Terlampau sering kita dengar cerita anak kost yang memperkosa ibu kostnya. Tetapi yang aku alami di bawah ini merupakan Cerita pemerkosaan yang aku anggap keterlaluan.
Sesudah anak-anakku menikah, rumahku menjadi longgar dan terasa sepi. Suamiku mengusulkan untuk menerima kost-kost-an untuk anak sekolah atau mahasiwa. Maksudnya agar suasana ramai seperti ketika anak-anakku kumpul bisa kembali dinikmati. Ide itu timbul sehubungan adanya beberapa kali permintaan dari beberapa pelajar dan mahasiswa yang bertandang ke rumah. Tetapi kini yang terjadi justru bencana yang mengancam ketenangan dan kenyamanan dalam rumah tanggaku.
Franky, salah seorang anak kostku suatu pagi tidak keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama anak-anak yang lain. Kuketuk pintunya untuk melihat ada apa dengan Franky ini. Kulihat dia masih meringkuk di tempat tidurnya. Saat ku pegang dahinya aku tahu dia kena demam. Kemudian kubawakan minuman panas, sepotong roti dan obat anti demam. Kusuruh minum obat itu.
Setelah rumah kembali sepi karena anak-anak pada berangkat sekolah dan kuliah, aku kembali menengok dia. Nampaknya obat demamnya sudah berproses. Panas tubuh Franky sudah turun. Tetapi Franky bilang sakitnya belum akan sembuh sebelum tubuhnya dikerok sebagaimana kebiasaannya kalau sakit di rumahnya. Aku bilang, nantilah kalau bapak sudah jalan mengajar ke sekolah, aku kerokin kamu. Suamiku walaupun sudah pensiun tetapi masih banyak kegiatan selaku pengajar honorer di beberapa sekolah.
Franky baru 3 bulan kost di rumah. Dia anak dari Wonosobo. Ini merupakan tahun semester pertama dia di universitas swasta yang cukup terkenal di Jakarta. Sebagai anak lelaki yang umurnya yang baru 20 tahun Franky nampaknya dia sangat dimanjakan di rumahnya. Kadang-kadang disinipun kalau dia pengin sesuatu, masakan misalnya, aku harus turuti, kalau nggak dia akan ngomel seharian. Dia bilang pelitlah, malaslah, judeslah dan sebagainya. Aku sabar saja. Aku jadi ingat ada anakku yang manja, kalau minta sesuatu harus kami bisa penuhi.
Kembali Franky memanggil-manggil aku, sementara suamiku belum juga jalan menunggu telpon dari sekolahan tempat kerjanya untuk informasi mengenai jam berapa dia harus hadir mengajar hari ini. Kudatangi Franky yang ngotot minta dikerok sekarang juga. Aku kasihan, mungkin badannya benar-benar berasa tidak enak. Aku mengambil minyak goreng dan koin uang untuk kerokan dan bilang sama suamiku yang sedang baca koran persis di sebelah dinding kamar Franky. Saat aku masuk ke kamar, Franky sudah tengkurap setengah telanjang hanya bercelana dalam. Ah, aku yang sudah usia 47 tahun ini tidak berpikir macam-macam. Aku duduk di tepian ranjang, mulai mengerok punggung Franky.
Kuperhatikan tubuh Franky sungguh sehat. Pasti makanannya sangat terjaga sejak kecilnya. Posturnya yang cukup jangkung, aku taksir mendekati 180 cm nampak Franky sangat tampan. Dan itu dibuktikan seringnya dia didatangi atau ditelpon temen-ceweknya yang tak terhitung jumlahnya. Kulihat kerokkan ditubuhnya menunjukkan garis-garis merah yang kuat sebagai pertanda dia masuk angin sungguhan.
