Baru saja aku pulang dari makan-makan bersama teman-teman SMP merayakan ulang tahunku yang ke 25. Tiba-tiba teringat satu kisah. Ini ceritaku dan terjadi sepuluh tahun yang lampau. Waktu itu aku masih bocah yang ingin tahu segalanya. Ibuku adalah pengurus dharma wanita yang sibuk ditambah sebagai pejabat di beberapa yayasan. + a
Ayahku adalah ayah tiri yang menikahi Ibu saat aku berumur 5 tahun. Aku memanggilnya Pa’cek. Ayahku orang yang ganteng dan berwibawa. Meskipun dengan Ibu tidak memiliki keturunan, namun beliau tidak menceraikan Ibu. Sadar diri kalau dia yang mandul. Aku anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakakku wanita semua dan pada saat itu kakakku sudah tidak tinggal di rumah. Dua orang sudah menikah sedang kakakku tepat di atasku sedang kuliah di Jawa. + a
Menjadi anak tunggal di rumah ada enak dan tidak enaknya. Ayahku sangat sayang dan memanjakanku. Kalaudia mendapat rejeki dia selalu membelikan apa saja yang kuminta. Aku mendapat TV dan VCD di kamarku sendiri. Justru ibu kandungku yang sering protes. Memang efeknya aku jadi jarang belajar dan agak bandel. Meskipun demikian ibuku tidak bisa berkutik karena tiap semester aku selalu berada dalam 10 besar terbaik meskipun bukan yang nomer 1. + a
Aku sering mendapat pinjaman VCD bokep dari teman-teman SMP kadang bahkan anak SMA kenalanku. Aku menonton di komputer di kamarku. Alasanku lebih mudah diklik dan aman. Orang tuaku jarang di rumah. + a
Namun hari itu aku benar-benar ceroboh atau mungkin sial. Hari itu aku tidak menonton bokep di komputer tetapi di VCD. Aku ingin gambar yang lebih lebar, pikirku. + a
“Alfond!!” tiba-tiba ayahku sudah didalam. Mati aku! Kok bisa masuk? Padahal… ah aku lupa mengunci pintu. Untung saja aku tidak sedang onani. Tapi tetap saja gambar orang yang sedang bersanggama tidak bisa hilang sekali klik. Mana remote entah kemana Lagi… Aku panik. Aku tidak cepat menemukan remotku. + a
“Sudah, sudah. Kalau mau nonton ya nonton saja. Kamu kan sudah besar…” Aku masih menduga-duga kemana keinginan Ayah. Walau Ayah sangat memanjakan dan tak pernah marah namun ini mungkin akan lain. Ayah masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Dia duduk di kasurku dan ikut menonton. Ayah diam akupun diam. Terkadang aku melirik mata ayah yang seakan sedang menonton film biasa. + a
Kucoba tenang seperti Ayah. Namun aku tetap saja tidak tenang karena ada Ayah waktu itu. Setelah beberapa lama kami dalam diam, aku merasa bosan dan makin gelisah saja. + a
“Fond, kamu tahu tidak, kontol Pa’cek lebih besar dari itu…” katanya dengan muka serius. Aku memandang tidak percaya dengan perkataan yang baru saja kudengar. Aktor porno yang di VCD sebesar kontolku 17 cm 4 cm. Aku sudah bangga karena di antara teman-temanku, kontolku tampak paling besar. Aku sering sombong bahwa ukuran kontol menentukan kepandaian. Tentu saja itu sangat tidak berdasar. + a
+ a
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
“Owh ya?” kataku asal saja tidak tertarik. Aku sama sekali tidak melirik ke gundukan di selakangan. Aku lebih tertarik milik wanita. Ayah membiarkanku mengira-ngira dan tampaknya memang besar. Kontol Ayah kandungku juga pasti besar buktinya aku keturunannya. Ayah tiriku tidak ada pertalian keluarga dengan almarhum ayah. Tetapi entah bagaimana Ibu begitu beruntung selalu mendapat pria dengan kemaluan yang besar. + a
Yo
