Haduh, makin ricuh saja. Kenapa pula aku bangun kesiangan hari ini, padahal biasanya aku selalu bangun subuh untuk menunaikan ibadah. Memang sedang sial aku hari ini. Setelah selesai mengoleskan sunblock diseluruh tubuhnya, Desi memasang posisi tengkurap di kursi panjang itu, dan mengulurkan sunblock kearahku.
“Pak James, bolehkah saya meminta tolong?” Tanya Desi.
Aku langsung mengerti Desi ingin meminta tolong mengoleskan sunblock di area belakang tubuhnya. Aku mengambil sunblock itu dari tangannya Desi, dan mulai mengoleskannya di bagian belakang tubuhnya, mulai dari leher, punggung, pinggang, paha, dan kaki.
“Maaf pak, jika tidak merepotkan, aku juga minta tolong di area pantat pak.” Kata Desi dengan sopan.
Aku memang sengaja melewati area pantat, karena aku ngerti dengan berbagai macam implikasi yang timbul. Mulai dari akunya bisa makin terangsang, sampai Desi nya bisa merasa risih. Tapi yah berhubung dia minta, aku mengoleskannya juga di pantat Desi. Ooohhh, pantatnya kenyal dan cukup bulat, aku jadi membayangkan aku sedang doggy style dengan Desi, ups…
“Sudah nih Des, apa lagi yang mao dioles?” Tanyaku.
“Terima kasih banyak, pak.” Kata Desi seraya membalikkan tubuhnya lagi, sehingga buah dada kembarnya dan selangkangannya yang indah tampak kembali.
Aku segera kembali ke kursi panjangku, dan berbaring sambil melihat ke langit. Melihat ke langit membuatku melupakan semua masalah, dari masalah pekerjaan di kantor, masalah rumah, dan masalah apapun. Aku memejamkan mataku, dan hampir tertidur, ketika tiba-tiba…
“Pak, oleskan dulu pak sunblock-nya.” Suara Desi terdengar.
Aku membuka mataku, dan pemandangan pertama yang kulihat adalah dua bukit kembar Desi. Buset, lama-lama Desi bisa bernasib sama nih seperti Emi. Aduh tahan James, Desi sudah menikah, sudah menikah.
“Aku oleskan ya pak. Ayo tengkurap pak.” Kata Desi.
Aku menurut saja, dan tengkurap di kursi panjangku. Aku merasakan Desi mulai mengoleskan sunblock dari leher, turun ke punggung. Enak sekali rasanya, apalagi sesekali Desi juga menyisipkan pijatan kecil. Aku merasakan Desi menarik celana pantaiku turun kebawah, sehingga sekarang aku telanjang, tapi masih dalam posisi tengkurap. Desi mulai mengoleskan sunblock di pantat, paha, dan kakiku. Lalu, ia menyuruhku berbalik. Eits buset, masa aku harus berbalik, bisa-bisa aku yang sedang terangsang ini kelihatan oleh Desi, ah tapi cuek lah, siapa juga yang kaga terangsang melihat tubuh Desi yang indah itu. Aku pun berbalik, dan melihat Desi yang sedang mengoleskan sunblock di telapak tangannya untuk diusapkan ke badanku. Setelah ia melihatku dalam keadaan telanjang, ia tampak terdiam sebentar. Bola matanya bergerak-gerak mengamati seluruh tubuhku. Bola matanya berhenti cukup lama saat ia memandangi batang kemaluanku yang sudah menegang.
“Kenapa Des? Kagum sama badanku?” Godaku.
“Sepertinya sih begitu pak hehehe. Habis badan bapak bagus sekali, idaman semua wanita pak. Apalagi titit bapak, sepertinya nikmat sekali jika dimasukkan ke dalam memek milikku.” Desi balas menggoda.
Sialan nih anak. Kugoda, dia malah balas menggoda dengan kekuatan godaan dua kali lipat. Desi mulai mengoleskan sunblock nya, dari kakiku, menjalar keatas sampai ke paha dan selangkanganku. Batang penisku sempat ia kocok 3-4 kali sambil mengoleskan sunblock di penisku. Setelahnya, usapan tangannya naik ke perut, dada, tangan, dan pundakku. Terakhir di muka dan keningku. Pada saat ia mengoleskan sunblock di keningku, ia memasang posisi bukit kembarnya tepat di depan mukaku, entah ia sengaja atau tidak.
Aih, ini sih aku makin terangsang saja, dan sampai lama-lama bisikan iblis menyuruhku untuk nekat menghisap puting susunya dan meremas buah dadanya. Akhirnya, aku menyerah kepada bisikan iblis, dan mulai meremas buah dada kirinya dengan tangan kananku, dan menghisap puting susu buah dada kanannya. Desi tetap sibuk memijit-mijit keningku walau dua bukit kembarnya sudah ada dalam tangan dan bibirku. Aku merasakan napas Desi mulai terengah-engah, maka ia kini ganti mengusap-usap rambutku, dan mulai meraba-raba pundak dan dadaku. Lama-lama, isapan dan remasanku di bukit kembarnya semakin liar, napas Desi pun makin memburu.
“Baa… bapaakk handaal… sekalii mainnya… E… Emii pasti puass… yaa semalam…” Desah Desi dengan nada yang terputus-putus.
Baru segini udah dibilang mainnya handal? Heh, belum tahu apa-apa dia. Birahi sudah mulai menguasai dan menggelapkan pikiranku, sehingga semua akal sehatku sudah tertutup. Aku mulai menjalarkan ciuman dan jilatanku ke lehernya, sementara kedua tanganku masih meremas dan memuntir puting susu Desi.
“Dess… Body kamuu… baguuss jugaa… aku makiin… ga ta… tahaan babee…” Desahku juga dengan nada terputus-putus. fantasiku.com
Aku mulai meraba-raba perut dan pahanya. Sedikit berminyak akibat sunblock, tapi kehalusannya masih tetap terasa. Jilatanku kembali menjalar kebawah, melewati pundak kanan, buah dada kanan, berputar-putar di puting susu buah dada kanannya, perut, paha kanan, pindah ke paha kiri, dan selangkangannya.
“Aaahhhh… uuuhhhh… Ba.. baappaakkk… nikmaaatt paakk… ” Desah Desi.
Setelah itu, aku mulai mengulum dan menjilati daerah lubang kemaluan Desi. Desahannya makin menjadi-jadi, dan kini tangannya sibuk menjambak rambutku sampai hampir rontok. Setelah itu, aku melepaskannya, dan berbaring di kursi panjang.
“Ayo Des… gantiaann… Sekarangg kamuu yang aktiiff…” Desahku.
Desi mulai merangkak diatas tubuhku, dan menggenggam batang penisku, dan mulai mengocok-ngocoknya dengan lembut. Tidak lama kemudian, ia mulai menjilati ujung batang penisku. Aku benar-benar kegelian mendapat rangsangan itu. Kemudian, ia mulai memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya, dan menggerakan kepalanya naik turun. Kepalaku benar-benar pusing mendapat perlakuan yang sangat hot dari Desi. Tidak hanya menaik turunkan kepalanya, lidahnya ikut bermain-main dengan handalnya melilit penisku. Gawat ini, bisa-bisa aku keluar duluan sebelum menu utamanya. Maka, kuangkat kepalanya, dan kubaringkan dia di kursi panjang tempat aku semula berbaring, dan kutindih tubuhnya. Dalam posisi itu, kuciumi bibirnya, sambil juga menelusupkan lidahku ke dalam mulutnya. Desi pun membalas dengan respon positif. Ia juga menjulurkan lidahnya untuk menyambut lidahku. Kini lidah kami saling berpilin-pilin untuk memberikan rangsangan ke lawan main kami. Keringat kami pun mulai mengucur, entah karena sinar matahari yang panas, atau rangsangan dari lawan main kami. Tiba-tiba, ia mendorongku dengan sangat keras ke samping, sehingga aku terjatuh ke pasir. Aku lupa bahwa tenaganya sangat kuat. Setelah terjatuh di pasir diantara dua kursi panjang, Desi berdiri dari kursi panjang tempatnya tadi kugumuli, dan kemudian menyeretku ke area pasir yang lumayan lapang. Buset, ini aku seperti kerbau peliharannya saja, dengan mudah ia menyeretku. Setelah sampai di area pasir yang cukup lapang, ia merangkak diatas tubuhku, dan mulai mengarahkan batang penisku ke arah lubang kemaluannya.
“Pakk… De… Desii boleehh masuk…?” Tanya Desi.
“Ayoohh… Dess..” Desahku.
