Cerita dewasa terbaru 2018 ini masih bercerita tentang Nanang yang sudah diceritakan pada episode sebelumnya. Jika kamu belum membacanya silahkan ikuti melalui daftar isi berikut ini:
Nanang pun langsung menerima tawaran Nyonya Arini. Ia tidak takut dengan semua permainan Nyonya Arini asalkan Nyonya Arini berkata jujur soal bayaran mahal yang akan ia terima.
Lalu Nyonya Arini menyuruh asistennya untuk memberikan uang 5 juta kepada Ibu Nining sebagai uang terima kasih karena telah membujuk Nanang untuk bekerja dengannya.
Sebenarnya Nyonya Arini bersungguh – sungguh untuk memperkerjakan Nanang. Ia kagum dengan kemampuan bela diri Nanang yang pernah ia tunjukkan di perlombaan bela diri antar desa beberapa bulan yang lalu. Ia merasa kemampuan Nanang akan sangat berguna untuknya dan keselamatannya.
Kemudian Nyonya Arini memanggil dua pengawalnya yang bertubuh besar dan kekar. Keduanya adalah pengawal terhebat yang dimiliki oleh Nyonya Arini.
“Aku ingin melihat kemampuanmu bertarung dan aku mau kamu melawan mereka berdua. Bila kamu berhasil, aku akan menambahkan uang sebagai imbalannya” tantang Nyonya Arini.
“Maaf, aku tidak mau. Bela diri bukan untuk dipamerkan, melainkan untuk menjaga diri” tolak Nanang dan Bu Nining pun langsung menjewer telinga Nanang.
“Dasar bodoh, kamu harus menerima tawaran itu. Ingat, uang itu bisa untuk memperbaiki rumah kita” kata Bu Nining.
Dan sekali lagi Nanang pun harus mengalah demi permintaan sang Ibu. Nanang menerima tawaran tersebut dan Nyonya Arini mengajak mereka menuju halaman belakang rumahnya. Di halaman belakang rumahnya akan menjadi arena pertarungan antara Nanang dan kedua pengawal terhebatnya.
Nanang sama sekali tidak takut dengan mereka berdua. Dia ingat akan pesan Ayahnya yang mengatakan kalau bentuk tubuh bukan menjadi alasan untuk ditakuti. Kedua pengawal itu langsung memasang kuda – kuda untuk menyerang, sementara Nanang hanya berdiri tegak karena ia tidak ingin langsung menyerang keduanya.
Lalu pengawal Nyonya Arini yang berambut cepak langsung melayangkan sebuah pukulan keras dan mengarah ke perut Nanang. Dengan cekatan Nanang berhasil menghindarinya. Nanang berhasil membaca gerakan pukulan itu dengan sangat cepat. Yang ia butuhkan hanyalah ketenangan karena ia tahu itulah cara untuk mengalahkan kedua pria berbadan besar itu. Lalu si pengawal berkepala botak ikut melayangkan pukulan keras dan kali ini mengarah tepat menuju wajah Nanang. Nanang hanya tersenyum melihat pukulan itu hanya tinggal beberapa centi saja di depan wajahnya. Namun Nanang berhasil menahan pukulan itu dengan tangan kirinya.
Lalu dengan sekuat tenaga, Nanang membalas pukulan itu dengan memukul bagian perut si pengawal berkepala botak itu. Hanya dengan sekali pukul, Nanang berhasil membuat si pengawal itu tersungkur kesakitan. Ternyata tubuh besar si pengawal tak berarti apa – apa baginya. Melihat temannya tersungkur, si pengawal berkepala cepak pun menyerang Nanang dengan membabi buta. Ia melayangkan pukulan dan tendangan, namun Nanang berhasil menghindar. Dan dengan pukulan yang sama di bagian perut, Nanang berhasil menjatuhkan si pengawal itu. Ia menjerit kesakitan dibagian perut. Nyonya Arini yang menyaksikan hal itu begitu kagum dengan aksi Nanang. Ia pun memberikan tepuk tangan yang luar biasa untuk Nanang karena berhasil mengalahkan dua pengawal terhebatnya. Ibu Nining juga bangga dengan aksi anaknya itu.
“Luar Biasa ! Selama ini aku telah salah melihatmu. Ternyata dirimu cukup berbakat dan akan berguna untuk ku” puji Nyonya Arini dengan bangganya.
Nanang memilih bersikap rendah hati ketimbang besar kepala. Bagaimanapun juga ia harus tetap waspada karena bisa saja Nyonya Arini sedang mempermainkannya. Sesuai dengan janjinya, Nyonya Arini memberikan uang tambahan kepada Bu Nining. Bu Nining terlihat gembira sekali karena ia bisa mendapatkan uang yang sangat banyak. Ia lantas menghampiri Nanang dan memeluknya. Ia bangga sekali dengan keahlian Nanang yang bisa membuat kehidupan mereka lebih baik lagi.
“Kamu bisa bekerja mulai besok. Aku tunggu jam 8 pagi dan jangan sampai terlambat” kata Nyonya Arini.
Lalu Nanang dan Bu Nining kembali ke rumah mereka. Sepanjang perjalanan Bu Nining tidak bisa berhenti memperhatikan banyaknya uang yang saat ini sedang digenggamnya.
Ia mulai berkhayal banyak hal dengan uang itu. Ia ingin sekali memperbaiki rumahnya dan membeli sebidang sawah serta membeli beberapa alat elektronik yang selama ini belum ia miliki. Nanang juga sedikit lega karena kali ini Nyonya Arini tidak mempermainkannya dan juga Ibunya. Kemudian Pak Eman melintas dengan sepeda motornya. Ia menghentikan motornya dan menyapa mereka berdua.
“Hei, Ning, kamu tidak lupa dengan acara nanti malam, kan ???” kata Pak Eman sambil mengerlingkan matanya kepada Bu Nining. Pak Eman memberikan sebuah kode rahasia kepada Bu Nining.
“Oh, iya, aku lupa dengan undangan itu. Kalau gitu kita pergi sekarang saja, mumpung belum terlalu malam” ucap Bu Nining dengan ikut mengerlingkan matanya kepada Pak Eman. Sebenarnya Pak Eman ingin mengajak Bu Nining ke rumahnya. Apalagi kalau bukan untuk menuntaskan nafsu syahwat mereka yang tidak akan pernah ada habisnya.
“Emang Ibu mau kemana ???” tanya Nanang pura – pura tidak tahu. Ia sudah tahu kalau keduanya ingin melakukan sesuatu dari gelagat aneh yang mereka tunjukkan.
“Kemarin si Yuyun ngundang syukuran di rumahnya. Hampir saja Ibu lupa” jawab Bu Nining berbohong. Nanang tersenyum di dalam hatinya. Ia tidak menyangka kalau Ibunya akan berani berbohong kepadanya.
“Kalau gitu aku boleh ikut kan ???” tanya Nanang sambil merengek.
“Jangan ikut. Kamu kan besok harus kerja di tempat Nyonya Arini. Lebih baik kamu istirahat saja” kata Bu Nining mencoba menahan keinginan Nanang.
“Baiklah kalau gitu. Hati – hati ya, Bu” kata Nanang.
Lalu Bu Nining naik ke atas sepeda motor Pak Eman. Ia merangkul mesra pinggang Pak Eman. Lalu keduanya pun langsung pergi meninggalkan Nanang seorang diri di tengah jalan.
Tentu saja Nanang memilih untuk mengikuti mereka daripada pulang ke rumah. Kini ia sudah tergiur untuk terus mengintip pergumulan Ibunya dan Pak Eman. Dengan santainyaia menuju rumah Pak Eman yang tidak jauh dari tempatnya berada saat itu. Dan benar saja, sepeda motor Pak Eman terparkir di depan pintu rumahnya. Nanang melihat jendela kamar Pak Eman terbuka lebar dan terang benderang. Pasti keduanya berada di kamar Pak Eman saat ini.