Tiba-tiba tangan kirinya dia taruh ke pahaku. Aku pikir dia rindu mamanya. Tangan Franky mulai mengelusi pahaku kemudian menaikkan elusannya ke perutku kemudian ke dadaku. Aku tepis kuat-kuat. Aku bisikkan agar jangan tidak sopan padaku. Dia langsung berbalik telentang. Dia tunjukkan celana dalamnya yang telah terdorong mencuat karena penisnya yang ngaceng berat sambil telunjuknya menunjuk bibirnya agar aku diam. Kemudian dia perosotkan celananya hingga penisnya yang cukup gede dan ujung kepalanya yang merah berkilatan itu nampak tegak kaku mencuat dari rimbunan jembutnya yang masih halus tipis. Aku kaget dengan ulah Franky ini. fantasiku.com Yang aku takutkan kalau-kalau suamiku mendengar, masuk ke kamar dan melihat apa yang terjadi di kamar sempit ini. Bisa-bisa aku dianggap serong sementara suamiku masih berada di rumah. Aku berontak untuk berdiri dan meninggalkan kamar. Tetapi Franky lebih sigap dan kuat. Direnggutnya rambutku dengan kasar hingga aku nyaris terjatuh. Kemudian dengan paksa mukaku ditundukkan ke arah selangkangannya. Dia arahkan penisnya ke mulutku. Dia maksudkan agar aku mengulumnya. Kurang ajar dan kebangetan banget, nih anak. Tahu bahwa ada suamiku di sebelah dinding kamarnya dia berani mencoba melakukan macam ini padaku. Dia memperkosa aku, memperkosa mulutku.
Aku berontak keras tetapi dengan sepi. Aku tidak berani mengeluarkan suara sedikitpun. Dan Franky nampaknya sangat tahu ketakutanku itu. Tangannya semakin kuat-kuat menekan kepalaku dan menempelkan bibirku ke ujung penisnya. Aku tak kuat melawan Franky. Penis itu terus dia tekan-tekankan ke bibirku hingga aku merasa kesakitan karena beradu dengan gigiku. Dan persis saat aku sedikit menyeringai membuka mulut penis Franky berhasil masuk ke rongga mulutku. Tekanan tangannya yang sangat kuat tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepadaku untuk bergerak-gerak. Tanganku yang bertumpu menekan ke pinggiran ranjangpun sia-sia. Franky membiarkan sesaat posisi statis itu dengan diam tetapi tekanan kuat tangannya tidak mengendor. Aku jadi sempat berpikir, mau apa aku. Dan jawaban dalam hatiku adalah, biarlah aku mengulumnya walaupun hal itu belum pernah aku lakukan pada suamiku sendiri selama ini. Pertama karena aku ingin hal ini cepat selesai sebelum suamiku menaruh kecurigaan. Kedua terbersit juga dalam hatiku, apa salahnya kalau dalam keadaan terpaksa ini aku coba saja apa yang pernah aku saksikan dalam VCD porno yang pernah aku tonton sebelumnya. Aku mencoba menjadi lebih menerima kenyataan yang tak bisa kuhindari ini. Aku mulai melumat penis Franky. Lidahku menari. Aroma selangkangan Franky mulai merasuk ke hidungku tanpa aku bisa menghindarinya. Sekarang yang kupikirkan hanyalah pemaksaan Franky ini cepat selesai.
Begitu aku mulai mengulum, tekanan tangan Franky mengendor. Bahkan dia mulai mengelus-elus rambutku dengan penuh penuh kenikmatan. Dan entah dorongan dari mana, mungkin pengaruh VCD itu, aku sendiri pelan-pelan dilanda rasa nikmat birahi. Aku merasakan ada sensasi nafsu yang mendorong aku untuk mencoba menikmati bagaimana bersentuhan secara birahi dengan lelaki lain kecuali suamiku, bahkan melakukan sesuatu yang belum pernah aku aku lakukan, aku tengah mengulum, mengisep-isep dan menjilati penisnya itu. Dan saat Franky tahu aku nampak mulai menikmati paksaannya tangannya mulai kelayaban ke bokongku, dia singkapkan dasterku, dielus-elusnya pantatku bahkan juga lubang duburku. Ditusuk-tusukkannya jarinya ke lubangku itu. Aku agak merasa aneh. Terus terang hanya di VCD-lah aku lihat ada orang yang begitu menyukai lubang tai ini. Apakah Franky juga termasuk yang suka?