Bless… tidak pakai lama, Desi langsung mendorong pantatnya kearah batang penisku tidak sampai 2 detik setelah aku menjawab. Tidak pakai membuang-buang waktu, Desi memutar-mutar pantatnya dengan irama yang rapi. Tidak hanya pantatnya yang diputar-putar, ia juga meliuk-liukkan perutnya bagai penari, sehingga bukit kembarnya ikut berputar-putar, dan memasang ekspresi wajah yang nakal. Gila, mendapat rangsangan di penisku dan melihat pemandangan yang bukan main aduhainya, kepalaku benar-benar pusing.
“Kenapaa paakk?” Goda Desi.
“Gapapa Dess… Kamuu… bener-bener gila…” Kataku.
Desi terus mengulek-ngulek penisku dengan irama yang semakin cepat. Aku semakin tidak tahan, kalau begini terus, aku bisa kalah. Maka kubangkitkan badanku, dan mulai meremas-remas dan mengulum kedua puting susu Desi. Desi hanya bisa mendesah-desah kenikmatan.
“Terruuss paakk.. hisaap terruss…” Desah Desi.
Lama kelamaan, kurasakan irama ulekan Desi mulai tidak beraturan. Daguku diangkat olehnya, dan ia menciumi bibirku dengan liar, sementara pantatnya terus menghujam-hujam batang penisku.
“Paakk… Akuu… mauu sampaaii…” Erang Desi.
Maka, kubalas ciumannya dengan semakin liar. Kedua tanganku masih meremas-remas bukit kembar Desi. Genjotan selangkangannya semakin cepat, dan akhirnya kurasakan seluruh tubuhnya mulai bergetar dan mengejang. Tidak lama kemudian, kurasakan aliran cairan yang cukup deras di dalam lubang kemaluannya, sementara nafasnya sudah sangat tidak teratur, ekspresi wajahnya seperti kesetanan.
“Oouuhhh… Akuu klimaakss pakk…” Erang Desi.
Gile, bener-bener liar si Desi ini mainnya. Aku mencoba mengatur napasku, karena aku pun sebetulnya sudah diambang ejakulasi, tapi aku berusaha menahannya, karena dalam permainan seks, aku sangat menyukai ronde lebih dari satu. Desi hanya bisa terduduk lemas di selangkanganku, dengan lubang kemaluannya masih melahap penisku. Kulihat, Desi berusaha mengatur napasnya kembali, aku pun juga demikian. Setelah beberapa lama, Desi mengangkat pantatnya dan memisahkan lubang kemaluannya dari penisku.
“Bapak hebat. Biasanya suamiku langsung kalah ketika aku bermain menggunakan posisi tadi.” Kata Desi sambil tersenyum puas.
“Jadi kamu ngetes aku Des? Belum apa-apa itu mah.” Kataku dengan percaya diri, padahal aku juga hampir saja KO.
Desi hanya tersenyum nakal, dan membaringkan tubuhku di pasir. Ia duduk diatas pahaku, dan mulai mengocok-ngocok penisku. Kali ini, tidak sekedar mengocok naik-turun saja, tetapi menggunakan banyak variasi cara mengocok. Dari menggunakan kedua tangan yang satu naik yang satu turun, satu tangan menggenggam di pangkal penis dan tangan yang satu bergerak naik turun dengan perlahan, mengelus-elus dengan satu jari mengikuti urat penisku, dan beberapa teknik lain. Aku baru menyadari, Desi yang biasanya kalem dan tidak banyak bicara, ternyata sangat mahir dalam urusan seks. Baru setahun menikah, pengalaman sudah segunung seperti ini. Aku tiba-tiba teringat perkataan Desi tentang penis besar yang ia inginkan.
“Des. Kalau segini, cukup gede ga?” Godaku.
“Titit milik bapak sangat pas di memek Desi. Desi suka sekali pak.” Jawabnya sambil tersenyum nakal.
“Kalo dikocok-kocok terus, bisa keluar. Abis keluar, ga gede lagi lho.” Godaku.
“Tidak mungkin, pak. Titit bapak bisa bertahan dari serangan memek aku. Tanganku tentu bukan apa-apa bagi titit bapak.” Kata Desi.
Sialan. Dia mau menyiksaku ya. Aku rubah strategi deh.
“Des, suami kamu memangnya ga bisa muasin kamu? Kok kamu masih cari kesenangan seks dari laki-laki lain macam aku?” Tanyaku.
“Seperti yang dibilang Emi sebelumnya pak, seks itu adalah kebutuhan dasar manusia. Bagiku, aku terus berpetualang mencari kenikmatan seks, sampai aku menemukan kenikmatan yang menurutku paling maksimal.” Kata Desi sambil terus mengocok-ngocok batang penisku dengan variasi tekniknya.
Waduh. Sengsara amat yang jadi suaminya. Dia bakal terus-terusan selingkuh sampai tidak ada habisnya, karena manusia kan tidak pernah puas.
“Kalau kamu udah nemuin kenikmatan maksimal, lalu apa?” Tanyaku, sambil mulai memasukkan jari telunjukku ke dalam lubang kemaluan Desi dan memainkannya.
“Tidak akan pernah ada yang maksimal pak. Karena sesuatu yang baru itu selalu menggairahkan.” Kata Desi.
“Jadi, lama-lama nanti kamu juga bosan dong sama aku?” Tanyaku, sambil semakin kencang memutar-mutar telunjukku di dalam lubang kemaluannya.
“Betul pak. Lama-lama saya pasti bosan dengan bapak. Saya memiliki watak cepat bosan. Tidak ada hal yang pernah membuat saya tidak pernah bosan. Tergantung seberapa menyenangkannya, hanya berapa lama kesenangan itu bertahan sampai sebelum akhirnya menjadi bosan.” Kata Desi, kurasakan napasnya mulai terengah-engah.
“Kalo sama tititku ini, kira-kira berapa lama bosannya Des?” Tanyaku.
“Kayanyaa… bi… bisaa lama pak.” Jawab Desi, nadanya mulai terputus-putus, kocokannya di penisku mulai tidak teratur.
Tiba-tiba, Desi melepaskan kocokannya di penisku. Ia juga menyingkirkan tanganku dari lubang kemaluannya. Ia memasang posisi nungging membelakangiku. Aku hanya bengong memandangi posisinya yang sangat sensual itu.
“Apakah bapak akan mengentoti aku dari belakang, atau bapak akan berbaring terus seperti itu sampai malam?” Katanya, mengikuti kata-kata dari film Kingsman, sialan dia.
Aku selalu kalah dari Desi dalam hal seks. Ia sangat dominan, tetapi aku sangat menikmatinya. Maka aku mulai berdiri, dan memasang penisku untuk menembus lubang kemaluannya dalam posisi doggy style. Aku memegangi pantatnya, dan mendorong pantatku untuk menerobos lubang kemaluannya. Bless… Aku terus memaju-mundurkan pantatku, sedangkan Desi sendiri juga aktif menggerak-gerakan pantatnya menyambut penisku. Saat aku maju, dia mendorong pantatnya sekuat mungkin.
“Haahhh.. hoohhh… titit bapak memang paling nikmaatt…” Desah Desi.
“Memek kamuu… jugaa tidak kalaah.. nikmaatt Dess…” Erangku.
Baru kali ini aku ada di posisi yang aktif dalam menggenjot. Lubang kemaluan Desi cukup sempit, sehingga aku merasakan nikmat yang luar biasa akibat gesekan-gesekan dinding lubang kemaluan Desi.
“Dess… kitaa lagii.. ngapaaiinn sekarangg?” Desahku.
“Kitaa.. sedang ngentoott paak…” Desah Desi.
Kata-katanya yang liar semakin membuatku terangsang. Lama-lama, hujaman penisku semakin cepat, gerakan pantat Desi pun juga semakin cepat. Napas kami berdua semakin tidak menentu.
“Paakk… Akuu sudaahh… akaan keluarr lagii…” Erang Desi.
Melihat Desi yang hampir keluar, maka aku mencabut penisku, lalu membaringkan tubuh Desi di pasir. Dengan tubuh Desi yang sudah terbaring di pasir, kugenjot selangkangannya dengan posisi aku diatas. Lidahku sibuk kumainkan didalam mulutnya, dan lidahnya pun mengikuti irama kulumanku. Kami saling berpelukan, keringat kami sudah mengucur deras.
“Kalauu.. udaahh keluaarr… ngomongg babee… biaarr aku ikut puass…” Erangku.
“Ouuhhhhh… aku sudaah keluaarr… babee…” Erang Desi.
