Cerita Mesum – Nanang Semakin di Depan (Tamat)

Author:

.cerita mesum  ini merupakan cerita terakhir dari seri “Nanang si Pejantan Desa”. Jika kamu belum membaca cerita awalnya, maka silahkan ikuti melalui daftar isi berikut ini:

Sementara itu Mbak Yuyun tampak mengayuh sepedanya menuju rumah Nanang. Ia ingin meminta maaf karena atas sikapnya yang lalu dan sekaligus untuk mengucapkan bela sungkawa atas kematian Nyonya Arini. Ia tidak datang di hari pemakaman Nyonya Arini.

 Ia sudah mendengar gosip kalau Nanang berubah menjadi seorang yang pendiam setelah kematian Nyonya Arini. Mbak Yuyun meletakkan sepedanya di bawah pohon mangga yang ada di depan rumah Nanang. Ia mengetuk pintu rumah Nanang tapi tidak ada jawaban. Ia pun memutuskan untuk nyelonong masuk ke dalam rumah Nanang.

Ia mencari Nanang di seluruh ruangan dan akhirnya menemukan Nanang di kamarnya. Mbak Yuyun begitu tercengang melihat Nanang yang tengah telanjang bulat bersama Ibunya, sedang tidur sambil berpelukan. Ia melihat kontol Nanang yang masih menancap di memek Ibunya. Tiba – tiba gairah Mbak Yuyun muncul dan semakin kuat. Ia tidak tahan melihat kontol Nanang yang masih ereksi itu. Lalu dengan hati – hati Mbak Yuyun mengeluarkan kontol Nanang dari memek Ibunya. Sperma Nanang ikut mengalir
keluar dari memek Ibunya. Karena sudah tidak tahan, Mbak Yuyun langsung menjilati kontol Nanang dengan penuh nafsu. Ia membersihkan batang kontol Nanang yang masih belepotan oleh spermanya. Nanang pun terbangun meski masih setengah sadar. Ia merasakan geli sekaligus nikmat di kontolnya.

bu, biarkan aku tidur sebentar lagi” kata Nanang yang mengira kalau kontolnya sedang diemut oleh Ibunya.

“Ibu lagi tidur. Jangan ganggu dulu” kata Bu Nining yang merasa tidak melakukan apapun.

“Lalu kenapa kontolku rasanya geli” kata Nanang.

Lalu Nanang membuka matanya dan melihat Ibunya yang tertidur pulas di atas tubuhnya. Nanang pun terperanjat dan menggeser tubuh Ibunya. Ia kaget melihat Mbak Yuyun yang tengah sibuk menjilati kontol Nanang. Bu Nining juga kaget

melihat kehadiran Yuyun. Ia segera menutupi tubuhnya dengan selimut.

“Mbak Yuyun ngapain ke sini ???” tanya Nanang.

“Aku kemari mau menikmati kontol kamu” jawab Mbak Yuyun sambil terus mengemut kontol Nanang.

“Apa kamu juga pernah bercinta dengan Yuyun ???” tanya Bu Nining.

Nanang pun mengangguk tanda iya. Ia mengatakan kalau Mbak Yuyun lah yang telah mengajarinya soal seks. Bu Nining begitu heran karena Nanang telah merasakan tubuh banyak wanita selama ini termasuk tubuh anak angkatnya sendiri. Mbak Yuyun seakan tidak peduli dengan mata Bu Nining yang terus melotot kepadanya. saat ini yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana cara dia untuk bisa menikmati kontol Nanang. Nanang sendiri membiarkan Mbak Yuyun mengemut kontolnya sambil mengelus kepalanya. Ia melihat wajah Ibunya yang sepertinya tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Yuyun. Ia tidak senang karena menurutnya kontol Nanang telah menjadi miliknya sepenuhnya. Nanang menarik tubuh
Ibunya untuk duduk di sampingnya.

“Bu, boleh kan Mbak Yuyun ikut menikmati kontolku ???” mohon Nanang.

“Tapi, kontol kamu seharusnya hanya untuk Ibu” jawab Bu Nining yang takut tidak akan kebagian kejantanan anaknya lagi.

“Kontolku akan selalu menjadi milik Ibu. Kita kan tinggal serumah” hibur Nanang sambil tersenyum.

Bu Nining berpikir apa yang dikatakan Nanang ada benarnya juga. Mereka tinggal serumah dan tentunya Bu Nining memiliki waktu lebih banyak untuk bisa menikmati kontol anaknya itu. Nanang kembali bergairah karena sedotan mulut Mbak Yuyun terasa semakin nikmat. Ia pun kembali menyantap toket Ibunya yang juga mulai horni melihat Mbak Yuyun yang tengah mengemut kontol anaknya itu.

“Gantian, Yun” pinta Bu Nining yang juga ingin mengemut kontol anaknya.

Dengan senang hati Mbak Yuyun membagi kontol Nanang dengan Bu Nining. sama seperti Mbak Yuyun, Bu Nining langsung melahap kontol tersebut bagai melahap permen. Sedotan Ibunya membuat Nanang berkali – kali mengangkat pinggulnya. Tangan Ibunya tak berhenti memeras kontol Nanang demi mendapatkan cairan

pelumasnya. Sementara itu Mbak Yuyun hanya menonton sambil menunggu gilirannya lagi. Nanang sangat senang melihat dua wanita binal itu. Ia sangat bersyukur memiliki kontol yang ternyata membuat wanita tergila – gila padanya. kemudian Ibunya kembali memberikan kontol anaknya kepada Mbak Yuyun. Nanang meminta Ibunya untuk berjongkok di atas wajahnya karena ia ingin menikmati memek Ibunya. Bu Nining menyanggupinya dan ia pun berjongkok di atas wajah Nanang. Bu Nining sedikit mengangkat kepala Nanang agar Nanang dengan mudah menjilati memeknya. Sementara itu Mbak Yuyun melihat Nanang yang tengah asik “memakan” memek Bu Nining dan membuatnya ingin melakukannya juga.

