka. Tari membuka matamendapatkan ia dan kakaknya sama-sama terengah-engah setelah berciumandengan penuh gairah.
“Ohh, ternyata enak ya, Kak? Tari nggak nyangka deh. Kak Riska jugaenak?” tanya Tari dengan polos.
“Gila kamu, ! Dari tadi Kakak udah mau mati nahan gairah Kakakgara-gara kamu peluk, kamu cium, ngelihat kamu telanjang!” jawab Riska,“Kamu sih! Ngapain lagi kamu tarik tangan Kakak ke toket kamu?”
Tari tampak terkejut dengan kerasnya kata-kata kakaknya, “Sorry, Kak.Tari cuma kangen aja ama Kak Riska dan pengen disentuh.
Sorry..” katanyasambil menundukkan kepala.
“Ssstt..” Riska menarik dagu adiknya lagi hingga mereka salingbertatapan, lalu menampilkan senyumnya yang manis,
“Tapi kamu sukakan?” Tari hanya membalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
Riska menggeser duduknya di ranjang hingga bersandar pada dinding,“Sini,” ia menarik lengan Tari agar duduk di sisinya.
Mereka dudukberdampingan, Riska membelai rambut Tari, lalu dengan tangan di belakangkepala adiknya, Riska menarik wajah Tari mendekati wajahnya, “Nih ajaranAnna. Kamu nilai sendiri enak apa nggak.” Riska kembali mencium bibirTari.
Kendali diri sudah sepenuhnya kembali pada dirinya setelah menyadaribahwa Tari juga menikmati semua ini, Riska mengatur alur percintaantanpa tergesa-gesa. Ia tak lagi meraba-raba adiknya. Kini Riska hanyamengulum bibir adiknya, kadang seluruh mulutnya, lalu melepasnya, lalumengulumnya lagi.
Kadang ia biarkan Tari yang menghisap bibirnyadengan lebih bernafsu, lalu melepasnya untuk melihat adiknya majumengejar mulutnya yang sedikit ia buka, memancing gairah Tari.
Riska mendorong adiknya hingga rebah di kasur. Mereka berciuman lagidengan penuh gairah. “Kak..” Tari mendesah.
Riska menjawab denganmenyelusupkan lidahnya dengan lembut ke dalam mulut Tari yang sedikitterbuka. Tenggorokan Tari tercekat saat merasakan lidahnya bersentuhandengan lidah kakaknya. Ini perasaan yang belum pernah ia rasakansebelum ini. Ia tak menyangka akan merasakan rangsangan luar biasasebagai akibatnya.
Jilatan lembut Riska pada langit-langit dan lidah Tari membuat Tariterangsang, namun menjadi semakin rileks karena merasa semakin menyatudengan kakaknya. Tari mulai membalas gerakan lidah Riska dengan gerakanlidahnya sendiri.
Mengetahui adiknya sudah bisa menikmati ini, Riska membelitkan lidahnya pada lidah Tari sambil menghisap bibir adiknya.Riska melepas lidahnya dari mulut adiknya, lalu berkata, “Hisap lidahKakak, Sayang.”
Kata-kata lembut Riska membuat Tari semakin bergairah, seakan sedangbercinta dengan kekasihnya. Dengan bernafsu, ia menghisap lidah Riskayang kembali menjelajahi mulutnya. Mereka berciuman dan bergantiansaling menghisap lidah untuk waktu yang lama.
Merasa gairah adiknyadan gairahnya sendiri semakin membara, Riska mulai meningkatkankecepatan percintaan dengan meraba paha dan selangkangan Tari. Tarimendesah saat merasakan sentuhan di bagian yang belum pernah disentuhsiapa pun itu.
Riska melepas bibirnya dari bibir adiknya, lalu mulaimenjilati telinga dan leher Tari. Desahan Tari mulai berubah menjadierangan kenikmatan.
Tanpa melepas tangannya dari selangkangan Tari, Riska menurunkanjilatannya ke dada adiknya yang montok itu. “Ah..!” Tari menjeritkecil saat pertama kali lidah kakaknya menyentuh puting buah dadanya,
“Ooohh.. aahh.. Kak..” desahnya dengan penuh kenikmatan. Tari membukamatanya menyaksikan Riska menjilati puting dan payudara Tari dengansemakin cepat dan bernafsu, membuat putingnya membesar dan mengeras.