Aku merasakan kontraksi di lubang kemaluan Desi, yang memijat-mijat penisku. Mendapat ransangan itu, aku makin tidak tahan. Maka, kuhujam-hujamkan selangkangan Desi makin cepat. Napasku semakin tidak menentu, dan aku merasakan tubuhku bergetar.
“Dess.. Aku maauu… keluaarr babeee…” Erangku.
Tahu aku hampir keluar, Desi memutar-mutar pantatnya makin cepat. Ciumannya di bibirku semakin liar, dan pelukannya semakin erat. Croott.. Croott.. Croottt… Kusemburkan air maniku di dalam lubang kemaluan Desi. Tidak kutahan-tahan lagi, kusemprotkan semua sampai tidak bisa kusemprotkan lagi. Nikmat sekali rasanya, dan puas. Mulut kami tetap berpagutan selama aku ejakulasi, sehingga menambah sensasi semprotan spermaku di lubang kemaluannya. Desi dan aku terkulai lemas setelah itu, tubuhku masih menindih tubuhnya, pelukan kami belum juga lepas, dan penisku masih menancap di lubang kemaluannya.
“Sadis sekali pak semprotan sperma bapak.” Goda Desi.
“Siapa suruh itu pantat ngegoyang terus ga berhenti-berhenti, dan itu lidah aktif bener.” Kataku.
“Hahahaha… Ini belum apa-apa pak.” Kata Desi.
“Halah, belum apa-apa segala. Tadi pas dientot juga keenakan gitu.” Kataku.
“Sudah-sudah tidak perlu dibahas lagi.” Kata Desi menghindar.
Kucubit pipinya saking gemasnya, kuberi ciuman terakhir, dan akhirnya kucabut penisku dari lubang kemaluannya. Kami menuju pancuran dekat pantai untuk bilas, kemudian memakai pakaian masing-masing, dan kembali menuju villa. Sampai di depan pintu villa, Desi menyerahkan BH dan celana dalam bulu-bulunya kepadaku. fantasiku.com
“Jaga baik-baik ya pak. Ini adalah salah satu pakaian dalam yang sangat kusukai.” Kata Desi.
Aku terdiam sebentar.
“Apakah ini maksudnya, kita belum berakhir Des?” Tanyaku.
Desi hanya tersenyum penuh arti, dan ia masuk ke dalam villa mendahuluiku.
Makan malam pun hampir tiba. Aku masih merenung di kamar. Aku tidak percaya, dalam 24 jam, aku sudah meniduri dua perempuan. Aku yang statusnya sudah menikah… beristri… meniduri seseorang yang belum bersuami, dan juga yang sudah bersuami. Kalau ada istilah pria paling bangsat di dunia, ya mungkin akulah itu. Aku tidak tahu, apakah Novi juga akan menjadi korbanku juga? Jujur saja, walaupun Emi memiliki buah dada dan perhatian yang besar, walaupun juga Desi memiliki puting susu yang bagus dan keliaran yang tidak tertandingi dalam seks, entah kenapa aku mempunyai perasaan bahwa Novi memiliki sesuatu yang tidak dipunyai oleh mereka. Aku semakin penasaran. Gitu-gitu, Novi memiliki buah dada dan paha yang seksi, perut yang langsing, wajah yang paling cantik diantara ketiganya. Walaupun demikian, aku tidak tahu bagaimana dia memperlakukan seorang laki-laki dalam berhubungan seks. Akankah dia seperti Emi yang begitu perhatian, akankah dia seperti Desi yang begitu liar, yah tidak ada yang tahu, mungkin hanya suaminya yang tahu.
Tok tok tok… “Pak Jaameess… makaaannn…” Kata seseorang yang suara dan nadanya sangat kutahu pasti. Ya, Emi.
Di luar, aku tidak melihat ada apa-apa di meja makan maupun di kompor.
“Lho, makan apa kita malem ini?” Tanyaku.
“Kita makan diluar, pak. Udah, ayo ikut aja sini.” Jawab Emi seraya menggandeng tanganku.
Emi mengenakan baju you-can-see berwarna hijau dan celana jeans pendek. Emi yang begitu ceria, perhatian, baik, dan penuh kasih sayang. Entah apakah aku akan tetap mendapatkan ini semua setelah perjalanan ini berakhir. Semoga saja tidak. Jujur saja, aku masih berharap bisa bersetubuh dengannya sekali lagi, jika bisa sih berkali-kali. Di luar villa, Desi dan Novi sudah siap dengan makanan panggang dan api unggun. Mereka memasak makanan berbagai daging dengan disate, lalu diletakkan di dekat api unggun, persis seperti camping di film-film. Desi mengenakan kaos oblong warna kuning yang ditutupi oleh jaket putih, dan celana pendek, super pendek, warna putih. Sedangkan Novi mengenakan tanktop warna putih dan celana jeans pendek. Pandanganku terus tertuju kepada Novi, tanpa memperhatikan dua yang lainnya. Kemungkinan disebabkan karena aku sudah menyetubuhi dua yang lainnya ya, sehingga aku menjadi semakin penasaran dengan satu-satunya wanita yang belum kusetubuhi. Ah sudahlah, jangan sampai itu terjadi, semoga aku tidak menambah dosa. Kulihat makanan kebanyakan sudah matang. Emi mengambilkanku dua tusuk sate daging, dan menyendoki aku nasi di piring daun. Beh, suasana camping. Bisa aja mereka membuat acara dengan suasana begini. Kukira mereka itu orang yang suka berfoya-foya dan bermewah-mewah, ternyata tidak tapinya. Untuk ukuran wanita, mereka makan lumayan banyak. Tidak seperti teman-temanku yang wanita, yang baru makan lima sampai tujuh sendok saja sudah kenyang. Mereka mah porsi makannya seperti laki-laki. Pantas saja si Emi dan Desi bisa sangat bergairah dalam berhubungan seks.
Makanan sudah hampir habis. Aku sendiri sudah kekenyangan. Kekenyangan begini itu enaknya tidur. Dan sampailah acara yang paling kubenci, sesi gosip. Awalnya, mereka bertiga membicarakan gosip seputar artis, politikus, atlet olahraga, masalah kantor, masalah dengan teman-teman mereka, dan hingga akhirnya pembicaraan mulai mengarah kearah seks. Aku tergelitik mendengar pembicaraan mereka.
“Biasanya, setelah selesai makan malam, aku bersama dengan suamiku nonton televisi sebentar, lalu mulai saling meraba-raba, tidak lama kemudian ngentot.” Kata Desi.
“Sama suami gimana bu? Enak dong? Hehehe.” Tanya Emi.
“Ya enak sih. Cuma terkadang berasa hambar saja. Suamiku selalu bermain dengan gaya konvensional. Pemanasannya sudah tertebak polanya olehku. Mencium bibir, menjilat leherku, membuka pakaianku, menyusu denganku, mencium perutku, memeluk sambil meraba punggungku, membuka celanaku, membuka seluruh pakaiannya, dan ngentot.” Kata Desi.
“Gak ada variasi lain bu?” Tanya Emi.
“Tidak ada Emi. Selalu sama setiap hari.” Kata Desi.
“Yah, ga enak dong.” Kata Emi.
“Tidak boleh berkata seperti itu, Emi. Setiap yang kita punya, harus kita syukuri. Tetapi jujur saja, walaupun aku sudah bersuami, aku tidak pernah menolak untuk ngentot dengan pria lain, selama aku mau melakukannya dengan pria tersebut. Keinginan seks-ku sangat tinggi, bahkan melebihi keinginan seks para pria.” Kata Desi.
Iya betul. Aku mengakui hal itu. Ia sangat liar dalam berhubungan seks.
“Emangnya ibu sudah pernah ngentot dengan pria lain selain suami ibu?” Tanya Emi.
“Sudah pernah Emi. Tetapi baru sekali, karena kebetulan yang menarik perhatian dan birahiku hanya satu pria.” Kata Desi dengan tenang.
Wuih, bangga aku mendengarnya. Ternyata gini-gini, Desi berhasil terpincut olehku, ya tentu saja jika yang ia katakan itu tidak bohong ya.
“Wah enak ya kalian semua, betul-betul petualang.” Kata Novi.
Kita terdiam mendengar perkataan Novi. Lebih tepatnya, aku tidak tahu kenapa semuanya terdiam. Ya, aku angkat bicara saja untuk meramaikan suasana.
“Kamu ga suka bertualang mencari kenikmatan diluar sana, Novi?” Tanyaku.
Desi dan Emi makin terdiam, Novi pun juga diam untuk sementara waktu.