“Nang, jilat memek ku juga” pinta Mbak Yuyun sambil membuka celananya.

Lalu Nanang meminta Ibunya untuk bergeser, tapi Bu Nining menolaknya. Bu Nining masih ingin Nanang menjilati memeknya sampai ia orgasme. Mbak Yuyun yang telah dirasuki gairah setan pun mulai beradu mulut dengan Bu Nining. Mereka juga saling tolak – menolak untuk bisa merasakan jilatan lidah Nanang.

“Gantian dong, Bu. Memek ku juga perlu dilayani” kata Mbak Yuyun sambil menggesek memeknya dengan jarinya.

“Gak mau ah. Aku kan belum keluar. Kamu nikmati aja kontol Nanang” suruh Bu Nining yang berusaha untuk mempertahankan tempatnya.

“Pokoknya kita harus gantian” paksa Mbak Yuyun sambil mendorong Bu Nining hingga terjatuh.

Nanang pun ikut emosi melihat pertengkaran keduanya. Lalu Nanang meminta keduanya untuk berbaring dan melebarkan kedua kaki mereka. Kemudian Nanang memasukkan dua jarinya sekaligus ke dalam lubang memek kedua wanita itu. Dengan tempo cepat, Nanang menusuk jarinya hingga membuat keduanya menggeliat. Mbak Yuyun dan Bu Nining mendesah keenakan dan tanpa sadar keduanya saling berciuman. Gairah keduanya yang telah berada di puncak membuat keduanya jadi lupa diri dan merubah hasrat mereka menjadi biseksual. Tangan Mbak Yuyun meremas kasar toket Bu Nining, sementara tangan Bu Nining mendorong kepala Mbak Yuyun untuk semakin dekat dengan bibirnya. Nanang semakin bersemangat melihat tingkah

kedua wanita itu. Ia semakin mempercepat temponya sehingga membuat kedua wanita itu semakin tak terkendali. Lalu sesaat kemudian keduanya orgasme secara bersamaan. Jari Nanang dijepit dengan sangat kuat hingga cairan kedua wanita itu berhenti mengalir. Lalu Nanang mengeluarkan jarinya dan dengan penuh nafsu, Bu Nining dan Mbak Yuyun berebutan untuk menjilati jari Nanang.

“Entot memek ku, Nang” pinta Mbak Yuyun sambil membuka belahan memeknya.

“Jangan ! Entot Ibu dulu” pinta Bu Nining yang ingin mendapat jatah lebih dulu.

Lalu Nanang memutuskan untuk menggenjot memek Mbak Yuyun terlebih dahulu. Nanang sudah lama tidak menikmati memek Mbak Yuyun dan meminta Ibunya untuk bersabar. Bu Nining pun akhirnya mengalah dan memilih untuk menunggu gilirannya. Kemudian Nanang segera menggenjot Mbak Yuyun dengan posisi anjing kawin. Mbak Yuyun merasa gembira karena bisa merasakan genjotan Nanang setelah berminggu – minggu lamanya tidak bercinta dengan Nanang. Nanang juga dengan penuh gairah menusuk memek Mbak Yuyun yang dirasanya makin sempit. Sementara itu Bu Nining melihat keduanya sambil bermasturbasi. Ia menusuk memeknya dengan tiga jarinya sekaligus. Melihat Bu Nining yang tengah bermasturbasi, hal itu membuat Mbak Yuyun semakin bergairah. Ia meminta Bu Nining untuk duduk di depannya. Kemudian Mbak Yuyun menjilati memek Bu Nining yang sudah basah itu. Gairahnya yang besar membuat Mbak Yuyun begitu berani untuk menjilati memek Bu Nining. Sementara Bu Nining sendiri tidak percaya kalau memeknya sedang dijilati oleh sesama wanita, meski ia tidak berbohong kalau ia sangat menikmatinya. Nanang ikut bersemangat melihat aksi Mbak Yuyun dan Ibunya itu. Memek Mbak Yuyun semakin ditusuk dengan kuat.

“Gantian dong sayang” rengek Bu Nining yang tidak mampu menahan nafsunya untuk segera digenjot oleh Nanang.

Lalu Nanang pun mencabut kontolnya dari lubang memek Mbak Yuyun. Mbak Yuyun merasa tidak senang karena ia masih ingin menikmati kontol Nanang lebih lama lagi. Ia meraih kontol Nanang dan menancapkannya kembali di dalam

memeknya.

“Sebentar lagi ya, Bu. Bentar lagi memekku bakalan keluar” kata Mbak Yuyun dan menyuruh Nanang untuk mengebor memeknya lagi.

Bu Nining kembali harus mengalah. Ia memilih untuk berdiam diri di sudut kamar sambil melihat Nanang dan Mbak Yuyun. Nafsunya lama – kelamaan jadi hilang dan akhirnya ia pun memilih untuk keluar kamar. Nanang jadi merasa tidak enak kepada Ibunya. Dengan sekuat tenaga, Nanang berusaha untuk membuat Mbak Yuyun mencapai orgasmenya. Selang beberapa saat kemudian, Mbak Yuyun pun telah merasakan orgasmenya. Ia menekan pantatnya dengan kuat sehingga kontol Nanang yang besar dan panjang itu ditelan oleh memek Mbak Yuyun. Orgasme yang dirasakan oleh Mbak Yuyun sungguh luar biasa dan membuatnya lemah seketika.