Ia pun berjalan perlahan menuju rumah Pak Eman. Ia melihat sandal Ibunya tergeletak di teras rumah Pak Eman. Ia mendengar suara Pak Eman dan Ibunya di kamar itu. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya agar tidak terlihat.
Lalu ia angkat sedikit kepalanya dan melihat ke dalam kamar itu. Ia melihat Pak Eman dan Ibunya sedang berbaring mesra di atas kasur Pak Eman. Ia sedikit kaget ketika melihat Ibunya sedang mengisap sebatang rokok bersama Pak Eman. Ia tidak habis pikir dengan Ibunya yang selama ini ia kenal berkelakuan baik, ternyata sudah berubah menjadi wanita yang nakal.
“Gimana ??? Si Nanang diterima kerja, kan ???” tanya Pak Eman sambil mengisap rokoknya.
“Tentu saja diterima. Bahkan Nyonya Arini sangat terkesan dengan Nanang. Aku saja sampai dikasih duit sebanyak ini” kata Bu Nining sambil menunjukkan uang yang ia dapat dari Nyonya Arini.
“Wah, banyak sekali uangmu. Kamu bisa membeli apapun dengan uang sebanyak itu” kata Pak Eman yang ikut senang dengan kebahagiaan Bu Nining.
“Pastinya. Ini aku beri sedikit uang yang aku dapat untuk Mas Eman. Hitung – hitung sebagai ucapan terima kasih karena Mas Eman telah membantuku” kata Bu Nining sambil memberikan uang sejumlah lima ratus ribu kepada Pak Eman.
“Tidak usah. Saat ini aku tidak butuh uang” tolak Pak Eman dengan sopan.
“Lalu ??? Apa yang Mas Eman butuhkan saat ini ???” tanya Bu Nining sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Pak Eman.
Lalu Pak Eman mematikan rokoknya dan rokok Bu Nining. Ia mencium bibir Bu Nining dengan penuh nafsu. Keduanya telah memulai malam yang penuh kehangatan. Kali ini Bu Nining yang lebih agresif ketimbang Pak Eman. Dengan tergesa – gesa ia mengeluarkan kontol Pak Eman dari dalam celananya. Pak Eman sangat senang dengan keagresifan Bu Nining. Ia ingin Bu Nining tampil lebih binal lagi. Bu Nining mengocok kontol Pak Emang dengan penuh nafsu. Pak Eman pun tak mau kalah dengan membuka kemeja Bu Nining. Lalu ia mengeluarkan kedua toket Bu Nining dan langsung melahapnya. Kedua manusia paruh baya itu kini sudah tenggelam ke dalam nafsu mereka. Desahan dan erangan mulai terdengar dari mulut mereka.
Pak Eman begitu bernafsu menghisap kedua pentil Bu Nining yang besar itu. Nanang melihat pergumulan itu dengan mata yang tak berkedip. Ia ingin sekali bergabung dengan keduanya. Ia mengeluarkan kontolnya dan mulai mengelusnya sambil terus melihat pemandangan nikmat yang tersaji di depan matanya. Bu Nining dan Pak Eman saling berguling satu sama lain. Terkadang Pak Eman yang berada di atas dan terkadang Bu Nining yang berada di atas. Kemudian Pak Eman menarik kepala Bu Nining untuk melahap kontolnya dengan mulutnya. Dengan senang hati Bu Nining melahap kontol besar Pak Eman.
Ukurannya memang tidak sebanding dengan punya Nanang yang lebih besar. Tapi dengan ukuran segitu, Bu Nining sudah cukup puas. Kepala Bu Nining maju mundur sambil menghisap kontol Pak Eman. Ia peras kontol Pak Eman agar tak kehilangan setetes pun cairan pelumas milik Pak Eman. Wajah Pak Eman terkadang meringis kesakitan karena hisapan yang kuat dari mulut Bu Nining. Sesekali Pak Eman berusaha untuk memasukkan seluruh kontolnya ke dalam mulut Bu Nining hingga Bu Nining terbatuk – batuk dan hampir muntah.
“Jilat memekku Mas” pinta Bu Nining sambil mengangkat roknya. Terlihat Bu Nining mengenakan celana dalam G-String yang diberikan Pak Eman waktu itu.
“Waw…Ini yang aku suka. Celana dalam itu membuatmu semakin seksi sayang” puji Pak Eman dengan mata berbinar melihat pemandangan indah di depannya.
Lalu Pak Eman membuka celana dalam Bu Nining. Ia menggesek memek Bu Nining dengan celana dalam itu. Cairan bening milik Bu Nining menempel di celana dalam itu. Lalu Pak Eman memasukkan celana dalam itu ke dalam mulut Bu Nining. Bu Nining menghisapnya dan menjilatinya dengan penuh nafsu. Ia tidak segan untuk menjilati cairannya sendiri. Kemudian Pak Eman mengambil posisi di antara kaki Bu Nining. Ia menghirup aroma memek Bu Nining yang begitu wangi untuk ukuran orang desa.
Kemudian ia menjulurkan lidahnya dan menjilati bagian klitoris Bu Nining yang menonjol. Tubuh Bu Nining bergetar seketika. Kemudian dengan penuh kenikmatan, Pak Eman menjilati seluruh memek Bu Nining. Cairan beningnya semakin banyak keluar membanjiri lidahnya. Ia memasukkan dua jarinya ke dalam lubang memek Bu Nining. Lalu ia menggerakkannya keluar masuk hingga terdengar suara cipratan air. Bu Nining begitu menikmati sapuan lidah Pak Eman di memeknya.
“Ooohhhh…Makan Memek ku Masss…Aaahhhhh jilat itilkuuu lagiiii…Aaahhhhh” erang Bu Nining.
Pak Eman semakin bersemangat dan dengan sekuat tenaga ia menjilati klitoris Bu Nining sambil menusuku memek Bu Nining dengan cepat. Tiba – tiba Bu Nining merasakan geli yang amat sangat di klitorisnya. Saking gelinya, ia merasakan air kencingnya sudah hampir keluar dari memeknya.
“Berhenti dulu Mas. Aku mau pipis dulu” kata Bu Nining. Pak Eman tidak mempedulikannya dan terus menjilati memek Bu Nining. Bu Nining berusaha sekuat tenaga untuk menahan kencingnya.
“Udahan dulu. Aku sudah tidak tahan nih” kata Bu Nining yang berusaha mendorong kepala Pak Eman menjauh dari memeknya.
“Keluarkan saja, Ning. Aku akan menikmati kencingmu itu” kata Pak Eman dan ia pun semakin buas menjilati memek Bu Nining.
Akhirnya Bu Nining tidak sanggup lagi menahan kencingnya. Ia biarkan air kencingnya mengucur deras dari lubang kencingnya. Pak Eman terlihat senang sekali diguyur wajahnya oleh Air kencing Bu Nining yang berwarna sedikit kekuningan itu. Tanpa rasa jijik sedikitpun, ia biarkan sedikit air kencing Bu Nining masuk ke dalam mulutnya dan menelannya. Rasanya yang pahit tidak menyurutkan niat Pak Eman untuk menelan air kencing itu.
Setelah air kencingnya selesai mengucur, Pak Eman kembali menjilati memek Bu Nining. Pak Eman sudah diselimuti oleh nafsu setan yang membuatnya tidak peduli akan rasa jijik dan kotor.
“Udah dulu jilatnya. Sini aku bersihkan dulu wajahnya” kata Bu Nining.