“Oh iya, besok kita jadi ke Marbella ga ya?” Kata Emi, mengalihkan topik pembicaraan. Yah aku mengerti saja, mungkin ada yang tidak boleh kuketahui.
“Udah gapapa, Mi. Pak James sekarang udah jadi bagian dari kita kok. Mungkin udah saatnya aku cerita.” Kata Novi.
Bagian dari kalian? Berarti kalian yang selama ini kuanggap aneh, dengan bergabungnya aku ke dalam kalian, berarti aku juga aneh dong? Atau malah yang paling aneh jangan-jangan?
“Jadi sebetulnya kehidupan rumah tanggaku cukup kelam, pak. Paling tidak, aku menganggapnya seperti itu.” Kata Novi.
“Emangnya ada apa Nov?” Tanyaku.
“Suamiku seorang preman yang kasar terhadap siapapun, tidak pandang bulu baik itu bayi, anak kecil, wanita, maupun orang lanjut usia. Meskipun begitu, jika sedang lempeng, ia lembut kepadaku. Tapi ya begitu tidak lempeng, tidak jarang aku kena tampar. Ia seorang yang sangat pencemburu. Aku tidak diizinkan berkumpul bersama temanku yang laki-laki. Bahkan kalo aku ngumpul sama-sama teman, dan ada laki-laki di dalamnya, tidak akan mungkin dia ngasih aku ngumpul. Pernah waktu itu ada temanku laki-laki, cuma ngobrol sebentar denganku, langsung ditebas olehnya dengan golok. Aku jadi ngerasa bersalah dengan temanku itu. ” Kata Novi.
Buset, machochist juga suaminya.
“Apa semua kebutuhan kamu terpenuhi Nov?” Tanyaku.
“Sandang pangan papan sangat berkecukupan. Tapi dalam hal biologis, aku ga pernah berkecukupan. Saat berhubungan seks, dia selalu hanya memikirkan dirinya sendiri. Paling lama juga kami cuma tahan 3 menit dari pemanasan sampai selesai.” Kata Novi.
“Terus, yang kamu bilang kelam itu gimana?” Tanyaku.
“Yah itu tadi pak.” Jawab Novi.
“Kamu itu orangnya ga lebay Nov. Masa kaya gitu aja dibilang kelam. Kalo mao cerita tuh jangan setengah-setengah.” Kataku.
Emi dan Desi terlihat tersenyum mendengar perkataanku.
“Udah gapapa bu, diceritain aja. Siapa tau bisa lebih lega. Atau malah siapa tau Pak James bisa bantu, kan bagus.” Kata Emi.
“Toleransi suamiku terhadap aku sangat kecil. Aku diharusin kerja ama suamiku, tetapi sampai di rumah, aku juga harus mengerjakan pekerjaan rumah, sementara suamiku istirahat dan menunggu masakanku.” Kata Novi.
Pantas saja masakannya enak, ternyata selalu berada dibawah tekanan toh.
“Terkadang kalau aku salah dikit aja, seperti misalkan kebanyakan garam, itu suamiku langsung ngamuk dan membanting piringnya. Padahal setidak-enaknya masakanku yang pernah kubuat dirumah, selalu lebih enak dari masakan yang kumasak selama dua hari ini.” Kata Novi, mulai menitikkan air matanya.
Buset, jadi suaminya kurang enak apa coba? Dimasakkin makanan seenak itu, dapat pelayanan penuh dari istri, masih saja tidak dihargai, padahal jarang wanita yang mau memberikan pelayanan penuh seperti Novi.
“Udah Nov, ga usah dilanjutin. Ini kita harusnya lagi seneng-seneng, tar malah hancur gara-gara ini. Selama long weekend ini, kita mikir yang seneng-seneng aja ya, lupakan sejenak masalah kantor dan rumah. Oke?” Kataku.
Novi mengangguk sambil tersenyum, senyum paling cantik yang pernah ia perlihatkan.
“Pak James hebat sekali ya. Biasanya Bu Novi paling bercucuran air mata saat bercerita. Akan tetapi, saat bercerita kali ini kepada Pak James… habis nangis ketawa makan gula jawa.” Kata Desi.
Kita semua tertawa terbahak-bahak.
“Bisa ngelawak juga kamu Des. Kirain kamu bisanya baca cerita dari buku pelajaran bahasa Indonesia saja.” Candaku.
“Yeee bapak. Saya tentunya bisa melawak.” Kata Desi, dengan tetap menggunakan bahasanya yang baku walaupun setelah kuledek.
“Udah jam 9 niih. Ngantuk. Aku tidur duluan ya.” Kata Emi sambil menguap.
“Emi, mari kita bersama ke kamar.” Ajak Desi.
Aku ingat, malam ini ada pergantian shift. Emi dan Desi tidur di kamar, sedangkan Novi tidur di sofa. Malam itu, aku tidak langsung ke kamar. Aku duduk dahulu di sofa perapian, karena tiba-tiba aku merasa nyaman disini. Aku pun jadi berpikir, kenapa pada waktu kemarin, Novi menerima perlakuanku begitu saja. Tidak ada perlawanan sama sekali, bahkan ia pun memberi response balik atas perlakuanku. Tidak lama setelah itu, Novi pun datang membawa selimut dan bantal. fantasiku.com
“Novi, kamu tidur di kamar aja gih. Aku tiba-tiba betah disini.” Kataku.
“Yaudah, kita tidur berdua aja pak disini.” Kata Novi seraya duduk dan meletakkan perabotan di sofa sebelah sofaku.
“Nov, ada yang mau aku tanyain nih ke kamu.” Kataku.
Novi tidak berkata apa-apa, melainkan hanya memasang ekspresi antusias, tanda bahwa aku boleh bertanya.
“Kamu menganggap Emi dan Desi itu sebagai apa Nov?” Tanyaku.
“Hmmm. Di kantor, kadang aku nganggep mereka sebagai rekan kerja dan teman berbagi. Pada saat jalan-jalan bareng gini, aku ngerasa aku yang paling bertanggung jawab atas mereka. Disitu lah aku ngerasa peranku sebagai kakak buat mereka. Pas kemarin mereka main-main di pantai, aku ngerasa seperti ibu yang sedang mengawasi anak-anaknya main di pantai. Aneh ya pak? Hahaha” Kata Novi.
“Ah biasa itu mah, selow aja kali Nov. Omong-omong, kayanya aku ngerti sesuatu deh Nov. Aku sempet ga habis pikir kenapa kamu tuh kmaren mao aja, bahkan ngasih response, pas aku rangkul kamu untuk bersandar di pundak aku dan nyium bibir kamu. Itu karena kamu mendambakan keluarga bahagia, dengan suami kamu dengan perilaku seperti pria normal, dan anak-anaknya yang sedang bermain-main. Aku salah ga?” Tanyaku.
“Hmmm. Ada betulnya pak. Di rumah, aku tidak pernah merasakan peranku sebagai istri, pak. Menurut pandangan suamiku, perempuan itu selalu lebih lemah dari laki-laki, perempuan itu memiliki kewajiban melayani laki-laki. Tapi itu memang betul sih pak, lihat saja aku.” Kata Novi.
“Hmmm, mungkin begitu ya. Tapi aku sih punya pandangan yang beda. Memang perempuan itu seringkali lebih lemah dari laki-laki, tapi cuma perempuan yang bisa mengangkat laki-laki ketika laki-laki itu menjadi lemah dan jatuh. Mungkin perempuan punya kencendrungan untuk melayani laki-laki, tapi laki-laki pun juga demikian. Ada kalanya laki-laki itu juga harus melayani perempuan, intinya mah saling melayani deh.” Kataku.
“Nah itulah pak. Di rumah, aku diperlakukan layaknya seperti budak. Ga dalam pekerjaan rumah tangga, urusan apapun, bahkan dalam hubungan suami-istri.” Kata Novi.
“Terus, from the first place, apa yang ngebuat kamu pengen nikah sama dia?” Tanyaku.
“Aku telat dewasa sih, pak. Aku dulu menganggap dia itu keren. Dia jago berantem, dia bisa melindungi, dia macho. Tapi ternyata, dibalik itu semua, ternyata dia itu laki-laki yang kasar. Perasaanku hampir sepenuhnya memudar dari hari ke hari.” Kata Novi.