Cerita Mesum terbaru 2018 | Nanang segera mencabut kontolnya dan ia pun mencari Ibunya. Nanang mencari ke seluruh ruangan dan tidak menemukan Ibunya. Lalu ia pergi ke belakang rumahnya untuk mencari Ibunya di kamar mandi. Ternyata Ibunya berada di sana. Bu Nining terlihat sedang jongkok karena sedang buang air kecil. Nanang terkesima melihat air kencing Ibunya yang mengucur dengan derasnya. Lalu Nanang menggendong tubuh Ibunya hingga membuat Ibunya menjadi kaget. Air kencingnya yang masih mengalir pun terkena tubuh Nanang. Lalu Nanang langsung menancapkan kontolnya ke dalam memek Ibunya yang masih mengeluarkan air pipisnya. Bu Nining merasakan sensasi yang sangat luar biasa. Ia merasakan memeknya dipenuhi oleh air kencingnya dan juga kontol Nanang.

“Ibu lagi kencing malah kamu entot…Aaahhhhh…Aaaahhhhh” erang Bu Nining sambil memeluk Nanang agar ia tidak jatuh.

Nanang hanya tertawa mendengarnya dan terus menggenjot memek Ibunya. Air kencing Bu Nining mulai berhenti dan Nanang bisa leluasa menggenjot memek Ibunya. Kemudian Mbak Yuyun ikut masuk ke kamar mandi. Ia masih belum puas dan ingin segera digenjot lagi oleh Nanang. Mbak Yuyun memeluk Nanang dari belakang sambil kedua tangannya menggelitik puting Nanang. Nanang merasa geli dan membuat gendongannya jadi melemah

dan membuat Bu Nining hampir jatuh.

“Entot aku lagi dong Nanang. Memek aku belum puas” rengek Mbak Yuyun sambil menggesek memeknya di pantat Nanang.

“Aku masih pengen ngentot Ibuku” jawab Nanang sambil terus menggesek memek Ibunya dengan posisi berdiri.

“Kamu pulang aja deh Yuyun. Ganggu acara orang aja” kata Bu Nining dengan sewotnya.

Giliran Mbak Yuyun yang mengalah. Ia pun memilih untuk bermasturbasi sambil menunggu gilirannya. Nafsunya yang besar membuatnya ingin merasakan kontol Nanang hingga dirinya merasa puas.

“Kita ngentot di dalam aja yuk. Nanti bisa dilihat orang” ajak Bu Nining.

Lalu Nanang menggendong Ibunya dengan kontolnya yang menancap di memeknya. Sambil digendong, Bu Nining pun menggerakkan pinggulnya untuk menggenjot kontol Nanang. Setelah berada di dalam rumah, Nanang langsung membaringkan Ibunya di atas lantai. Ia menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan tinggi hingga ia merasakan orgasmenya sudah hampir tiba.

“Aaahhhh…Aaahhhh….Memeekkk Ibuuu mauuuu keluuuarrr….Oooohhhh…Ooohhhh” erang Bu Nining.

“Uuuuhhhhhh…Samaaaa Buuuuuu….Aaahhhhh…Kitaaaa keluaaaaarrr bareeenggggg…oooohhhhh” erang Nanang.

Lalu keduanya pun orgasme secara bersamaan. Lahar Bu Nining dan juga Nanang bersatu padu di dalam memek Bu Nining. Keduanya merasa lega sekali setelah berhasil mencapai orgasme. Mbak Yuyun segera mencabut kontol Nanang dan menjilati sisa spermanya. Dengan segera Mbak Yuyun menancapkan kontol Nanang yang mulai loyo ke dalam memeknya. Ia langsung menggenjot kontol Nanang dan ia merasakan kontol Nanang kembali mengeras di dalam memeknya. Mbak Yuyun menggerakkan pinggulnya dengan sangat cepat agar ia bisa merasakan sperma Nanang di dalam memeknya. Lalu Mbak Yuyun melihat aliran sperma Nanang yang keluar dari memek Bu Nining. Tanpa rasa jijik, ia menjilati memek Bu Nining dan menghisap seluruh sperma Nanang yang masih tertinggal. Karena genjotan Mbak Yuyun terlalu cepat, membuat Nanang kembali merasakan orgasmenya untuk yang kedua kali.

“Mbaaakkkk…Enaaaakkk bangeeeett…aaaaahhhhh….Aaaahhhhhhhh” jerit Nanang disaat spermanya sudah berada di ujung.

“Mbaaakkk jugaaaa…keluaaarriiinnn barengg yaaa…Oooohhhh…memeeeekkkkkkkkkk” jerit Mbak Yuyun sambil menekan pantatnya.

Beberapa detik kemudian keduanya orgasme

secara bersama – sama. Nanang merasa gembira sekali bisa mendapatkan orgasmenya yang kedua secara beruntun. Kali ini kontol Nanang benar – benar loyo dan mulai mengecil. Nafsunya langsung hilang dan yang tersisa hanya sisa orgasmenya saja. Nanang pun berbaring di antara kedua wanita itu. Ia merangkul keduanya dalam pelukannya. Tangan Mbak Yuyun dan Bu Nining secara bergantian mengocok kontol Nanang yang telah mengecil itu. Nanang merasa lelah sekali dan membiarkan tangan kedua wanita itu bermain dengan kontolnya. Benar – benar hari yang indah untuk Nanang.