Bu Nining membersihkan wajah Pak Eman dengan celana dalamnya sendiri hingga kering. Setelah itu giliran Pak Eman yang merasa ingin kencing. Lalu Pak Eman meminta Bu Nining untuk mencicipi sedikit air kencingnya. Bu Nining menolaknya karena itu sangat menjijikkan. Ia bersedia untuk meminum sperma Pak Eman dibanding mencicipi air kencing Pak Eman. Namun Pak Eman tidak menyerah dan terus memaksa Bu Nining. Akhirnya Bu Nining pun mengalah dan bersedia dikencingi oleh Pak Eman.
Nanang yang mendengar hal itu menjadi tidak sabar untuk melihat Ibunya dikencingi oleh Pak Eman. Melihat Ibunya kencing tadi membuat Nanang semakin panas dan ia bersedia untuk dikencingi oleh Ibunya. Bu Nining duduk atas lantai sambil membuka mulutnya lebar – lebar. Pak Eman mengarahkan kontolnya tepat di mulut Bu Nining. Lalu air kencing Pak Eman keluar tanpa hambatan. Air kencingnya tertampung di mulut Bu Nining dan sebagian lagi ia arahkan ke tubuh Bu Nining.
“Ayo telan” perintah Pak Eman.
Bu Nining menelannya secara perlahan dan ia pun memuntahkannya lagi. Rasa pahit itu membuat Bu Nining kesulitan untuk menelannya. Pak Eman hanya tertawa melihat Bu Nining yang terbatuk – batuk.
“Aku tidak mau lagi meminum air kencing” kata Bu Nining.
“Hahaha baiklah. Ayo kita ngentot. Kontolku sudah tidak tahan dijepit oleh memek mu” ajak Pak Eman.
Bu Nining meminta posisi WOT kali ini. Pak Eman memilih untuk berbaring di lantai karena kasurnya sudah terlampau basah oleh air kencing Bu Nining. Bu Eman menjilati kontol Pak Eman sebelum memasukkannya ke dalam lubang kenikmatannya. Bu Nining memasukkannya secara perlahan hingga amblas seluruhnya. Lalu Bu Nining bergerak naik turun dengan tempo sedang. Toketnya ikut bergerak naik turun dan diremas mesra oleh Pak Eman.
“Kenapa memekmu terasa begitu nikmat ???” tanya Pak Eman sambil merasakan genjotan Bu Nining.
“Mungkin karena memekku dientot terus sama Mas Eman makanya terasa nikmat” jawab Bu Nining nakal.
Sementara itu Nanang masih sibuk mengintip dari luar jendela. Ia berkhayal sedang menggantikan posisi Pak Eman. Ia begitu iri dengan Pak Eman yang hampir setiap hari merasakan tubuh Ibunya. Lalu secara tidak sengaja Bu Nining melihat wajah Eman dari luar jendela. Saat itu kepala Eman terlalu ke atas sehingga bisa terlihat jelas dari jendela. Bu Nining sontak kaget dan segera menutupi tubuhnya dengan selimut.
“Ada apa, Ning ???” tanya Pak Eman yang ikut kaget.
“Aku melihat wajah Nanang dari jendela itu” jawab Bu Nining ketakutan.
“Tidak mungkin. Dia kan sedang beristirahat di rumah” kata Pak Eman.
“Aku yakin itu pasti Nanang. Coba Mas Eman periksa di luar” suruh Bu Nining yang sangat khawatir sekali.
Lalu Pak Eman memeriksa ke luar jendela. Ia tidak melihat apapun kecuali langit malam yang sangat gelap. Sementara Nanang sendiri berhasil bersembunyi dibalik kandang ayam yang letaknya berada tepat di depan jendela kamar Pak Eman. Karena gelap, Pak Eman jadi tidak melihat apapun di luar sana.
“Tidak ada apa – apa, Ning. Mungkin itu hanya halusinasi kamu saja” kata Pak Eman.
“Mudah – mudahan saja, Mas. Aku benar – benar kaget sekali” kata Bu Nining.
“Sudahlah. Ayo kita ngentot lagi. Kontolku masih belum puas nih” kata Pak Eman sambil menunjukan kontolnya yang tegang di depan mata Bu Nining.
Lalu kedua orang itu melanjutkan kembali pergumulan itu. Nanang yang masih sedikit syok memilih untuk pulang ke rumah. Ia juga kaget dan hampir saja ketahuan oleh Ibunya. Padahal bila ketahuan, seharusnya yang malu itu adalah Ibunya, bukan Nanang.
————————————————————-
Pada keesokan harinya, Nanang telah siap memulai hari bekerja di rumah Nyonya Arini. Belum jelas apa sebenarnya tugas yang diberikan oleh Nyonya Arini kepadanya. Yang penting ia hanya perlu bekerja sungguh – sungguh demi menyenangkan hati Nyonya Arini. Ia berpakaian rapi alakadarnya karena ia tidak memiliki pakaian yang bagus. Lalu ia langsung menuju rumah Nyonya Arini sebelum jam 8 pagi. Nyonya Arini sudah menunggu kehadirannya di depan rumahnya.
“Selamat pagi Nyonya Arini” sapa Nanang sambil membungkukkan tubuhnya.
“Pagi. Aku suka kamu datang tepat waktu. Silahkan masuk dulu. Ada beberapa hal yang harus aku sampaikan padamu” kata Nyonya Arini.
Nyonya Arini mempersilahkan Nanang untuk masuk ke dalam rumahnya. Nyonya Arini ingin menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan tugas Nanang dan fasilitas yang akan diberikan untuknya. Yang pertama, Nanang harus selalu siap siaga 24 jam untuk melayani Nyonya Arini dan tidak boleh menolak dengan alasan apapun. Nyonya Arini memberikan Nanang sebuah handphone dan ia tak lupa mengajarkan Nanang cara untuk mengoperasikannya.
Yang kedua, Nanang harus menjalankan dan mengikuti semua perintah Nyonya Arini dan tidak boleh membantah. Yang ketiga, Nanang harus selalu berpakaian rapi bila sedang bekerja. Nyonya Arini memberikannya beberapa pakaian baru karena ia tidak suka melihat penampilan Nanang sekarang ini. Meski sudah rapi, tetap saja kesan jorok dan kumuhnya masih terlihat.
Yang keempat, Nanang akan diberikan sebuah kamar tidur sebagai tempat untuk beristirahat. Nyonya Arini menganjurkan Nanang untuk menetap di rumahnya dan sesekali saja pulang ke rumah. Untuk yang satu ini, Nanang memilih untuk menolak karena ia merasa kasihan dengan Ibunya yang tinggal seorang diri.
Nyonya Arini juga memberikan Nanang sebuah sepeda motor sebagai kendaraan agar Nanang bisa tiba di rumah Nyonya Arini tepat waktu. Kemudian sebagai bagian terakhirnya, Nanang disuruh untuk menandatangani sebuah surat yang berisi semua kesepakatan yang telah diutarakan oleh Nyonya Arini tadi. Bila Nanang melanggarnya, maka Nanang harus mengganti semua fasilitas dan pemberian dari Nyonya Arini. Di kertas tersebut juga tertulis jumlah gaji yang diterima Nanang setiap bulannya. Nanang begitu kaget dengan jumlah uang yang ia terima setiap bulannya. Jumlah itu terlalu banyak baginya. Ia berharap kali ini Nyonya Arini benar – benar jujur dengan apa yang tertulis di kertas tersebut.
“Selamat bekerja” kata Nyonya Arini sambil bersalaman dengan Nanang.