“Ga boleh gitu lho Nov. Kamu udah mutusin dari awal bahwa kamu akan nikah sama dia. Nikah itu bukan main-main. Ga bisa kaya waktu kamu pacaran, disaat kamu udah muak, tinggal putus. Nikah ga bisa kaya gitu. Apapun yang terjadi, musti kamu hadapi bersama. Walaupun ini bukan contoh yang bener, tapi liat si Desi. Desi bilang dia selalu berpetualang mencari kenikmatan diluar sana. Dia berhubungan seks dengan orang lain yang bukan suaminya, kalo disebut istilahnya, selingkuh. Tapi coba tanya ke dia, apakah dia mau meninggalkan suaminya hanya karena kenikmatan seks diluar sana? Aku yakin dia tidak mau.” Kataku.
“Bener mungkin ya pak. Tapi aku bingung, apakah aku bisa menghadapi kenyataan itu, dengan fakta bahwa suamiku itu orang yang seperti itu.” Kata Novi.
“Ya harus diomongin sih ama suami kamu.” Kataku.
“Hmmm… kayanya ga deh, pak. Yah mungkin sudah nasibku seperti ini.” Kata Novi.
“Kenapa tidak? Ga pengen coba untuk memulai sesuatu yang besar demi sesuatu yang lebih baik?” Tanyaku.
“Gapapa pak. I’m fine with who I am now.” Kata Novi.
“No, you’re not.” Kataku.
“Yes, I am.” Kata Novi.
“You’re not fine at all, Novi!” Kataku.
Dia terdiam sebentar.
“No, I am not.” Kata Novi.
Kami terdiam sebentar, melihat Novi yang akhirnya jujur pada dirinya sendiri dan diriku. Novi mulai menitikkan air matanya. Kelihatan, ia ingin menangis dengan keras.
“Novi, kalau kamu butuh dada seseorang, aku siap minjamin.” Kataku seraya mengulurkan tanganku.
Novi menerima uluran tanganku, dan langsung merebahkan kepalanya ke dadaku, dan menangis sejadi-jadinya. Aku berusaha menenangkannya dengan mengelus-elus rambutnya.
Setelah puas menangis, ia melepaskan dirinya dari dadaku. Kulihat, ia sudah lebih tenang daripada tadi.
“Terima kasih, pak. Bebanku rasanya benar-benar berkurang sebagian besar.” Kata Novi.
“Bagus deh, Nov.” Kataku.
“Aku akan coba bicarakan ke suamiku. Mungkin suamiku akan mengamuk, dan aku akan kehilangan cintanya untuk selamanya. Tapi kalo aku tidak coba, aku akan tetep selamanya begini. Kalaupun aku kehilangan cintanya untuk selama-lamanya, kebutuhan biologisku pun masih bisa terpenuhi.” Kata Novi.
“Hah? Gimana caranya Nov?” Tanyaku.
“Aku kebetulan dulu pernah membeli mainan seks, pak. Ukurannya pas pak, bentuknya panjang, sekitar 19cm. Biasanya aku menggunakan itu untuk memenuhi kebutuhan biologisku sendiri.” Kata Novi.
Ya ampun, betapa kasihan hidupnya, sampai-sampai membeli sex toys untuk memenuhi kebutuhan seks nya sendiri. Berarti kemungkinan, suaminya sudah sangat parah ya egois nya dalam berhubungan seks. Bisikan iblis pun menggema dengan kencang dalam batinku. Jika mau menyetubuhinya, ini saatnya, James. Begitulah yang terdengar di dalam batinku. Aku berusaha menepisnya, walaupun sangat sulit.
“Nov, ikut aku ke kamar. Kita bicara di kamar aja.” Kataku seraya berdiri dan mengulurkan tangan ke Novi.
“Mau bicara apa pak?” Tanya Novi.
“Sudah, pokoknya ikut dulu ke kamar. Nanti kita bicarakan di dalam.” Kataku.
Novi menerima uluran tanganku, dan kami berjalan dengan bergandengan tangan ke kamar. Sesampainya di kamar, Novi langsung duduk di sisi ranjang, sementara aku duduk disebelahnya. Wajah kami saling berhadapan.
“Nov, kalau kamu sebegitu inginnya nafsu biologismu terpenuhi, aku bisa bantu kamu. Aku janji, kalo kamu percaya sama aku, aku bakal membuat kamu ngerasain apa itu seks yang sebetulnya, dan kamu ga akan menyesal.” Kataku.
Novi terdiam setelah mendengar ucapanku. Aku tidak tahu apa yang ada di benaknya. Apakah itu terkejut? Ragu-ragu tapi mau? Jijik? Apalah itu, aku tidak peduli. Yang jelas, aku hanya menginginkan jawabannya. Karena tidak ada jawaban juga, aku merangkul pundaknya dan menariknya ke dadaku, dan kucium bibirnya. Novi tidak menghindar, atau tidak sempat menghindar. Tidak seperti di pantai kemarin, kali ini tidak ada yang menghentikanku. Tidak ada Emi dan Desi, sehingga aku tidak perlu merasa risih dan takut ketahuan. Aku terus melumat bibirnya untuk beberapa saat, hingga akhirnya Novi mendorongku sehingga membuatku melepaskan lumatan bibirku di bibirnya. Tetapi, tanganku tetap merangkul pundaknya.
“Pak, jangan pak. Ini nggak pantes kita lakuin.” Kata Novi.
“Ngga pantes dimana Nov? Toh kamu ga pernah puas kan sama suami kamu? Aku janji Nov, aku bakal muasin kamu.” Kataku, yang sudah mulai dikuasai oleh birahi.
Setelah itu, aku kembali mendaratkan ciuman. Kali ini ciumanku mulai menjalar ke seluruh wajahnya. Sesekali juga, aku menjilati wajahnya yang sangat cantik itu. Novi sepertinya mulai terangsang, aku dapat merasakan napasnya semakin tidak teratur. Ciuman dan jilatanku mulai turun kearah leher dan dada bagian atasnya. Novi pun mulai mendesis-desis. Kulihat, matanya mulai terpejam, dan mulutnya mulai sedikit terbuka menahan nikmat yang kuberikan. Aku ganti menciumi bahu kanannya, dan ketiaknya.
“Paakk… gelii pak.. cukup paak…” Desis Novi.
Mendengar desisan Novi, aku semakin dikuasai oleh birahi. Maka, kubuka tanktop putih yang ia kenakan dari bawah. Awal mulanya, ia melawan dengan menghentikan tanganku dan menurunkan tangannya dengan tegap, sehingga aku tidak bisa membukanya. Kalau saja aku masih normal dan tidak dikuasai birahi begini, mungkin aku sudah menghentikannya. Tetapi sayang tidak demikian halnya. Yang ada dipikiranku sekarang adalah menggumuli dan menyetubuhinya. Maka, kupatahkan perlawanannya, kuangkat tangannya dan kupegangi kedua pergelangan tangannya dengan tangan kiriku, dan kuangkat tanktop putihnya dengan tangan kananku. Jalan tanktop putih yang Novi kenakan cukup lancar karena kedua tangannya sudah kuangkat keatas. Kini, aku bisa melihat setengah tubuh Novi yang putih mulus dan menggairahkan itu. Perut yang langsing dan pusar yang menggoda. Bukit kembar yang bentuknya sepertinya sangat proporsional dengan tubuhnya, dan tinggal ditutupi oleh BH berwarna putih yang tidak cukup menutupi seluruh dadanya, sehingga memperlihatkan sebagian atas dan samping bukit kembarnya, dan juga belahan dadanya yang sempurna. Kupandangi Novi beberapa saat dalam posisi ini. Sepertinya dia sangat cantik jika telanjang. Wajah yang dewasa, berambut panjang lurus sedada, alis mata yang tidak terlalu tipis, mata yang lentik dan indah, dan bibir yang cukup indah. Sepertinya Novi ini sangat merawat tubuhnya, aku jadi tidak sabar untuk melihat apa yang ada dibalik BH dan celana pendek putihnya. Novi berusaha menutupi tubuhnya atasnya yang sudah setengah telanjang.
“Novi… Novi… Tenang nov… Tenaangg…” Kataku sambil membelai rambutnya.
Sepertinya Novi cukup bereaksi dengan kata-kataku. Ia menjadi sedikit tenang, tetapi ia masih menutupi tubuh atasnya.
“Udah, kamu tenang aja. Malam ini, aku akan memberi kamu pengalaman yang ga akan pernah kamu lupain. Malam ini akan menjadi suatu malam yang menyenangkan. Aku bisa janjiin itu. Tapi untuk itu, aku perlu kerjasama dari kamu.” Kataku dengan tenang.
“Kerjasama bagaimana pak?” Tanya Novi.
“Cukup pasrah saja, dan nanti dengan sendirinya, kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan.” Kataku.