Sejak saat itu, Mbak Yuyun sangat sering berkunjung ke rumah Nanang untuk meminta jatah kenikmatan. Terkadang mereka bermain berdua dan terkadang mereka bermain bertiga bersama Bu Nining. Lama – kelamaan Mbak Yuyun dan Bu Nining semakin berani untuk melakukan biseksual. Terkadang keduanya menampilkan aksi lesbian di depan Nanang untuk membuat Nanang semakin bergairah. Mereka saling berbagi lendir kenikmatan dan mereka sangat menikmatinya. Nanang merasa dirinya sebagai satu – satunya pria perkasa yang ada di dunia. Ia memang orang desa yang udik, tidak tampan, dan berkulit hitam, tapi banyak wanita yang bertekuk lutut karena kejantanannya. Ia tidak pernah merasa lelah
dan selalu bersedia untuk melayani para wanita yang haus seks seperti Ibunya dan Mbak Yuyun. Setiap kali pulang mengajar di sekolah, Mbak Yuyun rela berjauh – jauhan menuju rumah Nanang demi mendapatkan sedikit lendir demi mengisi lubang memeknya. Ia tidak pernah takut untuk hamil karena yang paling penting adalah nafsunya yang bisa terpuaskan. Sementara Bu Nining tidak perlu takut untuk tidak kebagian kenikmatan. Setiap malam ia selalu mengganggu tidur nyenyak Nanang demi memuaskan nafsunya. Sungguh kenikmatan yang tidak akan pernah ada habisnya.

Pada suatu ketika Mbak Yuyun mengajak Nanang dan Ibunya untuk piknik di sebuah air terjun yang terletak di dalam hutan. Air terjun itu menjadi satu – satunya tempat bagi warga desa untuk refreshing. Tempatnya yang

sejuk dan indah membuat warga desa sering berpiknik di tempat tersebut. Mbak Yuyun sengaja mengajak mereka untuk bersenang – senang demi memulihkan tenaga mereka yang terkuras akibat seks yang terus – menerus dilakukan tanpa henti. Lalu mereka bertiga pun tiba di air terjun tersebut. Rasa nyaman dan sejuk langsung menyelimuti tubuh Nanang yang lelah. Nanang tidak sabar untuk segera menceburkan diri ke dalam air untuk menyejukkan tubuhnya. Lalu ketiganya mencari tempat yang enak untuk bersantai. Secara tidak terduga, ketiganya bertemu dengan Ibu Trisno dan Kakaknya yang juga tengah berpiknik bersama. Nanang merasa beruntung bertemu dengan kedua wanita itu. Libidonya langsung muncul ketika melihat kedua wanita itu. Ibu Trisno dan Kakaknya juga merasa senang bisa bertemu dengan Nanang. Sudah cukup lama mereka tidak saling bertemu dan berbagi kenikmatan. Terakhir kali mereka bertemu sebelum Nyonya Arini meninggal dunia. Lalu Ibu Trisno mengajak mereka bertiga untuk bergabung. Ibu Trisno memilih tempat piknik di bawah sebuah pohon rindang yang asri yang tidak jauh dari pinggir air.

“Sudah lama kita tidak bertemu ya, Bu” kata Ibu Trisno kepada Bu Nining.

“Iya, Ibu tampak semakin kurus ya” kata Bu Nining.

“Maklum toh, Bu. Namanya juga faktor umur” jawab Ibu Trisno sambil tertawa.

“Trisno nya gak ikut ???” tanya Nanang.

“Dia lagi tidak enak badan. Sekarang lagi istirahat di rumah” jawab Ibu Trisno.

Nanang senang sekali mendengar kalau Trisno tidak ikut. Khayalan – khayalan anehnya mulai bermunculan. Ia pun mendapatkan sebuah ide gila yang mungkin hanya sekali seumur hidup bisa ia rasakan. Ia berencana untuk menggelar pesta seks bersama keempat orang wanita yang ada di depannya. Ini akan menjadi hari terbaik yang pernah Nanang rasakan. Kemudian sambil mengobrol, kelima orang tersebut menyantap bekal yang mereka bawa. Nanang tidak bisa konsentrasi karena matanya tidak berhenti untuk menatap tubuh Ibu Trisno dan juga Kakaknya. Ia sudah tidak sabar untuk

segera mencicipi tubuh kedua wanita itu. Nanang makan dengan sangat cepat agar ia bisa segera merealisasikan idenya itu. Setelah selesai makan, Nanang pun segera menelanjangi dirinya dan membuat keempat wanita itu terkejut. Nanang sengaja menelanjangi dirinya agar dengan alasan ingin berendam di air terjun.

“Kenapa kamu telanjang seperti ini ??? Kan malu dilihat Ibu Trisno dan Kakaknya” kata Mbak Yuyun yang meminta Nanang untuk mengenakan kembali pakaiannya.

“Mbak tenang aja deh. Lagian mereka berdua udah pernah merasakan kontol ku kok” jawab Nanang dengan santainya.

Bagai tak berdosa, Nanang pun segera berlari menuju air terjun dan menceburkan dirinya. Sementara keempat wanita itu saling berdiam diri. Mereka pun menghentikan santapan makanan. Keempat wanita itu saling melihat satu sama lain. Terutama Mbak Yuyun yang tidak menduga kalau Nanang akan menjadi pria yang mampu meniduri banya wanita.

“Ja…Jadi Ibu sudah pernah ngentot dengan Nanang ???” tanya Mbak Yuyun kepada Ibu Trisno.

“Su…Sudah, Yun. Kami melakukan itu secara tidak sengaja dan terpaksa” jawab Ibu Trisno dengan malu – malu.

“Untuk apa kita saling merahasiakan. Kita berempat sudah pernah merasakan kontol Nanang dan aku yakin kalian pasti ketagihan” kata Bu Nining yang mulai buka suara.

Sementara itu Nanang tengah asik berendam di air terjun. Ia berenang ke sana kemari dengan telanjang bulat. Ia tidak peduli apakah ada warga yang tengah melihatnya. Airnya yang dingin dan sejuk membuat Nanang betah untuk berendam selama mungkin. Air terjun yang jatuh dari ketinggian 30 meter bagaikan shower yang deras untuk Nanang. Tiba – tiba saja jantung Nanang seakan berhenti berdetak ketika melihat empat orang bidadari seksi berdiri tegak di pinggir sungai. Keempat bidadari itu berdiri tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Siapa lagi kalau bukan Bu Nining, Mbak Yuyun, Ibu Trisno, dan juga kakaknya. Nafas Nanang mendadak sulit untuk dihembuskan. Aliran darahnya mengalir semakin cepat hingga memanaskan tubuhnya.