Tugas pertama yang harus dilakukan Nanang adalah belajar mengemudikan mobil. Nyonya Arini ingin Nanang merangkap profesi sebagai pengawal dan supir pribadinya. Ia juga berencana untuk menjadikan Nanang sebagai satu – satunya pengawalnya. Nyonya Arini sendiri sedikit risih dengan banyaknya pengawal yang berada disekitarnya. Nyonya Arini pun memilih untuk memberhentikan beberapa orang yang selama ini menjadi pengikutnya demi menekan anggaran pengeluaran. Setelah belajar mengemudi mobil, Nanang dilatih untuk disiplin dalam bekerja. Nyonya Arini tidak suka dengan orang yang lalai dalam bekerja. Setelah semua itu selesai dilakukan, barulah Nyonya Arini mengajak Nanang untuk melakukan tugas lapangan pertamanya. Nyonya Arini mengajak Nanang pergi ke sebuah rumah yang letaknya cukup terpencil dan berada di pinggiran desa. Maksud kedatangan Nyonya Arini adalah untuk menagih hutang kepada keluarga petani miskin yang tinggal di rumah itu. Sudah tiga bulan lamanya mereka menunggak hutang tersebut. Nyonya Arini memilih untuk pergi berdua saja dengan Nanang. Setibanya di rumah itu, seluruh penghuni rumah tersebut tampak ketakutan melihat kedatangan Nyonya Arini.
“Bayar hutang kalian !” bentak Nyonya Arini.
“Beri kami sedikit waktu lagi Nyonya. Kami belum ada uang” kata si Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga di rumah tersebut.
“Kalian pikir aku ini bisa terus bersabar. Cepat bayar atau aku suruh pengawalku ini untuk mengacak – acak rumah kalian” ancam Nyonya Arini.
Lalu si Ibu tersebut memberikan sedikit uang kepada Nyonya Arini. Uang tersebut belumlah cukup untuk bisa membayar hutang mereka. Nyonya Arini menjadi marah besar dan memerintahkan Nanang untuk mengacak – acak rumah keluarga itu dan mengambil barang berharga yang bisa dibawa. Nanang hanya berdiri kaku karena ia tidak ingin melakukannya. Kini ia menyesal telah bekerja di rumah Nyonya Arini. Ia pikir tugasnya hanya sekedar melindungi Nyonya Arini. Ternyata ia harus menjadi seorang eksekutor bagi orang – orang yang tidak membayar hutang kepada Nyonya Arini.
“Kenapa kamu diam saja ??? Cepat masuk ke dalam dan cari barang berharga mereka” bentak Nyonya Arini yang sudah tidak mampu lagi menahan emosinya.
Mau tak mau Nanang pun menjalankan perintah Nyonya Arini. Ia menarik nafas dalam – dalam sebelum masuk ke dalam rumah tersebut. Ia berusaha untuk merubah dirinya menjadi orang jahat.
Lalu dengan langkah berani, Nanang mengobrak – abrik seluruh isi rumah. Ia mencari barang berharga yang bisa dijadikan tebusan untuk membayar hutang. Si Ibu berusaha menahan Nanang untuk tidak melakukan hal itu. Nanang pun berkali – kali meminta maaf kepada si Ibu karena semua ini bukanlah kehendaknya. Dari penggeledahan itu, Nanang berhasil menemukan sebuah kalung emas dan beberapa barang elektronik tua yang bisa dijadikan sebagai alat untuk membayar hutang. Namun Nyonya Arini menganggap semua itu belum cukup.
“Bagaimana kalau kita ambil saja rumah mereka ???” tanya Nyonya Arini kepada Nanang.
Si Ibu pun bersujud di depan Nyonya Arini. Ia menangis sambil memohon agar rumahnya tidak diambil. Ia bersedia melakukan apa saja agar ia tidak kehilangan rumahnya.
Nanang merasa kasihan dengan si Ibu tersebut. Ia tidak bisa berbuat apa – apa karena saat ini ia bagaikan menelan buah simalakama. Nyonya Arini pun memikirkan sebuah cara untuk bisa menyenangkan hatinya.
“Baiklah kalau begitu. Aku punya cara lain agar hutangmu bisa segera lunas” kata Nyonya Arini.
“Apa itu, Nyonya ??? Aku bersedia melakukan apapun” kata si Ibu dengan penuh pengharapan.
“Aku mau kamu ngentot dengan pengawalku itu” kata Nyonya Arini yang membuat si Ibu dan Nanang terkejut.
“Apa tidak ada cara lain Nyonya ???” tanya si Ibu tersebut.
“Aku tidak terima tawar – menawar. Kamu lakukan atau aku ambil rumahmu” kata Nyonya Arini.
Nanang sendiri merasa sedih dengan pekerjaan yang ia lakukan saat ini. Ia merasa kesal dengan kelakuan Nyonya Arini yang seenaknya saja memberikan cara – cara aneh demi melunaskan hutang si Ibu. Kemudian si Ibu pun setuju untuk bercinta dengan Nanang. Nanang sendiri mencoba untuk memohon kepada Nyonya Arini dan ia pun mengancam Nanang karena Nanang terlalu banyak bicara. Ia mengingatkan Nanang soal kontrak yang telah disepakati. Nanang berusaha tegar menjalani semua cobaan yang sedang ia hadapi.
Koleksi Cerita Dewasa Terbaru 2018 | Nyonya Arini meminta keduanya untuk bercinta di luar rumah dan di depan matanya. Si Ibu pun dengan terpaksa melepas kain yang dipakainya. Kemudian sedikit menungging sambil kedua tangannya menopang pada batang pohon. Tiba – tiba saja gairah Nanang muncul setelah melihat pantat si Ibu yang bulat seperti milik Ibunya. Hanya saja bentuk memeknya sudah tidak lagi menarik. Bibir memeknya sudah menggelambir karena sudah melahirkan empat orang anak. Lalu Nanang membuka celananya hingga selutut. Kontol Nanang yang besar, hitam, dan panjang itu terbuka bebas. Si Ibu dan Nyonya Arini langsung terkejut melihat bentuk kontol Nanang yang tidak lazim itu. Si Ibu itu saja terlihat ketakutan melihat ukuran kontol Nanang.
“Besar sekali kontol itu” gumam Nyonya Arini.
Kemudian Nanang berdiri di belakang si Ibu yang sudah pasrah untuk disodok oleh Nanang. Si Ibu berpesan agar Nanang melakukannya dengan hati – hati. Lalu Nanang pun mencoba mengingat pelajaran seks yang ia lakukan dengan Mbak Yuyun. Ia meludahi kontolnya dan memek si Ibu sampai basah.
Kemudian ia menggesek kontolnya di bibir memek si Ibu. Tubuh Ibu itu sontak bergetar seperti tersengat listrik. Kemudian dengan perlahan Nanang memasukkan kontolnya ke dalam lubang memek si Ibu. Wajah si Ibu tampak meringis kesakitan menahan perih. Ia merasa lubang memeknya seperti sedang dimasukkan sebuah benda yang berukuran sangat besar. Bahkan milik almarhum suaminya, kontol Nanang masih lebih besar 3 kali lipat.
Kemudian kontol Nanang pun berhasil masuk semuanya. Si Ibu meminta Nanang untuk memberikannya waktu untuk beradaptasi. Nanang merasakan jepitan yang luar biasa dari memek si Ibu. Bahkan jepitannya masih lebih baik daripada jepitan memek Mbak Yuyun. Setelah dirasa cukup beradaptasi, si Ibu pun menyuruh Nanang untuk menusuk memeknya secara perlahan. Nanang hanya bisa memejamkan mata merasakan nikmatnya lubang memek si Ibu. Si Ibu hanya bisa mendesah dan meringis kesakitan. Sementara Nyonya Arini hanya terpaku melihat batang kontol Nanang. Ia merasa ngeri sekaligus penasaran dengan kontol Nanang. Kemudian Nanang menaikkan tempo genjotannya. Si Ibu tidak bisa berbohong kalau saat ini ia mulai menikmatinya. Ia sudah orgasme berkali – kali, tapi kontol Nanang membuatnya ingin terus digenjot.