“Bapak yakin mau sama aku? Aku ga punya pengalaman sama sekali. Bapak bisa kecewa nantinya.” Kata Novi.
“Nov, udah kubilang. Kamu cukup pasrah aja, dan secara otomatis nanti badan kamu akan bergerak sendiri walaupun kamu ga pengen bergerak. Percaya sama aku Nov. Kalaupun kamu ternyata memang ga bisa atau ga berkompeten nantinya, aku ga bakal pernah nyalahin kamu ataupun kecewa. Hubungan itu saling membantu, jadinya kalo yang satunya ga bisa, yang satunya lagi bantu biar bisa. Begitu.” Kataku.
Novi hanya terdiam mendengar perkataanku. Aku mencium bibirnya dengan lembut, dan kali ini ia mulai membalasnya sedikit-sedikit. Aku mulai menelusupkan lidahku ke dalam mulutnya untuk menggelitik rongga mulutnya. Mendapat rangsanganku itu, aku merasakan napasnya Novi makin memburu lagi. Maka, ciuman dan permainan lidahku semakin liar. Novi pun mulai menjulurkan lidahnya ke lidahku yang sedang bermain-main dalam mulutnya. Kini mulut kami saling berpagutan. Aku kembali menjilati lehernya. Novi pun hanya bisa terengah-engah, dan mulai mengusap-usap rambutku. Tangan kananku mulai meraba-raba leher bagian kiri, menuju pundak kiri dan tangannya, sementara tangan kiriku meraba-raba perut, dan naik keatas menuju buah dadanya, menelusup ke dalam BH-nya, dan meraba-raba buah dada kanannya. Tangan kiriku kini berada di dalam BH yang menutupi buah dada kanannya. Dari hasil rabaanku, aku bisa menerka kira-kira bentuk buah dadanya. Ya, sangat indah, sepertinya. Puting susunya pun tidak kecil, karena kebetulan aku tidak suka buah dada yang puting susunya kecil, tapi aku juga tidak suka buah dada yang puting susunya terlampau besar. Puting susu buah dada Novi sepertinya sangat pas. Kini tangan kananku juga ikut masuk ke dalam BH yang menutupi buah dada kirinya. Dalam keadaan itu, kuremas-remas dan kupijat-pijat kedua buah dada Novi.
“Aaaahhh… Eeeehhhh…” Novi hanya bisa mendesah menahan kenikmatan yang kuberikan.
Ternyata BH nya cukup sempit, sehingga kedua tanganku cukup sulit bergerak di dalamnya. Sepertinya Novi menyadari hal itu, dan ia mulai mengebelakangkan tangannya menuju tali BH nya. Aku tahu bahwa ia akan melepaskan BH nya, maka aku menelan ludah dan bersiap-siap dengan pemandangan indah yang akan kulihat. Setelah BH nya dibuka oleh Novi, tampaklah sepasang buah dada yang menurutku salah satu buah dada wanita yang paling indah di dunia. Bentuknya bulat, isinya padat, belahannya sempurna, warnanya putih mulus, puting susunya berwarna merah muda dan tampak serasi dengan buah dadanya. Saat ini, aku melihat salah satu pemandangan paling indah di dunia ini. Luar biasa, keindahan seperti ini disalahgunakan begitu saja oleh suaminya. Aku mulai mengulum puting susu buah dada kanannya, sementara tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Rasa puting susunya berbeda dengan wanita-wanita yang pernah kuhisap puting susunya selama ini. Ada rasa tersendiri yang dimiliki oleh tubuh Novi, terutama puting susunya. Batang penisku tidak perlu ditanyakan lagi, sudah menegang maksimum, rasanya ingin cepat-cepat kukeluarkan spermaku. Tapi aku harus menahannya, aku harus membuat Novi puas malam ini. Novi mengeluarkan erangan-erangan kecil mendapat rangsangan yang kuberikan.
“Paa… Paaakkk.. Gelii paakk… Aku… gaakk kuaatt…” Desah Novi.
Mendengar desahannya, aku makin tergoda untuk memberi rangsangan lebih. Maka kulumat makin liar puting susunya, sementara tangan kananku mulai menelusup masuk ke dalam celana dan celana dalamnya, dan berusaha meraba-raba selangkangannya, dan tangan kiriku kugunakan untuk mengelus-elus paha kanannya. Pahanya begitu mulus, dan aku merasakan tangan kananku telah sampai pada selangkangannya. Kurasakan ada rambut-rambut yang cukup lebat, dan sedikit becek. Sepertinya Novi sudah sangat terangsang. Desahannya pun makin kacau terdengarnya. fantasiku.com
“Aaahhh.. Uuaaahhh… Aahhhh… Sssshhh…” Begitulah desahannya.
Karena aku sudah semakin tidak tahan, kulepaskan celana pendek jeans dan celana dalam Novi dalam satu tarikan. Kini, tubuh Novi betul-betul terekspos sepenuhnya di depan mataku. Aku sempat bengong dan melongo melihat tubuhnya. Dari atas ubun-ubunnya sampai ujung jari kakinya tidak ada lecet atau cacat sedikitpun. Semuanya putih mulus, dan serba proporsional. Buah dadanya tidak sebesar Emi, namun jauh lebih proporsional. Perutnya kurang lebih sama langsing dengan Desi, tapi perut Novi lebih mulus dan putih. Paha dan selangkangannya tidak tertandingi oleh Emi dan Desi. Singkat kata, tubuh Novi jauh lebih sempurna dibandingkan Emi dan Desi.
Tiba-tiba, Novi yang sudah telanjang dan tadinya terangsang berat, menjadi kelabakan kembali.
“Pa.. Paak… Cukup ya pak… Kayanya kita udah terlalu jauh, pak.” Kata Novi seraya menutupi tubuhnya dengan selimut.
Buset, sepertinya ini tidak akan mudah nih. Sudah kepalang tanggung, aku sudah terangsang berat, sudah tidak bisa mundur lagi. Terpaksa aku memakai cara memelas, yang sebenarnya cara yang paling tidak aku sukai.
“Novi… Aku udah bener-bener terangsang berat nih… Tubuh kamu itu betul-betul indah habisnya, membutakan bukan cuma mataku, tapi pikiranku… Ayolah Nov, apa kamu ga kasihan sama aku? Aku bener-bener butuh kamu, dan kamu juga butuh aku kan?” Kataku memelas.
Novi tetap pada posisi semula menutupi tubuhnya dengan selimut, tapi tidak didekap erat-erat, sehingga mudah sekali bagiku untuk menyingkirkan selimutnya dan mengungkap kembali tubuh yang begitu indah itu. Entah Novi tidak tega kepadaku, atau ia sendiri juga sudah terbakar birahi. Yang manapun itu, aku tidak peduli, aku hanya peduli dengan apa yang harus kulakukan selanjutnya. Aku jadi termakan kata-kataku sendiri deh, pasrah saja nanti juga otomatis badan akan bergerak sendiri, sialan. Aku kembali mengulum puting susu Novi, kali ini yang kiri, sementara tangan kiriku meremas-remas buah dada kanannya, dan tangan kananku mengusap paha dan selangkangannya. Aku melihat Novi merem-melek akibat rangsanganku. Desahannya pun kembali muncul. Kemudian, aku melepaskan Novi, dan menelusupkan kepalaku ke selangkangannya. Dengan posisi tepat di depan selangkangannya, kulumat habis lubang kemaluannya yang berwarna merah muda menyala itu. Akh bukan main rasanya. Lubang kemaluannya pun memiliki rasa yang unik, dan cenderung mengeluarkan bau nikmat yang membuatku semakin terangsang. Novi bukan mendesah lagi, tapi mengerang dengan keras karena saking tidak kuatnya menahan rangsangan yang kuberikan.
“Ouuuhhhh…. Aaahhhhhh… Terruuusss paakkk…” Erang Novi.
Makin lama, cairan yang dikeluarkan oleh lubang kemaluannya semakin banyak. Aku sendiri sudah melahap lumayan banyak cairan kenikmatan itu. Setelah puas melahap lubang kemaluannya, aku menindih tubuhnya, dan mencium bibirnya dengan lembut. Novi pun membalas ciumanku dengan lembut.
“Novii… Akuu sayaangg… kamuu…” Desahku.
“Akuu ju.. jugaa… sayaangg bapaak…” Desah Novi.
Lama-lama, kami berciuman semakin liar. Tangan Novi pun mulai aktif, menelusup ke dalam bajuku, dan meraba-raba seluruh tubuhku. Kemudian, ia menelusupkan tangan kanannya ke dalam celanaku, dan berusaha meraih batang penisku yang sudah tegang maksimum. Akhirnya, ia berhasil menggenggam batang penisku, dan mengocok-ngocoknya sebentar.