Kontol Nanang langsung ereksi dengan bentuk yang paling sempurna. Nanang menelan ludah melihat tubuh keempat wanita itu yang memiliki ragam bentuk. Ada yang memiliki dada besar dan kecil, ada yang masih padat dan ada pula yang sudah kendur, ada pula yang berpantat montok dan tepos, serta ada yang memiliki memek berjembut dan ada yang mulus. Kemudian keempat wanita itu melangkah perlahan ke dalam air.

Mereka mendekati Nanang yang tengah terpaku di bawah aliran air terjun. Kakak Trisno mulai mendekat dengan cepat dan memeluk Nanang. Kemudian ia mencium bibir Nanang dengan penuh nafsu. Lalu Ibu Trisno menyusul dan ikut berciuman bersama mereka. Sementara itu Bu Nining dan Mbak Yuyun tengah berjongkok dan mengelus kontol Nanang yang telah mengeras itu. Keempat wanita itu sudah diselimuti oleh gairah yang ingin segera dituntaskan. Kemudian kepala Nanang turun untuk menikmati toket Ibu Trisno yang kendur itu. Ia menghisap putingnya dan kembali merasakan nikmati ASI yang keluar dari putingnya itu. Ibu Trisno mendesah sambil meliukkan tubuhnya. Sementara Kakak Trisno tidak mau tinggal diam dan menuntun tangan Nanang untuk meremas toketnya. Lalu Nanang menikmati toket Kakak Trisno yang padat itu. Ia menghisapnya dengan kuat hingga putingnya yang tadinya kecil berubah menjadi besar.

“Naaannggg…hisappp yang kuaattt…keluarkaannn air susukuuuuu…Eeeehhhhhh” erang Kakak Trisno.

Setelah itu Nanang meminta keempat wanita itu untuk berganti tugas. Giliran Ibu Trisno dan Kakaknya yang melayani kontol Nanang, sementara Bu Nining dan Mbak Yuyun sibuk melayani permainan bibir Nanang. Nanang merasa ngilu ketika kontolnya disedot silih berganti oleh Ibu Trisno dan Kakaknya.

 

Keduanya begitu gemas melihat kontol Nanang bak kayu jati yang keras. Bu Nining dan Mbak Yuyun menyodorkan toket mereka untuk dinikmati oleh Nanang. Nanang menyambutnya dengan suka cita dan menjilati puting mereka dengan penuh nafsu. Nanang merasakan kontolnya keluar masuk di mulut yang berbeda. Sedotan demi sedotan ia rasakan hingga membuat kontolnya semakin

keras dan nikmat. Nanang hanya bisa merem melek sambil melayani dua wanita yang berada di samping kiri dan kanannya.

“Bagaimana kalau kita ke pinggir aja. Biar lebih asyik” ajak Nanang.

Keempat wanita itu pun setuju. Mereka menarik tangan Nanang dengan tergesa – gesa agar bisa tiba di pinggir dengan cepat. Ibu Trisno membentangkan tikar sebagai alas mereka. Nanang meminta keempat wanita itu untuk telentang berjejeran. Nanang bermasturbasi sesaat sambil melihat tubuh seksi keempat wanita itu. Cara Nanang mengocok kontolnya membuat keempat wanita itu ikut bermasturbasi. Mereka membelai memek mereka masing – masing dengan tatapan mesum yang membuat Nanang semakin bernafsu.

Kemudian ia mulai menikmati wanita itu satu per satu. Dimulai dari yang lebih dekat dengannya yaitu Ibu Trisno. Nanang mencumbu tubuh Ibu Trisno lebih dahulu.

Ia menghisap kedua toketnya itu silih berganti untuk menyedot semua air susunya. Ia sengaja menggumpalkannya dalam mulutnya untuk dibagi kepada Ibu Trisno dengan cara berciuman. Kemudian Nanang meminta Ibu Trisno untuk mengemut kontolnya.

Dengan lahapnya Ibu Trisno menikmati setiap jengkal batang kontol Nanang. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menikmati batang kontol Nanang. Ketiga wanita lainnya dengan penuh nafsu melihat Ibu Trisno tengah mengemut kontol Nanang. Mereka tidak sabar menunggu giliran mereka tiba.

Kemudian giliran Ibu Trisno yang mendapat servis dari Nanang. Dengan buasnya Nanang menjilati memek Ibu Trisno yang memiliki bau yang sangat menyengat. Sebagai orang desa, Ibu Trisno tidak begitu peduli dengan kebersihan memeknya. Tapi hal itu justru membuat Nanang semakin bernafsu untuk terus menjilatinya.

Nanang menjilati klitoris Ibu Trisno dengan penuh nafsu. Hal itu membuat Ibu Trisno merasakan geli yang amat sangat. Ia meliuk dan berusaha untuk menyingkirkan lidah Nanang dari memeknya. Tapi hal itu sia – sia saja karena semakin Ibu Trisno berontak, ia semakin liar dan terus menjilatinya.

“Hentikaaannn…Aaahhhh…Nantiii Ibuuu bisaa pipiissss…Aaahhhhh” Erang Ibu Trisno yang merasakan adanya desakan hebat yang

ingin dikeluarkan.

Ibu Trisno mencoba untuk bangkit dan mendorong kepala Nanang, tapi Bu Nining yang berbaring di sampingnya malah menahannya untuk kembali berbaring. Bu Nining menahan tubuh Ibu Trisno yang terus meliuk.

“Keluarkan saja, Bu. Biarkan memek Ibu merasa puas” bisik Bu Nining di telinga Ibu Trisno.