“Oh gusti, kontol ini terasa nikmat. Aku ingin keluar lagi” gumam Si Ibu.
Pergumulan keduanya dilihat secara langsung oleh keempat anak si Ibu yang masih kecil – kecil. Mereka tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh si Ibu. Ibu tersebut pun meminta anaknya untuk masuk ke dalam rumah. Ia malu dilihat tengah ngentot oleh anak – anaknya.
“Masuklah, Nak. Jangan lihat Ibu seperti ini” perinta si Ibu.
Kemudian keempat anaknya itu masuk ke dalam rumah. Kini ia berkonsentrasi dengan kontol Nanang. Nanang mendiamkan dirinya dan tanpa sadar si Ibu yang kini bergerak maju mundur menggenjot kontol Nanang.
“Dasar lonte munafik. Ternyata kamu ketagihan dientot” maki Nyonya Arini kepada si Ibu.
Si Ibu tidak peduli dengan makian Nyonya Arini. Ia hanya ingin menikmati setiap gesekan dari kontol Nanang. Nanang hanya bisa mengerang pelan. Ia pun mulai merasakan orgasmenya sudah hampir tiba. Ia menahan pantat si Ibu dan dengan brutalnya menusuk kontolnya dengan sangat cepat.
“Berhentiiii ! Memekkuuu sakiiitttt !” Jerit si Ibu.
Nanang sama sekali tidak peduli karena orgasmenya sudah tiba diujung. Tak lama kemudian ia pun mengeluarkan lahar panasnya di dalam memek si Ibu.
Ia mengeluarkannya dengan sangat banyak dan membuat si Ibu menjadi ketakutan. Nyonya Arini juga terlihat takjub dengan denyutan kontol Nanang yang tidak berhenti. Kemudian Nanang mencabut kontolnya. Si Ibu pun terkulai lemas dengan menyenderkan dirinya di pohon. Lelehan sperma Nanang keluar dari memeknya bagaikan susu yang tumpah dari gelas. Si ibu masih merasakan perih dan nikmat di memeknya. Nanang sendiri merasa lega setelah mengeluarkan spermanya. Rasanya lebih nikmat ketimbang mengeluarkan spermanya di luar memek.
“Ini aku kembalikan kalungmu. Lain kali jangan berhutang kalau tidak bisa membayarnya” kata Nyonya Arini dan kemudian mengajak Nanang pergi.
Si Ibu begitu senang karena kalung pemberian suaminya tidak jadi diambil Nyonya Arini. Hanya itu satu – satunya harta benda yang dimiliki oleh si Ibu. Namun yang ia pikirkan saat itu bukanlah kalung atau hutangnya itu, melainkan kontol Nanang yang telah membuatnya orgasme berkali – kali.
Sementara itu Nyonya Arini masih terus kepikiran dengan kontol Nanang. Ia tidak percaya kalau Nanang memiliki ukuran kontol yang cukup hebat. Selama ini ia telah menyicipi banyak kontol pria – pria muda, namun tidak pernah menemukan kontol sehebat kontol Nanang. Ia pun bertekad untuk bisa mencicipi kontol Nanang setelah melihat ekspresi si Ibu yang begitu menikmati setiap sodokan kontol Nanang.
Satu minggu pun telah berlalu semenjak Nanang bekerja di rumah Nyonya Arini. Tanpa sadar, Nanang kini telah berubah menjadi pemuda yang sangat ditakuti.
Ia seperti iblis yang sangat kejam. Warga desa satu per satu mulai membencinya dan menganggapnya sebagai bakteri penyakit yang harus dimusnahkan. Warga juga sangat menyayangkan dengan keputusan Nanang yang memilih bekerja di bawah perintah Nyonya Arini. Setiap kali Nanang melintas, warga mencemooh dan memakinya. Rumah Nanang pun kerap dijadikan sebagai serang dari warga. Tanpa diketahui Nanang, selama ini Ibunya telah tinggal di rumah Pak Eman. Ibunya juga sudah jarang mengurus sawah dan kerjanya hanya memuaskan nafsu batin Pak Eman.
Nanang sendiri juga tidak pernah pulang dan malah memilih untuk tinggal di rumah Nyonya Arini. Di rumah tersebut ia bisa makan enak dan menikmati semua fasilitas yang ada di rumah tersebut. Nyonya Arini mempersilahkan Nanang untuk berbuat sepuasnya karena ia benar – benar suka dengan kinerja yang dilakukan Nanang. Selain itu ia juga berusaha untuk mencuri perhatian Nanang agar ia bisa dengan segera menikmati kontol Nanang. Nanang juga sudah begitu akrab dengan Nyonya Arini. Ia tidak segan untuk mengobrol atau sekedar becanda dengan Nyonya Arini. Malah kelihatannya Nanang yang berhasil membuat Nyonya Arini bertekuk lutut.
Pada akhir pekan, Nyonya Arini mengajak Nanang untuk pergi ke kota. Ia ingin menghabiskan uangnya dengan berbelanja di kota. Nyonya Arini berencana untuk menginap satu malam di kota. Nanang terlihat senang sekali karena sangat jarang ia bisa pergi ke kota. Selama ini ia hanya menghabiskan waktu senggangnya dengan memancing atau berkumpul bersama teman – temannya.
Lalu mereka pun tiba di kota dengan menaiki mobil Nyonya Arini. Hanya dalam waktu singkat, Nanang sudah terbiasa mengendarai mobil Nyonya Arini. Nyonya Arini meminta Nanang untuk mengunjungi sebuah mall besar karena ia ingin belanja habis – habisan di mall tersebut. Nyonya Arini memintanya untuk menemaninya berbelanja.
Nanang yang kampungan sampai terkagum – kagum melihat mall modern yang sedang ia kunjungi itu. Nyonya Arini tidak begitu peduli dengan sifat kampung Nanang dan memilih untuk berbelanja.
Nyonya Arini belanja banyak sekali sehingga Nanang kesulitan untuk membawa belanjaan Nyonya Arini. Lalu Nyonya Arini mampir ke sebuah toko pakaian dalam khusus wanita. Nanang ikut masuk ke dalamnya meski ia ditertawakan oleh wanita – wanita penjaga toko. Ia tanpa malu melihat koleksi pakaian dalam yang terpampang di toko itu.
Matanya pun tertuju pada beberapa gambar wanita yang tengah menjadi model pakaian dalam. Ia begitu takjub dengan tubuh para model itu yang menurutnya sangat luar biasa. Ia pun berangan – angan untuk bisa melakukan seks dengan mereka meskipun itu sangatlah tidak mungkin. Kedatangan Nyonya Arini ke toko pakaian dalam itu bukanlah tanpa alasan. Setibanya di hotel tempat mereka menginap nanti, ia ingin Nanang melayani nafsunya yang sudah lama tidak tersalurkan Ia sengaja untuk membeli beberapa pakaian dalam baru agar ia terlihat seksi di depan Nanang nantinya.
“Apakah ini terlihat seksi untukku ???” tanya Nyonya Arini sambil menunjukkan sebuah celana dalam bermotif hitam putih seperti zebra.
“Ukurannya sangat kecil sekali Nyonya. Apa muat kalau Nyonya yang pakai ???” kata Nanang sambil membayangkan Nyonya Arini mengenakan celana dalam itu. Ia merasa celana dalam itu terlalu kecil untuk pinggul Nyonya Arini yang menurutnya sangatlah besar.