“Kalau pakaianku ngeganggu, dibuka aja Nov.” Kataku.
Setuju dengan perkataanku, Novi mulai membuka kaosku, dari bawah keatas. Kemudian, ia juga membuka celanaku, dan kemudian celana dalamku. Aku betul-betul terangsang saat ia melucuti seluruh pakaianku. Kini, kami berdua betul-betul telanjang. Novi kelihatan memandangi penisku dengan ekspresi mupeng (muka kepengen).
“Kamu bilang suka titit panjang kan Nov? Ini suka ga?” Godaku.
Novi hanya tersenyum malu-malu.
“Nov, kita udah sama-sama telanjang nih. Menurutku, artinya kita udah ga punya sesuatu yang udah ditutup-tutupi dan siap untuk segalanya. Jadi, aku betul-betul minta kerjasama kamu ya.” Kataku.
“Aku harus gimana pak?” Tanya Novi.
“Yang kamu mau apa Nov?” Tanyaku.
“Aku juga… bingung sih pak.” Kata Novi.
“Bingung? Oke gini aja. Yang aku mau adalah kepuasan biologis untuk kita berdua. Aku mau kamu puas, dan aku juga mau aku puas juga. Intinya aku mau kita sama-sama puas. Aku mohon misalkan kamu ga tau apa yang harus kamu lakuin, kamu pasrah aja, dan seperti yang aku bilang tadi, anggota badan kamu akan gerak secara otomatis walaupun kamu ga kepingin, asalkan kamu bener-bener pasrah. Intinya, walaupun hasil akhirnya adalah aku bakal kecewa, aku ga akan pernah nyalahin kamu. Jadi aku minta ke kamu, kamu nikmatin aja, lupain semua masalah yang ada dimanapun di bagian pikiran kamu. Fokus aja dalam mencari kenikmatan kamu yang paling maksimal.” Kataku.
“Iya pak.” Kata Novi.
“Udah siap?” Tanyaku.
“Udah pak.” Jawab Novi sambil tersenyum malu.
Melihat kesiapan Novi, aku langsung menindih tubuhnya dengan cepat dan tiba-tiba, dan langsung menciumi bibirnya. Luar biasa, dalam saat ini, inilah pertama kalinya aku merasakan tubuh telanjangku menindih tubuh telanjang Novi. Kehangatan tubuhnya, birahinya, dan nafsu nya seolah-olah menempel sepenuhnya ditubuhku. Novi pun balas menciumku dengan penuh gairah. Lidah kami saling berpilin di dalam mulutku dan mulut Novi, sementara tubuh kami saling berpelukan. Peluh mulai mengucur secara deras dari tubuhku dan tubuh Novi, kemudian membaur ditubuhku dan tubuh Novi. Aku melihat rambut dan seluruh tubuhnya mulai basah oleh keringat, membuatnya semakin cantik dan seksi. Kini, aku membetulkan posisi tubuhku agak turun sedikit, sehingga batang kemaluanku berada persis di depan lubang kemaluan Novi. Novi yang sepertinya menyadari apa yang hendak kulakukan, mulai membuka kedua pahanya, sehingga paha dan selangkanganku mudah masuk keantara dua pahanya. Kini, batang penisku hanya berjarak sekitar 1cm dari lubang kemaluannya.
“Ingat ya Nov, fokuslah saat-saat ini untuk mencari kenikmatan biologis saja. Pikirkan akibatnya nanti saja setelahnya.” Kataku.
Novi hanya mengangguk.
Aku mendorong pantatku sedikit, sehingga kepala penisku sudah bergesekan dengan bibir lubang vaginanya. Aku terus memaju-mundurkan batang penisku untuk menggesek-gesek lubang kemaluan Novi. Ciuman dan permainan lidah kami semakin liar, sementara keringat kami semakin mengucur deras seolah-olah kami berada di dalam sauna yang sangat panas.
“Noovv… yaangg kayaakk ginii… udahh pernaah.. ngerasaaiinn beloom?” Desahku.
“Belluummm paaakkk…” Desah Novi.
“Kamu siap-siaappp yaahh Novii… Adaa yang lebiihh… nikmaatt lagiihh…” Desahku.
Dalam posisi itu, kudorong penisku sedalam-dalamnya ke dalam lubang kemaluan Novi. Aahhh, akhirnya batang kemaluanku menerobos lubang vagina Novi. Lubang vaginanya sangat pas untuk ukuran penis sebesar punyaku. Novi menggeliat nikmat. Aku mulai memompa selangkangan Novi dengan perlahan-lahan. Cairan kenikmatan yang dikeluarkan oleh lubang kemaluan Novi membuat dinding lubang kemaluannya semakin licin, sehingga penisku semakin mudah untuk menggesek-gesek dinding lubang kemaluannya. Lama-kelamaan, aku menambah irama genjotanku. Aku pun merasakan pantat Novi mulai bergoyang-goyang mengikuti irama genjotanku. Cleepp… Cleepp… Cleeppp… Cleeppp… Suara genjotan penisku ke lubang vagina nya.
“Ooohh… Teruuss paak… Akuu gaakk kuaatt…” Desah Novi.
Ceplaakk… Ceplookk.. Ceplaakk… Ceplookk… Suara genjotan penisku yang semakin kencang memompa lubang kemaluan Novi. Putaran pantat Novi pun semakin liar. Ciumannya bertambah liar lagi, dan tangannya memeluk tubuhku dengan erat.
“Paakk… Novii udaahh nggaa ta… tahaann lagii… Novii boleehh keluaarr?” Erang Novi.
“Ayoohh Novv keluaarr ajaahh… Ingeett… jangan.. ditahan-tahaann…” Erangku seraya memompa selangkangannya semakin cepat.
“Oouuuhhh… Auuhhhh… Noviii keluaarrr… paakk…” Erang Novi.
Kurasakan tubuhnya mengejang, dan lubang kemaluannya berkontraksi dengan sangat cepat sehingga memberikan pijatan yang hebat ke batang penisku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluannya. Tangan kanannya menjambak rambutku, dan tangan kirinya memelukku dengan sangat erat. Pantatnya ia naikkan setinggi-tingginya, sehingga batang penisku bisa menancap secara maksimal. Aku menciumi bibirnya untuk memberikan kenikmatan lebih kepada Novi yang sedang orgasme.
“Ooohh… Haaahhh… Huuuhhh…” Lenguhnya yang menjadi pertanda berakhir orgasme nya.
Kurasakan pijatan lubang kemaluannya sudah berhenti, dan Novi telah tergolek lemas dibawah tindihanku.
“Nikmat kan sayaangg?” Tanyaku.
“He eh… Mainan seksku tidak ada apa-apanya dibanding punya bapak.” Kata Novi sambil tersenyum puas.
“Ya iyalah. Masa punyaku kamu samain ama dildo. Dildo mah dingin, punyaku kan hangat-hangat gimana gitu Nov.” Godaku.
“Lebih panjang dan besar juga, pak. Nikmat sekali untuk kemaluan perempuan. Kalau Emi dan Desi merasakannya, mereka pasti kejang-kejang.” Kata Novi.
Lah, ga tau aja dia, yang ketinggalan kereta itu kamu tau Noviii.
“Tapi Emi udah ngerasain kan punya bapak?” Tanya Novi.
“Tau darimana kamu?” Tanyaku.
“Kan hari pertama bapak tidur berduaan sama Emi. Pas pagi tadi Desi buka pintu, aku ga liat jelas, tapi yang kulihat sih di kasur itu ada 2 pasang kaki yang bertindihan.” Goda Novi.
Aku hanya terdiam, betul-betul dibikin skak mat aku. Tapi aku tidak mau memikirkan hal itu, yang mau kupikirkan adalah apa yang harus kulakukan selanjutnya agar Novi terbakar lagi. Maka kuciumi bibir Novi dengan lembut, sementara tanganku mengusap-usap kening dan rambutnya.
“Aku sayang kamu Novi, sayang banget.” Kataku.
“Aku juga sayang bapak.” Kata Novi sambil membalas ciumanku.