Ibu Trisno semakin tak kuasa menahan desakan itu. Sesuai yang diperintahkan Bu Nining, Ibu Trisno pun membiarkan desakan itu untuk keluar dari memeknya. Alhasil semburan deras air kencing Ibu Trisno pun mengucur dari dalam memeknya. Semburannya terlalu deras hingga mengenai wajah Nanang dan juga matanya. Dengan seketika Ibu Trisno lemah tak berdaya dengan tubuh yang terus bergetar hebat. Memeknya berkedut kencang dan ia mulai merasa ngilu. Ia menggigit jarinya sendiri sambil merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan.

“Apa yang kamu lakukan barusan ??? Memek ku terasa geli tapi juga terasa nikmat” kata Ibu Trisno yang masih merasakan sisa – sisa kenikmatan itu.

Nanang hanya tersenyum mendengarnya. Ia sendiri tidak tahu apa yang telah ia lakukan hingga membuat Ibu Trisno sampai seperti itu. Lalu Nanang mulai menancapkan kontolnya di memek Ibu Trisno. Ia menggenjot dengan tempo pelan sambil menghisap toket Ibu Trisno. Ibu Trisno kembali merasakan nikmat di memeknya. Ia pun meminta Nanang untuk menambah temponya.

“Lebihhh cepaatt entoottnyaaaa…biaarr cepaatt keluuaarrr…Aaaahhhhh…Uuuhhhhh” erang Ibu Trisno sambil memeluk Nanang dengan erat.

Bu Nining pun tidak sanggup lagi untuk tidak bergabung dengan Nanang. Melihat Ibu Trisno yang meronta dan mengerang itu membuatnya merasa iri. Ia pun dengan segera menyambar bibir Ibu Trisno dengan bibirnya. Ia mencium bibir Ibu Trisno dengan buasnya sambil memainkan lidahnya di dalam mulut Ibu Trisno. Tak disangka ternyata Ibu Trisno malah membalas ciuman tersebut. Melihat hal itu membuat Nanang semakin b

ersemangat. Tangan Bu Nining menggosok klitoris Ibu Trisno agar semakin nikmat. Hal itu membuat Ibu Trisno semakin terbang menuju pintu gerbang

kenikmatan. Sementara itu Mbak Yuyun dan Kakak Trisno mulai melakukan hubungan biseksual dengan penuh gairah. Kakak Trisno tengah sibuk melahap toket Mbak Yuyun yang datar itu. Sesaat kemudian Ibu Trisno pun kembali merasaka orgasmenya.

Ia menarik Bu Nining untuk kembali berciuman dengannya. Lalu Nanang merasakan lahar panas Ibu Trisno menyemprot kontolnya. Kini Ibu Trisno benar – benar sudah lelah. Ia memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Kemudian Nanang menarik tubuh Kakak Trisno dan menyuruhnya untuk berbaring. Nanang pun bersiap – siap untuk menancapkan kontolnya, tapi sayang mendapat larangan dari Ibu Trisno.

“Nang, jangan entot dia. Jangan ambil keperawanannya” larang Ibu Trisno.

“Tapi, Bu, aku juga pengen ngerasin nikmatnya ngentot” kata kakak Trisno yang kecewa dengan larangan Ibunya.

“Ibu kamu benar, sini biar Ibu bantu kamu merasakan kenikmatan” kata Bu Nining yang mendukung Ibu Trisno.

Bu Nining menyuruh Nanang untuk hanya menggesek kontolnya di bibir memek Kakak Trisno. Nanang pun menggesek kepala kontolnya di bibir memeknya. Sesekali ia mencoba iseng dengan menekan kontolnya tepat di lubang memek Kakak Trisno. Kakak Trisno meringis kesakitan dan membuat Bu Nining sedikit marah kepada Nanang.

“Jangan macam – macam ! Cukup kamu gesek aja di memeknya” kata Bu Nining dengan nada meninggi.

Lalu Nanang menggesek kontolnya di klitoris Kakak Trisno. Ia mulai menggeliat seperti yang dilakukan oleh Ibunya tadi. Bu Nining dan Mbak Yuyun membantu Kakak Trisno mencapai puncak kenikmatannya dengan menghisap toketnya. Kakak Trisno semakin geli dan ia merasakan orgasmenya akan keluar sebentar lagi. Bu Nining menyadari hal itu dan ia pun menggesek lubang memek Kakak Trisno agar semakin nikmat.

Dan akhirnya kakak Trisno pun terkapar seketika setelah orgasmenya tiba. Ia merasa tulang – tulang dalam tubuhnya hancur berantakan. Ia tak menyangka akan orgasme sehebat ini meskipun kontol ia tidak merasakan bersenggama. Nanang pun menggendong tubuh Kakak Trisno dan membaringkannya di samping Ibunya yang telah tertidur pulas. Selain

karena lelah, angin sejuk di sekitar air terjun membuat mata menjadi mengantuk.

Tinggal dua wanita yang tersisa. Nanang harus mengerahkan seluruh tenaganya karena kedua wanita itu memiliki nafsu yang luar biasa. Dan benar saja, Mbak Yuyun dan Ibunya berebutan untuk mendapat jatah pertama dari Nanang. Keduanya sudah bersiap dengan posisi nungging sambil membuka belahan pantat mereka dan menunjukkan lubang memeknya.

“Sini kontol kamu, masukin ke memek Mbak” kata Mbak Yuyun sambil menggoyangkan pantatnya.

“Jangan, masukin ke memek Ibu aja. Biar Ibu memekin kontol kamu dengan nikmat” kata Bu Nining yang tidak mau kalah dengan Mbak Yuyun.

Nanang jadi bingung memek siapa yang harus ia layani lebih dulu. Nanang meminta keduanya untuk mengundi dengan cara tiga kali suit. Ternyata yang menang adalah Mbak Yuyun dan ia pun kegirangan.