“Ini kan terbuat dari bahan karet. Pasti akan muat bila aku pakai” kata Nyonya Arini.
“Bagaimana kalau yang ini saja ???” kata Nanang dengan menyarankan sebuah celana dalam G – String berwarna hijau tua dengan sisi depan yang transparan.
“Seleramu bagus juga. Padahal kamu itu hanya orang kampung” kata Nyonya Arini dan Nanang hanya tertawa malu mendengarnya.
Kemudian Nyonya Arini membeli beberapa pasang pakaian dalam dan juga gaun tidur. Setelah puas berbelanja dan makan untuk mengisi perut, Nyonya Arini langsung mengajak Nanang menuju hotel.
Nyonya Arini sengaja memesan satu kamar saja dengan alasan agar Nanang dengan mudah mengawasinya. Nyonya Arini tampak tersenyum senang karena ia sudah tidak sabar lagi untuk segera “bermain” dengan Nanang. Setelah tiba di kamar, Nanang diperintahkan untuk menunggu di luar kamar selagi dirinya berganti pakaian. Nanang dengan setia menunggu di depan pintu kamar selama hampir setengah jam lamanya. Lalu pintu kamar terbuka dan Nanang dipersilahkan masuk. Alangkah terkejutnya Nanang dengan pemandangan indah yang tersaji di depan matanya. Ia melihat sesosok wanita cantik nan seksi bagaikan bidadari.
Ia bingung apakah benar wanita yang ada di depannya itu adalah Nyonya Arini atau bukan. Yang pasti wanita itu telah berhasil memikat hatinya dan membuat gairahnya mulai mendidih. Wanita yang dilihatnya tentu saja Nyonya Arini. Ia sudah berdandan rapi dan cantik selama setengah jam hanya untuk Nanang. Selain itu ia juga mengenakan lingerie berwarna ungu yang tadi ia beli. Lingerie itu begitu transparan sehingga pakaian dalam serba hijau yang dikenakan Nyonya Arini terlihat dengan sangat jelas.
Nyonya Arini sengaja berpenampilan seperti itu demi mendapat perhatian Nanang. Dan ternyata Nanang telah masuk ke dalam perangkapnya. Nanang seakan tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Kemudian Nanang masuk ke kamar dan Nyonya Arini segera menguncinya.
Ia hidupkan pendingin ruangan agar terasa sejuk. Nanang hanya diam terpaku dengan matanya yang nakal tak berhenti untuk melihat keseksian Nyonya Arini. Toket Nyonya Arini bahkan terlihat lebih besar dari milik Ibunya dan begitu juga dengan pantatnya yang ikut bergoyang ketika Nyonya Arini berjalan. Lalu Nyonya Arini mempersilahkan Nanang untuk duduk di sofa sembari dirinya menuangkan segelas anggur untuk mereka berdua.
“Silahkan diminum. Ini sangat enak sekali” kata Nyonya Arini sambil memberikan segelas anggur untuknya.
Nanang mencium aroma anggur itu. Baunya cukup sedap dan tampaknya mengasyikkan. Nanang mengikuti cara Nyonya Arini bagaimana menyantap anggur tersebut sebelum diminum. Ia memutar – mutarkan gelas tersebut seperti yang Nyonya Arini lakukan. Lalu ia meminumnya sedikit dan rasanya terasa asam baginya. Ternyata rasanya tidak terlalu sedap dibanding baunya. Ia lebih suka minum teh manis daripada minum anggur. Nyonya Arini menyuruh Nanang untuk meneguk anggur itu sampai habis. Setelah itu Nyonya Arini berbaring tengkurap di atas tempat tidur. Dengan sengaja ia mengangkat lingerienya sedikit ke atas dan memamerkan pantatnya yang bulat. Mata Nanang mencoba untuk menghindar, namun pantat Nyonya Arini bagaikan magnet yang membuat matanya sulit untuk tidak menatapnya. Pantat Nyonya Arini sangat putih dan mulus. Berbeda dengan milik Ibunya yang penuh dengan benjolan dan bekas luka.
“Pijat punggungku” perinta Nyonya Arini.
Kemudian Nanang mendekati Nyonya Arini dan duduk di sampingnya. Dengan tangan yang gemetaran, Nanang memijat punggung Nyonya Arini dengan lembut. Ia memijat mulai dari punggung bagian atas sampai pinggang dan begitu seterusnya. Dengan sekuat tenaga Nanang menahan nafsunya yang mulai mengganggu pikirannya. Tubuhnya terasa panas dan nafasnya mulai terasa berat. Nyonya Arini mulai menyadari hal itu dan masih ingin memancing nafsu Nanang sebelum memulai permainan utama.
“Pijat pantatku juga. Jangan hanya punggungku saja” perinta Nyonya Arini.
Kali ini nafsu Nanang benar – benar sudah meledak. Ia meremas pantat Nyonya Arini dan terasa hangat di tangannya. Nanang memberanikan dirinya dengan mengelusnya sampai paha. Kontolnya semakin berontak di dalam celananya. Ia pun berkhayal tengan menjepit kontolnya di belahan pantat Nyonya Arini. Nanang semakin nakal dan ia ingin melihat bentuk memek Nyonya Arini.
Ia berpura – pura memijat pantat Nyonya Arini sambil membuka belahannya. Samar – samar ia melihat belahan memek Nyonya Arini yang sepertinya sangat menggairahkan. Nyonya Arini hanya tersenyum dan berharap Nanang melakukan hal yang lebih berani lagi. Nyonya Arini pura – pura tidur sambil mendengkur. Nanang merasa ia sedang di atas angin untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih.
Nanang menurunkan celana dalam Nyonya Arini sedikit agar memeknya bisa sedikit terlihat. Nanang membuka belahan pantatnya dan kali ini ia bisa melihat memek Nyonya Arini dengan jelas. Ia menggesek jarinya di bibir memek Nyonya Arini. Kali ini Nyonya Arini sangat menikmatinya dan ia pun juga sudah tidak tahan lagi menahan nafsu nakalnya itu. Nanang merasakan memek Nyonya Arini semakin basah dan lengket. Secara tidak sengaja jarinya terpeleset dan masuk ke dalam lubang memek Nyonya Arini. Sontak Nyonya Arini mengerang dan terbangun.
“Aaahhhhhhh…Apa yang kamu lakukan ???” tanya Nyonya Arini berpura – pura marah.
“Ma…Maaf Nyonya. Aku tidak sengaja melakukannya” jawab Nanang ketakutan.
Ia pun beranjak dari duduknya dan berdiri di sudut ruangan sambil ketakutan. Ia takut Nyonya Arini akan memarahinya dan memecatnya. Nyonya Arini ikut bangkit dan mendekati Nanang. Ia menatap mata Nanang dengan tajam seolah – olah ia sedang marah besar. Tanpa Nanang duga, Nyonya Arini malah memeluknya dan mencium bibir Nanang dengan mesra. Nyonya Arini semakin berani dengan mengelus dan meremas tonjolan besar dibalik celana Nanang. Nanang merasakan ngilu dan nikmat disaat yang bersamaan. Nanang hanya pasif ketika dicium ganas oleh Nyonya Arini. Ia belum pernah berciuman seperti itu dan membiarkan Nyonya Arini yang melakukannya. Di saat mulut Nanang sedikit terbuka, Nyonya
Arini langsung memasukkan lidahnya. Lidahnya menari – nari di dalam mulut Nanang dan Nanang pun mulai merespon dengan memainkan lidahnya juga.
“Kamu membuatku gila kontolku sayang” kata Nyonya Arini sambil terus mencium dan menjilati wajah Nanang. Kini Nyonya Arini seperti orang yang sedang kerasukan dan ia sulit mengontrol pikirannya.
