Istriku lebih muda 2 tahun dariku. Di usia pernikahan kami yang sudah 4 tahun kami baru memiliki seorang putra berumur 3 tahun yang lagi lucu-lucunya. Dialah yang selalu menjadi tumpuan semangatku.
Sebelum aku menikah aku sudah kerja di bank dan sesudah menikah pun aku masih bekerja di sana. Berhubung istriku hanya mengurusi anak, jadi dia tak banyak kegiatan. Tak heran jika ia sering mengeluh selalu sendirian bila siang hari karena aku baru pulang sekitar jam lima sore.
Untuk memberinya kesibukan, kubuatkan ia sebuah warung sembako kecil-kecilan di depan rumah kontrakan kami.
Setelah satu bulan berjalan, ternyata hasilnya cukup lumayan dan ketika kutambah modal, hasilnya pun meningkat di bulan berikutnya.
Akhirnya aku dan istriku memberanikan diri mengambil tabungan kami untuk menyewa toko di pasar. Tapi berhubung modal yang ada masih kecil, jadi kami hanya bisa menyewa toko yang letaknya agak ke dalam dari pasar. Barang yang kami jual adalah tas dan sepatu yang sedang digemari kaum remaja.
Belum juga habis bulan pertama barang jualan kami sudah ludes terjual dan sudah dua kali mengambil barang dari luar provinsi.
Hasilnyapun sangat lumayan bagi kami. Jadi kuputuskan untuk berhenti bekerja dari bank dan karena aku merupakan orang yang cukup berprestasi di bank itu aku disuruh bertahan. Tapi karena tekatku sudah bulat untuk berwirausaha, perusahaan akhirnya menyetujui pengunduran diriku.
Aku dapat uang pesangon yang lebih besar dari umumnya pesangon-pesangon lain karena aku dianggap sudah banyak membantu kemajuan bank.
Uang pesangon itu kami gunakan sebagai modal untuk mengambil banyak barang sebagai stok per bulan dari provinsi lain dan kami sudah berpindah menyewa di toko yang berlokasi dekat jalan pasar.
Tak diduga-duga toko kami jadi semakin ramai, meskipun tidak setiap hari. Itulah sebabnya aku dan istriku belum menggunakan jasa pelayan toko karena kami masih ingin merintis berdua. Toko kami cukup kecil jika dibandingkan dengan toko-toko yang ada di pasar, tapi toko kami memanjang ke arah belakang.
Jadi seperti gerbong kereta api yang memanjang ke dalam, sehingga di bagian belakang toko bisa kami isi dengan tempat tidur untuk beristrirahat di siang hari.
Anakku sering tidur di sana ketika kami bertiga menunggui toko.
Meja kasir tokoku terletak di ujung ruang toko dan kasur busa yang biasanya digunakan anakku tidur ada di belakang meja kasir ini. Karena tokoku hanya selebar 3 meter dan meja serta kasurku hanya 2 meter jadi ada sedikit ruang untuk lalu-lalang.
Biasanya istriku yang tertidur di kasur busa itu bersama anakku. Jika toko sedang sepi kuisi waktu senggangku dengan berinternet ria menggunakan HP.
Suatu siang ketika istriku tertidur di sebelah anakku dan toko memang sedang sepi aku iseng browsing internet dan tak sengaja aku malah menemukan gambar kasus foto porno yang heboh saat itu. Siang-siang begitu aku malah tegang sendiri.
Saat sedang asyik-asyiknya lihat gambar hot aku dikagetkan oleh istriku.
“Mas, siang-siang kok ya malah liat gambar kayak gitu…?” tanyanya.
“He..he..he… gak sengaja tadi ketemu ini,” jawabku.
“Mas, kok keras sih punyamu?” tanya istriku yang tangannya terpeleset dan tersenggol bagian bawah tubuhku.
“He..he..he… abis liatin ini sih. Mah, aku nafsu nih…” bujukku.
“Hus… ini lagi di toko, trus ada dedek lagi tidur,” katanya.
“Emutin aja deh, Mah… aku dah gak tahan…” bujukku lagi.
“Gak ah, Mas… takut nanti dedek bangun trus liat mamanya lagi ngemut punyanya papanya, hayo… mau bilang apa nanti,” katanya.