“Ayo sini, gak usah jilat – jilat. Cukup tancapin aja tuh kontolnya” kata Mbak Yuyun.

Nanang pun segera menusuk memek Mbak Yuyun. Ia memompa kontolnya dengan sangat cepat hingga menimbulkan suara berisik dari dalam memek Mbak Yuyun. Nanang memukul pantat Mbak Yuyun hingga merah dan berbekas. Hal itu justru membuat Mbak Yuyun semakin bernafsu.

“Kamu jangan gerak ya, biar Mbak aja yang memekin kontol kamu” pinta Mbak Yuyun.

Nanang pun mendiamkan pinggulnya. Giliran pinggul Mbak Yuyun yang beraksi menggenjot kontolnya. Nanang melihat pinggul Mbak Yuyun maju mundur dengan sangat cepat. Sesekali ia memutar pantatnya hingga kontol Nanang ikut terpelintir di dalam memeknya.

Sementara Bu Nining merasa tidak sabar lagi untuk mendapatkan gilirannya. Ia mendekati Nanang dan meminta Nanang untuk menusuk memeknya dengan jari Nanang. Konsentrasi Nanang pun pecah menjadi dua antara memompa memek Mbak Yuyun dan menusuk memek Ibunya. Setiap kali Nanang berhenti bergerak, Mbak Yuyun menjadi kesal karena nafsunya juga ikut berhenti.

“duuuhhh jangan berhenti donggg…jangan buat memek Mbak jadi mengering” kata Mbak Yuyun.

Nanang berusaha untuk bisa membagi konsentrasinya. Ia memompa

memek Mbak Yuyun dengan cepat agar ia bisa cepat orgasme. Bu Nining pun menggosok klitoris Mbak Yuyun dan membuatnya tidak sanggup lagi untuk menahan orgasmenya. Mbak Yuyun berteriak sekencang – kencangnya hingga menimbulkan gema di dalam hutan.

“AAAAHHHHHHH…ENAAAAKKKK…ENTOOTTT YANG KUAAATTT…OOOOOHHHHH” teriak Mbak Yuyun.

Ibu Trisno dan Kakaknya sontak terbangun mendengar suara jeritan dan gema tersebut. Mereka mengira ada sesuatu yang terjadi dan ternyata suara itu berasal dari jeritan Mbak Yuyun. Bu Nining menyambar kontol Nanang untuk diemut olehnya sampai bersih. Kemudian ia meminta Nanang untuk melakukan posisi WOT yang menjadi posisi favorit Bu Nining. Dengan posisi tersebut Bu Nining jadi bebas menggerakkan pinggulnya.

“Ooohhhh…Kontooolll enaakkkk…Ooohhhh” lenguh Bu Nining ketika kontol anaknya itu menerobos masuk ke dalam memeknya.

Ibu Nining langsung menggunakan tempo yang cepat. Ia ingin segera mencapai orgasme. Ia sedikit benci karena menjadi orang terakhir yang dilayani oleh Nanang. Namun itu menjadi berkah tersendiri untuknya karena membuat nafsunya semakin menggebu – gebu. Nanang hanya bisa merem melek sambil meremas toket Ibunya. Gerakan Ibunya yang super cepat itu membuat kontolnya semakin nikmat.

Penampilan Bu Nining sudah sangat acak – acakan saat itu. Ia benar – benar mirip seperti wanita binal yang haus seks. Tidak sampai 5 menit menggenjot kontol Nanang, tubuh Bu Nining sudah mengejang dengan hebatnya. Ia menghentak pinggulnya dengan kuat dan mengeluarkan semua cairan orgasmenya. Nanang merasakan aliran panas yang mengaliri kontolnya.

“Oooohhhhh…nikmaaatnyaaaa gustiiiiii…Aaahhhhhh…ampuuuunnnn….oohhhhhh” ceracau Bu Nining.

Ia pun mengeluarkan kontol Nanang dari memeknya dan terlihat cairan orgasmenya ikut keluar. Saking banyaknya, cairan orgasme Bu Nining seperti semburan sperma Nanang. Lelehan tersebut bagaikan susu yang tumpah. Bu Nining merasakan orgasme yang terhebat sepanjang hidupnya. Orgy sex yang dilakukannya membuatnya semakin bergairah dan hasilnya ia pun mendapatkan orgasme yang luar biasa. Kini giliran Nanang yang ingin mencapai puncak kenikmatannya. Nanang berdiri dan meminta keempat wanita itu untuk mengemut kontolnya.

Keempat wanita tersebut berebutan untuk bisa menikmati kontol Nanang. Mereka silih berganti menjilat batang kontol Nanang dan juga menghisapnya. Nanang merasa senang melihat keempat wanita binal itu. Ia sangat beruntung sekali bisa menjadi pejantan desa yang mampu memuaskan banyak wanita. Selang beberapa saat kemudian, Nanang pun mulai orgasme. Ia meminta keempat wanita tersebut untuk membuka mulut mereka selebar mungkin sambil menjulurkan lidah mereka. Nanang mengocok kontolnya sesaat dan kemudian ia pun menumpahkan spermanya di masing – masing mulut keempat wanita itu. Kali ini Nanang telah menghabiskan seluruh tenaganya dan ia pun ambruk dengan nafas yang terengah – engah. Sementara itu keempat wanita itu saling berciuman dan saling mencicipi sperma Nanang. Mereka saling menukar sperma dari mulut ke mulut dengan binalnya. Benar – benar hari yang indah dan tidak akan pernah terlupakan oleh mereka semua. Kemudian kelima orang tersebut kembali menceburkan diri ke dalam air. Rasa sejuk dan dingin membuat tubuh mereka menjadi rileks dan nyaman. Mereka saling bermain air seperti anak kecil. Sesekali Nanang dengan usilnya memancing nafsu keempat wanita tersebut hingga akhirnya terjadilah pertempuran untuk kali kedua hingga mereka benar – benar merasa puas.