Nyonya Arini begitu puas mencium bibir Nanang. Akibatnya, lipstik yang ia kenakan menjadi rusak dan menempel sebagian di wajah Nanang. Alhasil wajah Nanang menjadi sedikit merah. Setelah puas berciuman, Nyonya Arini langsung membuka celana dalamnya. Ia pun mengambil posisi nungging di atas tempat tidur. Ia membuka belahan pantatnya dan memamerkan memeknya yang merekah merah itu.
“Jilat memek ku sayang. Buat aku terbang melayang dengan lidahmu itu” pinta Nyonya Arini.
Nanang bagaikan anjing yang kepalaparan. Ia langsung menerkam memek Nyonya Arini yang tampak menggiurkan. Nanang pun teringat akan gaya Pak Eman ketika menjilati memek Ibunya. Ia menjulurkan lidahnya secara perlahan dan menjilatinya. Wajah Nanang menjadi masam karena cairan memek Nyonya Arini yang sangat asin. Ia tidak begitu suka dengan cairan tersebut. Selain itu baunya juga tidak terlalu sedap. Ia jadi heran kenapa Pak Eman sangat suka menjilati memek Ibunya.
“Kenapa tidak kamu jilat ??? Jangan sampai memek ku kering” kata Nyonya Arini yang sudah hilang kesabaran.
“Bau dan rasanya gak enak, Nyonya” kata Nanang dengan polosnya
“Semua memek memang seperti itu bau dan rasanya. Apa sebelumnya kamu tidak pernah melakukan ini ???” tanya Nyonya Arini.
“Belum Nyonya. Aku hanya sekedar memasukkan kontolku ke dalam memek” jawab Nanang.
Nanang sama sekali tidak begitu suka dengan yang namanya petting. Ia lebih suka memasukkan kontolnya langsung ke dalam lubang memek. Nyonya Arini memaksa Nanang untuk mengikuti kemauannya. Lagi – lagi masalah kontrak menjadi ancaman Nyonya Arini. Nanang memejamkan matanya dan kembali menjilati lubang memek Nyonya Arini. Rasa asin dan bau amis itu membuat Nanang ingin muntah.
Nyonya Arini merasa belum puas dengan jilatan Nanang. Ia hanya merasakan lidah Nanang menjilati disekitar lubang memeknya saja. Kemudian Nyonya Arini berbaring di tempat tidur. Ia merasa saatnya untuk mengajari Nanang untuk lebih tahu apa itu seks sebenarnya. Nyonya Arini meminta Nanang untuk mendengarkan semua ajarannya. Dimulai dari bagian memeknya, Nyonya Arini menjelaskan apa itu labia mayora, labia minora, dan bagian yang paling merangsang yaitu klitoris.
Nanang merasa lucu dengan bentuk klitoris Nyonya Arini yang sedikit besar seperti butiran kacang. Nyonya Arini menyuruh Nanang untuk menggosok klitorisnya dengan jempolnya. Nanang melakukannya dengan lembut dan Nyonya Arini sangat menyukainya karena Nanang cepat belajar. Kali ini Nyonya Arini menyuruhnya untuk menjilatinya. Nanang tidak menduga kalau rasa asin itu sedikit tidak terasa di bagian klitorisnya. Rasa asin yang menyengat itu hanya terasa di bagian lubang memeknya saja. Nanang begitu menikmatinya dan dengan senangnya ia menjilati klitoris itu hingga Nyonya Arini menggelepar seperti ikan yang berada di darat.
“Iyaahhhh yang ituuuu….Ooohhhh enaaakkkkk itilnyaaaa…ohhh yaaa….ooouuhhhhhh…teruuusssss” desah Nyonya Arini.
Nanang begitu betah menjilati klitoris itu. Sesekali ia menjilati lubang memek Nyonya Arini karena meskipun rasanya tidak enak, tapi masih membuatnya penasaran. Mata Nanang pun tertuju pada lubang anus Nyonya Arini yang berwarna hitam gelap itu. Ketika ia menjilati memek Nyonya Arini, lubang anus itu tampak berkedut. Nanang yang penasaran pun menjilati anus Nyonya Arini.
Betapa senangnya Nyonya Arini karena Nanang melakukannya tanpa perintahnya. Nyonya Arini kembali nungging agar Nanang bisa leluasa menjilati anusnya. Ia membuka pantatnya lebar – lebar agar lidah Nanang bisa menjilati seluruh permukaan anusnya. Nanang sangat suka dengan lubang anus itu. Ia mencucukkan lidahnya berulang kali dan ia tidak mendapati rasa apapun.
“Kamu suka anusku, Nang ???” tanya Nyonya Arini.
“Suka, Nyonya. Anus Nyonya membuatku semakin betah untuk menjilatinya” jawab Nanang sambil menggosok anus Nyonya Arini dengan jempolnya.
“Nikmati terus. Aku ingin kamu memuaskanku malam ini” kata Nyonya Arini.
Lama – kelamaan lidah Nanang mulai lelah dan kaku. Nyonya Arini memakluminya dan sudah saatnya ia untuk mencicipi benda yang membuatnya menjadi tergila – gila. Ia menyuruh Nanang untuk berbaring di tempat tidur. Dengan perlahan Nyonya Arini membuka celana Nanang.
Ia sengaja untuk melakukannya dengan pelan agar ia semakin bergairah. Nanang sendiri juga membiarkan Nyonya Arini berbuat apa saja sesukanya. Yang penting malam ini ia akan melakukan seks lagi dan kali ini ia melakukannya dengan orang yang dulu sangat dibencinya. Perasaan benci itu seketika hilang di malam ini.
Setelah celananya terbuka, kontol Nanang yang sudah ereksi sempurna terlihat begitu menantang. Kontolnya sudah semakin keras dan siap untuk mencari lubangnya. Nyonya Arini sampai ngeri melihat ukuran kontol Nanang. Lalu ia mengelus kontol Nanang yang terasa hangat ditelapak tangannya. Kerasnya kontol Nanang seperti batang pohon yang besar. Nanang merasakan nikmat karena elusan yang lembut itu.
Ia berharap Nyonya Arini segera menikmati kontolnya dengan mulutnya. Tak perlu menunggu lama, kontol Nanang kini sudah berada di dalam mulut Nyonya Arini yang hangat. Kontolnya hanya bisa masuk seperempat ukuran saja di dalam mulut Nyonya Arini. Saking gemasnya, Nyonya Arini menggigit kontol Nanang hingga berbekas. Nanang menjerit karena perihnya. Namun rasa perih itu langsung berubah nikmat ketika Nyonya Arini menjilati kontolnya.
“Kontol kamu besar dan kuat. Apa boleh aku memilikinya ???” tanya Nyonya Arini sambil mengocok kontol Nanang.
“Boleh, Nyonya. Apapun akan aku lakukan demi Nyonya” jawab Nanang.
“Jawaban yang bagus. Mulai sekarang kamu harus menyediakan kontolmu untukku” kata Nyonya Arini.
Lalu Nyonya Arini kembali memainkan kontol Nanang di dalam mulutnya. Ia menjadi semakin liar karena kontol Nanang. Ia menjilati dan menghisapnya sesuka hati. Nanang sekuat tenaga menahan agar spermanya tidak keluar. Namun dengan binalnya Nyonya Arini ia tidak yakin akan bisa menahannya lebih lama lagi. Jilatan dan hisapan Nyonya Arini lebih baik ketimbang yang dilakukan Mbak Yuyun.
“ooohhhh kontol enakkkk…beriii aku pejuuhmuuu ooohhhhh….haaammmmmm…haaammmmm” erang Nyonya Arini semakin gila.
