Cerita Dewasa – Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.
“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?
Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam membayang di spandexnya.
Hmm… mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku. Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.
“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan.”
“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
“Ah, biasa aja lageee..hehehe”
Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Firda. Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita yang mungil.
Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku.
“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”
Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…
“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.
Mati aku… berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….
“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik ambil tertawa.
Aku Cuma tersenyum.
“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya.”
Tepat saat Rika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Firda keluar dari kamarku.
Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Firda ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya.
Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah.
“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.
Firda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
“Ceklek….!”
Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Firda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Firda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya.
Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.
“firda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
“Eh…anu…ini lho…”kudengar Firda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.
“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”
“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Firda lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.
“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.
“Sini liat.” Rika menghampiri Firda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Firda, tanpa perlawanan dari Firda.
“Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?”
“udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Firda. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.
“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam.
“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Firda ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.
“Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.
“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan tawarannya kepadaku.
“Apa syaratnya, Rik?”
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
“Iya, apaan syaratnya?” Firda ikut bertanya
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”
“WHAT?” aku dan Firda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”
“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Firda saling berpandangan. Kuhampiri Firda, kubelai tangan dan rambutnya. Firda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika. Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Firda segera membuka kaosnya.
Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Firda menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Firda dan Rika.
Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.
“Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”firda merintih. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.”
“Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Firda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera k usosor memiaw Firda yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”firda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.
Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”firda da terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya. ‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”
“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. photomemek.com Baik itil maupun memiaw Firda sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.
Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Firda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Lin da menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.
Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Firda. Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Firda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.
“Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.
“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”
Kulihat Firda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku m elumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Firda sangat terawat, kencang.
Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.
“Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Firda mulai mengejang lagi.
“Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”
Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Firda. Blessss…….
“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”pantat Firda tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam da n kuhentikan sejenak disana.
Terasa sekali memiaw Firda berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.
“Ayo, ndre…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon.
Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk ….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Firda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar.
Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya. Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
“ Firda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek.
Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Firda, makin kencang pula pelukannya. Nafas Firda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.
Karena denyutan memiaw Firda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
“Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.
“No problem honey…aku safe kok….”sahut Firda. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”
”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Firda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.
AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooo ttttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Firda, sampai-sampai ia tersentak.
Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.
Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Firda merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Firda. Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.
“Plllookkkkk….”
Kupandangi memiaw Firda yang masih membengkak dan merah dengan lubang menganga. Firda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Firda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa.
Akibatnya, telapak tangan Firda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah be rcampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Firda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawnya untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.
“Brani kam telen lagi?” tantangku.
“Idih…syapa takut….”firda balas menantangku. “Nih liat ya….”
Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…
“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Firda nampak puas menikmati pejuh ditangannya.
“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…” Firda tertawa geli.
“Tuh…masih ada sisanya ditangan. belum bersih.” Sahutku.
“Tenang, NDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Firda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Firda sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, Fir…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..ta pi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.”
“Tau gitu tadi aku semprot dimuka kamu aja ya..” sesalku
“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Firda tersenyum
“Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Firda
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. yaitu dengan memasukan kedua jarinya ke vagina rika aktivitas seperti itu bisa disebut juga dengan masturbasi.
rika pun kulihat-lihat merasakan kenikmatan yang didapat saat melakuan maturbasi otot otot mukannya menegang kelihatan seperti nafsu yang telah lama terpendam tidak dilampiaskan.,,,,,,,,,,,,,,,