Hari pun semakin senja. Mereka telah bersiap – siap untuk pulang ke rumah masing – masing. Mereka menghabiskan hari itu dengan penuh senyuman dan kegembiraan.

Tak lupa Ibu Trisno dan juga Kakaknya memberika kecupan dan pelukan hangat sebagai rasa terima kasih kepada Nanang karena telah menuntaskan nafsu mereka. Nanang dengan senang hati melakukannya dan meminta mereka untuk mengulanginya lagi lain hari.

“Itu pasti. Untuk lain kali kamu harus masukin kontolmu ke memekku” bisik Kakak Trisno yang terdengar oleh Ibu Trisno.

“Jangan coba – coba ya !” kata Ibu Trisno dan mereka semua pun tertawa puas.

Saat akan beranjak pulang, tiba – tiba saja mereka dikagetkan dengan kehadiran Trisno dan beberapa warga desa. Dari raut wajah

mereka, Nanang bisa menduga kalau tengah terjadi sesuatu yang penting. Trisno memberikan kabar buruk untuk Nanang dan Bu Nining. Ia mengatakan kalau rumah mereka tengah didatangi oleh banyak polisi. Nanang dan Bu Nining kaget mendengarnya dan mereka semua pun bergegas menuju rumah Nanang.

Setibanya di sana, Nanang begitu terkejut dan nyaris pingsan karena rumahnya telah dikepung oleh Polisi dan telah dipasangi garis polisi. Beberapa barang berharga Nanang tampak tergeletak di depan rumah Nanang. Bu Nining pun berlari menuju polisi untuk meminta penjelasan kepada mereka atas apa yang telah terjadi.

Polisi dengan tegas mengatakan kalau rumah mereka disita dengan alasan menjadikannya barang bukti kasus pemerasan harta yang dilakukan oleh mendiang Nyonya Arini. Ternyata setelah kematian Nyonya Arini, ada beberapa warga yang melaporkan kasus pemerasan harta yang dilakukan Nyonya Arini semasa hidupnya.

Mereka ingin harta mereka yang telah dirampas dikembalikan lagi kepada mereka. Polisi telah melakukan penelusuran dan menganggap rumah Nanang sebagai salah satu aset milik Nyonya Arini. Nanang tidak bisa menghindar karena apa yang dikatakan oleh Polisi benar adanya.

Renovasi yang dilakukan oleh Nanang terhadap rumahnya merupakan hasil bantuan yang diberikan oleh Nyonya Arini ketika ia masih bekerja untuk Nyonya Arini. Tak hanya rumah Nanang, rumah Nyonya Arini beserta isinya dan juga beberapa aset penting yang ada di desa tersebut ikut disita oleh Polisi. Nanang dan Bu Nining menjadi sedih karena mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi.

“Kita mau tinggal di mana ???” tanya Bu Nining sambil menangis.

“Kita akan tinggal di kota” jawab Nanang sambil mencoba untuk menenangkan Ibunya.

“Di kota ??? kita mau tinggal di tempat siapa ???” tanya Bu Nining yang heran mendengar jawaban konyol anaknya itu.

“Aku masih ada sedikit uang. Aku tidak ingin tinggal di desa ini lagi karena tempat ini telah menyimpan banyak kenangan untukku” jawab Nanang.

 

Bu Nining masih merasa heran dengan

jawaban anaknya. Namun ia memilih untuk percaya dengan omongan anaknya. Untuk sementara mereka akan tinggal di balai desa sebelum akhirnya mereka pindah ke kota. Sebelum pergi Nanang menyempatkan diri untuk berpamitan kepada warga desa sekaligus meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini. Warga desa ikut sedih karena harus kehilangan sosok warga yang sangat baik. Beberapa wanita desa yang pernah merasakan kejantanannya ikut merasa sedih karena harus kehilangan Nanang.

Mereka telah menganggap Nanang sebagai pejantan desa yang tangguh. Tak terkecuali Ibu Trisno dan juga Kakaknya yang sangat merasa kehilangan. Mereka meminta Nanang untuk berjanji suatu hari nanti akan kembali mengunjungi mereka dan melakukan hal – hal yang indah lagi. Nanang pun berjanji kepada mereka dan Nanang memberikan kecupan dan juga pelukan hangat sebagai ucapan selamat tinggal.

Sementara itu Nanang tidak perlu khawatir untuk ditinggal oleh Mbak Yuyun. Ia masih akan bertemu dengan Mbak Yuyun karena Mbak Yuyun juga memiliki jadwal mengajar di kota. Nanang pun tak lupa menyempatkan diri ke makam Nyonya Arini. Ia sangat sedih sekali karena hingga akhir hayatnya, Nyonya Arini terus tertimpa masalah dan ia yakin kalau arwah Nyonya Arini tidak akan pernah tenang.

Selama ini Nanang telah salah menganggap Nyonya Arini sebagai wanita yang jahat, sebenarnya ia adalah wanita yang baik yang hanya merasa kesepian. Setelah kehadirannya, Nyonya Arini justru menunjukkan rasa simpatinya terhadap dirinya dan memberikan semua kenikmatan baik harta maupun batin.

Ia kembali menyesal karena telah gagal melindungi Nyonya Arini hingga ia harus mengakhiri hidupanya dengan cara yang tragis. Ia mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada Nyonya Arini dan memberikan pelukan hangat di batu nisan makan Nyonya Arini. Kisah Nanang si pejantan desa telah ditutup pada lembaran ini dan ia akan dikenang selamanya sebagai pejantan yang tangguh.

TAMAT !,,,,,,,,,,,,,,

The post Cerita Mesum – Nanang Semakin di Depan (Tamat) appeared first on

CeritaSeksBergambar.