Namaku Arya, siswa SMA kelas 11 di sebuah sekolah menengah atas yang cukup terkenal di kota XX. Aku dikenal sebagai salah satu siswa yang aktif dan punya banyak teman. Tapi, ada satu hal yang membuatku jadi bahan pembicaraan di kelasku yaitu hubunganku dengan Tina, teman sekelasku yang cantik dan kulitnya putih glowing, pokoknya cewek idaman cowok-cowok di skeolahku, dan aku berhasil mendapatkannya.
Tina adalah cewek yang luar biasa cantiknya, dan idola semua cowok baik di kelas maupun di luar sekolah. Setiap di jalan pasti banyak yang ngelihatin dia. Kulitnya putih mulus, tubuhnya lumayan tinggi, dan bentuk tubuhnya montok dan berisi, rambutnya juga hitam panjang. Kecantikannya membuat banyak cowok di sekolah iri padaku dan banyak yang tanya gimana bisa mendapatkan cewek seperti Tina, bahana da yang menduga kalau aku pakai pelet untuk mengikat hati Tina, namun sebenarnya itu tidak benar, Tina murni suka padaku karena hatinya memang suka, bukan karena aku pelet, yang menuduh pelet itu adalah orang yang iri karena tidak bisa mendapatkan cewek seperti Tina. Tina bukan hanya cantik, tapi juga pintar, terlebih dalam pelajaran Matematika dan bahasa Inggris. Dia selalu mendapat nilai tinggi dan sering membantuku dengan tugas-tugas sekolah.
Setiap hari di sekolah, aku dan Tina selalu bersama. Teman-teman di kelas sudah tahu kalau kami berpacaran. Dimana ada aku, di situ pasti ada Tina. Kami bahkan duduk satu meja di kelas.
“Sayang, kamu udah siap untuk ulangan matematika hari ini?” tanya Tina sambil duduk di sebelahku dan membuka buku catatannya.
“Siap nggak siap sih,” jawabku sambil tersenyum. “Untung ada kamu yang selalu bantuin aku belajar.”
Tina tersenyum manis. “Tenang aja, aku selalu di sini buat kamu.”
Saat ke kantin, Tina juga selalu ikut. Kami sering makan berdua di pojok kantin sambil ngobrol dan bercanda. Teman-teman cowokku kadang-kadang meledek kami.
“Eh, lihat tuh pasangan paling romantis di kantin,” celetuk Budi, salah satu teman sekelas kami.
Aku hanya tertawa dan menggenggam tangan Tina. “Biarin aja, Yang penting kita bahagia.”
Tina tersenyum dan mencubit pipiku. “Iya, yang penting kita bahagia.”
Saat jam pelajaran olahraga, Tina selalu ada di dekatku, kecuali jika olahraga yang menghatruskan cewek dengan cewek, cowok dengan cowok. Saat bermain basket atau sepak bola, dia selalu duduk di bangku penonton sambil menyemangatiku.
“Ayo Arya! Kamu pasti bisa!” teriak Tina sambil melambaikan tangan.
Setiap kali aku mencetak gol atau melakukan aksi yang keren, aku selalu melirik ke arah Tina yang tersenyum bangga. Setelah permainan selesai, dia akan datang menghampiriku dan memberikan pelukan.
“Kamu keren banget tadi,” katanya sambil menyeka keringat di dahiku.
“Makasih, sayang,” jawabku sambil memeluknya kembali.
Di kelas, Tina sering membantuku mengerjakan tugas sekolah. Jika ada yang aku tidak pahami, dia dengan sabar menjelaskannya.
“Ini tuh sebenarnya gampang, Arya. Kamu cuma perlu paham konsep dasarnya dulu,” kata Tina sambil menunjuk buku catatanku.
“Oh, begitu. Makasih ya, Tina. Kamu emang jago banget,” kataku sambil tersenyum.
“Ya, itulah gunanya pacar yang pintar,” jawabnya dengan senyum yang manis.
Kami juga sering berciuman dan berpelukan di sekolah, seolah-olah kami sudah suami istri. Bahkan teman-temanku banyak yang memergoki aku berciuman dan pelukan sama Tina, tapi masa bodoh, salah mereka kenapa ga punya pacar. Akut idak malu berciuman dengan Tina, walau di sekitarnya ada teman-temanku baik cowok atau cewek, Tina juga PD aja dan tidak merasa risih. Kamu lanjut berciumans ampai puas bahkan aku remas-remas toketnya juga di kelas, teman-temanku pada melongo.
“Hey, Arya, sini dong,” bisik Tina suatu hari saat jam istirahat.
“Ada apa?” tanyaku sambil mendekat.
“Aku cuma pengen ini,” jawab Tina sambil menarikku ke sudut kelas lalu Tina menciumku. Setiap dia menciumku aku remas-reman toketnya yang besar itu. Tina menggelinjang keenakan akibat aku remas toketnya. Di toilet sekolah bahkan kami sering berduaan, aku co,mek memeknya sampai muncrat, dia suka dan dia itu pingin banget aku colmek terus, kecualisa at dia sedang haid.