Tidak lama waktu yang diperlukan untuk kami mengubah ciuman kami menjadi permainan lidah. Kedua tanganku meremas-remas buah dada Novi untuk memberikan rangsangan lebih. Novi pun kembali memelukku. Aku sedikit menggerak-gerakan penisku yang masih tertancap di dalam lubang kemaluannya. Akibat rangsangan yang diberikan oleh Novi, nafsuku betul-betul menanjak tajam. Kembali kugenjot lubang kemaluannya dengan perkasa. Batang kemaluanku betul-betul masuk sepenuhnya ke dalam lubang kemaluan Novi, sehingga rambut-rambut yang ada diselangkanganku bergesekkan dengan rambut-rambut yang ada di selangkangan Novi. Nikmat dan geli rasanya. Bibirku sibuk menciumi pipi, bibir, dan buah dada Novi. Aku merasakan nafsu Novi mulai bangkit. Nafasnya semakin terengah-engah, dan pantatnya kembali berputar-putar mengimbangi genjotanku.
“Kamu ingiinn.. lagi Novv?” Desahku.
“Hee eehh paakk…” Desah Novi.
Kemudian aku bergulung membaliknya, sehingga kini Novi ada diatasku.
“Ayoohh gantiaann Noovv.. sekarangg kamu… diataass…:” Erangku.
Dengan posisi diatasku, Novi memutar-mutar pantatnya untuk mengocok batang kemaluanku. Kini, ia ganti menjilati seluruh wajahku, kemudian leher dan putingku. Aku hanya bisa merem-melek mendapat rangsangan yang benar-benar membuat pikiranku melayang-layang.
“Beneer kaan… Noovv… Badan kamuu.. otomatis ber… begeeraakk sendirii…” Desahku sambil meremas-remas buah dadanya.
Bermenit-menit, Novi terus memompa selangkanganku. Keringat kami semakin deras lagi, sehingga kami betul-betul basah kuyup seperti habis kehujanan saja. Mulut kami tidak berhenti mengulum satu sama lain. Kemudian, aku merasakan Novi menambah kecepatan irama genjotannya dengan drastis, nafasnya mulai tidak beraturan, sementara lidahnya makin liar memilin lidahku. Tubuhnya mulai mengejang, dan kurasakan puting susunya mengeras.
“Paakkk… Novii udaahh maoo… keluaarr lagii sayaanngg..” Erang Novi.
Melihat Novi hampir keluar, aku kembali bergulung sehingga aku kembali diatas dan Novi dibawah. Aku yang kini berada diatas memompa selangkangan Novi dengan cepat. Novi memelukku sekuat tenaga, sementara napasnya semakin tidak menentu.
“Kalau udah keluaar… ngomongg sayaangg… Jangan ditahann-tahaannn…” Desahku.
“Oooohhh… aaahhhh… Novii keluaarr… bapaakk sayaaannggg…” Erang Novi.
Orgasme Novi membuatku semakin tidak tahan. Kupikir, sekarang lah saatnya aku orgasme, ya aku merasa bahwa orgasmeku ini akan hebat. Aku terus memompa selangkangan Novi dengan kencang, tidak mempedulikan dan memberi waktu Novi untuk menyelesaikan orgasme nya, karena aku sudah sangat tidak tahan. Aku peluk tubuh Novi sekuat tenaga. fantasiku.com
“Noovv… akuu maoo keluaarr… sayaannggg…” Erangku.
Mendengar aku yang hampir keluar, pantat Novi berputar-putar semakin cepat. Tangannya semakin erat memelukku, dan bibirnya semakin liar menciumku. Akibatnya, tak lama kemudian aku betul-betul keluar. Croott… crooottt… crooottt… Kumuntahkan semua spermaku di dalam lubang kemaluan Novi. Croott.. croott… crootttt… Gelombang kedua pun segera datang.
“Uuuggghhhh… Oooggghhhh… “Dengusku seraya menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Novi.
Croott.. croott… crootttt… setelah gelombang ketiga, akhirnya tubuhku melemas dengan sendirinya. Gelora kenikmatanku perlahan-lahan mulai mereda. Gila, sepertinya ini sperma paling banyak yang pernah kusemprotkan. Saking sempurnanya tubuh Novi, aku betul-betul bergairah malam ini. Tubuhku masih menindih tubuh Novi untuk beberapa waktu. Setelah mengumpulkan tenaga, aku mencabut penisku, dan berguling ke samping Novi. Kemudian, Novi kurangkul ke dalam pelukanku, sementara kuelus-elus rambutnya.
“Nov… sorry ya Nov, aku udah memaksa kamu melakukan tindakan ini.” Kataku.
Novi hanya terdiam saja. Akhirnya, setelah beberapa lama pun kami tertidur, dengan Novi masih ada di dalam pelukanku.
Hari-hari selanjutnya, semuanya berjalan normal. Kami pindah ke Marbella pada hari Sabtu untuk menginap disana. Kami hanya menyewa satu kamar disana. Karena kami sudah berhubungan seks satu sama lain, kami menjadi lebih terbuka. Bahkan kini, Novi pun dengan santai berganti baju didepanku. Kami pulang pada hari minggu pagi. Di perjalanan pulang, mereka bertiga tidak tidur walaupun lelah. Mereka tetap menemaniku ngobrol agar aku tidak bosan dan ngantuk. Padahal semula, aku menganggap mereka itu aneh, tapi ternyata mereka itu betul-betul baik, extraordinary malah. Aku tidak pernah menyesal ikut dalam perjalanan ini. Perjalanan yang membuatku terhubung dengan yang lainnya melalui persetubuhan. Di pikiranku terlintas kejadian-kejadian yang sudah lalu, dari awal Emi mengajakku untuk pergi bareng, berkumpul di McD, perjalanan menuju Arumdalu, voli pantai dimana aku sangat terangsang untuk pertama kalinya, malam pertama yang kuhabiskan bersama Emi, sunbathing yang berujung pada “memanggang roti” bersama Desi, tubuh sempurna Novi dan permainan seks nya, semuanya terbayang-bayang dalam pikiranku. Mereka itu terlihat seperti tiga perempuan aneh. Emi, wanita yang polos dan ceria, yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingannya. Desi, wanita yang memakai bahasa yang baku dan tidak banyak omong, yang sangat liar dalam bersetubuh. Novi, wanita bertubuh sempurna yang memerlukan kasih sayang dari seorang laki-laki. Mereka bukanlah perempuan aneh, melainkan tiga temanku.
Rutin dua-tiga kali seminggu, aku selalu mencuri waktu untuk berhubungan seks dengan salah satu dari ketiganya. Biasanya sih sudah ada jadwal-jadwalnya sendiri. Semua itu kulakukan tanpa menarik kecurigaan teman sekantorku. Semuanya kulakukan di siang hari saat jam istirahat, agar tidak mengundang kecurigaan keluargaku.
Suatu waktu, Emi resign karena mendapat kerjaan baru di Singapura. Sebelum berangkat ke Singapura, tidak lupa kami melepas hasrat terlebih dahulu. Bahkan, ketika aku mendapat tugas dinas ke Singapura, aku tinggal di apartemen tempat Emi tinggal. Jika sudah begitu, kami selalu melepaskan hasrat kami masing-masing tiap ada kesempatan.
Desi pun resign setahun setelah Emi untuk mengejar cita-cita dan impiannya untuk menjadi penari. Setelah menjadi penari, goyangannya semakin mantap saja. Aku yang biasanya tahan dua ronde, hanya tahan satu ronde setelah Desi menjadi penari. Desi tidak pernah berubah, ia yang paling liar di ranjang.
Sampai akhir, Novi tetap bersamaku di perusahaan ini. Ia mulai tertarik pada bidang teknologi yang kuminati. Ternyata ia punya bakat di bidang teknologi, bakat terpendam. Setelah mempunyai dasar yang cukup, ia pindah dari divisi HRD ke divisi technology yang dibawahi olehku. Saat aku menjadi Technology Director, tahu-tahu ia sudah menjadi Vice-President of Technology, tepat dibawahku. Saat tugas dinas keluar negeri, otomatis Novi ikut denganku. Kami tidak henti-hentinya melepas hasrat saat kesempatan itu datang, entah di pesawat maupun di hotel negara tujuan kami. Novi pun semakin terbuka dalam hal berhubungan seks. Karena ada pemeriksaan ketat dari aparat pemerintahan, premanisme tempat suami nya bertugas hilang sepenuhnya, sehingga suaminya menjadi begajulan yang kerjaannya tiap hari hanya minum-minum terus. Berkat dukungan dariku, Emi, dan Desi, Novi akhirnya berani menceraikan suaminya.
Sekian dan Terima kasih. Sampai jumpa pada kesempatan selanjutnya.
-THE END-
The post Cerita Hot Lanjutan Bergambar Tiga Perempuan Aneh (Part II) appeared first on CeritaSeksBergambar.