Ah… pemikiranku terlalu jauh sampai ke asal-usulku. Waktu itu aku yakin aku normal. Aku lebih suka menonton payudara dan vagina yang memerah. Aku suka lihat lekuk tubuh perempuan. Sekarang pun begitu. Namun peristiwa berikut ini telah mengubahku. Mengubah hidupku. Wajah Ayah tiba-tiba mendekat lalu mencium pipiku. Kurasakan pipinya yang kasar dan aroma foam bercukur yang begitu maskulin. Bukan ciuman singkat tapi lebih ke …. ah aku tidak mengerti cara untuk menggambarkannya. + a
Dia memelukku dengan erat dengan lengan yang kekar dan bisep yang menonjol. Aku meronta minta dilepas. Meski sewaktu kecil Ayah tiriku sering memeluk dan memangkuku namun aku tidak suka dipeluk sekarang. Aku sudah besar bukan anak kecil lagi. Pelukannya juga lain. Nafasnya mendengus dan agak memaksa. Aku meronta namun apa daya badan kekar Ayah menelikungku sehingga aku yang kurus ini tak bergerak. Ayah semakin bernafsu dia menyedot dan mengulumi bibirku. Rasanya manis terasa nikotin Ayahku di mulutku. + a
“Pa’cek jangan. Jangan yo…” pintaku sambil terus meronta. Entah bagaimana aku sudah telanjang bulat. Bahkan dengan badan yang masih ditindih begitu. Kontolku yang sedari tadi menegang karena rangsangan video bokep menjadi lemas. Namun Ayah tidak peduli dan tetap menciumi tubuhku. Menjilati leherku. Bahkan menggigit putingku. Aku terus meronta sampai berkeringat. + a
Rasa takut mulai menjalariku. Rambutku basah. Matakupun terasa mulai basah. Aku merasa sangat benci dengan Ayah. Aku sangat jijik dengan ciuman- ciuman itu. Geli saja rasanya. + a
“Jangan ya Pa’cek….” antara takut tetapi mulai penasaran. Ayah membuka resleting dan memelorotkan celana. Segera tampaklah kontol Ayah yang super besar itu. Suatu kali di lain waktu aku pernah mengukurnya, 20cm panjang dan hampir 4,5 cm tebalnya. Aku kalah besar. Di sekitar kontolnya tampak rambut yang lebat. + a
“Aaahhh…” Ayahku melenguh pelan dan tersenyum tampak menikmati. Kini badan Ayah yang kekar menindihku. Badan Ayah berotot dan perutnya sixpack. Dia memang rajin ke gym dan renang. Di perutku terasa kontolnya yang keras mengganjal digesekkan dengan keras. Aku merasa takut dengan yang Ayah akan lakukan. + a
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tiba-tiba saja ayah mulai mengelusi badanku. Pungggungku, dadaku, lalu pantatku. Aku tidak menyangka sama sekali kalau ayah menginginkan menusuk aku. Duh! Aku mengalihkan badanku menjauh dari jangkauan Ayah. Terutama anusku yang dia inginkan. Aku membalik badanku dan menutupi kontolku dan mataku. Aku merasa malu melihat Ayahku telanjang bulat begitu di depanku. + a
Dia menciumi bibirku. Lidahnya mencoba menerobos deretan gigiku. Ludahnya terasa membasahi bibirku. Aku merasa sesuatu yang enak tapi sama sekali tak terpikir olehku untuk merespon. Nafas Ayah mendengus- dengus keras tanda nafsunya sudah terbakar. Dia menciumiku berkali-kalilalu berbalik menindihku. Dia memegang kedua lenganku lalu menggosok- gosokkan kontolnya ke kontolku. Entah mengapa kontolku menegang lagi. Namun tak lama Ayah merobah posisinya jadi agak berdiri. Lalu turun ke lubang kontolku. + a
“Pa’ceeeekk.. jangan. Tolong…” kataku meronta tapi tidak menjerit. Terus terang tiba-tiba aku menjadi ketakutan. Aku tidak mau jadi wanita yang disanggama. Aku kan bukan wanita. Tetapi di pihak lain aku tak mampu melawan tubuh Ayah yang kekar. Tubuhku yang kerempengdan kurus begini tak sanggup melawan cengkeraman Ayah. + a,,,,,,,,,,,