Kadang Riska menggigit puting Tari membuat Tari menjerit kecil danmemaju-mundurkan pantatnya seirama dengan gerak tangan Riska diselangkangannya, sehingga tangan Riska terasa semakin menekan danmeremas di selangkangannya yang kini sudah basah kuyup.
Bangkit dari dada Tari, Riska menduduki adiknya dengan selangkangantepat di atas selangkangan adiknya. Riska menarik kaosnya lalumelemparkannya ke lantai. Kedua tangan Tari meremas dada kakaknya saatRiska sedang berusaha melepas BH-nya.
Riska melempar BH-nya dan Tarisemakin bernafsu meremas dada dan puting telanjang kakaknya. Merekasaling menghujam selangkangan hingga saling menekan. “Hhh..” desah Riskayang menikmati remasan adiknya pada dadanya yang telah membesar danmengeras itu.
Tak tahan lagi untuk segera merasakan adiknya, Riskabangkit membuka celana pendek sekaligus celana dalamnya, lalu menarikcelana dalam Tari hingga terlepas, menampilkan setumpuk kecil bulutipis yang menutupi kemaluan yang telah membengkak penuh gairah. Bauseks menyebar dari vagina Tari, membuat isi kepala Riska serasa berputarpenuh gairah tak tertahankan.
Riska meraba bibir vagina adiknya yang telah berlumuran lendir gairah.“Ohh, Kakaak!” Tari tersentak merasakan nikmatnya sentuhan di titikterlarang itu.
Tak tahan lagi, Riska segera menjilati bibir vagina Taridengan bernafsu, menikmati manisnya lendir vagina Tari.
“Ah! Ah! Kak!Ah!” Tari menjerit-jerit tak tertahankan, tubuhnya menggelinjangmerasakan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan olehnya.
Dua jari Riska membuka bibir vagina Tari, menampilkan klitoris yangtelah membengkak keras dan teracung keluar. Lidah Riska menari padaklitoris adiknya sambil tangan kirinya naik meremas-remas payudara Tari, membuat Tari terpaksa mencengkeram sprei untuk menahan gelinjangtubuhnya yang semakin sulit dikendalikan. Ini tak membantu menahanjeritannya yang semakin keras “Aaagghh! Aaagghh! ohh, Kakaak! Nikmat,Kaak! Jangan berhen.. aagghh!” Tari telah terlontar ke dalam dunianyasendiri.
Memang tak berniat berhenti, lidah Riska masuk ke dalam vagina Tari danmenjilatinya tanpa ampun. Tari meluruskan kedua lengannya di sisimenopang tubuhnya ke posisi duduk mengangkang, menyaksikan kepalakakaknya di antara kedua pahanya.
Tak mampu mengendalikan kenikmatanseks yang terus meningkat ini, Tari menghunjamkan selangkangannya kewajah kakaknya berulang kali, sementara lidah Riska semakin cepatbergetar di dalam vagina Tari, sambil menikmati lendir vagina adiknyayang terus mengalir ke dalam mulutnya.
Hunjaman selangkangan dan gelinjang tubuh Tari yang semakin kasar dantak terkendali membuat Riska tahu bahwa adiknya tak akan tahan lebihlama lagi. Ia semakin bernafsu menjilati adiknya, di dalam vagina,bibir vagina serta klitorisnya.
Tepat dugaannya, tak lama kemudiankedua paha Tari menghentak kaku menjepit kepala Riska, tubuh Taribergelinjang semakin kasar dan liar, sementara vaginanya berkontraksidan memuncratkan gelombang demi gelombang lendir seks yang tak mampulagi ia bendung.
“Aaakk.. aahh.. ahh Kakk..” jerit Tari tak peduli lagi pada dunia,hanya kenikmatan orgasme pertamanya ini yang berarti baginya. Riskamembuka mulutnya, mengulum seluruh vagina adiknya dan menenggak lendirorgasme yang membanjiri seisi mulutnya hingga sebagian menetes daribibirnya ke dagu dan lehernya.