“Bentar aja, Mah… dah gak tahan nih… bentar aja kok cuman mau ngeluarin isinya aja biar tidur lagi punyaku.”
Entah karena istriku kasihan padaku atau apa, akhirnya dia mau juga.
Berhubung meja kasir tingginya hampir sedada ketika kami duduk dan juga bagian bawah meja tertutup dengan kayu, jadi istriku mungkin mau karena tak kelihatan dari depan toko yang banyak orang lewat.
Istriku tetap duduk bersebelahan denganku dan tangannya dengan lincah memelorotkan celanaku hingga ke lutut berserta celana dalamku. tangannya langsung naik turun di “milikku” yang sudah keras dan disusul dengan caplokan mulutnya dengan lahap.
Kunikmati oral istriku sambil sesekali pura-pura main HP.
Tak lama kemudian aku mengalami ejakulasi di mulut istriku. Ia memandangku, seperti kebingungan mau mencari tempat untuk membuang cairanku yang ada di dalam mulutnya.
“Telen aja, Mah.. gak enak mau dibuang di luar takut diliat orang,” kataku.
Kulihat istriku menelannya dengan ekspresi lucu dan langsung menenggak air mineral yang ada di meja kasir, sementara aku membenahi celanaku.
“Banyak banget yang keluar, Mas?” tanyanya.
“Gak tau, Mah.. mungkin karena suasananya tegang kali,” kataku.
Siang itupun berlalu seperti biasanya sampai kami pulang ke rumah.
Suatu hari anakku tidak ikut ke toko bersama kami karena dia dijemput neneknya yang hanya berjarak 7 kilometer.
Biasanya kami akan menjemputnya dari rumah neneknya bila kami sudah tutup toko untuk mengajaknya pulang sekalian jalan-jalan dengan motorku tersayang.
Hari itu agak sepi pembeli yang datang ke toko. Siang sekitar jam 12 istriku tidur di kasur busa di belakang meja kasirku yang sedang kutunggui.
Ketika aku menoleh ke belakang istriku yang saat itu sedang menggunakan pakaian terusan yang panjang bagian bawah bajunya tersingkap hingga ke paha yang membuat gairahku bangkit.
Karena tak tahan lagi, aku ikut berbaring di belakang istriku sambil membelai-belai pahanya. Sesaat kemudian ia terbangun.
“Mas, nanti aja di rumah ya… gak enak, kalau di sini nanti ada yang beli,” katanya.
“Bentaran aja kok, Mah… bentar aja…” rayuku.
“Ya udah… bentar aja ya… jangan lama-lama nanti ada yang beli.” jawabnya.
“Iya.. bentar aja kok,” jawabku.
“Jangan gini posisinya, nanti berisik. Aku di atas aja, Mas telentang…” katanya.
Namanya juga napsu sudah di ubun-ubun, meskipun sedang jaga toko, kamu pun meluapkan libido kami. Memang tak senyaman kalau lagi bercinta di kamar tertutup, tapi sensasinya sama sekali berbeda.
Antara tegang kalau-kalau ada orang datang ke toko kami dengan nikmatnya hubungan intim. Untungnya sampai kami berdua mencapai klimaks tak ada satu pengunjungpun yang datang.
Kalau dipikir-pikir, kami nekat juga bercinta di siang bolong saat toko buka.
“Enak juga ya, Mas… aku sampe deg-degan,” kata istriku dengan napas agak tersengal.
“Aku juga, Mah… rasanya gak kuat banget dan rasanya kayak mau meledak,” guyonku.
Itu adalah yang pertama sekaligus terakhir kami melakukan quickie di toko, karena sekarang aku sudah punya toko sendiri yang di atasnya kujadikan tempat tinggal alias ruko dan aku memperkerjakan 2 pegawai wanita yang putus sekolah.
Jadi di saat aku mendadak nafsu, istriku langsung menuntunku ke kamar kami yang di atas toko.
Anakku kutitipkan ke pegawai kami untuk kami berduaan dulu di kamar. Walaupun lebih leluasa bergoyang ranjang, tapi tetap saja tak bisa seseru dulu.