Diludahinya jarinya untuk kemudian dia coba lagi menusuk lubang pantatku. Aku menyeringai kesakitan, perih banget rasanya, tetapi mana berani aku teriak sementara suamiku berada tepat di belakang dinding kamar ini sedang membaca koran. Yang aku coba adalah menepis tangan Franky sambil menyeringai sepi padanya yang menunjukkan aku kesakitan. Tapi Franky tidak lantas berhenti, dia colek minyak goreng bekas kerokannya, jari-jarinya dilumuri minyak goreng itu kemudian kembali disodok-sodokkannya ke lubang pantatku.
Dan aku sendiri jadi heran, walaupun terasa pedih dan sakit aku mulai merasakan kenikmatannya. Aku heran juga kenapa lubang pantat juga merasakan nikmat birahi seperti lubang kemaluan. Aku heran. Bahkan aku menyambut jari-jarinya itu dengan memaju-mundurkan tubuhku menjemputi jari-jari Franky menusuki pantatku itu. Aku mengerang tertahan. Aku menikmati banget nafsu birahiku ditengah rasa pedih dan panas yang hampir nggak tertahankan. Aku jadi terbakar dilanda birahi yang luar biasa.
Terus terang, sudah lebih dari 2 tahun terakhir ini suamiku sudah jarang menggauli aku. Dan aku sendiri sebenarnya juga tidak lagi menuntut terlampau banyak dari dia. Kami merasakan usia kami sudah termasuk tua. Dan rasanya tidak lagi pantas terlampau memikirkan terus-menerus kebutuhan seksual. Tapi kini, ternyata seorang anak kostku si Franky ini telah membangunkan macan tidurku. Rasanya aku kembali menjadi perempuan yang demikian kegatalan. Aku menggelinjang hebat saat ini, saat mulutku dipaksa terjejali oleh penisnya dan lubang pantatku dientot oleh jari-jarinya.
Tangan kiri Franky di kepalaku semakin nampak tidak sabar. Dia menggenggam rambutku dan dinaik-turunkan kepalaku agar aku mengkulum dan memompa lebih cepat. Rasanya Franky ingin lekas memuncratkan spermanya. Aku turuti kemauannya dari pada aku jadi kesakitan nanti. Tangan kananku mengelusi batangnya dan mulutku mempercepat lumatan dan pompaan ke penis Franky hingga akhirnya tanganku merasakan ada kedutan besar pada otot sebelah bawah batang penisnya disusul oleh tumpahnya cairan hangat panas tumpah menyemprot-nyemprot rongga mulutku. Air mani Franky muncrat banyak sekali, sepertinya bergalon-galon. Dan pada saat yang bersamaan sementara tangan kanannya terus menusuki lubang pantatku, tangan kiri Franky kembali menekan kepalaku lebih dalam agar mulutku menangkap seluruh cairan spermanya yang tumpah itu. Aku nyaris tersedak. Dan untuk menghindarkannya agar tidak berkepanjangan buru-buru sebagian cairannya kutelan.
Akhirnya tangan Franky melepaskan cengkeramannya ke rambutku dan aku sendiri jadinya terduduk di lantai samping ranjang itu. Tak ada suara gaduh sedikitpun selama 15 menit Franky memperkosa mulutku. Kami sama-sama menjaga agar tidak menimbulkan kecurigaan suamiku yang sedang asyik membaca koran pagi itu.
Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, Franky membisikkan terima kasih ketelingaku. Aku tidak menjawab. Aku tetap menunjukkan kekecewaanku atas perbuatannya yang memaksa mulutku ngisep penisnya. Ketika aku mau keluar pintu aku memperdengarkan suaraku agar didengar suamiku,
“Udah Frank, kamu mesti istirahat. Tuh, badanmu merah semua oleh kerokan ibu. Pakai selimutnya. Kalau mau mandi nanti aku siapkan air panas”.
Ketika akhirnya aku keluar kamar kulihat suamiku sedang asyik mengisi teka-teki silang (TTS). Dengan kacamata minusnya dia mendekatkan matanya ke tulisan kecil-kecil koran di tangannya. Kemudian dengan berlandaskan pada lantai meja dia menulis jawaban TTS pada kotak-kotak yang tersedia. Dia nggak memperhatikan bagaimana aku berjalan dengan sedikit tertatih karena pedih di pantatku. Dia juga nggak menatap wajahku, bagaimana masih nampak serpihan kental hampir mongering sperma Franky membelepot di sana-sini di sekitar bibirku. TAMAT