Orgasme demi orgasme melanda Tari selama semenit penuh, hinggaakhirnya ia merasa begitu lemah sampai tubuhnya jatuh ke kasur denganpenuh kenikmatan dan kepuasan. Riska menjilati lendir yang lolos ke sisiselangkangan dan paha adiknya, lalu memanjat tubuh adiknya danmenindih tubuh adiknya.
Sambil terengah-engah, ia menyaksikan Tariyang memejamkan mata penuh kepuasan. Riska mengecup bibir Tari, membuatTari membuka matanya dan tersenyum. Ia memeluk tubuh telanjang Riska,lalu membalas kecupan kakaknya dengan ciuman penuh pada mulut Riska.
Lidah mereka terpaut, Tari menghisap lidah kakaknya, lalumelepaskannya untuk menjilati wajah, pipi dan leher Riska yangberlumuran lendir orgasmenya sendiri. Lendir seks ini terasa nikmatdan manis baginya.
Tari tahu Riska terengah-engah bukan hanya karena habis memakanvaginanya dengan brutal, namun juga karena gairahnya yang telahmemuncak. Tari melorotkan diri di bawah tubuh kakaknya, menggesekkanpayudaranya pada payudara Riska.
Wajah Tari tiba di depan payudara Riskasaat Riska mengangkat tubuhnya dengan menopangkan dirinya pada sikunya.Tanpa ragu Tari mulai menjilati puting payudara kakaknya hingga napasRiska semakin tersenggal-senggal menahan gairah yang semakin melonjakdalam dirinya. Selangkangannya semakin memanas dan lendir seksnyameleleh keluar dari vaginanya, menetes-netes di paha Tari.
“Ohh, Sayang! Kakak nggak tahan lagi, Sayang!” erang Riska.Memahami maksud kakaknya, Tari melorotkan tubuhnya kembali hinggawajahnya tiba di depan vagina Riska, dan tanpa menunda lagi, Tarilangsung menyusupkan lidahnya ke dalam vagina kakaknya.
“Aaahh! Ahh! Sayaang!” Riska menjerit selagi Tari sibuk menjilativaginanya dari dalam hingga ke klitorisnya berulang-ulang.
Dengan bernafsu, Riska menduduki wajah adiknya, lalu menaik-turunkantubuhnya, menghujamkan vaginanya ke wajah adiknya berulang-ulang.Sambil meremas pantat Riska, Tari meluruskan lidahnya hingga kaku danmenghujam wajahnya seirama dengan gerakan pantat kakaknya ini.
Lendirgairah meleleh ke wajah dan pipi Tari saat ia memaikan kakaknya denganlidahnya. Tak lama Riska mampu bertahan setelah gelombang rangsanganbertubi-tubi yang telah ia nikmati, puncak kenikmatan pun meledak danRiska tersentak kaku di atas wajah adiknya dalam kepuasan orgasme demiorgasme yang menyemprotkan lendir panas ke dalam mulut Tari berulangkali.
Tari berusaha keras menghisap dan menelan seluruh lendir orgasme Riskayang memenuhi mulutnya. Begitu banyaknya lendir kepuasan yang Riskatumpahkan ke mulut adiknya, sebagian terpaksa mengalir keluar ke pipi Tari. Baca juga:
Dari kaku, perlahan-lahan tubuh Riska mulai melemas dan jepitanpahanya pada kepala Tari pun mulai mengendur, hingga akhirnya Riska jatuh terbaring lemas di atas ranjang. Tari mendekati wajah kakaknya yang menantinya dengan tersenyum, lalu mencium bibir kakaknya.
Merekaberpelukan dan berciuman beberapa saat. Riska membelai rambut adiknya,sementara Tari meremas pantat kakaknya. Lelah berciuman, Riska menghelanapas panjang sebelum akhirnya mengatakan, “Aku cinta kamu, Sayang..”Tari hanya tersenyum dan mereka terus berpelukan hingga tertidur dalamrasa lelah yang penuh dengan kepuasan.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,