Nanang yang sudah dikuasai oleh nafsunya pun menarik tubuh Nyonya Arini ke atas tubuhnya. Ia mencium bibir Nyonya Arini dengan ganas meski belum begitu mahir. Ia meremas pantat dan sesekali mencolokkan jarinya ke dalam lubang memek Nyonya Arini.
“Apa kamu mau ngentot ??? Ahhhhhhh….Aaahhhhh” tanya Nyonya Arini dengan nakalnya.
“Ma….Mau Nyonya” jawab Nanang.
“mau apa ??? jawab yang jelas” pancing Nyonya Arini sambil mengocok kontol Nanang dengan tempo yang lebih cepat.
“Mau ngentot dengan Nyonya” jawab Nanang.
“Siapa yang mau kamu entot ???” Nyonya Arini semakin memancing gairah Nanang untuk lebih nakal lagi.
“Aku mau ngentot memek Nyonya Arini…Aaahhhhh…Nyonyaaaaa…Aahhhhh” jawab Nanang sambil mengerang.
“Anak pintar. Mulai sekarang kamu harus jadi tukang entotku ya” kata Nyonya Arini.
Kemudian Nyonya Arini langsung menunggangi kontol Nanang. Ia tidak peduli dengan memeknya yang perih karena dipaksakan masuk oleh kontol Nanang yang besar. Nanang membuka lingerie Nyonya Arini dan juga BH nya. Ia penasaran dengan bentuk toket Nyonya Arini yang ternyata lebih besar dan kenyal ketimbang milik Ibunya. Ia takjub ketika melihat pentilnya yang sangat panjang dan besar.
Ia meremas toket Nyonya Arini sambil ikut menggerakkan pinggulnya menusuk memek Nyonya Arini. Memek Nyonya Arini sangat sempit sehingga ia kesulitan untuk menusuknya. Tapi Nyonya Arini malah semakin bersemangat dan ia tidak bisa mengontrol gerakannya.
“Aahhhhh…Nananggg sayangggg…Aaahhhhh…Entottt akuuu…Entooottt akuu sayangggg…Aaahhhh” kata Nyonya Arini dengan semakin nakal.
Nanang semakin bergairah mendengar erangan erotis dari Nyonya Arini. Ia pun menahan pinggul Nyonya Arini dan menusuk kontolnya dengan cepat. Mata Nyonya Arini terbuka lebar merasakan memeknya yang terisi penuh oleh batang kontol Nanang. Air liurnya bertumpahan seperti seekor anjing.
“Entott akuuuu Nanggggg…ENTOOTTT AKUUUUUUU !” Jerit Nyonya Arini dengan sangat kuat.
Lalu Nanang mulai lelah dan ia pun berhenti sejenak. Tanpa sadar Nyonya Arini sudah dua kali orgasme karena tusukan maut yang dilakukan Nanang. Memeknya terasa kebas seperti mati rasa.
Ia tidak bisa merasakan kedutan memeknya. Setelah beberapa menit beristirahat, Nanang kembali menggenjot Nyonya Arini dengan posisi konvensional. Nanang tak bisa berhenti dan terus menggenjot memek Nyonya Arini. Begitu juga dengan Nyonya Arini yang tidak mau menyerah untuk merasakan gesekan nikmat itu.
Toket Nyonya Arini bergerak naik turun. Tubuh keduanya basah oleh keringat. Lalu keduanya berganti posisi dan kali ini dengan posisi doggystyle. Nanang memukul dengan keras pantat Nyonya Arini dan membuatnya semakin bergairah. Lubang Anus Nyonya Arini terlihat begitu menggairahkan. Nanang berpikir untuk bisa memasukkan kontolnya ke dalam lubang anusnya yang kecil itu. Lalu Nanang mengeluarkan kontol dan membuat gairah Nyonya Arini menjadi tersendat.
“Kenapa kamu cabut ??? Ayo Entot lagi Nanang” kata Nyonya Arini sambil menggoyangkan pantatnya.
“Aku mau memasukkannya di sini” kata Nanang sambil mencucuk anus Nyonya Arini.
Nyonya Arini pun terkejut. Nanang langsung mendekapnya sehingga Nyonya Arini tidak bisa berontak. Nyonya Arini tidak ingin Nanang menusuk anusnya karena rasanya pasti akan sakit. Nanang menekan kontolnya dengan sedikit paksaan hingga lubang anus Nyonya Arini mulai sedikit terbuka. Nyonya Arini begitu kaget dan ia mulai merasakan sakit yang amat perih.
Air matanya menetes karena tak sanggup menahan perih di dinding anusnya. Nanang tidak peduli dan terus memaksa masuk ke dalam anus Nyonya Arini hingga setengah ukuran kontolnya. Kemudian Nanang mengeluarkan kontolnya dan ia melihat ada noda berwarna merah di batang kontolnya. Noda itu berasal dari dinding anus Nyonya Arini yang lecet karena terlalu dipaksa.
Lalu Nanang memasukkannya lagi dan mengeluarkannya lagi hingga anus Nyonya Arini sedikit renggang. Perlahan rasa sakit itu berubah menjadi nikmat. Nyonya Arini mulai menikmati tusukan kontol Nanang di anusnya. Ia meminta Nanang untuk melakukannya dengan perlahan. Nanang pun mengerti dan menusuk kontolnya dengan perlahan. Nanang merasa kontolnya semakin dijepit di lubang yang lebih sempit.
“Uuuhhhh…Enak juga ya Nang….Ahhhhhh….tusuk anusku lebih dalam lagi” pinta Nyonya Arini.
Kini Nyonya Arini semakin menikmati tusukan di anusnya. Rasa perih itu sudah hilang sepenuhnya. Penetrasi yang dilakukan kontol Nanang sangat membantunya untuk menghilangkan rasa sakit itu. Nyonya Arini juga tak mau tinggal diam. Ia ikut menggerakkan pantatnya agar Nanang ikut merasakan kenikmatan itu. Ia melihat ke arah cermin besar yang ada di sampingnya.
Ia melihat dirinya yang sedang ngentot dengan Nanang. Ia memperhatikan kontol Nanang yang keluar masuk di dalam anusnya. Ia merasa seperti anjing yang sedang kawin. Ia benar – benar beruntung bisa memperkerjakan Nanang. Seandainya dari dulu ia tahu kalau Nanang punya kontol sehebat itu, ia pasti sudah merasakan kenikmatan itu sejak dulu.
Di usianya yang sudah hampir setengah abad, mutlak baginya untuk terus merasakan seks. Selama hidupnya ia tidak pernah merasakan kenikmatan dalam bersenggama. Bahkan dengan suaminya sekalipun. Ia sudah pernah bercinta dengan banyak pemuda tampan, tapi tetap tak bisa menyalurkan hasrat seksnya dengan sempurna.
| Hanya Nanang, seorang pemuda desa yang berwajah tidak begitu tampan, berkulit gelap, dan juga udik, yang bisa membuatnya terbang melayang setinggi mungkin. Mulai saat ini ia tidak ingin kehilangan kontol Nanang walau hanya sedetik. Ia ingin terus merasakan kenikmatan itu hingga ia benar – benar tidak sanggup lagi untuk melakukannya.
“Nyonya….Aku…aahhhhh…Aku mau keluarrr….AAhhhh” lenguh Nanang sambil terus memompa anus Nyonya Arini.
“Keluariinn di dalam memek aja, Nang….Aku juga mau keluarrr…Sama – sama ya….Aahhhhh” suruh Nyonya Arini. BERSAMBUNG
The post Cerita Dewasa Terbaru – Nanang Mulai Terbujuk appeared first on CeritaSeksBergambar.