Di luar sekolah, kami juga sering jalan bareng. Entah itu ke rumah teman, nonton film di bioskop, atau sekadar jalan-jalan di taman kota. Setiap momen bersama Tina selalu terasa istimewa.
“Weekend ini kita ke rumah Budi, yuk. Dia ngajak kita buat main game bareng,” ajakku pada Tina.
“Boleh, asyik tuh. Aku udah lama pengen main game bareng kalian,” jawab Tina dengan semangat.
Saat kami tiba di rumah Budi, teman-temanku sudah menunggu. Kami bermain game dan bercanda bersama. Meskipun berada di antara banyak teman, aku dan Tina tetap tidak bisa jauh-jauh dari satu sama lain.
“Kalian ini beneran pasangan yang nggak bisa dipisahkan ya,” komentar Rina, teman sekelasku yang lain.
Tina hanya tertawa dan merangkulku. “Ya begitulah. Arya itu soulmate aku.”
Suatu hari, di saat jam pelajaran kosong, kami duduk berdua di pojok kelas. Aku memperhatikan Tina yang sedang serius menulis sesuatu di buku catatannya. Ada sesuatu yang nakal dalam pikiranku, dan aku mendekatinya pelan-pelan.
“Tina, kamu lagi ngapain sih?” bisikku.
“Nggak ada, cuma nulis catatan aja. Kenapa?” jawabnya sambil melirik ke arahku.
Aku tersenyum nakal dan mendekatkan wajahku ke telinganya. “Aku pengen sesuatu dari kamu.”
Tina tersenyum sambil menatapku dengan tatapan menggoda. “Apa itu, Arya?”
Aku menatap bibirnya yang merah merona. “Aku pengen ngentot kamu di toilet sekolah, sekarang.”
Tina tertawa kecil. “Kamu udah gak kuat ya sayang, kamu pasti beberapa hari ga coli ya, eh eh eh kacian?”, “Udah ga usah ngeledek, ayuk, spermaku udah penuh nih.”. “Iya iya sayang, apa sih yang enggak buat kamu.”
lantas kami berdua menuju toilet sekolah, waktu itu jam kosong sekolah karena grunya tidak hadir. Pertama-tama aku dulu yang menuju ke toilet, baru di susul Tina agar tidak menimbulkan kecurigaan,. Kami ngentot di toilet cewek karena kondisinya lebih bersih dan wangi.
Setelah masuk ke toilet, aku mencium Tina dengan penuh nafsu birahi, aku buka bajunya, aku keluarkan toketnya dari BH nya dan aku sedot toketnya dengan kuat, Tina mendesah keenakan, tanganku aku mainkan di memeknya, aku masukkan jari-jari tanganku ke sela-sela sempaknya dan aku masukkan ke dalam memeknya kemudian aku mengocoknya, perlahan memek Tina basah oleh cairan memek dan itulah saatnya aku memasukkan kontolku yang sudah ngaceng dari tadi.
Aku pelorotkan sempak Tina dan aku masukkan kontolku yang besar ke dalam memeknya. Aku cukup sering mengentotnya, seminggu bisa 4 kali. Aku menggenjot Tina dengan gerakan pelan dan semakin lama semakin cepat, kontolku bergerak maju mundur dengan cepat. Kami ngentot dengan posisi berdiri. Kaki Tina aku tahan dengan tangan membuat selangkangannya terbuka dan memeknya juga melebar. Aku entot dia dengan cepat dan sekuat tenaga. “Tina sayang aku mau ngecrot, ahhh, ahhh, ahhhh”, croottt, crootttt, croootttt. Aku tembakkan spermaku lansgung di dalam memeknya, sambil aku genjot terus keluar masuk ememknya. Cairan spermaku banjir di dalam memeknya dan menetes-netes keluar, lantas Tina mengulum dan menyedot ontolku dengan mulutnya untuk membersihkan sperma yang melumuri kontolku. “Ahh enak banget sayang, memekmu enak”, kataku. “Apalagi kontlmu sayang, ueennaakk banget, spermamu juga manis, aku suka”, jawab Tina. Setelah ngentot kamu membersihkan kelamin kami, Aku membersihkan kontoku, dan Tina membersihkan memeknya dengan Tisu. Setelah itu kami membenarkan pakaian kami setelah itu Tina keluar lebih dulu kemudian aku menyusul untuk kembali ke kelas. Sesampainya di kelas pacarku Tina sudah duduk di kursinya kemudian aku datang dan duduk di sampingnya seraya memgang tangannya “luar biasa” kataku.”Kamu puas kan sayang?” tanyanya. “tentu puas don sayangku.”. “Aku takut kamu gak puas, kartena memekku sudah kendor kamu entot terus”, kata Tina. “Semakin kendor semakin enak sayang, kan yang ngentot memek kamu cuma aku”, jawabku. “Iya sayang, hanya kontolmu aja yg boleh masuk memekku”, jawabnya.
AKu sangat beruntung punya pacar seperti Tina.